“Apa yang kalian lakukan? Diusir dari Neo Avenue sama seperti mereka mengatakan brand kita sudah mati. Tidak ada yang menduga kejadian ini sampai benar-benar terjadi pada brand yang kita kelola. Hah?” Ucap Manajer Umum Alano.
“Apa karena kita tidak senang dengan permintaan biaya mereka?” Ucap Manajer Jess dari tim keuangan.
“Tim bisnis juga harus memastikan perusahaan tetap bertahan. Naik dari 40 persen ke 45 persen setahun lalu. Kemudian terjadi kenaikan lagi? Maka kita harus menaikkan harga untuk menggantinya.” Ucap Manajer Miller dari tim bisnis
“Kamu seharusnya membuat kesepakatan yang sama-sama menguntungkan. Kamu seharusnya menjaga hubunganmu di Neo Avenue dengan lebih baik. Kenapa kamu bisa diam saja dan membiarkan boom ini meledak di depan kita.” Protes Manajer Alano.
“Cukup!!!” Teriak Presdir Edward.
Seketika Manajer Umum Alano langsung terdiam dan menghentikan omelannya pada mana
Manajer Umum Alano sudah tiba di ruangan Direktur Arina atas permintaanya. Dengan santainya saat Alano sudah datang Arina malah asyik dengan Americano miliknya.“Ada apa Non?” Tanya Manajer Umum Alano.“Kamu pasti punya beberapa kontak di Neo Avenue.” Ucap Direktur Arina.“Tentu saja, tapi bisnis dikelola oleh manusia.” Ucap Manajer Alano.“Kalau begitu, jangan berdiri saja. Krisis juga kesempatan. Tunjukkan kemampuanmu.” Ucap Direktur Arina.“Apa?” Ucap Manajer Alano.“Kamu ingin menjadi Manajer Umum seumur hidupmu? Menjadi Direktur atau Eksekutif.. benarkah kamu bahkan tidak memimpikan itu? Kecil juga impianmu, ya?” Ucap Direktur Arina.Mereka berdua saling bertatapan untuk memberikan isyarat. Manajer Alano paham apa yang dimaksud Direktur Arina. Ia segera menjalankan perintah untuk membantu hubungan Lauré dan Neo Avenue.***K
“Luna, dimana Felice?” Tanya Direktur Arina saat ke Ia datang ke ruangan Felice dan melihat meja Felice kosong.“Nona Felice pergi untuk bertemu seseorang di Neo Avenue. Dia bilang kita tidak boleh menelponnya kecuali sangat mendesak.” Balas Luna.“Mungkin maksudnya bukan kita tapi aku.” Balas Direktur Arina. Lalu Direktur Arina pergi meninggalkan kantor Lauré.“Bukan begitu, Non!” Balas Luna.Setelah keluar dari ruangan Lauré, Direktur Arina melihat Arka dari jarak yang tidak terlalu jauh. Direktur Arina tersenyum manis saat Arka melihatnya, lalu Ia menghampirinya dengan berjalan berlenggak-lenggok dengan tangan yang menopang pinggang layaknya model fashion show.“Ada apa dengan cara berjalannya? Apa pergelangan kakinya terkilir? Apa punggungnya sakit?” Gumam Arka sambil memperhatikan cara berjalan Direktur Arina.Arka menggelengkan kepalanya, “Tidak! Tidak kena
Dengan dipenuhi perasaan yang tidak karuan Felice mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh di malam hari agar cepat sampai rumah Keena.Sesampainya di rumah Keena, pintunya terkunci. Keena tidak membukakan pintu dan ponsel Keena juga mati. Felice semakin panik, lalu Felice berusaha menghubungi Liam beberapa kali.Tuut tuut [Liam]Jauh disana Liam mengetahui bahwa Felice menghubunginya, Namun Liam mengabaikan telepon itu dan lebih memilih menikmati waktu berdua dengan Sunny. Setelah kembali memasukan ponsel ke saku celananya, Liam menggandeng tangan Sunny selama mereka berada di dalam lift.“Akh ga diangkat!” Gumam Felice.“Keena! Ini aku!” Ucap Felice.Felice masih terus mengetuk-ngetuk pintu rumah Keena. Bahkan sampai tetangga Keena mendatanginya.“Ada apa ini?”“Temanku kesakitan di dalam, tapi aku tidak bisa membuka pintunya. Aku sudah menghubungi suaminya namun
Di hadapan foto jalanan yang ada di ruang tamu rumahnya itu Felice terdiam sambil mengamatinya lebih dalam. Xavier datang membawakan teh hangat untuk Felice. Setelah mengambil gelas itu, Felice kembali mengamati foto itu bersama sang fotografer di sampingnya.“Menurutmu apa yang menunggu kita di ujung jalan itu? Harapan atau hanya sekedar ujung jalanan?” Tanya Felice.“Mungkin aku ada disana. Kemanapun kamu pergi, aku akan selalu ada di ujung jalan itu. Aku tidak akan lari dari apapun dan dari badai manapun.” Ucap Xavier.“Xavier! Bisakah kamu membantuku sebagai pacarku sekali ini saja?” Ucap Felice.***Hari yang ditunggu-tunggu oleh Felice untuk bertemu Cedric akhirnya tiba. Felice bertemu Cedric di ruang meeting Galaxy PR.“Kami punya banyak desainer berbakat di Paris. Saya tahu Mr. X memperkenalkanku kepadamu tapi itu tidak relevan. Tetap tidak akan mudah meyakinkanku dengan beberapa sketsa desai
Bughh!Direktur Arina mendorong Arka ke tembok depan pagar rumahnya. “Dengar baik-baik.” Ucap Arina.“Ap.. apa? Aku tidak bisa mendengarmu.” Sahut Arka yang sudah pasrah dengan ide Arina yang kadang diluar nalar.“Ini murni untuk bisnis. Aku melakukan ini untukku, Felice, Mr. X, dan kamu.” Ucap Arina.“Hah?” Sahut Arka.“Tidak akan lama. Jadi, percayalah dan ikuti arahan ku.” Ucap Arina.“Mengikuti arahan mu ke mana?” Sahut Arka. Lalu Arina sengaja membunyikan bel agar Presdir melihat ke layar doorbell.Ting nong! [Suara Bel]Arina menempelkan kedua tangannya ke pipi Arka lalu menarik wajah Arka ke arahnya. Dengan sigap Arina mencium Arka di depan kamera doorbell.“Dia lagi???” Ucap Presdir yang melihat pemandangan itu dari balik layar doorbell rumahnya.Arka sagat gemetar karena baru pertama kali
Felice berlari ke arah Xavier yang sudah menunggunya selesai bicara dengan Irene. Tanpa banyak basa-basi, Felice langsung memberikan kecupan mesra untuk Xavier. Felice tidak memperdulikan lingkungan sekitar yang masih banyak orang berlalu-lalang.Orang-orang yang lewat beberapa ada yang tidak peduli dengan apa yang Felice lakukan. Namun, beberapa orang tua melihat dengan tatapan sinis dan menganggap itu hal yang berlebihan dan kurang pantas dilakukan di tempat umum.“Terima kasih. Aku sangat bersyukur atas semua ini.” Ucap Felice setelah mereka bercumbu mesra.“Keberhasilanmu dalam bekerja sama dengan pihak MVLH itu tidak ada hubungannya denganku. Ternyata dia sepakat karena menyukai pakaianmu. Hehe! Itu semua karena kerja keras kamu dan tim Lauré selama ini.” Ucap Xavier.“Hehehe.” Felice tertawa bahagia. Lalu Felice dengan senang hati memeluk Xavier sebagai ucapan terima kasih karena Xavier sudah membantu menge
Di depan tempat kotak sumbangan pakaian Felice memikirkan beberapa hal tentang keadaan Keena. Meskipun Keena ingin membuang pakaiannya tapi bagi Felice sepertinya itu tidak perlu Ia lakukan. Felice akhirnya memutuskan untuk membawa baju-baju itu ke rumahnya.Selama perjalanan menuju tempat Felice akan bekerja, Ia mengeluh tentang Keena pada Xavier melalui sambungan telepon.“Kamu tahu kenapa temanmu merasa seperti itu?” Ucap Xavier.“Tapi aku tidak bisa membiarkannya pergi seperti ini, tanpa berusaha.ada banyak hal yang belum sempat aku lakukan untuk Keena.” Balas Felice.“Seperti yang dia katakan, nikmati saja setiap harinya dan lakukan semua yang bisa kamu lakukan untuknya. Kurasa hanya itu yang perlu kamu lakukan untuk menikmati hari-hari selama kamu masih bisa bersamanya.” Ucap Xavier.“Bagaimana dengan ibumu? Apa dia mengatakan sesuatu kepadamu sejak bertemu dengank
Direktur Arina menyeruput jus mangga bersama Felice di ruangannya. Dia mengajak Felice ke ruangannya karena akan membicarakan hal serius.“Ayahku belum memberitahumu apapun?” Tanya Direktur Arina.“Kamu terlibat masalah lagi? Kenapa? Apa yang terjadi? Ada apa? Siapa lagi kali ini?” Sahut Felice.“Aku ga buat masalah [Arina menggelengkan kepal]. Hei, Pak Arka sebenarnya menyukaiku.” Ucap Direktur Arina.“Hah?” Ucap Felice sambil menyeringai.“Kenapa wajahmu seperti itu? Aku tersinggung tahu!” Sahut Direktur Arina.“Sejak kapan? Kamu juga menyukainya?” Tanya Felice yang sudah serius dengan pernyataan Arina.“Ya ampun. Hahah! Aku tidak menyukainya. Kamu tahu kan? Kalau dia itu bukan tipeku.” Ucap Direktur Arina.“Tapi bagaimana ayahmu bisa tahu?” Ucap Felice.“Karena terjadi sesuatu.” Ucap Arina.“Jadi, kamu memang membuat masalah?! Membuat masalah dengan CEO agensi humas kita?” Sahut Felice.“Hei, Felice. Kamu selalu mikir kalau aku selalu mudah ditebak, bukan? Tapi ada bagian diriku yan
Brtrtt [Suara kertas-kertas]“Heah! [menghela napas]” Ellie menghentakkan laporan penjualan La Cart dengan wajah kesal dan cemburu.“Perusahaan memberi Nona Felice dukungan untuk mengembangkan Lauré. Tapi begitu dia menyuruhnya mengambil alih dan mengelola Lauré…” Keluh Ellie.“Angka penjualan kita akan anjlok. Lauré adalah brand terlaris kita meskipun tidak baru dan tidak menarik lagi.” Ujar Michael.Bughhh [Suara pukulan meja]Manajer Alano kesal sampai memukul meja dengan sangat keras karena perdebatan mereka yang sungguh membosankan. Kehilangan Lauré dan Felice menjadi hal yang cukup menyedihkan bagi Manajer Al.“Kenapa kalian tidak membawa laporan penjualan bulanan Lauré? Apa kalian tentara yang menunggu dibebastugaskan? Di mana kedisiplinan kalian?” Ujar Manajer Alano.“Aku…”&ldqu
“Bisa kita mulai?” Ujar Adriana.“Tentu.” Balas Felice.“Saya akan mulai dari pertanyaan dasar. Saya dengar kamu membuat nama “Lauré” sendiri. Apa arti di balik nama itu?” Ujar Adriana.Felice melirik ke arah Xavier yang sedang memotretnya. “Bukan saya yang membuat nama itu. Sebenarnya saya mendapat ide itu dari fotografer tidak dikenal di Paris.” Ujar Felice.Xavier teringat akan sesuatu sampai berhenti mengambil gambar Felice. Xavier menyimak cerita Felice beberapa saat untuk mendengar sebuah fakta yang ingin Xavier dengar lebih lanjut.“Lauré berarti kemenangan. Dia menyemangati saya dan berharap desain yang saya buat akan membawa saya pada kemenangan dalam setiap usaha saya di hadapan publik. Lauré lahir berkat fotografer tidak dikenal itu.” Ujar Felice.Ckrek Ckrek ckrek [Suara kamera]“Saya sungguh ingin tahu
Felice melihat ke sekeliling ruang sampel yang dipenuhi kenangan di setiap sudutnya. Dinding yang penuh dengan tempelan inspirasi desain, tempelan kain-kain dengan berbagai warna, sampel sepatu dan masih banyak lagi barang penuh kenangan yang ada dalam ruangan itu.Drrtt drtt [Adriana Novelle Vogue]“Halo, ini Felice Chiara Farfalla.” Ujar Felice.“Anda masih ingat saya? Saya Adriana, kepala editor di Novelle Vogue.” Ujar Adriana.“Ya.” Balas Felice.“Saya menelpon Anda begitu mendengar beritanya. Saya dengar kamu menolak tawaran pekerjaan dari Anthony. Kali ini, saya sangat ingin mengenal Anda, Nona Felice.” Ujar Adriana. “Saya ingin mewawancarai Anda lagi. Tentu saja, kami akan mengirimkan daftar pertanyaan baru.” Lanjut Adriana.“Silahkan
Saat Yuri masuk ke rumah, semua lampu di rumahnya masih belum menyala meskipun sudah waktu sudah menunjukkan waktu malam.“Kenapa lampunya masih mati semua?” Ujar Yuri sambil menekan tombol saklar.Setelah itu Yuri melihat ke sekeliling meja makan dan dapur yang masih bersih.“Apa dia belum makan?” Ujar Yuri.Yuri membuka pintu kamar yang ditempati Ezra, lalu mengintipnya. Tidak ada orang di dalamnya. Yuri semakin membuka pintu itu dengan lebar. Melihat ke sekeliling kamar yang masih gelap gulita tanpa ada orang di dalamnya. Entah kemana Ezra pergi sampai malam begini.“Astaga kemana dia.” Gumam Yuri. Lalu Yuri keluar dari kamar itu.Bugh [Suara pintu]“Aishh, setelah kita berpisah, dia benar-benar melakukan apapun yang dia inginkan. Tidur di luar juga bisa jadi alasan untuk bercerai. Seharusnya dia tahu itu.” Keluh Yuri.Yuri masuk ke kamarnya, menekan saklar lam
Liam terkejut saat melihat Sunny yang datang membawa Serphina.“Sedang apa kamu di sini, Nona Sunny?” Tanya Liam.“Istrimu yang memintaku datang.” Balas Sunny.Liam semakin bingung dan segera menghubungi Keena.Tuut tuut tuuut [Keena]“Hallo, kenapa bukan kamu yang datang dengan Sera?” Ujar Liam.“Rasa sakit di tubuhku kambuh lagi hari ini. Nona Sunny bilang dia akan pergi ke Mall hari ini. Jadi, kebetulan sekali.” Ujar Keena saat mengeringkan rambutnya dengan handuk.“Sera bisa pergi berdua denganku.” Ujar Liam. “Kamu tidak tahu cara berbelanja pakaian wanita. Butuh wanita untuk tahu apa yang cocok untuk seorang gadis.” Ujar Keena.“Sera, ayo kita coba ini.” Ujar Sunny yang sudah memilihkan baju untuk Ser
“Wah!! Amazing!” Teriak Sabrina.“Ada apa?” Tanya Vareena sambil berlari dari ruangan kerjanya yang tidak jauh dari ruangan Lauré.Sabrina, Rosé, Luna, Elijah, dan Vareena segera berkerumun untuk membicarakan apa yang Sabrina lihat.“Berita yang bisa dipercaya dari Galaxy PR tentang Nona Felice. Ini tentang Lux Champ, brand mewah yang sudah berusia 130 tahun.” Ucap Sabrina.“Di mana? Lux Champ. Tempat yang menjual lebih dari 2.000 dolar untuk sepasang celana? Wah apa Paris akhirnya mengakui kemampuan Kak Felice?” Ujar Elijah.“Kita memanggilnya Nona Felice, buka kak Felice!” Protes Rosé.“Apa kita semua bisa pergi dengannya?” Ujar El.Tanpa mereka sadari, Manajer Alano sedang menguping pembicaraan mereka sejak awal Sabrina berteriak.“Tapi jika dia tetap diam sampai sekarang..” Ucap Sabrina.“Berarti
“Jika aku tidak bisa menelan nasinya, aku bisa menambahkan air dan menelannya. Jadi, itu bukan masalah besar. Tapi selama hampir 30 tahun, aku membiarkan kebencianku tumbuh dan mengeras seperti nasi kerak. Itu sesuatu yang tidak bisa kutelan sebanyak apa pun air yang kutuang. Perasaan terluka dan aku tidak bisa melupakannya seperti makanan yang diam saja di perut. Bagaimana jika ini berubah menjadi kesedihan dan kepahitan mendalam? Bagaimana jika yang tersisa dariku hanya kebencian? Aku takut.”Ezra sangat tersentuh membacanya. Ternyata inilah yang dirasakan oleh istrinya selama ini. Setelah membaca catatan itu, Ezra menghampiri Yuri yang sedang mencuci rambutnya di kamar mandi.Yuri memang hanya ingin mencuci rambutnya saja dan tidak ingin mandi karena cuaca di luar sedang hujan deras. Jadi, Yuri hanya keramas di depan wastafel dengan shower di tangan kanannya untuk membasuh rambutnya.Saat busa-busa di rambut Yuri sudah mulai memudar, Ezra
“Pria yang mengaku pacarmu itu bersama Presdir Edward alias ayahmu sekarang, berduaan.” Ucap Luca.Arina menggelengkan kepala untuk melupakan bayangan itu, “Tidak! Tidak mungkin! Mereka pasti hanya membicarakan pekerjaan sebagai sesama petinggi perusahaan.”Gumam Arina.Arina menghampiri Arka untuk menyapanya, “Hai, Pak Arka!” Ucap Arina.“Oh Halo! Direktur Arina!” Balas Arka.“Kenapa kamu keluar dari ruangan Presdir?” Tanya Arina.“Aku habis bicara empat mata dengan Presdir Edward soal urusan mendesak.” Balas Arka.“Mendesak? Soal apa?” Tanya Arina.“Sudah kukatakan aku habis bicara empat mata dengannya, yang artinya itu bukan sesuatu yang bisa ku beritahu kepada mu.” Balas Arka.***“Tentu saja, dia tidak bisa memberitahumu.” Ucap Luca ketika bertemu dengan Direktur Arina di restoran tempat
Presdir Edward menatap Felice dengan tajam, Ia terus teringat dengan kejadian kemarin saat bertemu dengan Arka.Flashback On“Apa orang-orang di Paris ingin merekrut Felice?” Tanya Presdir Edward.Arka tertunduk dan diam membisu.“Kenapa? Apa aku menyulitkanmu?” Tanya Presdir Edward.“Aku merasa tidak nyaman menceritakan ini kepada bos Nona Felice karena… aduh.. hmm.. bagaimana mengatakannya, ya? Aku seakan menodai kepercayaannya.” Ucap Arka.“Jadi, benar seseorang ingin merekrutnya? Siapa itu Anthony?” Ucap Presdir Edward.“Maaf, Pak.” Ucap Arka sembari tertunduk ketakutan.Flashback Off“Kalau begitu, kita akan tetap di Neo Avenue.” Ucap Manajer Alano.“Jika kamu yakin bisa melindungi harga diri kita, lakukanlah.” Ucap Presdir Edward pada Felice.“Apa agenda ku selanjutnya?&rd