Share

41. Marni Yang Nyinyir

Setelah melewati perenungan dan pengamatan dari keadaan sekeliling kami, akhirnya dengan mantap aku dan Mas Mirza sepakat untuk berjualan es teh di jalan dekat sekolah yang berada tak jauh dari kampung kami.

“Kamu yakin kamu tidak akan malu jika kita berjualan es teh di pinggir jalan?”

Mas Mirza bertanya sedikit ragu kepadaku yang sekarang sedang menatapnya dengan yakin.

“Kenapa mesti malu Mas? Ini pekerjaan halal,” jawabku lugas.

Mas Mirza merespon keyakinanku dengan sorot mata bangga.

“Kamu istri yang luar biasa, selalu mendukung dan memberi aku semangat.”

Tatapan Mas Mirza kian lekat mengukungku.

“Terima kasih sayang, aku sangat bersyukur bisa memiliki istri seperti kamu.”

Setelah itu Mas Mirza malah menarik nafas dalam.

“Tapi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status