Untuk membuktikan pada Rosé dan anggota tim yang lain, Elijah rela pergi ke fansign Krystal di salah satu Mall terkenal di Jakarta. Elijah melewati Fans-fans Krystal hanya untuk memberikan kartu namanya.
Awalnya Krystal tidak melihat Elijah karena Ia terus menunduk untuk memberikan tanda tangan. Namun, Krystal terkejut dengan kartu nama dari karyawan The Premiére. Melihat nama The Premiére membuatnya naik pitam. Krystal segera melihat siapa yang datang.
“Hai! Krystal!” Ucap Elijah sambil dadah dadah.
***
“Seperti yang sudah Anda minta, kami sudah melakukan CT Scan, MRI, CT paru, dan tes darah lengkap. Kamu bisa lihat di layar ini?” Ucap dr. Rayden.
“Ya.” Keena mengangguk.
“Ini kanker pankreas.” Ucap dr. Rayden
Keena hanya bisa menelan ludah pahit, “Apa sama sekali tidak ada kemungkinan malfungsi mekanis atau kesalahan diagnosis?”
&ldq
Tuut tuut [Mr. Xavier]“Hallo.” Ucap Felice.“Kamu sudah tidur? Aku hanya ingin mendengar suaramu.” Ucap Xavier.Felice tidak mengatakan apapun pada Xavier, meskipun dia juga merasakan hal yang sama.“Mungkin seharusnya aku tidak meneleponmu. Maaf jika sudah mengganggu. Good night!” Ucap Xavier.“Bisakah kita bertemu sekarang?” Ucap Felice saat Xavier hendak mematikan teleponnya.Mendengar hal itu membuat Xavier kembali menempelkan ponsel ke telinganya. “Aku ingin bertemu denganmu sekarang.” Ucap Felice.Xavier segera berlari untuk bertemu dengan wanita pujaan hatinya itu. Segala rintangan hujan gerimis yang turun malam itu, Xavier hadapi dengan penuh semangat. Ia tidak mau melewatkan kesempatan langka ini.Felice menunggu Xavier di taman dekat apartemennya. Felice sangat menantikan kehadiran Xav
Tuut tuut tuut [Xavier]“Bukankah itu fotomu?” Tanya Irene.“Ya, bagaimana menurutmu? Kamu suka?” Balas Xavier.“Bukankah kamu mengambil foto-foto itu untuk pameranmu?” Ucap Irene.“Kurasa akan bagus mempromosikannya di awal.” Balas Xavier.“Apa itu ide Felice?” Tanya Irene.“Bukan! Aku yang menyarankannya.” Balas Xavier.“Xavier, apa yang sebenarnya kamu pikirkan? Seberapa jauh kalian akan bertindak?” Protes Irene.“Aku belum berpikir sejauh itu. Kita hanya akan fokus pada hal-hal yang kita kuasai.” Balas Xavier.Penonton acara live streaming produk baru Lauré semakin banyak. Sekarang giliran Krystal yang maju untuk memperagakan desain utama Lauré season baru ini.“Kita mendapat jumlah penonton yang cukup
Sabrina dan Luna sedang memajang desain terbaru Lauré di ruangan khusus desain di kantor.“OMG! Aku sangat banga! Ini sangat membuahkan hasil.” Ucap Sabrina sambil memakaikan baju pada manekin.Luna memukul Sabrina. “Ini hasil kerja keras kita semua. Hehe!” Balas Luna.“Kalian baru menjual 100 pcs. Bukankah terlalu dini untuk merasa bangga?” Ucap Sandrina dari tim La Cart. Mereka juga sedang melakukan hal yang sama, yaitu sedang memajang desainnya di ruangan tersebut.“Astaga! Saya rasa kamu belum tahu. Kita dapat banyak permintaan untuk tambahan pesanan. Kita sudah berhasil menjual 50.000 potong pakaian sejauh ini. Jadi, sangat jelas saya pantas merasa bangga.” Balas Sabrina.“Biarkan mereka kegirangan. Itu hanya baju olahraga yang sudah banyak dijual di pasaran. Mereka bicara seolah seluruh koleksi mereka selalu sold out.” Ucap Miska pada karyawan La Cart yang lain.“
“Heah! [Menghela nafas kesal] Jadi begitu rupanya?!” Ucap Felice.“Hah? ‘Begitu rupanya?’ Itu saja respond mu?” Tanya Xavier.“Lalu aku harus bilang apa? Haruskah aku mengutuknya di depan kamu yang notabene adiknya?” Ucap Felice.“Silahkan jika kamu mau.” Balas Xavier dengan senyum manis penuh dukungan untuk Felice.“Calvin memang brengsek! Aku tidak percaya dia berselingkuh. Kurang ajar! Tidakkah itu terlalu kejam?” Ucap Felice.“Setuju!” Balas Xavier.“Dia menusukku dari belakang. Euhhh dasar bedebah sialan!” Ucap Felice.“Ya, setuju! Balas Xavier.“Aku terlalu bodoh karena tergila-gila kepadanya selama empat bulan.” Protes Felice. “Apa? kamu ga setuju dengan itu?” Tanya Felice.“Saat itu kamu masih muda. Kamu jatuh cinta dan kamu mempercayainya.” Ucap Xavier.“Sepertinya itu terlalu berat sebelah.” Ucap Felice.“Siapa peduli? Itulah yang kurasakan. Aku hanya membela wanita yang kucintai.” Ucap Xavier.“Kamu sungguh tidak keberatan dengan semua ini? Ini bukan hanya tentang aku, tapi
Felice akhirnya mengerti kode dari Direktur Arina. Felice segera menjauh dari Xavier. “Hah?!” Gumamnya.Presdir Edwar akhirnya melihat Felice dan Xavier, “Oh! Rupanya kamu di sini, Nona Felice.” Ucap Presdir Edward.“Iya, Pak. Saya dari ruang sampel.” Balas Felice.“Apa yang kalian lakukan bersama?” Tanya Presdir Edward.“Hah? Apa? Oh kita…” Ucap Xavier.“Kita datang untuk memeriksa materialnya.” Balas Felice.“Oh begitu rupanya.” Balas Presdir Edward.Felice mengambil kembali barang yang tadi dibawakan Xavier. “Terima kasih bantuanmu. Silahkan kembali bekerja.” Ucap Felice lalu Ia segera pergi meninggalkan Xavier dan Presdir Edward.Suasana jadi sedikit mencekam dan mereka menjadi canggung satu sama lain. Lalu Presdir Edward mendekat ke arah Xavier berdiri.“Saya melihat draft La Cart kamu. Saya sangat menyukainy
“Bagaimana Nona Felice bisa tahu?” Ucap Arka sampai melempar sumpit yang ada di tangannya.“Aku yang memberitahunya.” Balas Xavier.“Hyahh, dasar orang bodoh yang kelewat jujur. Kamu mengungkap perbuatan kakakmu. Waah kamu pria yang jujur, Candy.” Sahut Arka.“Apa aku terlalu jujur?” Ucap Xavier.“Apa respon Nona Felice saat kamu mengatakannya.” Ucap Arka.“Heah! Huh.. Dia merespons dengan hah heuh.” Ucap Xavier mengikuti respon Felice saat itu.“Selain menghela napas, apa ada kalimat?” Tanya Arka.“Hah? Begitu rupanya.” Ucap Xavier sambil memperagakan cara Felice mengatakannya.“Apa? Itu saja?” Balas Arka.“Ya! Dia dengan tenang mengatakan beberapa kata buruk. Seperti ‘Dia benar-benar brengsek’ dan ‘sialan’. Itu saja yang dia katakan.” Ucap Xavier.“Oh dia tenang soal itu? Baiklah.” Ucap Arka sambil memikirkan sesuatu.“Apa yang kamu pikirkan?” Tanya Xavier.“Dengar, suara ‘hah’ dan ‘huh’ mewakili keterkejutan awal dan keabsurdan dari fakta yang baru ditemukan. Beberapa kata umpatan t
“Kamu yakin? Lalu siapa pria itu? Benarkah aku tidak perlu mempertimbangkan kerugian perusahaan karena pria itu?” Tanya Felice.“Ya. Pria itu Arka Nolan Jude CEO Galaxy PR.” Balas Direktur Arina.“Hah?! Kenapa bisa begitu? Setahuku dia tidak seperti itu? Kamu buat masalah apa dengannya?” Respon Felice.Flashback On.Beberapa hari yang lalu Direktur Arina dan Arka pergi makan siang berdua. Hari itu adalah tepat satu hari setelah mereka pergi ke museum dan minum wine bersama.“Seandainya kamu memberitahuku lebih awal, maka aku akan datang dengan lebih rapi dan berdandan lebih baik.” Ucap Arka.“Kamu sudah terlihat tampan dengan penampilan seperti ini. Dasi yang sangat bagus. Siapapun akan menyadarinya lebih dulu sebelum melihat wajahmu, jadi itu jauh lebih baik. Seharusnya aku berikan padamu lebih awal.” Ucap Direktur Arina.“Bagaimana kalau kita ke biosk
Demi menyelesaikan kesalahpahaman yang selama ini terjadi. Direktur Arina mengajak Arka ke Bar malam ini untuk menyelesaikan permasalahan mereka. “Kapan kamu mulai menyukaiku?” Tanya Arina langsung tanpa basa basi.“Aku tidak bisa memberitahumu tanggal dan waktu pastinya. Itu terjadi begitu saja.” Balas Arka.“Kamu sudah membuatku sakit hati.” Ucap Arina.“Wajar kamu tidak tahu. Kamu tidak perlu merasa bersalah.” Sahut Arka.“Aku tidak akan menyukaimu.” Ucap Arina.“Kenapa? Karena penampilanku? Dengar! Aku bisa cukup mempesona bahkan bisa lebih mempesona daripada Xavier.” Sahut Arka.Arina melihat Arka dari atas sampai bawah. “Cinta harus penuh misteri. Tapi kamu tahu aku ditolak oleh Mr. X karena dia jatuh cinta pada Felice.” Ucap Arina.“Aku hanya kebetulan saja mengetahuinya. Itu bukan salahku.” Ucap Arka.“Pokoknya, aku tidak akan menyukaimu. Jadi, sebaiknya kamu melupakanku dan menyerahlah. Mengerti?” Ucap Arina sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Arka.“Jika kamu tidak akan men
“Kenapa kamu sendirian? Bagaimana dengan Pak Arka?” Ujar Felice.“Kita putus.” Ujar Arina sambil tersenyum lebar penuh keterpaksaan.“Apa?” Ucap Felice yang sangat terkejut dengan keputusan Arina kali ini.“Hehe.. Limited edition… Hehe.. hehe..” Ujar Arina.“Hei, mudah sekali menyerah pada edisi terbatas.” Ujar Arina sambil menuangkan gula ke dalam tehnya.Felice menatapnya dengan tajam. Arina tahu maksud dari tatapan itu.“Astaga, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Dia tidak melamarku atau memesan gedung pernikahan.” Ujar Arina sambil menuangkan gula ke dalam tehnya.“Jangan khawatir. Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.” Ujar Arina sambil mengaduk tehnya. Lalu Arina kembali mengambil gula.“Kamu sadar itu yang kelima?” Ujar Felice.Arina tidak jadi memasukan gula itu ke dalam tehnya. Lalu meletakkan gula itu di te
Brtrtt [Suara kertas-kertas]“Heah! [menghela napas]” Ellie menghentakkan laporan penjualan La Cart dengan wajah kesal dan cemburu.“Perusahaan memberi Nona Felice dukungan untuk mengembangkan Lauré. Tapi begitu dia menyuruhnya mengambil alih dan mengelola Lauré…” Keluh Ellie.“Angka penjualan kita akan anjlok. Lauré adalah brand terlaris kita meskipun tidak baru dan tidak menarik lagi.” Ujar Michael.Bughhh [Suara pukulan meja]Manajer Alano kesal sampai memukul meja dengan sangat keras karena perdebatan mereka yang sungguh membosankan. Kehilangan Lauré dan Felice menjadi hal yang cukup menyedihkan bagi Manajer Al.“Kenapa kalian tidak membawa laporan penjualan bulanan Lauré? Apa kalian tentara yang menunggu dibebastugaskan? Di mana kedisiplinan kalian?” Ujar Manajer Alano.“Aku…”&ldqu
“Bisa kita mulai?” Ujar Adriana.“Tentu.” Balas Felice.“Saya akan mulai dari pertanyaan dasar. Saya dengar kamu membuat nama “Lauré” sendiri. Apa arti di balik nama itu?” Ujar Adriana.Felice melirik ke arah Xavier yang sedang memotretnya. “Bukan saya yang membuat nama itu. Sebenarnya saya mendapat ide itu dari fotografer tidak dikenal di Paris.” Ujar Felice.Xavier teringat akan sesuatu sampai berhenti mengambil gambar Felice. Xavier menyimak cerita Felice beberapa saat untuk mendengar sebuah fakta yang ingin Xavier dengar lebih lanjut.“Lauré berarti kemenangan. Dia menyemangati saya dan berharap desain yang saya buat akan membawa saya pada kemenangan dalam setiap usaha saya di hadapan publik. Lauré lahir berkat fotografer tidak dikenal itu.” Ujar Felice.Ckrek Ckrek ckrek [Suara kamera]“Saya sungguh ingin tahu
Felice melihat ke sekeliling ruang sampel yang dipenuhi kenangan di setiap sudutnya. Dinding yang penuh dengan tempelan inspirasi desain, tempelan kain-kain dengan berbagai warna, sampel sepatu dan masih banyak lagi barang penuh kenangan yang ada dalam ruangan itu.Drrtt drtt [Adriana Novelle Vogue]“Halo, ini Felice Chiara Farfalla.” Ujar Felice.“Anda masih ingat saya? Saya Adriana, kepala editor di Novelle Vogue.” Ujar Adriana.“Ya.” Balas Felice.“Saya menelpon Anda begitu mendengar beritanya. Saya dengar kamu menolak tawaran pekerjaan dari Anthony. Kali ini, saya sangat ingin mengenal Anda, Nona Felice.” Ujar Adriana. “Saya ingin mewawancarai Anda lagi. Tentu saja, kami akan mengirimkan daftar pertanyaan baru.” Lanjut Adriana.“Silahkan
Saat Yuri masuk ke rumah, semua lampu di rumahnya masih belum menyala meskipun sudah waktu sudah menunjukkan waktu malam.“Kenapa lampunya masih mati semua?” Ujar Yuri sambil menekan tombol saklar.Setelah itu Yuri melihat ke sekeliling meja makan dan dapur yang masih bersih.“Apa dia belum makan?” Ujar Yuri.Yuri membuka pintu kamar yang ditempati Ezra, lalu mengintipnya. Tidak ada orang di dalamnya. Yuri semakin membuka pintu itu dengan lebar. Melihat ke sekeliling kamar yang masih gelap gulita tanpa ada orang di dalamnya. Entah kemana Ezra pergi sampai malam begini.“Astaga kemana dia.” Gumam Yuri. Lalu Yuri keluar dari kamar itu.Bugh [Suara pintu]“Aishh, setelah kita berpisah, dia benar-benar melakukan apapun yang dia inginkan. Tidur di luar juga bisa jadi alasan untuk bercerai. Seharusnya dia tahu itu.” Keluh Yuri.Yuri masuk ke kamarnya, menekan saklar lam
Liam terkejut saat melihat Sunny yang datang membawa Serphina.“Sedang apa kamu di sini, Nona Sunny?” Tanya Liam.“Istrimu yang memintaku datang.” Balas Sunny.Liam semakin bingung dan segera menghubungi Keena.Tuut tuut tuuut [Keena]“Hallo, kenapa bukan kamu yang datang dengan Sera?” Ujar Liam.“Rasa sakit di tubuhku kambuh lagi hari ini. Nona Sunny bilang dia akan pergi ke Mall hari ini. Jadi, kebetulan sekali.” Ujar Keena saat mengeringkan rambutnya dengan handuk.“Sera bisa pergi berdua denganku.” Ujar Liam. “Kamu tidak tahu cara berbelanja pakaian wanita. Butuh wanita untuk tahu apa yang cocok untuk seorang gadis.” Ujar Keena.“Sera, ayo kita coba ini.” Ujar Sunny yang sudah memilihkan baju untuk Ser
“Wah!! Amazing!” Teriak Sabrina.“Ada apa?” Tanya Vareena sambil berlari dari ruangan kerjanya yang tidak jauh dari ruangan Lauré.Sabrina, Rosé, Luna, Elijah, dan Vareena segera berkerumun untuk membicarakan apa yang Sabrina lihat.“Berita yang bisa dipercaya dari Galaxy PR tentang Nona Felice. Ini tentang Lux Champ, brand mewah yang sudah berusia 130 tahun.” Ucap Sabrina.“Di mana? Lux Champ. Tempat yang menjual lebih dari 2.000 dolar untuk sepasang celana? Wah apa Paris akhirnya mengakui kemampuan Kak Felice?” Ujar Elijah.“Kita memanggilnya Nona Felice, buka kak Felice!” Protes Rosé.“Apa kita semua bisa pergi dengannya?” Ujar El.Tanpa mereka sadari, Manajer Alano sedang menguping pembicaraan mereka sejak awal Sabrina berteriak.“Tapi jika dia tetap diam sampai sekarang..” Ucap Sabrina.“Berarti
“Jika aku tidak bisa menelan nasinya, aku bisa menambahkan air dan menelannya. Jadi, itu bukan masalah besar. Tapi selama hampir 30 tahun, aku membiarkan kebencianku tumbuh dan mengeras seperti nasi kerak. Itu sesuatu yang tidak bisa kutelan sebanyak apa pun air yang kutuang. Perasaan terluka dan aku tidak bisa melupakannya seperti makanan yang diam saja di perut. Bagaimana jika ini berubah menjadi kesedihan dan kepahitan mendalam? Bagaimana jika yang tersisa dariku hanya kebencian? Aku takut.”Ezra sangat tersentuh membacanya. Ternyata inilah yang dirasakan oleh istrinya selama ini. Setelah membaca catatan itu, Ezra menghampiri Yuri yang sedang mencuci rambutnya di kamar mandi.Yuri memang hanya ingin mencuci rambutnya saja dan tidak ingin mandi karena cuaca di luar sedang hujan deras. Jadi, Yuri hanya keramas di depan wastafel dengan shower di tangan kanannya untuk membasuh rambutnya.Saat busa-busa di rambut Yuri sudah mulai memudar, Ezra
“Pria yang mengaku pacarmu itu bersama Presdir Edward alias ayahmu sekarang, berduaan.” Ucap Luca.Arina menggelengkan kepala untuk melupakan bayangan itu, “Tidak! Tidak mungkin! Mereka pasti hanya membicarakan pekerjaan sebagai sesama petinggi perusahaan.”Gumam Arina.Arina menghampiri Arka untuk menyapanya, “Hai, Pak Arka!” Ucap Arina.“Oh Halo! Direktur Arina!” Balas Arka.“Kenapa kamu keluar dari ruangan Presdir?” Tanya Arina.“Aku habis bicara empat mata dengan Presdir Edward soal urusan mendesak.” Balas Arka.“Mendesak? Soal apa?” Tanya Arina.“Sudah kukatakan aku habis bicara empat mata dengannya, yang artinya itu bukan sesuatu yang bisa ku beritahu kepada mu.” Balas Arka.***“Tentu saja, dia tidak bisa memberitahumu.” Ucap Luca ketika bertemu dengan Direktur Arina di restoran tempat