Ayah Rex telah kembali dari kunjungannya ke luar kota. Rasa lelah yang Harlan ingin lepas dengan bercengkerama bersama keluarga kini justru berubah menjadi sebuah sesak bukan kepalang.
Putra sulung yang kian sulit diatur, sekarang telah berbuat nista dengan menodai perawat neneknya sendiri. “Kamu harus menikahi Lyra!” bentaknya pada Rex tanpa ada keraguan sedikit pun.“Apa? Papa ini apa-apaan? Aku tidak mungkin menikahi dia!” Detik itu juga Rex menolaknya. “Aku bahkan tidak tahu apa yang aku perbuat kepadanya!”“Bisa jadi Mama benar! Lyra menjebakku! Dia pasti sudah naksir aku sejak lama dan kali ini adalah waktu yang tepat untuk dia beraksi!”“Tutup mulutmu! Kamu sudah memperkosa seorang wanita! Perawan pula! Kamu harus bertanggung jawab!”“Aku tidak mau menikahi dia! Aku sudah punya pacar, Pa! Mama, please! Bantu aku!” Rex merengek pada ibunya. Berjalan dan berlindung di balik punggung sang bunda.Ajeng tentu saja sama seperti putra yang selalu dimanja olehnya itu. Tentu saja dia menolak apa yang diharuskan oleh Harlan. “Rex tidak bisa menikahi Lyra! Aku tidak setuju! Perempuan kampung begini mau jadi menantuku, hah? Tidak sudi!” hinanya memandang rendah.Yang dihina terus menunduk sambil menitikkan air mata tanpa jeda. Ketakutan jika ternyata ia berbadan dua sungguh mengerikan. Memiliki anak tanpa ayah, apa kata orang tua dan sanak keluarga di desa?Harlan mengepalkan tangan saking murka dengan istri serta anak lelakinya. “Keputusan Papa adalah kamu menikahi Lyra! Titik! Besok kita akan pulang ke kampungnya dan melamar!”“Apa? Tidak! Aku lebih baik mati saja daripada menikah dengan perempuan seperti dia, Pa!” Rex masih terus menolak.“Kamu mau masuk penjara karena kasus perkosaan, hah, Rex? Jawab! Mau masuk penjara? Kamu kira penjara itu tempat yang enak! Mereka akan mencincang habis pemerkosa!” ucap Harlan makin meninggi.Mendengar ini, Rex dan Ajeng terdiam seribu bahasa. Penjara? Sepertinya itu sesuatu yang mengerikan, bukan? Tak bisa berkata apa-apa lagi, mereka hanya diam dan terengah.“Lyra, tolong tinggalkan kami. Pergilah ke kamarmu,” tukas Harlan memandang perawat itu dengan penuh rasa iba. Jika masih ada yang memiliki hati di rumah ini, dialah orangnya.Mengusap air mata, Lyra mengangguk. Ia mencoba berdiri, tetapi kakinya terasa lemas dan gemetar. Belum lagi rasa sakit yang menyerang di area kewanitaan.Namun, dengan segenap daya dan upaya, gadis itu berusaha bangkit. Berpegangan pada tiang ranjang, sesekali memicingkan mata, kakinya mulai tegak menyangga badan.“Kamu bisa jalan sendiri?” khawatir Harlan melihat kondisi perawat ibunya yang mengenaskan.Mengangguk sambil tersedu pelan dan meringis karena menahan rasa sakit, Lyra mengangguk. Tidak bisa berkata apa pun karena lidah dirasa terlalu kelu ‘tuk berucap.Tertatih, mencincing daster sobeknya untuk memudahkan kaki melangkah, perawat yang telah ternoda itu berjalan melewati Rex.Desis hinaan terdengar dari bibir sang Tuan Muda. “Dasar pelacur tak tahu malu! Kamu menjebakku, kan?”“Rex! Hentikan omongan kasarmu itu!” bentak Harlan pada putranya sambil menggeleng tidak percaya. Batin berkata, mimpi apa hingga punya anak seperti ini.Namun, Ajeng yang selalu mendukung dan memanjakan anaknya berbuat hal yang sama. Tidak hanya memaki, tetapi juga mendorong. “Perempuan brengsek! Pelacur tidak tahu malu! Jual kemaluan hanya untuk naik tahta jadi orang kaya!”Dorongan Ajeng membuat tubuh Lyra terhentak mundur. Jika tidak cepat berpegangan pada tiang ranjang, sudah pasti dia akan terjatuh. Area kewanitaannya sakit, tetapi hati lebih sakit karena dihina pelacur. Dia yang dinodai, dia yang dikatakan sebagai pelacur dan sengaja menjebak.Namun, ia terlalu lelah untuk membela diri. Hanya bisa melangkah dengan terseok sembari menahan semua luka batin yang diderita. Keluar kamar, menapaki lorong belapis kayu cokelat terang, lalu menuruni tangga.Tinggalah tiga orang di dalam kamar kini saling berhadapan. Harlan memberi penegasan sekali lagi kepada istri dan anak pertamanya.“Ini adalah aib keluarga, Rex! Kamu sudah berbuat hal yang menghancurkan nama baik Papa kalau sampai masalah ini terdengar orang lain!”“Usir saja Lyra, pulangkan dia ke kampung! Kalau dia buka mulut, kita serang!” engah Ajeng menatap nanar pada suaminya. “Aku tidak mau punya menantu seorang pembantu seperti dia!”“Aku juga tidak mau punya istri orang udik macam Lyra, Pa! Aku sudah punya pacar! Aku sudah janji akan menikahi dia tahun depan! Kalau meni—”“DIAAAM!” bentak Harlan tanpa sadar melayangkan telapak tangannya ke mulut Rex. Ia menampar anak kandungnya sendiri saking sudah tidak tahan dengan semua masalah yang ditimbulkan pemuda tersebut.Ajeng dan Rex terkejut setengah mati ketika Harlan menampar tanpa ragu. Bibir kepala keluarga itu gemetar dan giginya gemeretak marah.“Kalau kamu tidak mau menikahi Lyra, silakan angkat kaki dari rumah ini. Dan Papa ingatkan, keluarlah dari rumah ini hanya membawa pakaian yang kamu kenakan! Jangan membawa apa pun juga!” engah ayah yang sedang murka itu.“Menikah dengan Lyra! Jadikan dia istrimu karena kamu telah merenggut keperawanannya! Kalau tidak mau, Papa akan mencoretmu dari daftar keluarga! Silakan hidup sendiri di luar sana! Paham?”Ajeng angkat suara, “Dia anakmu, Mas! Kenapa kamu justru membela pembantu seperti Lyra!”“Justru karena dia anakku makanya aku berbuat ini! Rex harus belajar bertanggung jawab dengan perbuatannya! Kamu terlalu memanjakan anak-anak kita selama ini, mereka jadi orang manja yang tidak bertanggung jawab!” hardik Harlan pada istrinya.“Kalau kamu juga tidak setuju Rex menikahi Lyra, silakan angkat kaki semua dari rumah ini! Aku sudah muak dengan kalian semua!” pungkas Harlan kemudian keluar dari kamar putranya sambil membanting pintu.***Duduk di ruang kerjanya, Harlan menunggu kedatangan Lyra. Gadis tersebut datang masih dengan wajah yang sembab, tetapi telah berganti pakaian. “Duduk,” perintahnya datar dan singkat.Mengangguk, Lyra berjalan pelan sambil menunduk dan duduk di kursi seberang meja majikannya. Sama sekali tidak berani menatap, jantungnya berdegup teramat kencang.“Di mana orang tuamu? Ayahmu masih hidup?” mulai Harlan berbicara.“Orang tua saya di kota Malang, Tuan Harlan. Ayah dan Ibu semua masih hidup.” Lyra menjawab dengan suara gemetar.“Hmm, naik pesawat ke Surabaya sekitar satu setengah jam. Lalu naik mobil ke Malang sekitar dua jam,” gumam Harlan mengkalkulasi lama perjalanan. “Mereka ada di rumah terus, ‘kan?”Lyra mendongakkan kepala takut-takut, “Ayah saya sakit keras, Tuan. Bapak tidak bisa pergi ke mana-mana. Sebenarnya ada apa, Tuan?”“Kok, ada apa? Saya mau menikahkan kamu dengan Rex! Ayahmu harus jadi walinya!”Tertegun, Lyra tidak menyangka ucapan majikannya di kamar tadi serius. “T-tapi, Tuan … masalahnya Tuan Rex tidak mau menjadi suami saya.”“Kalau kamu hamil, bagaimana? Mau anakmu lahir tanpa nama ayah? Lagipula itu cucuku, darah dagingku. Aku sudah membuat keputusan, kalian harus menikah, titik!”Lyra terdiam. Hati kecil menolak karena dia tidak mencintai Rex. Akan tetapi, majikannya benar. Kalau dia hamil, bagaimana? Lalu, keperawanannya juga sudah direnggut oleh pemuda itu. Berpikir, siapa yang mau menerima dirinya yang sudah tidak perawan?“Aku minta perbuatan Rex dirahasiakan, bisakah kamu berbuat itu?” Harlan bertanya dengan sangat serius. “Aku tidak mau masalah ini sampai menyebar keluar. Akan berbahaya bagi nama baik keluarga Adiwangsa.”Menelan cairan di mulutnya dengan berat, Lyra mengangguk. Dirinya hanyalah orang kecil. Kampungan, kalau kata mereka. Sekolah terakhir hanya SMA, mau berbuat apa menentang sebuah keluarga Adiwangsa yang memiliki koneksi tinggi ke pejabat maupun orang kaya lainnya?Maka, dia mengangguk. “Bagi saya, ini juga aib, Tuan.”“Ayahmu sakit apa?” tanya Harlan lagi.“Jantung, Tuan. Tidak kuat bepergian jauh. Bapak mudah lelah.”“Sudah operasi?”“Sudah. Waktu serangan pertama, Bapak tidak punya kartu jaminan kesehatan dari pemerintah. Terpaksa meminjam uang dari saudara dengan jaminan sertifikat rumah, supaya bisa operasi dengan segera.”“Makanya, sekarang saya bekerja untuk mencicil hutang-hutang itu.”Menghela napas panjang dan berat, Harlan memandangi calon menantunya dengan iba. “Kamu anak yang berbakti.”“Sudah kewajiban saya merawat orang tua,” tanggap Lyra kembali menunduk dan matanya berkaca-kaca mengingat keluarga di desa. Mendadak, ia rindu.“Andaikan Rex dan Maya bisa seperti kamu. Bertanggung jawab untuk membantu orang tua,” dengkus Harlan mengingat wajah kedua anaknya yang semakin dewasa justru semakin membuat onar.Lyra terdiam, tidak mau menanggapi masalah itu. Bukan ranahnya untuk menilai seseorang, apalagi menilai majikannya sendiri.“Berapa hutang keluarga kalian?”“Sekitar 175 juta rupiah, Tuan.”“Aku lunasi semua, dan akan kutambahkan lagi seratus juta rupiah untuk ayah dan ibumu.”Lyra spontan mendongakkan kepala. Bibirnya melongo dan mata terbelalak. “A-apa?”Harlan tersenyum, kemudian mengangguk. “Akan kuberikan uang sejumlah itu. Tapi, ada syaratnya.”“Apa, Tuan, syaratnya?”“Satu, jangan pernah buka mulut tentang kejadian ini. Kalau ada yang bertanya kenapa cepat sekali menikah, katakan saja sebenarnya kalian sudah berpacaran secara rahasia selama enam bulan. Sekarang, Rex ingin menjadikanmu istri sahnya. Mengerti?”Lyra mengangguk walau nadinya berdenyut sekencang mobil balap. Menjadi istri Rex Adiwangsa terlihat sebagai sesuatu yang megah sekaligus mengerikan pada saat yang bersamaan!“Dua, jangan pernah bercerai dengan Rex. Apa pun yang terjadi, seperti apa pun pernikahan kalian, jangan pernah mengajukan cerai darinya.”“Kalau Tuan Rex yang menceraikan saya, bagaimana?”“Dia tidak akan melakukannya,” geleng Harlan yakin. “Aku yang akan mengurus Rex. Pokoknya, kamu tidak boleh mengajukan cerai kepadanya. Sampai di sini, apa kamu paham?”Lyra mengangguk pelan. Apalagi yang bisa diperbuat selain mengiyakan semua keinginan sang majikan. Dari semua orang yang ada di rumah ini, hanya Harlan yang membelanya.“Kalau kamu melanggar, maka kamu harus membayar lima kali lipat dari uang yang telah kuberikan kepadamu. Ini adalah syarat yang ketiga. Apa kamu setuju?”Lyra mengangguk meski dalam perasaan gamang. “Baiklah, Tuan Harlan. Saya setuju.”“Draft perjanjian resmi akan dibuat oleh pengacaraku. Kamu akan menandatanganinya besok. Sekarang, hubungi orang tuamu, katakan pada mereka kalau kamu dan Rex akan menikah.”“Kapan kami akan menikah, Tuan?” tanya Lyra makin berdebar.“Satu minggu dari sekarang!”BERSAMBUNGLyra meninggalkan ruang kerja Harlan. Berjalan dengan menunduk, menatap lantai. ‘Minggu depan sudah menikah? Aku harus berbohong pada Bapak dan Ibu di rumah,” keluhnya gundah. ‘Apa mereka akan percaya?’Ketika kaki mengayun dengan gontai, mendadak seorang lelaki muncul dari arah belakang dan menarik lengannya hingga tubuhnya sontak berputar.“T-Tuan Rex,” engahnya terkejut sekaligus takut.“Kamu sudah dengar? Kita akan menikah bulan depan, perempuan brengsek!” desis Rex menyeringai bengis. “Kamu puas sekarang, hah?”Menggeleng, Lyra berucap dengan terbata, “Saya … s-saya hanya … saya hanya mengikuti pe-perintah Tuan Harlan.”“Banyak omong, kamu! Dikira aku tidak tahu kalau kamu sengaja menjebakku? Kamu ingin jadi istriku, ‘kan? Kamu sengaja melakukan semua ini!”“Saya bersumpah, Tuan Rex! Demi Tuhan! Saya tidak menjebak Anda!” sanggah sang gadis.Namun, Rex tidak peduli. Ia mencengkeram lengan Lyra semakin keras hingga tedengar suara mengaduh dari sang gadis karena sakit.“Camkan ini,
Tersenyum kagok, tetapi mengikuti drama Rex dengan sebisa mungkin. “I-iya, Mas ….”Narsih buka suara, “Masalahnya, kami tidak ada dana untuk menikahkan Lyra, Bapak dan Ibu Adiwangsa. Hutang operasi jantung ayahnya saja masih belum lunas.”Harlan tersenyum, lalu menjelaskan, “Semua biaya kami yang menanggung. Acara akan diadakan di hotel di Malang kota besok lusa. Seluruh saudara dan kerabat dari Pak Suripto dan Bu Narsih silakan datang. Kami membawa 50 undangan, nanti silakan diisi sendiri dan dibagikan.”“Kami juga sudah menyewa wedding organizer untuk melaksanakan pesta ini dengan baik. Semua sudah mereka atur. Kalian cukup datang, itu saja. Nanti saya juga akan mengirim kendaraan kemari untuk menjemput.”Suripto dan Narsih saling pandang terbelalak. Begitu pula dengan Endaru dan Gayatri. Lalu, keempatnya menoleh pada Lyra.“Iya, Pak, Bu, seperti yang aku jelaskan di telepon. Pak Harlan akan ke luar negeri dalam waktu lama. Jadi, pernikahannya dimajukan,” jelas Lyra dengan satu keboh
Di sisi lain, Rex masih bertelpon ria dengan kekasihnya. “Malam pertama? Aku dengan perawat yang gila itu? Lebih baik aku mati daripada malam pertama dengannya!” sinisnya, tak peduli bahwa dia dapat didengar Lyra. “Tenang saja, Sayang. Cintaku hanya buat kamu! Mana mungkin aku bisa mencintai perempuan lacur kampungan seperti Lyra?” “Nanti kalau aku sudah kembali ke Jakarta, pasti aku akan segera menemuimu. Kita check in di hotel seperti biasa, ya?” rayu Rex dengan suara mendayu. “Aku merindukan pelukan serta sentuhanmu.” “Oke, love you, Marina Sayang!” pungkas Rex kemudian selesai menerima telepon. Lalu, ia berseru kencang. “Dengar itu, Lacur? Wanita yang aku cintai bernama Marina! Dia anak orang terhormat! Anak pejabat! Tidak seperti kamu yang anaknya petani desa! Bukan seperti kamu yang anaknya Suripto pengumpul kotoran ayam!” Rex menghina keluarga Lyra bukan kepalang tanggung. Ayah wanita itu dikatakan pengumpul kotoran ayam karena rumahnya kemarin banyak ayam berkeliaran saat
Bentakan dari sang ayah menggebrak nurani Rex. Mengusik seakan sedang ditampar secara langsung. Akan tetapi, bukannya sadar, ia tetap tidak mau mengaku.“Aku tidak berbuat apa-apa,” dustanya lagi.Harlan menggeleng, napas pun terengah. “Sejak kamu lahir, Papa begitu bangga denganmu. Nilai di sekolah selalu yang terbaik! Kamu selalu menjadi salah satu lulusan terbaik, Rex!”“Papa selalu berpikir bisnis kita akan berlanjut di tangan yang tepat karena kecerdasanmu di atas rata-rata. Kamu pun tidak ada masalah hingga lulus kuliah! Tapi, setelah kamu bersama Marina ... semua berubah!” dengkus Harlan pilu.Mendengar nama kekasihnya disebut, Rex tidak terima. “Apa maksud Papa? Marina dan aku saling mencintai! Apanya yang berubah? Dia sangat memperlakukan aku dengan baik!”“Baik apanya? Sejak bersama Marina, kamu jadi sering party di klub malam! Papa sudah bertanya ke teman-teman, mereka bercerita bahwa sejak ayahnya Marina meninggal dunia, gadis itu hanya terus menghamburkan harta warisan!”
Rex selesai menelepon Marina, lalu jatuh tertidur hingga sore. Saat pintu kamarnya diketuk, ia pun terbangun. Berjalan gontai menuju pintu, membukanya, dan melihat sang ayah di depan kamar. “Malam ini kita akan makan di luar. Berangkat satu jam lagi. Beritahu Lyra, ya? Mana dia?” tanya Harlan saat melongok ke kamar dan tidak menemukan menantunya. “Aku tidak tahu, dia keluar kamar dari siang. Katanya mau ke bawah,” jawab Rex mengendikkan bahu.“Kamu ini bagaimana? Istri sendiri di mana, kok, tidak tahu? Kamu lupa kata-kata Papa? Mau fasilitas dicabut?” kesal Harlan menghela jengkel. “Ayo, cari sekarang!”Rex menahan emosi, “Papa ini kenapa, sih? Dengan Lyra, kok, perhatian sekali? Dia itu Cuma perawat Nenek Tariyah saja, Pa!”“Dia itu perempuan yang sudah kamu rudapaksa, Rex! Sebagai seorang wanita dia pasti hancur! Papa kasihan padanya! Apa kamu tidak punya hati nurani sampai terus mengasarinya?” balas Harlan ikut melangkah mencari Lyra.Rex hanya diam diomeli begitu oleh sang Ayah.
Lyra sampai tidak jadi menyuap sendok makanan ke dalam mulut. Ia letakkan kembali ke atas piring. “Kok, lama sekali, Mas?” tanya Ajeng. “Pa, kalau Papa pergi selama itu, bagaimana dengan Honda Accord terbaruku? Teman-teman sudah terus bertanya kapan mobilku diganti?” rengek Eva cemberut. “Papa mundurkan terus beli mobil baruku!” Harlan menghela, “Ini ke Jepang untuk meninjau beberapa pabrik, lalu memastikan semuanya berjalan lancar. Kamu mau Papa kena tipu? Kalau sampai kena tipu, tidak usah bicara Honda Accord terbaru! Mengerti?” tegas sang ayah pada Eva. Lyra menunduk, meremas jemarinya sendiri dengan kegugupan yang luar biasa. Ia melirik ke sebelah di mana Rex mengeluarkan ponsel. Sekilas, bisa melihat apa yang dilakukan suaminya yaitu mengirim pesan kepada kekasih gelapnya. [Papa akan ke Jepang selama dua minggu. Kita merdeka! Sampai rumah akan kutelepon. Love you, Sayang.] Terengah, tetapi ditahan. Benar saja, kepergian Harlan tentu menjadi surga bagi Rex untuk berbuat apa
Lyra tak percaya dengan apa yang dia dengar. Apalagi, Rex mengucap dengan tanpa beban. Seakan benih yang mungkin ada itu hanyalah seonggok sampah tak penting! Padahal, bukankah itu darah dagingnya sendiri?“Mengugurkan bayi tak berdosa sama saja melakukan pembunuhan! Aku tidak mau membunuh anak kita sendiri!” hentak Lyra dengan tegas. Rex makin emosi hingga dadanya kembang kempis dan napas memburu panas. “Bawel, kamu, ya! Sok punya nurani, padahal aslinya kamu yang menjebakku, sialan kamu!” makinya mendadak menerkam Lyra. Akan tetapi, sang wanita berhasil menghindar hingga tangan Rex hanya menyentuh udara kosong. Tentu saja, ini membuatnya semakin murka. “Lacur sialan! Awas, kamu!” “Aku ini istrimu! Tidur di ranjang saja tidak boleh, itu keterlaluan!” seru Lyra kembali mencoba menghindar. “Apa kamu sama sekali tidak punya hati, Mas?” Namun, kali ini ia gagal! Jemari kokoh Rex berhasil mencengkram lengannya. Tanpa rasa kasihan sama sekali, tubuh Lyra dihempas ke arah pintu hingga m
Niat hati tidak ikut makan pagi bersama keluarga Adiwangsa. Akan tetapi, saat Harlan menelepon dan mencari Rex, tidak ada yang bisa ia perbuat selain mencoba untuk masuk ke dalam ruang yang terasa menyeramkan tersebut. “Kamu itu pantasnya makan di belakang, dengan pembantu dan sopir! Jangan merasa sudah menjadi bagian dari keluarga kami, ya!” bentak Ajeng sekali lagi. Lyra berhenti melangkah, hatinya bergetar dengan perih kesekian ribu kalinya. Eva tertawa pelan, “Mungkin dia merasa besar kepala karena Papa selalu membelanya. Ajian apa, sih, yang kamu beri ke Papaku sampai bisa tunduk begitu?” Menggeleng, “Demi Tuhan, saya tidak pernah menggunakan hal-hal kotor semacam itu!” seru Lyra mendelik. “Eh, tapi benar, lho, Ma! Katanya Marina juga paling Lyra ini memakai ilmu hitam sampai Papa seperti kerbau dicocok hidung. Lihat saja bagaimana Papa selalu membelanya dan menyengsarakan kita!” desis Rex terkekeh, melirik sinis pada sang istri. “Kalau aku pakai ilmu hitam, kenapa tidak ka
BAB 62 Perlengkapan HoneymoonVisual tokoh bisa dilihat di IG Author @Rein_Angg, Tiktok @rein_angg47. Mau menghalu bareng pembaca lain, silakan join Grup Facebook: Rein Angg And Friends “Kita pindah rumah? Kamu serius, Mas? Tapi ... apa Papa dan Mama akan setuju? Ini sebuah hal yang besar, lho. Aku khawatir mereka tersinggung?” Lyra tertegun dengan usul tersebut. Bukannya dia tidak mau, tetapi justru khawatir menimbulkan perselisihan di antara keluarga Adiwangsa. “Aku akan rundingkan dengan Papa. Selama Papa mendukung, kita tenang saja,” senyum sang pemuda memandangi istrinya dengan teduh. “Pokoknya, aku tidak mau kita diganggu terus menerus. Aku tidak mau kamu disakiti lagi.”Lyra menghela, “Ya, sudah. Aku bagaimana baiknya menurutmu saja, Mas. Apa pun itu, aku percayakan kepadamu.”Rex mengangguk, memeluk lebih erat sembari mulai mengistirahatkan tubuh di atas pembaringan bersama sang istri. Keduanya saling bertatapan, bertukar senyum. “Lyra,” panggilnya sendu.“Ya?”“Kamu sejak
Betapa terkejutnya Lyra saat melihat suaminya sedang dipeluk oleh ... mantan.Rexanda terbelalak, spontan mendorong Marina hingga terlepaslah pelukan dari tangan lembut itu. Saking kerasnya ia mendorong, foto model seksi itu sampai terjerembab di atas lantai. “Aduh!” pekik Marina ketika bokong sintalnya menghentak lantai. Ajeng langsung berlari dan membantu Marina berdiri. “Aduh, maafkan Rex, ya. Dia cuma kaget saja.”“I-iya, tidak apa, Tante,” angguk Marina sembari merapikan rok mininya. Lyra berjalan dengan kedua tangan memegang kantung belanjaan berisi banyak juice buah yang dibeli di bawah. Ia meletakkan minuman itu di atas kursi, kemudian mendekati suaminya dengan sorot bertanya. Rex menggeleng, memberi jawaban bahwa dia pun bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka hanya saling pandang dan dada pemuda tersebut kembang kempis. Melirik pada Marina, tatap Lyra memperlihatkan keberatan dengan apa yang baru saja wanita itu lakukan. Namun, ia enggan memaki atau berkata ka
Tuan Muda Adiwangsa menatap layar dengan gundah. Pertanyaan Marina membuat dada bergemuruh dengan berbagai emosi campur aduk. Berkali-kali mengetik, tetapi ia hapus lagi. Terus begitu hingga akhirnya memberi jawaban yang dirasa paling pas.Rex [Aku sibuk, tidak ada waktu untuk bertemu.]Marina [Apa iya sibuk tiap hari? Aku cuma minta bertemu sebentar saja. Sekadar mengobrol santai. Tidak masalah, bukan?]Rex [Sudah, ya. Aku mau istirahat.]Lalu, ia menutup layar ponsel, dan meletakkan di meja sebelah ranjang. Bersamaan dengan istrinya keluar dari kamar mandi. “Nah, sini, cepat ke sampingku. Aku kangen,” senyumnya merentangkan tangan, ingin agar Lyra segera hadir di pelukan. Saat mereka sudah bersama, lengan Rex memeluk erat, sembari mengecup kening sang istri. “Tidur saja denganku. Besok baru beres-beres. Terapiku masih dimulai dua hari lagi di rumah sakit. Kita santai dulu melepas lelah.”“Oke, Mas,” angguk Lyra membalas dengan satu kecupan di pipi sang suami. “Kok cuma cium pipi?
Ajeng bukannya bahagia seperti Harlan, tetapi ia justru memekik seakan sebuah bencana baru saja terjadi. “Kenapa Rex bisa menikah lagi dengan Lyra!”Harlan menghela lirih, istrinya ini hingga sekarang tidak berubah sikapnya. Masih saja menganggap Lyra sebagai seseorang yang tidak ada harganya.“Mereka sudah rujuk. Rex dan Lyra saling mencintai sekarang. Aku senang sekali mendengarnya!” tukas Harlan tetap tersenyum dan menyenderkan punggung dengan lega.Ia ambil segelas teh dari atas meja, menenggak beberapa kali, lalu menatap serius pada Ajeng. “Sekitar dua minggu lagi mereka kembali ke Jakarta. Lyra akan tinggal bersama kita.”Ajeng melengos, yang tadinya hendak mengambil makan diurungkan. Mendadak nafsu makannya hilang begitu saja.“Aku mau kamu dan Eva tidak lagi memperlakukan dia dengan buruk. Dia istrinya Rex yang sah, dan anak kita mencintainya.”“Lyra orang yang baik. Lihatlah, saat anak kita lumpuh, dia tidak meninggalkannya. Meski Rex sudah menyakiti dia secara luar biasa, t
“B-ber ... bercin-cin ... apa, Mas?” Lyra sontak pucat pasi mendengar ucapan lelaki yang baru saja menjadi suaminya kembali. Napas memburu meski terasa sesak di tenggorokan.Rex semakin bersemangat menggoda wanita polos itu. “Bercinta, Sayang ... itu, tuh ... malam pertama suami dan istri di atas ranjang, seperti kita sekarang.”“Hah ...? A-aku ... aku ....” Lyra menggeleng, mengulum bibir, telapak tangan makin menjadi dingin.Terkekeh, memang pemuda itu suka menyiksa istrinya dengan godaan sensual, “Kamu kenapa? Mau malam pertama denganku? Ya, aku juga mau, kok. Yuk, kita ... ehm ...,” senyum lelaki tampan beralis tebal dan bertulang pipi tinggi makin lancar menjadikan hati istrinya bagai dihantam meriam.“Tapi ..., aku kan masih belum bisa push up sempurna, jadi ... sepertinya akan lebih baik kamu di atas.”“D-di ... di ... di mana?” Lyra ingin kabur dari kamar saja rasanya.“Di atas,” jelas Rex menahan tawa. “Tidak tahu, ya?”Menggeleng lemas, “Tidak tahu ....”Akhirnya, Tuan Muda
Lyra merasa kepala penuh dengan teriakannya sendiri. Belum siap untuk kemesraan yang menjelang, tetapi Rex seakan sudah tidak sabar untuk melakukan lebih dari yang namanya sekedar mantan suami dan istri.Berteriak bingung di dalam hati, matanya terbelalak lebar ketika ....Akhirnya bibir Rexanda menyentuh. Terasa lembut, hangat, dan mendebarkan. Embusan napas suaminya tersebut menerpa mulai dari kening hingga ke hidung.Mata Lyra pertamanya masih terbuka lebar pada detik-detik pertama bibir mereka bertemu. Ia bisa melihat bagaimana mata Rex terpejam ketika mencium.Namun, perlahan, dalam tiap pagutan yang dilakukan oleh lelaki tampan itu, menutup pula mata sang wanita. Membiarkan dirinya luruh dalam sentuhan, dalam cumbuan, dan dalam keintiman yang dilakukan sang suami. Ada dua hati yang sedang berdebar luar biasa. Gelitik manja di dalam perut, yang di sebut oleh orang luar sebagai “butterfly in my stomach.” Seakan ada kupu-kupu beterbangan di dalam perut, membuat sensasi aneh yang k
Akhirnya pertanyaan yang ditahan selama ini meluncur juga dari bibir pemuda tampan tersebut. Wajah yang biasa dingin, datar, dan ketus berubah menjadi lembut dengan mata berbinar penuh harap.“Ru-rujuk?” gugup Ghea merasa sulit untuk bernapas normal. Semua ini diluar dugaan. Mulai dari pengakuan cinta mereka berdua hingga terucapnya kata-kata sakral tersebut. Rex mengangguk, “Masih sisa empat hari sebelum waktunya habis,” seringainya memamerkan deretan gigi putih nan rapi. “Jadi suami istri lagi, yuk?”Ajakan terakhir diucap dengan nada merajuk yang manja, ditambah dengan rengkuhan lebih erat di jemari lentik. Diakhiri dengan kecupan mesra di punggung tangan. “Aku ingin kamu jadi istriku lagi. Mau, ya?”Lyra mengembus napas dengan terengah. Saking gugupnya hingga pundak naik turun secara cepat. Mata menatap kian lekat pada lelaki di depan. “Kamu serius, Mas?” engahnya masih ragu.“Tentu saja serius. Kenapa kamu tidak percaya?” angguk Rex.“Iya ... uhm ... karena kamu ... aku hanya he
Jantung Lyra menghentak seperti irama disco. Pernyataan cinta dari mantan suaminya membuat berdebar hingga ingin pingsan. “Ka-kamu ... kamu apa?”Rex menggenggam jemari Lyra lebih erat. “Aku dulu tidak memiliki rasa apa pun denganmu, hanya kebencian. Tapi, sepertinya aku dulu memang orang bodoh yang buta.”“Aku sekarang jatuh cinta kepadamu, Lyra ....”Pengakuan yang nampak sangat tulus dari mata seorang lelaki bernama Rexanda Adiwangsa. Di mana beberapa bulan lalu, sorot itu hanya terus memandang dengan kebencian.Wanita berambut panjang menatap dengan tak percaya. “Kamu jatuh cinta kepadaku? Kenapa bisa jatuh cinta kepadaku?”Tawa Rex pelan terdengar. “Ya, aku juga tidak tahu. Mungkin karena kamu begitu baik kepadaku? Di saat semua meninggalkan aku, tidak peduli karena aku cacat, kamu justru tetap bertahan.”Jemari pemuda itu membelai pipi Lyra dengan perlahan, lembut. “Kamu tetap baik meski aku telah berbuat sangat jahat kepadamu. Karena itu ... aku ....”“Berawal dari rasa keterga
Rex bagai disambar geledek mendengar jawaban Lyra. Matanya melotot dan dada kembang kempis. “Jadi, kamu benar-benar sudah pacaran dengan dia?”“Kan aku sudah jawab, kalau iya, memangnya kenapa? Kita sebentar lagi bercerai. Ada masalah denganmu kalau aku pacaran dengan Ian? Toh, kamu sebentar lagi bisa berjalan dan tidak butuh aku untuk menjadi perawatmu?” angguk Lyra sengaja menutupi apa yang terjadi di cafe tadi, bahwa dia tidak bisa membalas perasaan Ian. “Aku ... aku ...,” gagap Rex kelimpungan. Pemuda itu merasa gila mendadak. “Bagaimana mungkin kamu bisa pacaran dengan dia? Kamu masih istriku secara hukum negara!”“Pernikahan kita hanya karena kamu menodai aku! Tidak usah seakan aku ini istrimu sungguhan! Kamu tidak pernah mencintai aku!”“Itu dulu!” bentak Rex ingin melempar remote televisi ke lantai saking emosinya, tetapi ditahan.Lyra megernyitkan kening. “Itu dulu? Maksudnya?”Napas Rex memburu sangat cepat, panas, tersengal. “Itu dulu ... aku dulu memang tidak pernah menci