SETELAH KITA BERPISAH 38.**Mata Hans berkilat marah melihat bayi yang sedang tertidur lelap dalam ayunan. Rasa benci membuncah begitu saja teringat kalau bayi ini adalah hasil perzinahan antara Rizka dan juga Zaki. Padahal tanpa dia tau kalau Rahman anak kandungnya sendiri.Ternyata bukan dia saja yang melakukan perbuatan tercela. Rizka juga melakukannya. Namun, dia sangat pintar berkamuflase dan bersembunyi. Hans yang harus menanggung malu menanggung derita dicibir oleh semua orang.Lelaki itu mengangkat begitu saja tubuh ringan bayi dan dalam sekejap Rahman sudah dalam gendongannya. Tatapannya sangat tajam menatap bayi itu yang sangat damai dalam tidurnya."Kamu adalah anak yang tak di harapkan!" katanya berbisik.Mata Hans melirik ke kanan dan ke kiri. Lelaki itu tidak menemukan siapapun di sini. Hans harus segera membawa bayi ini. Dia juga tidak punya rencana lebih lanjut tetapi yang penting dia membawa saja bayi itu, dia merasa benci sebenci-bencinya pada kehidupan Rizka yang s
Hingga akhirnya mereka sampai di rumah kontrakan Hans. Setelah menikah dengan Delia. Hans mengontrak rumah dengan perempuan pilihannya itu.Ngontrak di rumah yang sederhana karena pernikahan mereka juga tidak disetujui oleh orang tua Hans. Jadi mereka harus hidup seadanya dengan mengandalkan gaji mereka berdua sebagai PNS yang jabatannya sudah di turunkan.Dengan rasa malas dan juga gusar. Dita menggendong bayi enam bulan itu. Tiba-tiba bayi itu menangis kejer dalam gendongan Dita."Haduh, diam kamu. Diam!" kata Dita.Karena dibentak-bentak Dita, bayi itu bukan diam tapi semakin menangis. Rahman menangis, dia haus ingin minum susu. Rizka memberikan ASI eksklusif ke anaknya. Dan di usia 6 bulan ini Rahman juga sudah waktunya makan secara pelan-pelan. Dia lapar ingin makan dan ingin meminum susu.Rahman sangat rewel. Dita terus membawa Rahman masuk ke rumahnya Hans. Hans pusing ketika bayi itu nggak berarti menangis. Dia benar-benar muak mendengar tangisannya."Diam kamu anak se-tan!" b
SETELAH KITA BERPISAH 39.**"Kok kamu malah nggak ngejawab pertanyaan aku sih Bang! Tiba-tiba kamu datang kemari dan ada bayi. Bayi ini bayi siapa?!"Delia mendengkus kesal karena Hans tidak mau menjawab pertanyaannya malah bertanya tentang hal lain."Udah berani kamu sekarang sama aku ya Delia. Sekarang kamu udah berani bermain api di belakangku. Kamu sama sekali nggak menghargai aku malah diantar dan dijemput sama laki-laki. Di mana harga diri kamu sebagai perempuan!""Ngaco kamu kalau ngomong. Aku cuma diantar temanku. Lagi pula kendaraan kita udah nggak ada lagi dan aku harus naik bis serta jalan kaki ke mana-mana. Nggak ada salahnya kan kalau aku diantar sama temanku." Delia berkilah dengan cibiran sambil menatap kesal bayi yang tak berhenti menangis."Kita masih punya sepeda motor kamu bisa pakai kemana-mana gimana sih kamu!" seru Hans garang."Kamu suruh aku naik motor sementara Kamu naik mobil. Kamu benar-benar egois ya Bang. Nyesal aku nikah sama kamu!" kata Delia sengit.Su
Hans mengacak rambutnya frustrasi sambil memanggil Dita dan berharap adiknya itu mau mengurus Rahman. Sekarang karena dia sedang terlibat pertengkaran dengan Delia, istrinya. Hans juga nggak tahu apa yang sedang dilakukannya. Dia mengambil begitu saja Rahman tetapi kehidupan pribadinya juga sedang berantakan dengan Delia. Menculik Rahman sama sekali enggak ada dalam rencananya.Sementara itu, Delia juga kaget dengan perkataan yang keluar dari bibir adik iparnya yang mengatakan kalau bayi yang ada di lantai itu, yang sedang menangis dan meraung-raung, bayi yang membuat kepala Delia sakit mendengarkan tangisannya adalah bayinya Rizka, mantan istri Hans."Bang, ternyata Itu bayinya Rizka. Kenapa kamu bawa bayi ini kemari. Apa urusan kamu mengurusi bayi ini? Apa yang kamu inginkan dari bayi ini. Kamu nuduh aku yang tidak berdasar sementara kamu sendiri masih belum move on dari Rizka sampai kamu harus mengambil bayinya!" kata Delia benci ke Hans."Diam kamu! Sekarang hidupku udah berantak
SETELAH KITA BERPISAH 40.**Dengan langkah cepat, Rizka segera mendatangi rumah Hans. Hatinya bergemuruh dan perasaannya hancur. Sudah tidak karuan lagi, mendengar suara tangisan bayinya. Apa yang diperbuat Hans kepada bayinya membuat hati Rizka teriris. Apakah bayinya baik-baik saja?Rizka berlari ingin menyelamatkan anaknya. Pasti anaknya sangat ketakutan di bawah perlakuan kasar Hans."Bang Hans, Apa yang kamu lakukan kepada anakku?! Dasar manusia durjana kamu. Bayi yang ada di tangan kamu itu manusia!"Rizka berlari dengan cepat mengambil bayinya.Hans terperangah setelah tiba-tiba melihat Rizka ada di depan rumah kontrakannya dan begitu saja mengambil bayinya. Padahal Hans ingin membuat bayi itu tidak menangis lagi sampai kapanpun. Melenyapkannya begitu saja. Begitulah keinginannya, kebencian yang mendalam pada orang-orang yang sudah memojokkannya. Rizka salah satu manusia yang paling di bencinya serta bayinya juga. Hans juga terkejut ketika bayi itu sudah di tangan Rizka. Wa
Saat Zaki sampai. Dia juga kaget melihat sikap Hans yang mengerikan dan mau menang sendiri. Apalagi dia melihat penampilan Rizka yang sudah tak karuan dengan hijab yang sudah diacak-acak serta ada darah yang mengalir lewat bibirnya."Hans ... Brengsek kamu! Apa yang kamu perbuat kepada istriku. Laki laki brengsek kamu! Kamu cuma beraninya sama perempuan!"Sambil mengatakan itu, emosi Zaki memuncak. Dia mendekati Hans dan memukul adik kandungnya tersebut dengan pukulan yang sangat kuat hingga Hans tersungkur begitu saja.Rizka segera menjauh dari Hans dan menenangkan bayi yang tidak berhenti-berhenti menangis. Rizka begitu takut terjadi apa-apa dengan anaknya. Rizka mencoba sekuat tenaga untuk menenangkan bayinya.Dia menyusui bayinya agar bayinya lebih tenang tetapi tetap saja Rahman merasa ketakutan. Riska bingung kenapa ini terjadi kepada dirinya dan bayinya? Rizka menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menjaga bayinya dengan baik. Saat ada di toko, dia malah pergi ke kamar mandi
Setelah kita berpisah 41.**Hans melotot mendengar ucapan Rizka. Dia tidak mempercayai ucapan yang keluar dari bibir Rizka. Bagaimana mungkin Rizka mengatakan kalau Rahman bayi yang diculiknya serta dianiayanya adalah putranya.Mereka dulu menikah setahun dan belum memiliki anak. Hans menduga kalau Rizka mandul, serta pikirannya Rizka nggak mungkin bisa punya anak. Namun, dia terkaget ketika benar-benar mendengar kalau Rahman adalah putranya."Rizka maksudmu apa?" tanya Hans.Riska menatap mantan suaminya dengan penuh kebencian. Anaknya yang menjerit-jerit serta tidak mau menyusu membuat wanita itu semakin merasa bimbang. Dia tidak akan pernah memaafkan perbuatan Hans yang sudah Di luar batas."Aku tidak akan mengulang ucapanku untuk kedua kalinya. Kalau kamu punya otak pasti kamu bakal mencerna apa yang ku katakan. Kamu dengar ya, Bang. Perbuatan kamu ini udah keterlaluan. Aku nggak akan membiarkan perbuatan kamu ini berhenti begitu saja. Semuanya akan diproses sesuai dengan hukum y
Mata Rizka membola melihat mantan suaminya serta Ibu mertuanya akan segera mendatanginya. Wajah Rizka berubah ketus dengan amarah yang memuncak. Dia ingin sekali mencakar-cakar Hans yang sudah membuat anaknya trauma. Gara-gara Hans anaknya harus dirawat intensif di rumah sakit.Bayinya mengalami beberapa kekerasan yang menyebabkan ketakutan luar biasa sehingga benar-benar harus dilakukan perawatan kondusif agar bayinya tidak trauma lagi dan bisa kembali sehat."Rizka ..."Suara bariton itu memanggilnya tetapi Rizka sangat jijik mendengarnya."Pergi dari sini! Apa yang kamu inginkan? Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja, Bang."Rizka sedikit berteriak karena dia tidak suka dengan kehadiran Hans serta Ibu mertua yang tidak bersikap bersahabat."Aku datang hanya mau tanya dan tau kebenaran tantang bayi itu. Kamu sengaja mau mempermainkan aku?!" Hans berkata garang."Pergi kamu dari sini! Untuk apa kamu tahu kebenaran. Aku sudah mengatakannya tadi dan aku tidak akan mengulang per
Kenapa rasa benci dan suka begitu cepat datang dan hilang? Apalagi sekarang dia melihat Rizka jauh lebih baik, jauh lebih cantik dari biasanya. Andai saja waktu bisa diulang. Jujur saja Hans tidak ingin kehilangan Rizka dan tidak ingin selingkuh dengan Delia.Dia ingin memperbaiki kehidupan rumah tangga mereka menjadi suami yang baik serta menjadi ayah yang baik untuk Rahman tapi semuanya sudah terlambat sekarang Zaki, abang kandungnya sudah menjadi suami Rizka.Semua sudah tidak lagi sama setelah mereka berpisah. Begitu banyak hal yang terjadi dan hal yang terjadi mengecewakan hidup Hans."Rizka ..." Dengan suara bergetar Hans membuka percakapan.Riska masih diam tidak menanggapinya. Entah apa yang diinginkan Hans di depannya ini."Apa yang kamu inginkan, Bang? Kenapa kamu menyuruhku datang kemari. Tidak puaskah kau ingin mencelakakan anakku. Kalau tidak datang tepat waktu mungkin anakku tinggal nama. Apakah itu keinginanmu?!"Akhirnya Rizka buka suara, tidak tahan lagi, dia meluapka
SETELAH KITA BERPISAH BAB ENDING**Dengan terpaksa Riska menyetujui untuk datang menjumpai Hans di lembaga pemasyarakatan. Walau hatinya menolak keras untuk menjumpai lelaki yang sudah membuat hidupnya hancur, Tapi dia nggak kuasa melihat ibu mertuanya yang menangis-nangis di depannya. Bu Nining menangis-nangis di depan Zaki, suaminya serta Ayah mertuanya.Saat itu Rizka mendapatkan keputusan yang tersulit jadi untuk menghentikan tangis wanita paruh baya itu dengan terpaksa dia harus menyetujuinya.Seketika Bu Nining menghentikan tangisannya saat Rizka setuju untuk menjumpai Hans di penjara. Karena memang itulah tujuan dari Bu Nining datang menjumpai Rizka.Bu Nining akan berupaya agar Hans bisa berbicara serta meminta maaf kepada Rizka atas apa yang sudah dilakukannya terhadap putra mereka.Bu Nining sangat khawatir Karena bagaimanapun Rahman adalah anaknya. Seharusnya mereka memiliki hubungan baik antara ayah dan anak. Tapi sebaliknya begitu banyak permasalahan yang terjadi sehingg
Rizka mengganggukan kepalanya. Namun perasaan Rizka tidak enak. Apakah kedua orang tua Zaki menginginkan hal lain. Semoga saja perasaannya tidak benar dan mereka datang hanya untuk silaturahmi belaka.Zaki pun keluar dari ruangan yang biasa mereka gunakan ketika tinggal di sini. Zaki sengaja merenovasi sebuah ruangan untuk tempat tinggal mereka ketika mereka pulang kampung. Tak mungkin juga mereka tinggal terlalu lama di Hotel. Apalagi ada kasus seperti ini."Bapak, Ibu."Zaki pun duduk bersama kedua orang tuanya. Bapaknya menepuk bahu anaknya."Zaki. Kalian mau ke kota?" tanya Bapak."Iya, Pak. Rencananya kami besok pulang. Kasihan juga Rizka dan Rahman. Mereka sudah di sini terlalu lama dan mengalami kejadian yang kurang menyenangkan.""Zaki, sebelumnya Bapak ingin meminta sesuatu kepada kalian bisa kamu panggilkan Rizka sebentar saja. Ada yang ingin disampaikan."Mendengar ucapan dari Bapak di balik tembok, Rizka juga penasaran. Sebenarnya apa yang mereka inginkan sampai harus mema
SETELAH KITA BERPISAH 44.**Bu Nining gak bisa menjanjikan yang terlalu banyak kepada Hans, dia tahu Rizka akan menolak untuk bertemu dengannya. Tetapi melihat putranya yang murung, bersedih saat menjadi pesakitan di dalam tahanan membuat Bu Nining juga ikut merasa sedih.Kini setelah pulang dari lapas ketika selesai mengunjungi anaknya. Bu Nining terlihat masih kepikiran atas permintaan Hans yang menginginkan Rizka untuk menjenguknya beserta juga dengan putra, Rahman. Mungkin juga Hans ingin memohon maaf atas segala kesalahannya."Bu. Kamu mikirin apa sih dari kemarin kayaknya melamun terus?" tanya suaminya."Pak, kasihan juga ya si Hans. Ibu nggak nyangka kalau kehidupannya jadi kayak begini. Padahal dulu dia itu anak kebanggaan. Bisa jadi pegawai negeri tapi sekarang dia juga terancam di pecat dari pekerjaannya gara-gara kesalahan kecil aja."Wanita paruh baya itu menghela nafas panjang. Dia masih betah melamun. Sang suami duduk di sisinya. Bapak menatap istrinya."Nggak bisa dibi
Hans menahan air matanya. Dia akhirnya menangis sedih. Air mata penyesalan dan air mata ketakutan. Setelah apa yang dialaminya di dalam penjara."Aku gak mau di pecat dan di penjara, Pak!" Hans tersedu. "Sabar, Nak. Rizka juga nggak mau mencabut laporannya. Ibu juga nggak menyangka kalau Rahman itu anak kandungmu. Semua yang terjadi cobaan." Bu Nining menyambung.Mendengar ucapan ibunya semakin berkecamuklah hati Hans. Rasa bersalah semakin menjadi.Hans teringat ketika menyiksa Rahman. Mungkin kalau dia tahu Rahman adalah anak kandungnya. Dia tidak akan melakukan ini. Kenapa Rizka harus merahasiakan ini? Kenapa tidak memberitahukan Hans kalau Rahman adalah anak kandungnya? Kenapa Rizka menutup-nutupi semuanya? Sekarang dia harus mendekam di penjara. Gara-gara kesalahannya dan juga kesalahan Rizka yang tidak memberitahu dari awal."Kenapa dia gak bilang, Bu. Kenapa Rizka gak bilang kalau itu anakku!" kata Hans protes. Dia protes sambil menangis dan sedikit teriak. Rasa kalut Hans k
SETELAH KITA BERPISAH 43.**Alangkah bahagianya Hans ketika dikunjungi keluarganya. Kali ini Ibunya datang bersamaan dengan ayahnya serta Dita, adiknya. Mereka sengaja datang bertiga untuk mengunjungi Hans yang sedang ditahan di lapas.Sementara itu Zaki beserta Rizka tidak datang. Hans cukup sadar diri, dia tahu Rizka sangat membencinya.Hans masih sangat terpukul dengan berita kalau Rahman anak yang sengaja diculiknya dan ingin dihabisinya itu adalah anak kandungnya. Hans ingin mendengar sendiri dari bibir keluarganya apa yang terjadi sebenarnya.Menurut pengakuan Polisi. Setelah dilakukan tes DNA dan hasilnya keluar. Hans adalah Ayah kandungnya. Kini Hans tinggal menunggu proses pengadilan dan hukuman apa yang didapatkannya setelah dia melakukan tindak kejahatan, menculik anak serta melakukan tindakan penganiayaan.Bu Nining merasa sedih melihat putranya yang sedang duduk di hadapannya dan sangat terlihat kacau. Semangat hidupnya seakan-akan sirna. Wanita paruh baya itu tidak meli
Perlahan kepala Rizka mengangguk pertanda dia setuju untuk pergi ke rumah ibu mertua. Zaki merasa lega, dia tahu Rizka adalah wanita yang patuh. Zaki mengelus pundak istrinya dengan rasa sayang agar Rizka jauh lebih tenang menghadapi segala persoalan di rumahnya nanti.**Dengan perasaan yang bergejolak. Rizka menekan perasaan malasnya. Seharusnya mereka yang datang menjumpai Rahman yang sedang sakit tetapi justru keegoisan keluarga Hans menuntun Rizka untuk datang juga ke rumah Ibu mertuanya. Entah masalah apa yang akan dibicarakan mereka."Assalamualaikum."Zaki mengucapkan salam ke semuanya. Di jawab oleh Bapaknya. Sekarang semuanya sudah berkumpul. Di sana Ibu, Bapaknya, adiknya, Dita, Zaki Rizka dan juga Rahman yang sudah jauh lebih tenang dan kesehatannya juga lebih membaik.Yang tidak ada di sana hanya Hans karena Hans sudah ditangkap polisi seminggu yang lalu dan kasusnya tetap bergulir.Dengan perasaan yang tidak nyaman Rizka penduduk di samping Zaki dan akan mendengarkan apa
SETELAH KITA BERPISAH 42.**Netra Hans melotot ketika melihat lelaki berseragam mengejar dirinya. Spontan dia berlari. Seharusnya jika tidak bersalah, Hans tidak perlu takut. Tetapi dia tahu kalau dia salah. Hans salah sudah melakukan kekerasan ke seorang bayi dan dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.Polisi pun bergerak cepat untuk mengamankan Hans. Akhirnya dibantu juga oleh warga. Hans bisa ditangkap untuk dibawa ke kantor Polisi serta dimintai keterangan."Saya nggak bersalah, Pak. Kenapa Bapak harus menangkap saya?!" katanya berdalih."Kami punya surat penangkapan Bapak karena Bapak dilaporkan sudah melakukan tindak kekerasan. Persoalan kekerasan ini bukan persoalan kejahatan biasa jadi harus segera diadili secepatnya!"Hans masih berusaha melepaskan diri tapi apa daya. Dia sudah tertangkap, dia harus dipenjara lagi. Trauma itu masih tersisa ketika dia di penjara di rumah tahanan wilayatul hisbah. Sekarang mungkin dia akan dipenjara dengan penjara sebenarnya bukan penja
Mata Rizka membola melihat mantan suaminya serta Ibu mertuanya akan segera mendatanginya. Wajah Rizka berubah ketus dengan amarah yang memuncak. Dia ingin sekali mencakar-cakar Hans yang sudah membuat anaknya trauma. Gara-gara Hans anaknya harus dirawat intensif di rumah sakit.Bayinya mengalami beberapa kekerasan yang menyebabkan ketakutan luar biasa sehingga benar-benar harus dilakukan perawatan kondusif agar bayinya tidak trauma lagi dan bisa kembali sehat."Rizka ..."Suara bariton itu memanggilnya tetapi Rizka sangat jijik mendengarnya."Pergi dari sini! Apa yang kamu inginkan? Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja, Bang."Rizka sedikit berteriak karena dia tidak suka dengan kehadiran Hans serta Ibu mertua yang tidak bersikap bersahabat."Aku datang hanya mau tanya dan tau kebenaran tantang bayi itu. Kamu sengaja mau mempermainkan aku?!" Hans berkata garang."Pergi kamu dari sini! Untuk apa kamu tahu kebenaran. Aku sudah mengatakannya tadi dan aku tidak akan mengulang per