Tuut tuut tuut [Xavier]
“Bukankah itu fotomu?” Tanya Irene.
“Ya, bagaimana menurutmu? Kamu suka?” Balas Xavier.
“Bukankah kamu mengambil foto-foto itu untuk pameranmu?” Ucap Irene.
“Kurasa akan bagus mempromosikannya di awal.” Balas Xavier.
“Apa itu ide Felice?” Tanya Irene.
“Bukan! Aku yang menyarankannya.” Balas Xavier.
“Xavier, apa yang sebenarnya kamu pikirkan? Seberapa jauh kalian akan bertindak?” Protes Irene.
“Aku belum berpikir sejauh itu. Kita hanya akan fokus pada hal-hal yang kita kuasai.” Balas Xavier.
Penonton acara live streaming produk baru Lauré semakin banyak. Sekarang giliran Krystal yang maju untuk memperagakan desain utama Lauré season baru ini.
“Kita mendapat jumlah penonton yang cukup
Sabrina dan Luna sedang memajang desain terbaru Lauré di ruangan khusus desain di kantor.“OMG! Aku sangat banga! Ini sangat membuahkan hasil.” Ucap Sabrina sambil memakaikan baju pada manekin.Luna memukul Sabrina. “Ini hasil kerja keras kita semua. Hehe!” Balas Luna.“Kalian baru menjual 100 pcs. Bukankah terlalu dini untuk merasa bangga?” Ucap Sandrina dari tim La Cart. Mereka juga sedang melakukan hal yang sama, yaitu sedang memajang desainnya di ruangan tersebut.“Astaga! Saya rasa kamu belum tahu. Kita dapat banyak permintaan untuk tambahan pesanan. Kita sudah berhasil menjual 50.000 potong pakaian sejauh ini. Jadi, sangat jelas saya pantas merasa bangga.” Balas Sabrina.“Biarkan mereka kegirangan. Itu hanya baju olahraga yang sudah banyak dijual di pasaran. Mereka bicara seolah seluruh koleksi mereka selalu sold out.” Ucap Miska pada karyawan La Cart yang lain.“
“Heah! [Menghela nafas kesal] Jadi begitu rupanya?!” Ucap Felice.“Hah? ‘Begitu rupanya?’ Itu saja respond mu?” Tanya Xavier.“Lalu aku harus bilang apa? Haruskah aku mengutuknya di depan kamu yang notabene adiknya?” Ucap Felice.“Silahkan jika kamu mau.” Balas Xavier dengan senyum manis penuh dukungan untuk Felice.“Calvin memang brengsek! Aku tidak percaya dia berselingkuh. Kurang ajar! Tidakkah itu terlalu kejam?” Ucap Felice.“Setuju!” Balas Xavier.“Dia menusukku dari belakang. Euhhh dasar bedebah sialan!” Ucap Felice.“Ya, setuju! Balas Xavier.“Aku terlalu bodoh karena tergila-gila kepadanya selama empat bulan.” Protes Felice. “Apa? kamu ga setuju dengan itu?” Tanya Felice.“Saat itu kamu masih muda. Kamu jatuh cinta dan kamu mempercayainya.” Ucap Xavier.“Sepertinya itu terlalu berat sebelah.” Ucap Felice.“Siapa peduli? Itulah yang kurasakan. Aku hanya membela wanita yang kucintai.” Ucap Xavier.“Kamu sungguh tidak keberatan dengan semua ini? Ini bukan hanya tentang aku, tapi
Felice akhirnya mengerti kode dari Direktur Arina. Felice segera menjauh dari Xavier. “Hah?!” Gumamnya.Presdir Edwar akhirnya melihat Felice dan Xavier, “Oh! Rupanya kamu di sini, Nona Felice.” Ucap Presdir Edward.“Iya, Pak. Saya dari ruang sampel.” Balas Felice.“Apa yang kalian lakukan bersama?” Tanya Presdir Edward.“Hah? Apa? Oh kita…” Ucap Xavier.“Kita datang untuk memeriksa materialnya.” Balas Felice.“Oh begitu rupanya.” Balas Presdir Edward.Felice mengambil kembali barang yang tadi dibawakan Xavier. “Terima kasih bantuanmu. Silahkan kembali bekerja.” Ucap Felice lalu Ia segera pergi meninggalkan Xavier dan Presdir Edward.Suasana jadi sedikit mencekam dan mereka menjadi canggung satu sama lain. Lalu Presdir Edward mendekat ke arah Xavier berdiri.“Saya melihat draft La Cart kamu. Saya sangat menyukainy
“Bagaimana Nona Felice bisa tahu?” Ucap Arka sampai melempar sumpit yang ada di tangannya.“Aku yang memberitahunya.” Balas Xavier.“Hyahh, dasar orang bodoh yang kelewat jujur. Kamu mengungkap perbuatan kakakmu. Waah kamu pria yang jujur, Candy.” Sahut Arka.“Apa aku terlalu jujur?” Ucap Xavier.“Apa respon Nona Felice saat kamu mengatakannya.” Ucap Arka.“Heah! Huh.. Dia merespons dengan hah heuh.” Ucap Xavier mengikuti respon Felice saat itu.“Selain menghela napas, apa ada kalimat?” Tanya Arka.“Hah? Begitu rupanya.” Ucap Xavier sambil memperagakan cara Felice mengatakannya.“Apa? Itu saja?” Balas Arka.“Ya! Dia dengan tenang mengatakan beberapa kata buruk. Seperti ‘Dia benar-benar brengsek’ dan ‘sialan’. Itu saja yang dia katakan.” Ucap Xavier.“Oh dia tenang soal itu? Baiklah.” Ucap Arka sambil memikirkan sesuatu.“Apa yang kamu pikirkan?” Tanya Xavier.“Dengar, suara ‘hah’ dan ‘huh’ mewakili keterkejutan awal dan keabsurdan dari fakta yang baru ditemukan. Beberapa kata umpatan t
“Kamu yakin? Lalu siapa pria itu? Benarkah aku tidak perlu mempertimbangkan kerugian perusahaan karena pria itu?” Tanya Felice.“Ya. Pria itu Arka Nolan Jude CEO Galaxy PR.” Balas Direktur Arina.“Hah?! Kenapa bisa begitu? Setahuku dia tidak seperti itu? Kamu buat masalah apa dengannya?” Respon Felice.Flashback On.Beberapa hari yang lalu Direktur Arina dan Arka pergi makan siang berdua. Hari itu adalah tepat satu hari setelah mereka pergi ke museum dan minum wine bersama.“Seandainya kamu memberitahuku lebih awal, maka aku akan datang dengan lebih rapi dan berdandan lebih baik.” Ucap Arka.“Kamu sudah terlihat tampan dengan penampilan seperti ini. Dasi yang sangat bagus. Siapapun akan menyadarinya lebih dulu sebelum melihat wajahmu, jadi itu jauh lebih baik. Seharusnya aku berikan padamu lebih awal.” Ucap Direktur Arina.“Bagaimana kalau kita ke biosk
Demi menyelesaikan kesalahpahaman yang selama ini terjadi. Direktur Arina mengajak Arka ke Bar malam ini untuk menyelesaikan permasalahan mereka. “Kapan kamu mulai menyukaiku?” Tanya Arina langsung tanpa basa basi.“Aku tidak bisa memberitahumu tanggal dan waktu pastinya. Itu terjadi begitu saja.” Balas Arka.“Kamu sudah membuatku sakit hati.” Ucap Arina.“Wajar kamu tidak tahu. Kamu tidak perlu merasa bersalah.” Sahut Arka.“Aku tidak akan menyukaimu.” Ucap Arina.“Kenapa? Karena penampilanku? Dengar! Aku bisa cukup mempesona bahkan bisa lebih mempesona daripada Xavier.” Sahut Arka.Arina melihat Arka dari atas sampai bawah. “Cinta harus penuh misteri. Tapi kamu tahu aku ditolak oleh Mr. X karena dia jatuh cinta pada Felice.” Ucap Arina.“Aku hanya kebetulan saja mengetahuinya. Itu bukan salahku.” Ucap Arka.“Pokoknya, aku tidak akan menyukaimu. Jadi, sebaiknya kamu melupakanku dan menyerahlah. Mengerti?” Ucap Arina sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Arka.“Jika kamu tidak akan men
“Apa Felice Chiara Farfalla? Xavier. Apakah mungkin itu?” Ucap Camilla.“Ya. Itu dia.” Balas Xavier yang berhasil membuat Irene dan Camilla menganga tidak percaya dengan yang Xavier lakukan sekarang.“Menurutmu apa pendapat semua orang tentang kalian berdua? Dunia tidak akan berpihak pada rasa cintamu.” Ucap Irene.“Tentu, orang akan terus bergosip di hari-hari pertama. Haruskah aku merelakan orang yang kucintai karena beberapa hari itu? Jika tidak ada orang di Indonesia yang mendukung hubungan kami, aku akan kembali ke Paris bersamanya.” Balas Xavier.“Kamu pasti sudah gila dan buta karena cinta. Kamu jelas-jelas kehilangan akal sehat sampai tidak bisa berpikir rasional.” Ucap Irene.“Calvin yang menyakitimu, bukan wanita itu. Kamu melampiaskan kesalahan pada orang yang salah.” Ucap Xavier.Setelah berdebat dengan Irene, Xavier segera pergi menem
“Apa yang kalian lakukan? Diusir dari Neo Avenue sama seperti mereka mengatakan brand kita sudah mati. Tidak ada yang menduga kejadian ini sampai benar-benar terjadi pada brand yang kita kelola. Hah?” Ucap Manajer Umum Alano.“Apa karena kita tidak senang dengan permintaan biaya mereka?” Ucap Manajer Jess dari tim keuangan.“Tim bisnis juga harus memastikan perusahaan tetap bertahan. Naik dari 40 persen ke 45 persen setahun lalu. Kemudian terjadi kenaikan lagi? Maka kita harus menaikkan harga untuk menggantinya.” Ucap Manajer Miller dari tim bisnis“Kamu seharusnya membuat kesepakatan yang sama-sama menguntungkan. Kamu seharusnya menjaga hubunganmu di Neo Avenue dengan lebih baik. Kenapa kamu bisa diam saja dan membiarkan boom ini meledak di depan kita.” Protes Manajer Alano.“Cukup!!!” Teriak Presdir Edward.Seketika Manajer Umum Alano langsung terdiam dan menghentikan omelannya pada mana
“Keena sangat bahagia. Dia ingin menjadi model sejak masih di sekolah, tapi dia berhenti setelah menikah. Dia tidak akan berhenti mengirim pesan bahwa dia menjadi model untuk Mr. X di usianya.” Ucap Felice sambil membantu Xavier membereskan studio foto.“Kamu memberitahu Keena bahwa aku tidak memotret sembarang orang?” Tanya Xavier.“Kebanyakan orang akan memilih untuk rendah hati saat baru membuka usaha.” Sahut Felice.“Hei! Aku Mr. X! Kamu lupa? Lagipula jika aku terampil dan rendah hati, itu sama sekali tidak menarik, bukan?” Ucap Xavier.Felice menyunggingkan bibirnya, “Aishh.. Haha ahaha…”“Hahaha.”Di saat mereka sedang berbahagia dengan semua yang mereka lalui hari ini. Mama Yuri datang dengan menggunakan taxi. Saat turun dari taxi, Yuri melihat Felice dan Xavier yang sedang tertawa bahagia dari balik jendela.“Apa itu yang terakhir?” Tan
Sesuai dengan janji Felice pada Keena, bahwa Felice akan mengajaknya untuk melakukan foto di tempat yang Felice pilih. Sebelum foto, Felice dan Arina mengajak Keena untuk pergi ke salon yang sudah Arina siapkan. “Aku kira aku harus memesan tempat. Terima kasih sudah membantu.” Ucap Felice pada Arina.“Jangan dulu berterima kasih. Kamu cenderung meremehkan ku.” Ucap Arina.“Ada lagi?” Sahut Felice.“Begitu dia selesai dirias, beberapa pakaian sampel yang mewah dari koleksi musim semi 2025 akan segera tiba.” Ucap Arina.“Ohh begitu!” Sahut Felice.“Aku cukup cekatan jika bukan soal pekerjaan. Aku berhasil merekrut beauty content creator pertama dan pelopor yang membuat K-Beauty populer. Nah itu, dia sudah datang.” Ucap Arina.“Hallo, Non Arina.” Ucap Ponny.“Hallo.” Ucap Felice. “Hallo!” Ucap Arina.“Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Ucap Ponny.“Ya benar! Kita udah lama ga ketemu.” Ucap Arina sambil cipika cipiki.“Tolong urus temanku dengan baik.” Pinta Arina.“Halo. Ini pasti ha
Hari ini di kantor Felice disibukkan dengan pemilihan kain dengan perusahaan partner kain mereka. Felice meeting dengan Kathy dan Pak Budi di ruang meeting The Premiére.“Kami juga ingin memakai poliester atau suede buatan Indonesia. Tapi seringkali, kami tidak bisa karena kualitasnya.” Ucap Kathy.“Perusahaan mode lokal membawa sampel kain impor dan kami membuatkan yang sama persis dengan itu. Bukan hanya itu saja. Jangan menyebutkan kualitas saat kamu membayar sepertiga dan memberi kami waktu yang mepet.” Ucap Pak Budi.“Benar bisa buat tekstur baru atau motif baru?” Tanya Felice.“Ya! Kami punya teknologi terbaik. Ada banyak perusahaan di Bogor.” Ucap Pak Budi“Banyak yang tutup juga.” Ucap Kathy.“Tujuh puluh persen brand lokal menggunakan kain impor. Tidak ada ruang bagi pembuat kain lokal untuk berkembang.” Ucap Pak BudiFelice melihat jam
Setelah pintu lift terbuka Felice bergegas mengecek siapa yang mencoba masuk ke rumahnya.“Mama? Ternyata itu mama?” Ucap Felice saat melihat Mama Yuri sedang berjongkok di depan rumahnya karena tidak tahu password rumah Felice.“Buka pintunya.” Ucap Mama Yuri.“Kenapa tidak menelepon?” Ucap Felice sambil membuka pintunya.Setelah masuk ke rumah Felice menyiapkan makanan untuk Mama Yuri. Mereka juga minum bersama malam ini untuk menghangatkan tubuhnya.“Kenapa Mama datang malam-malam begini tanpa menelepon aku dahulu?” Ucap Felice.“Aku ingin minum denganmu dan bermalam disini.” Balas Mama Yuri.“Bagaimana dengan Papa?” Tanya Felice.“Dia bukan anak kecil. Dia tidak takut pencuri atau hantu.” Balas Mama Yuri sambil menuangkan minuman untuk Felice.Felice meminumnya sambil melirik Mama Yuri yang terus minum dengan cukup cepat. “Ternyata Mama kuat juga minumnya.” Ucap Felice.“Mama biasa meminumnya dari botol langsung. Selama ini Mama hanya berpura-pura sopan karena Papahmu.” Ucap Mama
“Sepertinya kamu benar jatuh cinta dengan Pak Arka.” Ucap Felice.“Hah? Haha! Astaga! Haha, tidak. Eh maksudku belum.” Ucap Arina saat mengelak.“Jadi, dia mengajakmu berkencan malam ini?” Sahut Felice.“Hm ya! Gayanya berubah total. Melihat dia berusaha keras padahal perpisahan sudah ditentukan membuatku teringat pada diriku sendiri.” Ucap Direktur Arina sambil merapikan riasannya.“Kamu harus serius memacarinya. Dia pria yang hebat.” Balas Felice.“Aku selalu menyukai seseorang dan ditolak. Jika aku mengambil langkah pertama dan ditolak, aku tidak menyesal karena setidaknya bisa berkencan beberapa kali. Tapi jika aku dicampakkan oleh seseorang yang menyukaiku, aku akan sangat terluka. Jadi, aku lebih suka hubungan kami murni bisnis. Kamu tidak boleh lari. Yang sangat menyakitkan bukanlah cinta yang hancur, tapi orang yang kamu cintai berpaling darimu. Itu saranku berdasarkan pengal
Disaat tangis sudah mereda, Xavier dan Felice duduk di depan kaca jendela sambil melihat jalanan yang sepi.“Jika ibuku bilang kita tidak bisa mengatasinya. Tidak masalah. Jika dia tidak bisa memahami kita, itu juga tidak masalah. Namun, apa itu berarti kita tidak boleh mencintai? Karena alasan itu? Aku tidak mengerti kenapa harus seperti itu.” Ucap Xavier.“Kamu tidak bisa menghentikan matahari terbenam. Namun, aku mencintaimu. Berapapun waktu yang kita punya untuk bersama, aku tetap mencintaimu. Tidak peduli berapa banyak waktu yang tersisa.” Ucap Felice.“Aku juga. Aku mencintaimu dimanapun kamu berada.” Ucap Xavier.***Di tempat yang sama dengan Camilla bertemu Felice, kali ini Camilla pergi juga ke tempat itu untuk bertemu dengan Yuri, Ibunda dari Felice. Camilla datang dengan pakaian yang rapi dan terlihat sangat cantik di usianya. Berbeda dengan Yuri yang berpakaian biasa dan sedikit compang-camping karen
“Merek lain memesan setidaknya 925 meter. Untuk apa aku menjual kain dalam jumlah kecil? Aku tidak akan mendapat margin yang cukup. Merek lokal selalu berusaha mendapatkan diskon. Kami tidak bisa menjual di bawah 920 meter.” Ucap Pak Faisal, pedagang kain di pasar.“Kami tidak bisa menyimpan banyak persediaan.” Ucap Felice.“Jai, maksudmu itu merepotkan kedua belah pihak, bukan? Kalau begitu, tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita hanya perlu tetap seperti dahulu. Lalu bagaimana? Berapa meter wol yang kamu butuhkan?” Tanya Pak Faisal.Luna dan Felice hanya bisa menghela nafas dan mereka saling menatap satu sama lain setelah mendengar perkataan Pak Faisal yang semakin menyulitkan tim Lauré yang harus mengurangi pengeluaran.Setelah bernegosiasi di pasar, Felice dan Luna kembali ke kantor. Untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Felice mengecek kain sampel yang akan mereka gunakan untuk tim Lauré dan tim V
Di depan cermin Keena terus berlenggak-lenggok melihat dirinya yang terlihat cantik dengan baju lamanya yang dijahit ulang oleh sahabatnya itu. Felice dan Arina berhasil mengukir senyum lebar di wajah Keena.“Bagaimana penampilanku? Apa aku tampak cantik?” Ucap Keena.“Hmm! Sudah kuduga! Orang yang mengubah pakaian kamu pasti berbakat.” Ucap Felice.“Katakan dia tidak akan berhasil tanpa bantuan asistennya.” Ucap Arina yang tidak mau kalah.“Dengar! Aku pernah jadi bintang baru di industri modeling, meskipun hanya sebentar. Pokoknya, ketahuilah bahwa tubuhku yang langsing yang sudah melengkapi desainmu. Kalian setuju dengan itu?” Ucap Keena.“Aku setuju!” Balas Felice.“Dengan sepenuh hati aku setuju.” Ucap Arina.“Ini sangat cantik.” Puji Keena sambil menunjuk baju yang dia kenakan.“Kapan kamu pertama kali memakai pakaian itu?&rdqu
Pagi hari ini semua anggota tim Lauré dan Viance sudah disibukkan dengan mengurus laporan tentang ukuran pakaian orang.“Ukuran alpha sizing ditetapkan pada tahun 1980an. Saat itu, tinggi rata-rata wanita Indonesia adalah 155 cm, dan lingkar dadanya 85 cm. Awalnya disebut ukuran 55 karena sesuai dengan digit terakhir kedua ukuran.” Ucap Felice.“Apa aku pesimis karena tidak cocok dengan ukuran dari 44 tahun lalu?” Ucap Vareena.“Tahun lalu, tinggi rata-rata wanita Indonesia di usia 20-an lebih tinggi 10 cm dari statistik lama. Memang agak kejam mengikuti sistem yang sudah berusia 44 tahun.” Ucap Luna.“Mereka membeli yang pas di pinggul dan mengurangi ukuran pinggang. Butuh lengan yang lebih panjang untuk mantel yang pas di bahu. Salah jika menelan itu mentah-mentah. Bentuk dan ukuran tubuh wanita beragam. Kita harus membuat ukuran yang lebih beragam.” Ucap Felice.“Haruskah aku mengetik