Share

Ch.04 Mertua Kampungan

Author: Rein_Angg
last update Last Updated: 2023-11-22 20:45:52

Lyra meninggalkan ruang kerja Harlan. Berjalan dengan menunduk, menatap lantai. ‘Minggu depan sudah menikah? Aku harus berbohong pada Bapak dan Ibu di rumah,” keluhnya gundah. ‘Apa mereka akan percaya?’

Ketika kaki mengayun dengan gontai, mendadak seorang lelaki muncul dari arah belakang dan menarik lengannya hingga tubuhnya sontak berputar.

“T-Tuan Rex,” engahnya terkejut sekaligus takut.

“Kamu sudah dengar? Kita akan menikah bulan depan, perempuan brengsek!” desis Rex menyeringai bengis. “Kamu puas sekarang, hah?”

Menggeleng, Lyra berucap dengan terbata, “Saya … s-saya hanya … saya hanya mengikuti pe-perintah Tuan Harlan.”

“Banyak omong, kamu! Dikira aku tidak tahu kalau kamu sengaja menjebakku? Kamu ingin jadi istriku, ‘kan? Kamu sengaja melakukan semua ini!”

“Saya bersumpah, Tuan Rex! Demi Tuhan! Saya tidak menjebak Anda!” sanggah sang gadis.

Namun, Rex tidak peduli. Ia mencengkeram lengan Lyra semakin keras hingga tedengar suara mengaduh dari sang gadis karena sakit.

“Camkan ini, Lyra! Kita boleh saja menikah! Tapi, akan kupastikan pernikahan ini menjadi neraka jahanam untukmu!”

Pria itu lalu meninggalkan Lyra yang terdiam.

Tanpa terasa, hari pun berlalu.

Kini mereka berada di Malang, kota kelahiran Lyra Kanigara.

Hanya saja, tempat tinggal Lyra tidak terletak di tengah kota, tetapi masih masuk lebih ke dalam lagi. Naik turun gunung hingga memakan waktu hampir dua jam dari pusat kota.

“Rumah kamu itu kenapa ngampung sekali, hah?” sembur Ajeng pada calon menantunya.

“Ya, namanya saja orang kampung, Ma,” celoteh Eva, adiknya Rex.

Harlan menoleh ke belakang sambil menghela napas panjang. Ia duduk di depan, di sisi sopir. “Berhenti menghinanya.”

“Kita sudah dua jam lebih mengendarai mobil sejak mendarat di Surabaya! Ini sebenarnya mau ke mana?” kesal Ajeng. “Semakin lama kita semakin jauh dari peradaban! Lihat saja, hutan lembah tidak jelas!"

Lyra terdiam. Ia duduk di belakang sendiri sementara Rex beserta ibu dan adiknya ada di baris tengah. Memang, rumahnya sangat masuk ke pedalaman desa, jauh dari kata kota.

“Punya kakak ipar sama sekali tidak bisa dibanggakan! Orang miskin, orang kampung tidak berpendidikan! Apa sih pendidikan dia terakhir? Paling SMP!” Eva terus mencibir, merendahkan wanita yang duduk di kursi paling belakang.

“Sekalinya punya istri, orang udik! Luar biasa!” geleng Rex mencibir wanita yang ada di belakangnya. “Kalau cantik masih lumayan! Ini sudah jelek, tolol, kampungan pula! Apa yang mau aku banggakan?”

“Papa bilang berhenti menghinanya! Kamu sendiri yang membuat masalah, Rex! Makanya, berhentilah mabuk-mabukan!”

Semua terdiam begitu suara Harlan sudah menggelegar sarat dengan emosi. Rex yang duduk di dekat jendela menoleh ke belakang dengan sorot kebencian.

“Kalian semua nanti jangan buat Papa malu di depan keluarga Lyra! Kalian harus bersikap baik dan terlihat menyayangi dia! Awas, ya, kalau sampai kalian seperti ini!” pungkas lelaki berusia menjelang 60 tahun tersebut sedikit terengah.

Ajeng melengos, “Cih! Dengan keluarga kampung yang miskin saja kita harus berpura-pura baik? Apa untungnya? Kalau di depan keluarga Karina yang pejabat itu barulah kita harus jaga sikap!”

“Melepas calon mantu seperti Karina, dapatnya malah Lyra! Membuang berlian, dapatnya kotoran kucing!” desis ibu dua anak tanpa rasa berdosa menyamakan perawat manis di kursi belakang dengan seonggok kotoran kucing.

“Kamu lagi! Terus saja begini! Bulan depan kita batalkan saja pergi ke Paris!” ancam Harlan. Telinganya sendiri panas mendengar Lyra disebut kotoran kucing.

Melototlah mata istrinya. “Heh, apa-apaan, Pa? Tidak boleh begitu!”

“Kamu juga, Eva! Kalau mulutmu itu masih terus pedas, tidak usah beli Honda Accord terbaru, ya!”

Gadis cantik berkulit sawo matang ikut mendelik. “Jangan begitu, Pa! Aku diam saja nanti! Mau taruh di mana mukaku kalau tidak jadi beli Accord baru? Diana baru ganti Fortuner! Dia akan menertawakan aku kalau tidak jadi beli mobil!”

“Makanya jaga mulutmu itu!” tegas Harlan sekali lagi. “Dan kamu Rex! Kalau sampai kamu tidak mesra dengan Lyra, kalau sampai keluarganya curiga, Papa usir kamu dari rumah! Semuanya paham atau tidak!”

“Paham, Pa!” seru ketiga orang serempak.

Lyra yang duduk di belakang sendiri terus menunduk sambil menahan isak. Hatinya pedih, teriris sembilu hingga membuat panas matanya yang berkaca-kaca. Akan tetapi, sebisa mungkin dia menahan diri agar tidak menangis.

Malu rasanya kalau harus menangis. Direndahkan dan dihina seperti ini, tentu ia sakit hati. Namun, apa mau dikata? Jika sampai yang lain tahu dia menangis, tentu akan semakin dihina. Maka, gadis itu hanya diam dan meremas celana kainnya sendiri.

Demi menjaga nama baik keluarga, ia bersedia menjadi istri Rex dan dihina. Tidak apa, toh hutang berobat ayahnya akan dilunasi. Berkorban, bukankah itu sesuatu yang mulia? Menguatkan diri, membayangkan wajah keluarganya demi menjadikan diri lebih kuat!

Untungnya, setelah perjalanan yang melelahkan, sampailah mereka di rumah Lyra ketika hari menjelang sore. Turun dari mobil sewaan, keluarga Adiwangsa terperangah dengan tampilan sekitar.

Pohon rindang mengelilingi rumah yang terbuat dari bata tanpa disemen. Pintu serta jendela dan semua kusennya dari kayu yang tidak dicat. Pagar rumah tidak ada, yang menyambut mereka pertama justru sekian ekor ayam berkeliaran bebas.

Rex langsung berbisik pada ibu dan adiknya. “Awas! Hati-hati! Banyak kotoran ayam di sini!”

Di Jakarta -terutama bagian Selatan yaitu kawasan Pondok Indah- tidak ada rumah seperti di sini yang punya ayam berkeliaran dan kotorannya di mana-mana.

Lyra berjalan, lalu membuka pintu dan menyerukan salam. “Bapak, Ibu?” panggilnya.

Sontak terdengar suara langkah kaki berlari dari ruangan belakang. Itu adalah kedua adik Lyra. Lalu, di belakangnya ada dua sosok yang wajahnya sudah mulai keriput.

“Itu calon mertuamu, Kak? Ya, ampun! Lebih baik kamu bunuh diri saja!” cibir Eva berbisik meski bibirnya tersenyum ramah.

Rex melirik dengan matanya yang sedikit sipit seperti aktor Korea. Tidak menjawab apa-apa, tetapi hatinya sama muak dengan Eva. Melihat ayah Lyra yang kulitnya hitam legam memakai baju koko dan sarung, ia seperti melihat tukang kebun di rumah saat sore hari.

‘Mati sajalah aku! Demi apa aku harus memiliki mertua sekampungan ini!’ jerit pemuda itu ingin menangis di dalam hati.

“Maaf, kami sedang mempersiapkan makanan di belakang. Jadi, tidak dengar,” sapa ayahnya Lyra. Mereka semua telah dipesani agar jangan berbicara bahasa Jawa Timuran karena keluarga Adiwangsa tidak mengerti bahasa tersebut.

“Saya Suripto, ayahnya Lyra,” ucap lelaki yang sehari-hari biasa mengurusi kolam ikan lele di belakang rumah.

“Saya Narsih, ibunya Lyra,” ucap wanita yang rambutnya ditumbuhi uban. Ia memakai gamis lusuh berwarna biru muda. Sepertinya, ini adalah pakaian terbaik yang mereka miliki.

Bagaimana bisa membeli baju mewah kalau lantainya masih terdiri dari plesteran semen saja tanpa lantai? Apalagi, atapnya langsung genteng tanpa eternit.

Harlan menjabat kedua tangan calon besannya dengan sopan dan hangat. Berbeda ketika Ajeng yang harus bersalaman. Wajah istrinya langsung memerah dan napas berembus kencang.

Tangan yang diangkat tidak sanggup berjaba sehangat suaminya. Yang ada di bayangan Ajeng adalah tangan orang tua Lyra pasti kotor penuh kotoran ayam di depan tadi. Maka, ia hanya menyentuhkan ujung jari-jarinya ke ujung jari-jari orang desa tersebut.

Bahkan, setelah menyentuhkan jari, ia mengusap di balik punggung. ‘Sialan! Bakteri apa ini yang sudah menempel di tanganku! Harus segera disemprot hand sanitizer!’ geram Ajeng dalam hati.

“Bapak, Ibu, ini Mas Rexanda, calon suamiku,” ucap Lyra tersenyum sendu, memperkenalkan pemuda yang berdiri di sebelahnya.

“Ehm, iya, selamat sore, Pak, Bu,” angguk Rex menjabat singkat. Tidak ada cium tangan seperti adat orang Jawa pada umumnya.

Suripto dan Narsih saling pandang, tetapi mereka kembali teringat ini adalah keluarga dari Ibu Kota Jakarta di mana adat sopan santun serta norma sudah semakin luntur.

“Pa, Ma, ini Endaru dan Gayatri, adik-adik saya.” Lyra memperkenalkan kedua adiknya.

“Hmm,” senyum Ajeng dingin dan segera melengos. Mendengar Lyra memanggilnya Ma sudah cukup untuk membuat asam lambung naik hingga ingin muntah.

“Monggo, monggo! Silakan duduk! Mohon maaf rumahnya kotor karena di kampung,” senyum Suripto lebar mempersilakan semua duduk di kursi rotan yang benar-benar terlihat usang.

“Aku yakin kursi itu banyak kutunya, Ma!” bisik Eva menarik-narik lengan baju ibunya.

Ajeng menoleh dan berbisik balik. “Diam saja kamu! Mau tidak jadi beli Accord, hah? Pakai saja terus mobil bututmu itu ke mana-mana tidak usah ganti baru!”

Cemberut dan ingin berteriak jengkel, tetapi Eva akhirnya duduk berdampingan dengan ibu dan ayahnya.

“Mbak Eva kalungnya bagus sekali,” puji Gayatri memandangi kalung emas calon iparnya dengan takjub.

Eva tersenyum culas. “Ini kalung emas putih! Harganya sekitar 20 juta!”

Maka, terbelalaklah keluarga Suripto mendengar harga kalung tersebut. Mereka langsung menggelengkan kepala.

“Oleh sepeda motor siji!” bisik Suripto pada istrinya terkekeh.

“Oleh loro yen second, Pak!” tanggap Narsih mengatakan dengan harga demikian  bisa dapat dua sepeda motor bekas.

Eva menggelengkan kepala. Kembali berbisik kepada ibunya. “Ma, sumpah! Demi apa mereka kampungan sekali! Harga segitu saja sudah terheran-heran! Dasar orang miskin!”

Harlan segera mulai berbicara agar suasana tidak semakin canggung dan berlarut. Ia khawatir anak dan istrinya merusak semua rencana yang telah ia bangun. “Mohon maaf atas kedatangan kami yang mendadak ini.”

“Kami datang kemari untuk melamar Lyra Kanigara menjadi istri dari Rexanda Adiwangsa. Mereka sudah berpacaran selama enam bulan. Supaya tidak terjadi fitnah, maka saya berniat untuk menikahkan mereka.”

Sungguh indah ucapan Harlan. Supaya tidak terjadi fitnah? Padahal, bukan hanya fitnah, tetapi sang gadis telah dinoadi dengan kejam. Namun, tidak ada cara lain kecuali mengarang cerita untuk menutupi aib putranya.

Suripto menghela napas panjang, lalu menatap pada Lyra dan Rex. “Kok, mendadak sekali sebenarnya ada apa?”

“Saya hanya ingin segera menghalalkan Lyra, Pak. Saya sangat mencintainya,” jawab Rex bermain peran. Ia rangkul calon istri sambil merengkuh jemari lentik. “Betul, ‘kan, Lyra?”

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rini Desmiati
semoga eva mengalami nasib seperti lyra
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.05 SAH!

    Tersenyum kagok, tetapi mengikuti drama Rex dengan sebisa mungkin. “I-iya, Mas ….”Narsih buka suara, “Masalahnya, kami tidak ada dana untuk menikahkan Lyra, Bapak dan Ibu Adiwangsa. Hutang operasi jantung ayahnya saja masih belum lunas.”Harlan tersenyum, lalu menjelaskan, “Semua biaya kami yang menanggung. Acara akan diadakan di hotel di Malang kota besok lusa. Seluruh saudara dan kerabat dari Pak Suripto dan Bu Narsih silakan datang. Kami membawa 50 undangan, nanti silakan diisi sendiri dan dibagikan.”“Kami juga sudah menyewa wedding organizer untuk melaksanakan pesta ini dengan baik. Semua sudah mereka atur. Kalian cukup datang, itu saja. Nanti saya juga akan mengirim kendaraan kemari untuk menjemput.”Suripto dan Narsih saling pandang terbelalak. Begitu pula dengan Endaru dan Gayatri. Lalu, keempatnya menoleh pada Lyra.“Iya, Pak, Bu, seperti yang aku jelaskan di telepon. Pak Harlan akan ke luar negeri dalam waktu lama. Jadi, pernikahannya dimajukan,” jelas Lyra dengan satu keboh

    Last Updated : 2023-12-05
  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.06 Marah

    Di sisi lain, Rex masih bertelpon ria dengan kekasihnya. “Malam pertama? Aku dengan perawat yang gila itu? Lebih baik aku mati daripada malam pertama dengannya!” sinisnya, tak peduli bahwa dia dapat didengar Lyra. “Tenang saja, Sayang. Cintaku hanya buat kamu! Mana mungkin aku bisa mencintai perempuan lacur kampungan seperti Lyra?” “Nanti kalau aku sudah kembali ke Jakarta, pasti aku akan segera menemuimu. Kita check in di hotel seperti biasa, ya?” rayu Rex dengan suara mendayu. “Aku merindukan pelukan serta sentuhanmu.” “Oke, love you, Marina Sayang!” pungkas Rex kemudian selesai menerima telepon. Lalu, ia berseru kencang. “Dengar itu, Lacur? Wanita yang aku cintai bernama Marina! Dia anak orang terhormat! Anak pejabat! Tidak seperti kamu yang anaknya petani desa! Bukan seperti kamu yang anaknya Suripto pengumpul kotoran ayam!” Rex menghina keluarga Lyra bukan kepalang tanggung. Ayah wanita itu dikatakan pengumpul kotoran ayam karena rumahnya kemarin banyak ayam berkeliaran saat

    Last Updated : 2023-12-07
  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.07 Ancaman

    Bentakan dari sang ayah menggebrak nurani Rex. Mengusik seakan sedang ditampar secara langsung. Akan tetapi, bukannya sadar, ia tetap tidak mau mengaku.“Aku tidak berbuat apa-apa,” dustanya lagi.Harlan menggeleng, napas pun terengah. “Sejak kamu lahir, Papa begitu bangga denganmu. Nilai di sekolah selalu yang terbaik! Kamu selalu menjadi salah satu lulusan terbaik, Rex!”“Papa selalu berpikir bisnis kita akan berlanjut di tangan yang tepat karena kecerdasanmu di atas rata-rata. Kamu pun tidak ada masalah hingga lulus kuliah! Tapi, setelah kamu bersama Marina ... semua berubah!” dengkus Harlan pilu.Mendengar nama kekasihnya disebut, Rex tidak terima. “Apa maksud Papa? Marina dan aku saling mencintai! Apanya yang berubah? Dia sangat memperlakukan aku dengan baik!”“Baik apanya? Sejak bersama Marina, kamu jadi sering party di klub malam! Papa sudah bertanya ke teman-teman, mereka bercerita bahwa sejak ayahnya Marina meninggal dunia, gadis itu hanya terus menghamburkan harta warisan!”

    Last Updated : 2023-12-07
  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch. 08 Kemesraan Palsu

    Rex selesai menelepon Marina, lalu jatuh tertidur hingga sore. Saat pintu kamarnya diketuk, ia pun terbangun. Berjalan gontai menuju pintu, membukanya, dan melihat sang ayah di depan kamar. “Malam ini kita akan makan di luar. Berangkat satu jam lagi. Beritahu Lyra, ya? Mana dia?” tanya Harlan saat melongok ke kamar dan tidak menemukan menantunya. “Aku tidak tahu, dia keluar kamar dari siang. Katanya mau ke bawah,” jawab Rex mengendikkan bahu.“Kamu ini bagaimana? Istri sendiri di mana, kok, tidak tahu? Kamu lupa kata-kata Papa? Mau fasilitas dicabut?” kesal Harlan menghela jengkel. “Ayo, cari sekarang!”Rex menahan emosi, “Papa ini kenapa, sih? Dengan Lyra, kok, perhatian sekali? Dia itu Cuma perawat Nenek Tariyah saja, Pa!”“Dia itu perempuan yang sudah kamu rudapaksa, Rex! Sebagai seorang wanita dia pasti hancur! Papa kasihan padanya! Apa kamu tidak punya hati nurani sampai terus mengasarinya?” balas Harlan ikut melangkah mencari Lyra.Rex hanya diam diomeli begitu oleh sang Ayah.

    Last Updated : 2023-12-09
  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.09 Gugurkan Saja Bayinya!

    Lyra sampai tidak jadi menyuap sendok makanan ke dalam mulut. Ia letakkan kembali ke atas piring. “Kok, lama sekali, Mas?” tanya Ajeng. “Pa, kalau Papa pergi selama itu, bagaimana dengan Honda Accord terbaruku? Teman-teman sudah terus bertanya kapan mobilku diganti?” rengek Eva cemberut. “Papa mundurkan terus beli mobil baruku!” Harlan menghela, “Ini ke Jepang untuk meninjau beberapa pabrik, lalu memastikan semuanya berjalan lancar. Kamu mau Papa kena tipu? Kalau sampai kena tipu, tidak usah bicara Honda Accord terbaru! Mengerti?” tegas sang ayah pada Eva. Lyra menunduk, meremas jemarinya sendiri dengan kegugupan yang luar biasa. Ia melirik ke sebelah di mana Rex mengeluarkan ponsel. Sekilas, bisa melihat apa yang dilakukan suaminya yaitu mengirim pesan kepada kekasih gelapnya. [Papa akan ke Jepang selama dua minggu. Kita merdeka! Sampai rumah akan kutelepon. Love you, Sayang.] Terengah, tetapi ditahan. Benar saja, kepergian Harlan tentu menjadi surga bagi Rex untuk berbuat apa

    Last Updated : 2023-12-17
  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch. 10 Pantasnya dengan Pembantu!

    Lyra tak percaya dengan apa yang dia dengar. Apalagi, Rex mengucap dengan tanpa beban. Seakan benih yang mungkin ada itu hanyalah seonggok sampah tak penting! Padahal, bukankah itu darah dagingnya sendiri?“Mengugurkan bayi tak berdosa sama saja melakukan pembunuhan! Aku tidak mau membunuh anak kita sendiri!” hentak Lyra dengan tegas. Rex makin emosi hingga dadanya kembang kempis dan napas memburu panas. “Bawel, kamu, ya! Sok punya nurani, padahal aslinya kamu yang menjebakku, sialan kamu!” makinya mendadak menerkam Lyra. Akan tetapi, sang wanita berhasil menghindar hingga tangan Rex hanya menyentuh udara kosong. Tentu saja, ini membuatnya semakin murka. “Lacur sialan! Awas, kamu!” “Aku ini istrimu! Tidur di ranjang saja tidak boleh, itu keterlaluan!” seru Lyra kembali mencoba menghindar. “Apa kamu sama sekali tidak punya hati, Mas?” Namun, kali ini ia gagal! Jemari kokoh Rex berhasil mencengkram lengannya. Tanpa rasa kasihan sama sekali, tubuh Lyra dihempas ke arah pintu hingga m

    Last Updated : 2023-12-17
  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.11 Memamerkan Istri Jelek

    Niat hati tidak ikut makan pagi bersama keluarga Adiwangsa. Akan tetapi, saat Harlan menelepon dan mencari Rex, tidak ada yang bisa ia perbuat selain mencoba untuk masuk ke dalam ruang yang terasa menyeramkan tersebut. “Kamu itu pantasnya makan di belakang, dengan pembantu dan sopir! Jangan merasa sudah menjadi bagian dari keluarga kami, ya!” bentak Ajeng sekali lagi. Lyra berhenti melangkah, hatinya bergetar dengan perih kesekian ribu kalinya. Eva tertawa pelan, “Mungkin dia merasa besar kepala karena Papa selalu membelanya. Ajian apa, sih, yang kamu beri ke Papaku sampai bisa tunduk begitu?” Menggeleng, “Demi Tuhan, saya tidak pernah menggunakan hal-hal kotor semacam itu!” seru Lyra mendelik. “Eh, tapi benar, lho, Ma! Katanya Marina juga paling Lyra ini memakai ilmu hitam sampai Papa seperti kerbau dicocok hidung. Lihat saja bagaimana Papa selalu membelanya dan menyengsarakan kita!” desis Rex terkekeh, melirik sinis pada sang istri. “Kalau aku pakai ilmu hitam, kenapa tidak ka

    Last Updated : 2023-12-17
  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.12 Ayo! Ajukan Cerai!

    Rex terbahak mendengar apa yang diucapkan oleh Marina, kekasih gelapnya. Mereka berdua dengan sengaja menghina mantan perawat lansia tersebut."Coba dicek, Rex. Apa dia bau GPU?" gelak Marina makin kencang."Apa itu GPU?" Rex ikut tertawa meski tidak paham apa yang dimaksud. "Itu, GPU minya gosok! Biasanya orang tua kalau dipijat pakai minyak GPU!" Meledaklah tawa Marina disambut hak serupa oleh Rex. Tertegun, Lyra menatap layar, memperhatikan wajah Marina yang nampak sangat cantik. Hidung mancung, rambut dicat cokelat terang, dan memakai soft lens berwarna biru terang. Untuk sesaat, kekasihnya Rex itu terlihat seperti orang asing sungguhan. 'Ya, Tuhan. Inikah yang bernama Marina? Dia sungguh cantik! Sedangkan aku? Astaga! Mereka pasti akan terus menghinaku karena aku tak secantik dia!' jerit Lyra di dalam batin. Rex tertawa mendengar ejekan kekasihnya, “Iya, ‘kan, dia jelek? Makanya, kamu tidak usah cemburu meski aku satu kamar dengannya. Biar ada gempa bumi sekalipun, aku tidak

    Last Updated : 2023-12-17

Latest chapter

  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.87 Buah Hati Tercinta (END)

    “Apa-apaan! Kalian apa sudah gila menuduhku begitu!” bentak Marina dengan dada kembang kempis dan wajah yang mulai memucat. Dua polisi tetap tenang dan hanya tersenyum datar. “Anda baru saja melakukan pemerasan terhadap Tuan Rexanda Adiwanga. Semua bukti percakapan telah direkam, dan bukti pengiriman uang telah dilakukan oleh beliau.”“Oleh beliau? Beliau siapa?” engah Marina menggeleng. “Ini sebuah kesalahan! Aku tidak melakukan apa pun!”“Itu, pria yang ada di depan restoran yang telah melaporkan kasus ini kepada kami sejak tadi malam.”Dua lelaki bertubuh besar menggeser posisi mereka agar Marina bisa melihat siapa yang dimaksud. Mata wanita licik itu tebelalak saat memandang siapa yang ada di depan pintu restoran.Rexanda berdiri di sana, merangkul Lyra dengan mesra. Keduanya menatap ke arah Marina sambil tersenyum puas. Kali ini, tidak akan ada lagi yang mengganggu rumah tangga mereka. “Selamat menikmati penjara sampai beberapa tahun ke depan!” seru Rex sambil memberikan kiss b

  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.86 Transaksi Dengan Marina

    “Pilihan apa yang kamu punya, hah? Mau hamil seorang diri? Mumpung kehamilanmu masih di awal, lebih baik punya suami supaya tidak malu!” bentak Harlan. “Kamu punya calon lebih baik?”Rex menghela panjang, “Sudahlah, Eva. Terima saja, kamu tidak ada pilihan lain. Kalau mencari lelaki yang sederajat dengan kita, mana ada yang mau?”Gadis itu menangis tersedu sembari menangkup wajahnya. Ia kembali didera perasaan sedang dihukum. Dulu selalu menghina Lyra orang kampung. Sekarang, dirinya pun akan memiliki suami orang kampung. Harlan mengembus berat, penuh beban, “Sudah, itu adalah yang terbaik. Minggu depan mereka datang ke rumah dan kalian akan menikah secara sederhana. Kita akan mengatakan pada orang-orang karena Mama sedang sakit, maka tidak jadi mengadakan pesta.”“Apa Papa sudah berhasil menemukan Ichad?” isak Eva masih berharap kekasihnya yang akan menikahi dia.“Polisi masih mencarinya. Tapi, saat ditemukan pun, kata polisi bukti penipuan adalah lemah. Kamu dengan sengaja dan sada

  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.85 Apakah Lyra Beruntung

    “Kurang ajar! Wanita siala4n!” Rex memaki layar ponselnya sendiri. “Bisa-bisanya kamu mengancamku!”Dengan terengah, ia segera menelepon Marina. “Bangs4t kamu, ya!”Namun, yang dimaki hanya tertawa santai, “Kamu yang bangs4t, Rex! Kamu dulu janji mau menikahi aku saat mengambil keperawananku. Masih ingat, tidak?”“Waktu itu, saat kamu menelanjangiku, kamu bilang … aku mencintaimu, Marina. Aku akan menikahimu, aku berjani. Dan aku percaya, aku serahkan kesucianku padamu. Nyatanya apa? Dua tahun berlalu, kamu justru meniduri pembantu sialan itu!” desis foto model seksi itu tersenyum culas. Rex terengah, “Kalau sampai kamu sebar video itu, aku akan membuat perhitungan denganmu, brengs3k! Aku tidak akan tinggal diam!” “Silakan saja, silakan buat perhitungan denganku. Kamu pikir aku takut? Biar semua teman-teman kita, biar semua keluargamu melihat kita sedang sama-sama telanjang. Aku mau tahu, apa kamu dan istri kampungan tercinta masih bisa hidup nyaman setelah itu?” tawa Marina makin t

  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.84 Balasan Setiap Perbuatan

    Mengurungkan niat untuk pergi ke restoran dan merayakan kehamilan Lyra, akhirnya justru mereka mengepak barang untuk kembali ke Jakarta. Kondisi Ajeng yang kritis membuat detak jantung Harlan dan Rex tidak bisa tenang.“Pak, Bu, maaf, karena kami harus segera kembali ke Jakarta siang ini juga. Nanti, saya akan kirim kontraktor kemari untuk memperbaiki rumah Bapak dan Ibu, ya,” pamit Rex sekaligus mengatakan itu semua saat mencium tangan kedua mertuanya.“Kontraktor untuk memperbaiki rumah? Tidak usah, Nak Rexanda. Bapak belum ada dananya. Lain kali saja, ya?” geleng Suripto menolak dengan gugup. “Saya yang menanggung biayanya. Bapak dan Ibu tenang saja dan tinggal menikmati rumah yang nanti lebih baik dari ini,” senyum Rex. Lyra yang ada di sebelahnya terbelalak, nyaris tak percaya.Ajeng menggeleng, “Aduh, jangan, Nak Rexanda. Nanti habisnya banyak. Sudah, yang penting Bapak dan Ibu titip Lyra saja. Perlakukan istrimu dengan baik dan penuh kasih sayang, itu sudah lebih dari cukup. K

  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.83 Dua Garis Biru

    Pagi yang berembun di kaki gunung, tempat Lyra tinggal selama beberapa hari ini. Seperti biasa, mereka semua sarapan pagi bersama. Namun, kali ini ada yang berbeda. “Hmmppp!” Lyra menutup mulutnya secara mendadak dan berlari ke kamar mandi. “Hmppff!” Suara muntah tertahan semakin intens terdengar.Narsih dan Suripto saling pandang, begitu juga Rex dan Harlan yang bertukar tatap dengan bingung. Tanpa disuruh, Tuan Muda Adiwangsa cepat berlari mengikuti langkah istrinya menuju kamar mandi. “Hoeeek! Hoeeek!”Lyra memuntahkan apa yang dia makan barusan. Rasa mual menghajarnya dengan cukup ekstrim pagi ini. Rexanda memasuki kamar mandi, membantu menyibak ke belakang rambut hitam tebal dan panjang milik sang istri.Lalu, ia bertanya, “Kamu masuk angin, Sayang?” Dengan khawatir memijit tengkuk wanita yang ia cintai.Lyra tidak menjawab, terus saja ia memuntahkan sarapan yang baru beberapa menit masuk ke dalam lambung. Suara terengah hebat terdengar dari bibirnya.“Panggil dokter, ya?” Rex

  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.82 Boleh Peluk Kamu?

    Tiga hari berlalu dan Lyra belum ada tanda-tanda akan luluh. Pagi keempat, saat sarapan bersama, wajah Rex terlihat pucat. Ia pun berkali-kali bersin dan berdehem. “Kamu sakit?” tanya Harlan melirik. “Cuma flu saja, Pa,” geleng Rex. “Tenggorokanku agak perih. Mungkin efek hawa dingin. Aku belum terbiasa.”“Di kamarmu ada AC yang selalu dipasang 18’, Mas. Apa iya kamu tidak tahan dingin?” sindir Lyra melirik dan tetap cemberut. Rex mengendikkan bahu, “Mungkin karena aku selalu tidur di lantai. Jadi, dinginnya lebih menusuk tulang.”“Nak Rex tidur di lantai? Ya, Tuhan! Lyra, kamu apa-apaan!” pekik Narsih terkejut. Lyra mendelik, menatap jengkel pada suaminya. Lalu, ia menoleh pada ibunya, “Kasur aku kan kecil, Bu. Mana muat dibuat tidur berdua? Jadi, ya, Mas Rex tidur di atas tikar.”Harlan terkikik, lalu menggeleng. ‘Sekarang kamu merasakan jadi orang susah, Rex!’“Tidak apa, Bu. Saya hanya flu biasa. Apa ada obat flu?” senyum Rex berusaha nampak sebagai menantu idaman yang tidak ba

  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.81 Tidur Beralaskan Tikar

    Rex sangat terkejut dengan tepisan tangan Lyra yang menolak sentuhannya. Apalagi, sang istri mengatakan jijik dengan dirinya. Ia menggeleng pilu, “Maafkan aku, please?”“Tidak mau! Aku sudah sering memaafkan kamu sebelumnya! Sudah, kembali saja sana ke Jakarta! Aku tidak mau memaafkanmu!” desis Lyra menolak.“Aku memang bajing4an, aku bersalah sepenuhnya, Sayang. Tolong beri aku kesempatan sekali lagi? Aku janji akan berubah!”“Apanya berubah? Kamu janji tidak mau minum lagi, tidak mau mabuk lagi, tidak berhubungan dengan Marina lagi. Nyatanya apa? Semua itu kamu langgar! Kamu tidak bisa dipercaya!”“Iya, iya, aku memang brengs3k, aku tahu itu. Kamu boleh memakiku sepuasnya, tapi ... maafkan aku, ya?” rajuk Rex menampilkan wajah memelasnya. Lyra mendengkus, “Aku akan memaafkan kamu, kalau kamu kemari membawa surat cerai!”Rex terbelalak, lalu merengek, “Jangan begitu, Sayang. Kita tidak boleh sedikit-sedikit bercerai. Kalau rumah tangga ada masalah harus diselesaikan, bukan ditinggal

  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.80 Aku Jijik Denganmu

    Mata Lyra sontak mendelik saat melihat ada kendaraan hitam berhenti di depan rumahnya. Siapa lagi yang naik mobil mendatangi rumah Bapak Suripto jika bukan seseorang dari kota? Kalau tetangga, biasanya naik sepeda atau sepeda motor.Yakin itu adalah sang suami yang datang, Lyra justru melompat turun dari kursi dan berlari sekencang mungkin menuju kamar sambil berteriak, “Aku tidak mau bertemu Mas Reeex! Suruh saja dia pulaaang!”Suripto dan Narsih saling lirik. Ada apa dengan putri mereka sampai sebegitunya? Namun, mereka hanya menggeleng dan menahan tawa melihat kelakuan Lyra.Pasangan suami istri itu kemudian berdiri dan segera keluar rumah, bersamaan dengan dua lelaki turun dari mobil. Dugaan mereka tidak salah karena itu sungguh adalah Harlan dan Rexanda yang datang. Ayah dan anak sedang menurunkan koper dari bagasi kendaraan.“Pak Suripto! Besanku tersayang! Apa kabar?” seru Harlan langsung menjabat dan memeluk ramah. Sedikit bergurau, memanggil besannya dengan kata tersayang. Ta

  • SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA    Ch.79 Menuju Kata Maaf

    Rexanda sedang dalam perjalanan menuju bandara bersama ayahnya. Tujuan penerbangan adalah kota Surabaya. Ada misi khusus yaitu menguntai ulang benang rumah tangga yang sedang terancam putus.Ia banyak terdiam sepanjang melalui keramaian jalan raya. Ponsel berbunyi, ada notifikasi masuk. Melihat siapa yang mengirim pesan, napasnya terembus jengkel. Marina [Halo, Rex, apa kabar?] Rex [Mau apa menghubungiku?]Marina [Mau minta tolong. Ini benar-benar darurat.]Rex [Apa?]Marina [Aku butuh uang, Rex. Adikku sakit usus buntu, tadi malam masuk rumah sakit. Kami tidak punya asuransi lagi seperti dulu. Aku pinjam 100 juta bisa? Nanti kalau ada rejeki pasti kukembalikan.]Rex [Aku tidak ada uang.]Marina [Ayolah, Rex. Demi kemanusiaan? Lagipula, kita kemarin baru saja tidur bersama. Apa iya kamu tidak ada rasa kasihan sama sekali kepadaku?]Rex [Aku mabuk! Kamu yang menelepon Lyra, ‘kan? Aku tidak mungkin segila itu meneleponnya! Saat aku mabuk berat, aku biasanya tidur, tidak berbuat apa-ap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status