Share

20. Telur Ceplok

Penulis: Tetiimulyati
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-09 16:22:27

Dia terus menatapku meskipun tidak segarang tadi. Merasa tidak enak diperhatikan seperti itu, akhirnya aku berdiri dan merapikan baju-baju yang berantakan itu, lalu menyimpannya ke tempat cucian.

"Sebaiknya kamu mandi, kamu belum melaksanakan salat zuhur 'kan?" Om Do setengah berteriak.

Huft, lagi-lagi!

Tidak ingin protes akhirnya aku melakukan apa yang barusan diperintahkan, mandi dan salat sebisanya aku.

Selesai salat aku melihat pria itu sedang duduk di depan laptopnya. Berarti dia tidak ikut menjaga tokonya, aku menyimpulkan seperti itu. Kalau begitu pasti dia punya pekerjaan lain atau mungkin kebetulan hari ini dia ada kegiatan di luar dan tidak di toko. Entahlah.

Karena di kampus aku belum sempat beli makanan, maka sekarang aku merasakan kalau perut ini perlu diisi. Aku berjalan keluar dari kamar sambil memegangi dan mengusap perutku.

"Kalau kamu lapar di kulkas ada telur. Aku belum sempat belanja bahan makanan lainnya." Pria itu seperti tahu apakah yang aku rasakan.

"Terus aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   21. Tralala

    Om Do datang setengah berlari. Sementara aku yang panik spontan memegang tangannya dan bersembunyi di balik punggung lebar pria itu.Karena takut melihat asap yang mengepul, aku terus mengikuti kemana pun tubuh Om Do bergerak. Tetap berada di belakangnya. Kali ini aku memegang punggungnya karena tangan pria itu bergerak cepat mematikan kompor dan entah apa lagi karena aku bersembunyi di balik punggungnya. Hingga beberapa saat. Aku belum berganti posisi."Kamu benar-benar gak bisa masak atau hanya modus supaya bisa nempel dipunggungku?"Apa?Aku sontak menjauh dari pria itu dengan wajah memanas. Apalagi barusan Om Do menuduhku hanya modus. Ish!"Jadi Om kira barusan aku bercanda? Yang benar saja!" "Lagian kamu nyaman banget nempel di punggungku," kekehnya tanpa merasa bersalah telah menuduhku.Eh, iyakah?Mungkin itu hanya perasaannya saja atau jangan-jangan malah ke-geer-an."Enak saja! Berarti Om yang ge-er!" "Geer? Aku ge-er sama kamu? Enggak bakalan." Pria itu mencebik.Aku pun

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   22. Gengsi

    "Suka-suka aku dong, mau manggil apa pun. Kalau mau aku pertanyakan, kenapa kamu juga memanggilku Om Do? Namaku Muhammad Refaldo." Pria itu mengangkat pundaknya seakan menantangku."Aku aku cuma mengikuti Rendy yang menyebutmu seperti itu." Aku membela diri dan memang itu alasan yang sebenarnya."Rendy sudah jelas keponakanku jadi dia sudah sepantasnya memanggilku dengan sebutan Om. Lalu apakah pantas seorang istri memanggil suaminya dengan sebutan Om?" Jawabnya penuh penekanan."Dengar ya, Om. Apa perlu aku tegaskan sekali lagi. Om itu suamiku hanya di atas kertas, jadi jangan permasalahkan, aku mau memanggil Om dengan sebutan Paman, Bapak, atau apa pun."Aku kembali menutup pintu dengan keras. Perasaan kesalku sudah di ubun-ubun, mungkin bisa jadi karena efek lapar ditambah sikap Om Do yang keras kepala.***Satu jam aku hanya mondar-mandir di dalam kamar. Mau tidur juga tidak terlelap karena memang tadi sudah tidur sepulang dari kampus. Apalagi sekarang perutku sudah sangat lapar.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   23. Kabar Rendy

    "Om tahu apa yang terjadi padanya dan bagaimana kabarnya sekarang?" Aku menatapnya, pria itu masih makan dengan lahap."Enggak," jawabnya dengan mulut penuh sambil menggeleng tanpa melihat ke arahku.Aku menghembuskan napas panjang, kukira dia bertanya seperti itu karena sudah tahu bagaimana kabar Rendy secara Om Do adalah keluarga dekatnya Rendy. Sampai saat ini sejujurnya aku masih khawatir. Takut terjadi apa-apa pada Rendy, bagaimanapun dia adalah orang yang masih aku cintai saat ini meskipun ada terselip rasa kesal."Ponselnya masih belum aktif." Aku setengah bergumam. Malu kalau ketahuan aku sering mengecek ponsel Rendy. "Lalu apa kamu berniat mencari kabarnya ke rumah Mbak Renita?" Om Do bertanya dengan nada serius.Aku mendongak mendengar dia berkata seperti itu. Tak disangka Om Do pun sedang melihat ke arahku dan aku tidak dapat menghindari tatapan matanya yang kali ini terlihat serius juga."Enggak," jawabku sambil menggeleng beberapa kali."Kenapa? Bukankah kamu ingin menge

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   24. Wajah Rupawan

    [Aku ingin bicara dan menjelaskan sesuatu padamu, La. Kita harus ketemu, besok selepas kuliah aku jemput kamu di kampus. Rendy.]Benarkah ini pesan dari Rendy? Tapi kenapa bukan nomor yang biasa dia gunakan. Apakah Rendy mengganti nomornya?[Oke, nanti aku ngomong dulu sama Om kamu, soalnya dia cerewetnya melebihi Mama. Pasti dia ngerti, kok. Aku tidak perlu menjelaskan lagi sama kamu, 'kan. Apa yang terjadi setelah kemarin kamu batal menikahi aku.]Terkirim.Sebenarnya aku ingin mencaci-maki dia, seenaknya tidak datang di hari pernikahan kami dan mempermalukan keluarganya juga keluargaku. Tapi jika dipikir lagi, aku harus mendengarkan penjelasan Rendy dulu.[Gak usah ngomong sama suami kamu, nanti bakal berabe urusannya. Kamu bisa 'kan pergi diam-diam sepulang kuliah atau bolos saja pada jam kuliah.]Balas Rendy cepat. Membuat kedua alisku spontan bertaut, sebab tidak biasanya Rendy meminta aku bolos kuliah. Dulu dia selalu berpesan supaya aku kuliah yang benar, tidak boleh banyak ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   25. Kepergok

    Aku tidak memungkiri kalau pria ini memang memiliki wajah rupawan, hanya style-nya saja yang ke-bapak-an.Ish!Dengan gerakan cepat aku kembali membelakanginya dan menghadap ke arah cermin. Tapi sial, rupanya dengan cara seperti ini, tidak bisa menyembunyikan pipiku yang merona. Sebab sia-sia karena dia dapat melihatku lewat pantulan cermin."Kenapa? Apa kamu mau dipegang ... maksudku aku bantu pakaikan kerudung?"Dia menggoda lagi.Aku tak bermaksud menjawab dan tetap fokus pada aktivitasku. Sementara kedua pipiku seperti memakai perona pipi dadakan."Oh ya, bantuan yang aku maksud itu, apa perlu aku mengantarmu supaya tidak perlu menunggu taksi?""Tidak usah, sampai kapanpun Om tidak perlu mengantarkan aku ke kampus. Bukankah pernikahan kita dirahasiakan?" "Yakin bisa merahasiakan ini selamanya?"Aku meliriknya lagi lewat pantulan kaca. Pria itu masih berdiri di belakangku pada posisinya semula."Harus bisa, bukankah pernikahan ini hanya sementara saja. Nanti pada akhirnya kita aka

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   26. Pria Menyebalkan

    "Lala!"Untuk kedua kalinya aku berhenti. Setelah itu terdengar langkah mendekat tergesa-gesa dan kini pria itu berdiri dihadapanku dengan senyum khas yang membuatku bergidik."Jadi benar yang Om lihat kemarin masuk taksi itu kamu?" Aku melirik sekilas kearah pria yang sedang menelisik penampilanku dari atas sampai bawah sambil berkacak pinggang itu."Maksud Om?""Om kemarin menunggumu disini, tapi ternyata kamu diam-diam masuk taksi tanpa menyapa. Kenapa, apa kamu menghindari Om?"Mendengar pertanyaannya aku hanya bisa menghembuskan nafas berat sambil mengalihkan pandangan. Muak melihat tatapannya."Jujur saja, selama dua hari ini Om kangen sama kamu, La." Kalimat macam apa yang baru saja dilontarkan pria ini padaku. Karena aku yakin dia merindukan aku bukan sebagai Papa pada anaknya. Beda dari intonasi dan cara dia menatapku. Menjijikkan.Aku tetap diam tanpa menoleh ke arah pria yang berdiri satu langkah di depanku ini."Kamu pikir dengan menikah dan pergi dari rumah Mama kamu, b

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   27. Satu Pesan Lagi

    [Kamu tidak Akan bisa terus-terusan menghindar dari Om.]Itu pesan dari Om Dimas. Kenapa sih, pria itu terus menggangguku. Dari awal Om Dimas menikahi Mama, aku memang sudah tidak menyukainya. Pasalnya tatapan pria itu selalu terasa aneh. Bukan tatapan seorang Ayah pada anaknya. Tapi lebih mirip singa kelaparan yang menemukan mangsa. Semakin ke sini, aku semakin risih dibuatnya."Ada apa, La?" Pertanyaan Ghea mengagetkan aku."Enggak apa-apa, kok." Aku menjawab cepat."Kenapa Lo seperti melamun? Pesan dari siapa? Suami Lo?" Tanya Mitha menambahkan dengan beberapa pertanyaan."Bukan." "Terus dari siapa?""Bukan siapa-siapa.""Tapi Lo kelihatan aneh gitu, La." "Aneh gimana sih, Gue gak apa-apa, kok. Kita masuk kelas, yuk, nanti terlambat." Aku segera mengalihkan perhatian mereka dengan mengajak masuk kelas sambil melirik jam tanganku."Tapi beneran Lo gapapa?" Ghea memastikan."Enggak, kok. Gue baik-baik saja." Aku tersenyum ke arah mereka untuk meyakinkan kedua sahabatku itu kalau ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   28. Video Call

    "Minta maaf apaan sih Mit, Lo nggak salah, kok.""Ya kali aja, ucapan gue tadi pagi membuat Lo ngambek. Kalau memang Lo enggak berniat cerita sama kita, kita juga nggak maksa, kok. Cuman gue enggak mau aja lihat Lo kayak gelisah seperti itu." Aku melirik Mitha, gadis itu tengah menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya sementara Ghea yang berada di samping Mitha menatapku lembut."Enggak ada yang perlu dimaafkan, kok, kalian enggak salah. Mungkin gue yang terlalu sensi aja dan gue pikir juga memang gue harus ngomong sama kalian. Karena punya permasalahan dipendam sendiri itu enggak enak." Aku menoleh kearah mereka secara bergantian sementara keduanya hanya menatapku tanpa bergerak."Rendy menghubungi gue.""Apa? Rendy?!" pekik mereka bersamaan."Jadi cowok itu berani menghubungi Lo?" seru Mitha sambil membulatkan matanya.Aku hanya mengangguk kecil beberapa kali."Apa yang dia bilang, apa dia menyampaikan alasan kenapa tidak datang waktu itu?" tambah Ghea."Dia minta ketemu sama G

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10

Bab terbaru

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   207. Bahagia Akhirnya

    Lala"Sah!!" ucap dua orang saksi secara bersamaan. Kami yang berada di ruangan tengah rumah orang tua Bu Zaskia pun serempak mengucap alhamdulillah. Setelah sempat gagal satu kali, Mas Danang akhirnya lancar mengucap ijab kabul. Detik ini juga Mas Dadang dan Bu Zaskia resmi menjadi suami istri. Kudengar Mas Faldo pun mengucap syukur dengan suara yang begitu lirih. Sesaat setelah itu aku pun menoleh ke arahnya. Ternyata suamiku itu pun sedang melakukan hal yang sama. "Terima kasih sudah membantu," ucapnya lirih. "Aku tidak melakukan apa pun, Mas.""Sekecil apa pun, sangat berarti. Sekarang aku sangat lega. Akhirnya Zaskia berada di tangan yang tepat."Aku bisa mengerti kenapa Mas Faldo merasa lega seperti itu. Dalam hatinya mungkin masih ada rasa bersalah telah membiarkan Bu Zaskia salah paham selama bertahun-tahun. Lima hari yang lalu, pagi-pagi sekali Bu Zaskia datang ke rumah kami. Beruntung saat itu kami belum berangkat ke rumah Mama karena malamnya Mas Faldo sudah merencanak

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   206. Kesaksian

    "Di mana kamu, Zaskia?! Cepat pulang! Jangan bikin malu Ayah!!"Suara Ayah bagai petir menyambar telingaku. Sampai-sampai aku menjauhkan benda pipih tersebut dari kepalaku. Tidak seperti biasanya, Ayah berkata dengan nada tinggi seperti itu. Apa telah terjadi sesuatu? Jangan-jangan Anjar mengadu pada Ayah melalui telepon, karena tidak mungkin kalau pria itu sudah sampai di rumah Ayah. "Iya, Yah. Sebentar lagi aku sampai di rumah .... ""Ayah tunggu kamu dan jelaskan semuanya!"Tak salah lagi, Anjar bergerak cepat mengadu pada Ayah. Bisa jadi ia memutar balik fakta atau mengarang cerita supaya aku salah di mata Ayah. Jika benar seperti itu, maka makin ketahuan sifat aslinya. Beruntung, aku belum menyetujui perjodohan ini. "Tunggu! Apa bapak-bapak bisa menolong saya sekali lagi?" Aku menghentikan langkah, dua orang yang ada di depanku pun spontan berhenti."Maksudnya gimana, Neng?" tanya salah satunya.Akhirnya aku menceritakan detail permasalahan ini pada dua orang di hadapanku secar

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   205. Cepat Pulang!

    "Beneran tidak ada jalan lain, Pak?" "Beneran, Neng." Untuk beberapa saat aku hanya mematung. Bingung harus bagaimana. Mana malam semakin larut. Aku juga tidak terbiasa pergi sendirian apalagi malam-malam seperti ini. Apa baiknya aku menelepon Mas Faldo atau Danang. Ah, malu rasanya jika meminta tolong padanya.Pada saat bersamaan, tiba-tiba telingaku menangkap suara derap langkah beberapa orang. Sepertinya ada yang berlari lebih dari satu orang. Selain gelap, di sini juga banyak tanaman seperti pohon pisang dan pohon lainnya. Jadi tidak begitu terlihat orangnya, hanya suaranya. Curiga kalau itu Anjar yang mencariku, maka tanpa pikir panjang lagi aku langsung berlari ke arah pintu pagar warga yang rumahnya terletak di belakang pos ronda ini."Tolong jika ada yang mencari saya, jangan kasih tahu. Mereka orang jahat." Kuucapkan itu sebelum tubuhku hilang di balik pagar. Aku pun segera berjongkok dan memasang telinga karena pagarnya hanya sebatas dada orang dewasa. Beruntung tadi pintu

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   204. Kabur

    Aku terus berlari melewati koridor hotel yang sepi. Suara sepatuku yang beradu dengan lantai terdengar jelas. Tak peduli orang-orang akan heran melihat dan mendengarnya, aku terus berlari hingga mencapai pintu lift. Dengan tangan gemetar, aku menekan angka satu. Kedua tanganku saling bertaut dengan keringat dingin mengucur di sana. Sekarang sudah jelas, Anjar berniat melecehkan aku, dari sini aku bisa mengambil kesimpulan kalau dia bukan pria baik-baik. Pantas saja begitu mudahnya saling bersentuhan dengan Nabila. Semua terjawab sudah dalam beberapa menit saja. Setelah pintu lift terbuka, tergesa-gesa aku menuju satu-satunya pintu keluar yang terdapat di lobby hotel ini. Namun, langkahku tertahan lantaran di sana terlihat Nabila tengah berdiri bersama teman prianya. Apa mungkin gadis itu sengaja menungguku. Di sini aku yakin kalau Nabila dan Anjar bekerja sama. Bisa jadi, ketika aku berada di lift tadi, Anjar menghubungi Nabila supaya mencegatku di tempat itu.Tanpa pikir panjang la

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   203. Janggal

    "Kita naik lift saja." Anjar berbelok ke arah lift. Padahal kami hanya berada di lantai dua, tadi saja sewaktu naik kami menggunakan tangga biasa. Kenapa sekarang turun harus menggunakan lift?"Pake tangga saja." Aku menolak secara halus sebab risih jika harus berduaan di dalam lift. "Perutku sudah kenyang, rasanya enggan untuk melangkah meskipun itu menuruni anak tangga." Anjar beralasan sambil mengusap perutnya. Sementara satu tangannya sibuk mengetik di layar ponsel."Kalau begitu, Mas saja yang naik lift. Saya turun pakai tangga saja." Setelah berkata seperti itu aku pun hendak melangkah."Tunggu! Bagaimana kata orang nanti kalau kita jalan masih pisah-pisah. Please," kata Anjar seraya menahan langkahku dengan cara meraih tangan kananku meskipun detik berikutnya aku menariknya hingga terlepas.Tidak mau berdebat yang akhirnya hanya akan menjadi pusat perhatian. Akhirnya aku mengalah. Dalam hati berdoa mudah-mudahan ada orang lain yang akan menggunakan lift bersama kami.Ternyata k

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   202. Aku Normal

    Selama kami makan, satu hal yang membuat aku tidak nyaman-selain cara Anjar dan Nabila berkomunikasi-yaitu cara Anjar menatapku. Ketika pria itu melihatku, tatapannya begitu dalam seolah ingin menerkamku. Bukan itu saja, dia juga kerap tersenyum miring sehingga aku merasa seperti seorang mangsa yang sedang diincar."Kamu tidak mau bertanya tentang Nabila?" tanyanya beberapa saat setelah gadis itu pergi."Tidak. Saya bukan tipe orang yang kepo pada kehidupan orang lain," jawabku jujur. Tak disangka, mendengar jawabanku Anjar mencebik."Kamu tidak cemburu melihat Nabila memeluk dan menciumku?""Cemburu itu harus berdasar. Dan hanya bisa dirasakan oleh orang yang sudah menaruh perasaan. Sementara kita belum ada komitmen apapun, jadi saya tidak berhak untuk cemburu." Ia pun melirik sekilas ke samping kirinya, seperti reaksi kecewa tapi Anjar mencoba untuk tetap tenang. Apa ada yang salah dengan jawabanku."Mas Anjar jangan salah paham. Sekali lagi saya tekankan, kalau saya belum menyetuj

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   201. Tanpa Batasan

    Obrolan kami berlanjut. Ternyata selain tampan, Anjar sangat pandai bergaul. Terbukti dari awal kami berjumpa, pria itu sama sekali tidak terlihat canggung. Ia bahkan bisa menghidupkan suasana, meskipun aku tidak begitu suka pada caranya berkomunikasi dengan tangannya yang tidak bisa dikondisikan. Begitu mudah menyentuh tanpa rasa bersalah. Padahal kami bertemu baru dalam hitungan jam. Aku pun jadi ragu padanya.Meskipun tidak suka, tapi aku masih berpikiran positif. Mungkin hal itu disebabkan oleh pergaulannya. Kami menikmati hidangan yang tersedia di atas meja. Anjar begitu lahap, lain denganku yang canggung karena ini pertama kalinya makan dengan pria asing. Perhatian Anjar beralih ke samping kirinya ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Setelah melihat layar ponselnya, ia pun lalu mengambilnya."Ya, hallo .... "" .... ""Ah ya, memangnya kamu di mana?"" .... ""Aku di resto, sedang makan bersama calon istriku." Anjar melirikku ketika dia menyebutku calon istri. Pria itu pun ters

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   200. Lancang

    Sore ini aku pulang cepat karena harus bertemu dengan pria yang menurut ayah adalah calon suami pilihannya. Meskipun ibu memintaku berdandan dengan sempurna, tapi aku menolak. Aku mau, jika seorang pria menyukaiku, itu karena dia melihat fisikku apa adanya. Tanpa polesan yang berlebihan.Pukul lima sore tepat, pria yang kuketahui bernama Ginanjar itu datang dengan membawa kendaraan mewahnya. Pantas jika ayah menyebut pria dengan postur tinggi tegap ini sudah mapan. Sebenarnya Ginanjar pria yang tampan, penampilannya pun stylish. Tapi kenapa di usianya yang sudah matang belum juga berumah tangga, sehingga ia perlu dicarikan jodoh. Mungkin benar kata ayah kalau Ginanjar terlalu banyak pilih-pilih. Kukira dia akan mengobrol di rumah, tapi ternyata Ginanjar mengajakku keluar. Aku sudah menolak karena selama ini tidak pernah keluar dengan pria asing apalagi berduaan. Tapi entah kenapa, ayah malah mengijinkan. Padahal sebelumnya Ayah tidak pernah bersikap seperti itu. Aku curiga, jangan-ja

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   199. Meski Berat

    Pertemuanku dengan Danang tidak membuahkan hasil yang sesuai dengan keinginanku. Pria itu terang-terangan menolak untuk menikahiku di atas sebuah perjanjian. "Silakan Mbak Zaskia mencari orang lain, jika maksud dan tujuannya seperti itu. Tapi jika orang tersebut tidak Mbak temukan, maka saya siap menikahi Mbak Zaskia dengan catatan tidak ada perjanjian apapun. Kecuali janji kita kepada Allah untuk sama-sama membangun rumah tangga dan niatkan beribadah padaNya."Kalimat itu diucapkan Danang di akhir pertemuan kami. Sekarang sudah dua hari kejadian itu berlalu. Aku belum mendapatkan solusi. Selama ini aku tidak punya banyak kenalan laki-laki karena memang cukup membatasi diri. Pagi tadi ketika sarapan, Ayah sudah membahas perihal jodohku lagi. Sementara Fitria dari beberapa hari yang lalu tetap memasang wajah yang kurang bersahabat. Di dalam lingkup pertemananku, hanya ada tiga laki-laki yang kukenal cukup dekat. Mas Faldo, mas Danang dan Ilham. Tidak mungkin kalau aku meminta tolong

DMCA.com Protection Status