“Kamu yakin? Lalu siapa pria itu? Benarkah aku tidak perlu mempertimbangkan kerugian perusahaan karena pria itu?” Tanya Felice.“Ya. Pria itu Arka Nolan Jude CEO Galaxy PR.” Balas Direktur Arina.“Hah?! Kenapa bisa begitu? Setahuku dia tidak seperti itu? Kamu buat masalah apa dengannya?” Respon Felice.Flashback On.Beberapa hari yang lalu Direktur Arina dan Arka pergi makan siang berdua. Hari itu adalah tepat satu hari setelah mereka pergi ke museum dan minum wine bersama.“Seandainya kamu memberitahuku lebih awal, maka aku akan datang dengan lebih rapi dan berdandan lebih baik.” Ucap Arka.“Kamu sudah terlihat tampan dengan penampilan seperti ini. Dasi yang sangat bagus. Siapapun akan menyadarinya lebih dulu sebelum melihat wajahmu, jadi itu jauh lebih baik. Seharusnya aku berikan padamu lebih awal.” Ucap Direktur Arina.“Bagaimana kalau kita ke biosk
Demi menyelesaikan kesalahpahaman yang selama ini terjadi. Direktur Arina mengajak Arka ke Bar malam ini untuk menyelesaikan permasalahan mereka. “Kapan kamu mulai menyukaiku?” Tanya Arina langsung tanpa basa basi.“Aku tidak bisa memberitahumu tanggal dan waktu pastinya. Itu terjadi begitu saja.” Balas Arka.“Kamu sudah membuatku sakit hati.” Ucap Arina.“Wajar kamu tidak tahu. Kamu tidak perlu merasa bersalah.” Sahut Arka.“Aku tidak akan menyukaimu.” Ucap Arina.“Kenapa? Karena penampilanku? Dengar! Aku bisa cukup mempesona bahkan bisa lebih mempesona daripada Xavier.” Sahut Arka.Arina melihat Arka dari atas sampai bawah. “Cinta harus penuh misteri. Tapi kamu tahu aku ditolak oleh Mr. X karena dia jatuh cinta pada Felice.” Ucap Arina.“Aku hanya kebetulan saja mengetahuinya. Itu bukan salahku.” Ucap Arka.“Pokoknya, aku tidak akan menyukaimu. Jadi, sebaiknya kamu melupakanku dan menyerahlah. Mengerti?” Ucap Arina sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Arka.“Jika kamu tidak akan men
“Apa Felice Chiara Farfalla? Xavier. Apakah mungkin itu?” Ucap Camilla.“Ya. Itu dia.” Balas Xavier yang berhasil membuat Irene dan Camilla menganga tidak percaya dengan yang Xavier lakukan sekarang.“Menurutmu apa pendapat semua orang tentang kalian berdua? Dunia tidak akan berpihak pada rasa cintamu.” Ucap Irene.“Tentu, orang akan terus bergosip di hari-hari pertama. Haruskah aku merelakan orang yang kucintai karena beberapa hari itu? Jika tidak ada orang di Indonesia yang mendukung hubungan kami, aku akan kembali ke Paris bersamanya.” Balas Xavier.“Kamu pasti sudah gila dan buta karena cinta. Kamu jelas-jelas kehilangan akal sehat sampai tidak bisa berpikir rasional.” Ucap Irene.“Calvin yang menyakitimu, bukan wanita itu. Kamu melampiaskan kesalahan pada orang yang salah.” Ucap Xavier.Setelah berdebat dengan Irene, Xavier segera pergi menem
“Apa yang kalian lakukan? Diusir dari Neo Avenue sama seperti mereka mengatakan brand kita sudah mati. Tidak ada yang menduga kejadian ini sampai benar-benar terjadi pada brand yang kita kelola. Hah?” Ucap Manajer Umum Alano.“Apa karena kita tidak senang dengan permintaan biaya mereka?” Ucap Manajer Jess dari tim keuangan.“Tim bisnis juga harus memastikan perusahaan tetap bertahan. Naik dari 40 persen ke 45 persen setahun lalu. Kemudian terjadi kenaikan lagi? Maka kita harus menaikkan harga untuk menggantinya.” Ucap Manajer Miller dari tim bisnis“Kamu seharusnya membuat kesepakatan yang sama-sama menguntungkan. Kamu seharusnya menjaga hubunganmu di Neo Avenue dengan lebih baik. Kenapa kamu bisa diam saja dan membiarkan boom ini meledak di depan kita.” Protes Manajer Alano.“Cukup!!!” Teriak Presdir Edward.Seketika Manajer Umum Alano langsung terdiam dan menghentikan omelannya pada mana
Manajer Umum Alano sudah tiba di ruangan Direktur Arina atas permintaanya. Dengan santainya saat Alano sudah datang Arina malah asyik dengan Americano miliknya.“Ada apa Non?” Tanya Manajer Umum Alano.“Kamu pasti punya beberapa kontak di Neo Avenue.” Ucap Direktur Arina.“Tentu saja, tapi bisnis dikelola oleh manusia.” Ucap Manajer Alano.“Kalau begitu, jangan berdiri saja. Krisis juga kesempatan. Tunjukkan kemampuanmu.” Ucap Direktur Arina.“Apa?” Ucap Manajer Alano.“Kamu ingin menjadi Manajer Umum seumur hidupmu? Menjadi Direktur atau Eksekutif.. benarkah kamu bahkan tidak memimpikan itu? Kecil juga impianmu, ya?” Ucap Direktur Arina.Mereka berdua saling bertatapan untuk memberikan isyarat. Manajer Alano paham apa yang dimaksud Direktur Arina. Ia segera menjalankan perintah untuk membantu hubungan Lauré dan Neo Avenue.***K
“Luna, dimana Felice?” Tanya Direktur Arina saat ke Ia datang ke ruangan Felice dan melihat meja Felice kosong.“Nona Felice pergi untuk bertemu seseorang di Neo Avenue. Dia bilang kita tidak boleh menelponnya kecuali sangat mendesak.” Balas Luna.“Mungkin maksudnya bukan kita tapi aku.” Balas Direktur Arina. Lalu Direktur Arina pergi meninggalkan kantor Lauré.“Bukan begitu, Non!” Balas Luna.Setelah keluar dari ruangan Lauré, Direktur Arina melihat Arka dari jarak yang tidak terlalu jauh. Direktur Arina tersenyum manis saat Arka melihatnya, lalu Ia menghampirinya dengan berjalan berlenggak-lenggok dengan tangan yang menopang pinggang layaknya model fashion show.“Ada apa dengan cara berjalannya? Apa pergelangan kakinya terkilir? Apa punggungnya sakit?” Gumam Arka sambil memperhatikan cara berjalan Direktur Arina.Arka menggelengkan kepalanya, “Tidak! Tidak kena
Dengan dipenuhi perasaan yang tidak karuan Felice mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh di malam hari agar cepat sampai rumah Keena.Sesampainya di rumah Keena, pintunya terkunci. Keena tidak membukakan pintu dan ponsel Keena juga mati. Felice semakin panik, lalu Felice berusaha menghubungi Liam beberapa kali.Tuut tuut [Liam]Jauh disana Liam mengetahui bahwa Felice menghubunginya, Namun Liam mengabaikan telepon itu dan lebih memilih menikmati waktu berdua dengan Sunny. Setelah kembali memasukan ponsel ke saku celananya, Liam menggandeng tangan Sunny selama mereka berada di dalam lift.“Akh ga diangkat!” Gumam Felice.“Keena! Ini aku!” Ucap Felice.Felice masih terus mengetuk-ngetuk pintu rumah Keena. Bahkan sampai tetangga Keena mendatanginya.“Ada apa ini?”“Temanku kesakitan di dalam, tapi aku tidak bisa membuka pintunya. Aku sudah menghubungi suaminya namun
Di hadapan foto jalanan yang ada di ruang tamu rumahnya itu Felice terdiam sambil mengamatinya lebih dalam. Xavier datang membawakan teh hangat untuk Felice. Setelah mengambil gelas itu, Felice kembali mengamati foto itu bersama sang fotografer di sampingnya.“Menurutmu apa yang menunggu kita di ujung jalan itu? Harapan atau hanya sekedar ujung jalanan?” Tanya Felice.“Mungkin aku ada disana. Kemanapun kamu pergi, aku akan selalu ada di ujung jalan itu. Aku tidak akan lari dari apapun dan dari badai manapun.” Ucap Xavier.“Xavier! Bisakah kamu membantuku sebagai pacarku sekali ini saja?” Ucap Felice.***Hari yang ditunggu-tunggu oleh Felice untuk bertemu Cedric akhirnya tiba. Felice bertemu Cedric di ruang meeting Galaxy PR.“Kami punya banyak desainer berbakat di Paris. Saya tahu Mr. X memperkenalkanku kepadamu tapi itu tidak relevan. Tetap tidak akan mudah meyakinkanku dengan beberapa sketsa desai
“Jika aku tidak bisa menelan nasinya, aku bisa menambahkan air dan menelannya. Jadi, itu bukan masalah besar. Tapi selama hampir 30 tahun, aku membiarkan kebencianku tumbuh dan mengeras seperti nasi kerak. Itu sesuatu yang tidak bisa kutelan sebanyak apa pun air yang kutuang. Perasaan terluka dan aku tidak bisa melupakannya seperti makanan yang diam saja di perut. Bagaimana jika ini berubah menjadi kesedihan dan kepahitan mendalam? Bagaimana jika yang tersisa dariku hanya kebencian? Aku takut.”Ezra sangat tersentuh membacanya. Ternyata inilah yang dirasakan oleh istrinya selama ini. Setelah membaca catatan itu, Ezra menghampiri Yuri yang sedang mencuci rambutnya di kamar mandi.Yuri memang hanya ingin mencuci rambutnya saja dan tidak ingin mandi karena cuaca di luar sedang hujan deras. Jadi, Yuri hanya keramas di depan wastafel dengan shower di tangan kanannya untuk membasuh rambutnya.Saat busa-busa di rambut Yuri sudah mulai memudar, Ezra
“Pria yang mengaku pacarmu itu bersama Presdir Edward alias ayahmu sekarang, berduaan.” Ucap Luca.Arina menggelengkan kepala untuk melupakan bayangan itu, “Tidak! Tidak mungkin! Mereka pasti hanya membicarakan pekerjaan sebagai sesama petinggi perusahaan.”Gumam Arina.Arina menghampiri Arka untuk menyapanya, “Hai, Pak Arka!” Ucap Arina.“Oh Halo! Direktur Arina!” Balas Arka.“Kenapa kamu keluar dari ruangan Presdir?” Tanya Arina.“Aku habis bicara empat mata dengan Presdir Edward soal urusan mendesak.” Balas Arka.“Mendesak? Soal apa?” Tanya Arina.“Sudah kukatakan aku habis bicara empat mata dengannya, yang artinya itu bukan sesuatu yang bisa ku beritahu kepada mu.” Balas Arka.***“Tentu saja, dia tidak bisa memberitahumu.” Ucap Luca ketika bertemu dengan Direktur Arina di restoran tempat
Presdir Edward menatap Felice dengan tajam, Ia terus teringat dengan kejadian kemarin saat bertemu dengan Arka.Flashback On“Apa orang-orang di Paris ingin merekrut Felice?” Tanya Presdir Edward.Arka tertunduk dan diam membisu.“Kenapa? Apa aku menyulitkanmu?” Tanya Presdir Edward.“Aku merasa tidak nyaman menceritakan ini kepada bos Nona Felice karena… aduh.. hmm.. bagaimana mengatakannya, ya? Aku seakan menodai kepercayaannya.” Ucap Arka.“Jadi, benar seseorang ingin merekrutnya? Siapa itu Anthony?” Ucap Presdir Edward.“Maaf, Pak.” Ucap Arka sembari tertunduk ketakutan.Flashback Off“Kalau begitu, kita akan tetap di Neo Avenue.” Ucap Manajer Alano.“Jika kamu yakin bisa melindungi harga diri kita, lakukanlah.” Ucap Presdir Edward pada Felice.“Apa agenda ku selanjutnya?&rd
Jika kita bisa berpapasan lagi secara kebetulan,Aku tidak akan membuat alasan.Aku akan mencoba percaya bahwa kita memang ditakdirkan bersama.-Haii’ferMenikmati senja di alam terbuka memang bisa menyejukkan hati. Apalagi jika sudah terlalu sering menghadapi hiruk pikuk kehidupan di perkotaan.“Satu hari lagi telah berlalu.” Ucap Felice saat sedang memandang ke arah senja di depan mobil bersama Xavier.Xavier menata Felice yang masih memandangi langit senja.“Kapan kamu berangkat ke Paris?” Tanya Felice sambil menghadap ke arah Xavier.“Kurasa tidak akan lama lagi.” Balas Xavier. Felice pergi ke kursi belakang mobilnya lalu membuka pintu mobil untuk mengambil sesuatu. Setelah mengambilnya Felice kembali lagi pada Xavier yang masih duduk menunggunya di depan mobil sambil melihat pemandangan di sore hari itu. “Ini untukmu.” Ucap Felice saat memberikan kotak hadiah yang cukup besar untuk Xavier. Xavier membuka kotak yang Felice pegang itu. Isinya adalah sebuah tas yang didesain untu
Sungai, jembatan, pepohonan, burung-burung terbang dan keindahan alam yang dilihat hari ini harus menjadi kenangan manis yang akan selalu diingat oleh Xavier dan Felice. Momen ini bukan hanya akan terekam dalam memori yang ada di kamera Xavier. Namun, momen ini juga akan selalu ada dalam rekaman ingatan Felice dan Xavier.Melihat Xavier memotret merupakan hal yang sangat Felice suka akhir akhir ini. Bagi Felice, melihat Xavier yang fokus dengan keahliannya jadi terlihat sangat tampan baginya.Setelah memotret di sekitar jembatan, Xavier dan Felice pergi berpiknik sambil memotret beberapa spot yang ada di sana. Selain itu mereka juga sambil melihat-lihat beberapa hasil foto yang sudah didapatkan.“Itu indah.” Ucap Felice.“Bukankah ini bagus?” Ucap Xavier.“Kamu fotografer yang hebat. Semuanya terlihat luar biasa.” Ucap Felice.“Hehe. Lihat lah yang ini.” Xavier tersenyum melihat Felice yang ter
Pulang kerja kali ini Direktur Arina hendak pulang dengan Arka. Saat sedang menunggu Arka di lobby kantor, Arina melihat seseorang yang sepertinya sedang memanggil dirinya sambil melambaikan tangan. “Nona!” Panggil Luca sambil melambaikan tangan kepada Direktur Arina. “Nona Arina.” Ucap Luca.“Ngapain dia disini. Beraninya dia datang lagi ke dalam kehidupanku.” Gumam ArinaLuca lari menghampiri Arina yang sedang berdiri di depan Lobby. “Nona!” Ucap Luca lalu hendak memeluk Arina.Arina mendorongnya dengan kedua tangannya, “Kamu tidak lihat aku menolakmu?” Ucap Arina sambil tangannya terus berusaha menjaga jarak dengan Luca.“Aku ingin meluruskan kesalahpahaman.” Ucap Luca.“Baru sekarang? Haha. Kenapa tidak menunggu sampai tahun depan sekalian?” Ucap Arina lalu pergi menghindar.Luca mencegahnya, “Aku berjanji itu tidak akan terjadi lagi. Kamu tah
Setelah Felice pergi, Adrina mengajak Irene bertemu di tempat yang sama.“Menurutmu seperti apa Felice Chiara Farfalla?” Tanya Adriana.“Dia? Dia seseorang yang membuatku iri.” Ucap Irene lalu menyeruput kopinya.“Kamu iri terhadap seseorang?” Ucap Adriana.“Aku sudah lama mengaguminya. Tapi kali ini, dia memenangkan rasa hormatku.” Balas Irene.“Kini kamu menghormatinya? Aku jadi makin penasaran.” Ucap Adriana.Irene hanya membalas dengan senyuman pada Adriana.***Setelah bertemu Adriana, Felice langsung mendatangi studio Xavier.“Pekerjaan hari ini tidak butuh waktu lama seperti dugaanku. Jadi, aku sudah tidak ada pekerjaan lagi.” Ucap Felice.“Maaf, aku ada satu janji temu lagi.” Ucap Xavier.“Tidak apa-apa. Aku akan menunggu.” Balas Felice.“Permisi! Aku yang menelponmu kemarin.”
Andai kami tidak perlu berpamitanAku tidak akan tahu betapa berharganya momen ini. Betapa terbatasnya waktu yang kami miliki.-Felice Chiara Farfalla.“Kamu tidak akan memperpanjang kontrak mu dengan kami? Perpisahan tanpa pemberitahuan macam apa ini?” Tanya Arka.“Katamu aku bisa membatalkan kontrak sesukaku. Jadi, jangan menuntutku.” Ucap Xavier.“Ada apa? Apa ada yang menginginkanmu? Siapa itu? Di mana?” Tanya Arka.“Aku dapat telepon dari Paris.” Balas Xavier.“Tentang apa?” Tanya Arka.“Asosiasi foto ingin mengadakan pameran untukku.” Balas Xavier.“Pameran? Benarkah? Haha!” Ucap Arka.“Ya.” Balas Xavier.“Akhirnya kamu bisa mengadakan pameran yang selalu kamu inginkan itu?” Ucap Arka.“Ya.”“Jadi, kapan kamu mulai bekerja? Tidak
“Selamat, Nona Felice. Aku kirakamu ceroboh. Melompat kedalam sesuatu yang semua orang tidak ada gunanya.” Ucap Irene.“Aku tidak melakukannya untuk membuat pakaian kami laris atau semakin dikenal di luar negeri. Kami ingin mematahkan prasangka bahwa kami akan gagal, dan tunjukkan kepada para penentang bahwa bias mereka tentang kami itu salah.” Ucap Felice.“Kamu pikir kamu berhasil?” Tanya Irene.“Sampai batas tertentu.” Ucap Felice sambil mengangguk.“Hasil positif ini mungkin tidak akan bertahan lama.” Ucap Irene.“Tetap saja, kamu meminta bertemu denganku lagi di ruangan mu ini. Tanpa harus membayar komisi yang meningkat atau aku harus menyembahmu, kamu mengulurkan tanganmu kepada kami lebih dahulu. Itu saja membuatku berpikir upayaku amat berarti sampai bisa menggoyahkan mu.” Ucap Felice.“Jika kamu tidak tampil baik di musim mendatang, kita harus menegosiasik