“Apa Felice Chiara Farfalla? Xavier. Apakah mungkin itu?” Ucap Camilla.“Ya. Itu dia.” Balas Xavier yang berhasil membuat Irene dan Camilla menganga tidak percaya dengan yang Xavier lakukan sekarang.“Menurutmu apa pendapat semua orang tentang kalian berdua? Dunia tidak akan berpihak pada rasa cintamu.” Ucap Irene.“Tentu, orang akan terus bergosip di hari-hari pertama. Haruskah aku merelakan orang yang kucintai karena beberapa hari itu? Jika tidak ada orang di Indonesia yang mendukung hubungan kami, aku akan kembali ke Paris bersamanya.” Balas Xavier.“Kamu pasti sudah gila dan buta karena cinta. Kamu jelas-jelas kehilangan akal sehat sampai tidak bisa berpikir rasional.” Ucap Irene.“Calvin yang menyakitimu, bukan wanita itu. Kamu melampiaskan kesalahan pada orang yang salah.” Ucap Xavier.Setelah berdebat dengan Irene, Xavier segera pergi menem
“Apa yang kalian lakukan? Diusir dari Neo Avenue sama seperti mereka mengatakan brand kita sudah mati. Tidak ada yang menduga kejadian ini sampai benar-benar terjadi pada brand yang kita kelola. Hah?” Ucap Manajer Umum Alano.“Apa karena kita tidak senang dengan permintaan biaya mereka?” Ucap Manajer Jess dari tim keuangan.“Tim bisnis juga harus memastikan perusahaan tetap bertahan. Naik dari 40 persen ke 45 persen setahun lalu. Kemudian terjadi kenaikan lagi? Maka kita harus menaikkan harga untuk menggantinya.” Ucap Manajer Miller dari tim bisnis“Kamu seharusnya membuat kesepakatan yang sama-sama menguntungkan. Kamu seharusnya menjaga hubunganmu di Neo Avenue dengan lebih baik. Kenapa kamu bisa diam saja dan membiarkan boom ini meledak di depan kita.” Protes Manajer Alano.“Cukup!!!” Teriak Presdir Edward.Seketika Manajer Umum Alano langsung terdiam dan menghentikan omelannya pada mana
Manajer Umum Alano sudah tiba di ruangan Direktur Arina atas permintaanya. Dengan santainya saat Alano sudah datang Arina malah asyik dengan Americano miliknya.“Ada apa Non?” Tanya Manajer Umum Alano.“Kamu pasti punya beberapa kontak di Neo Avenue.” Ucap Direktur Arina.“Tentu saja, tapi bisnis dikelola oleh manusia.” Ucap Manajer Alano.“Kalau begitu, jangan berdiri saja. Krisis juga kesempatan. Tunjukkan kemampuanmu.” Ucap Direktur Arina.“Apa?” Ucap Manajer Alano.“Kamu ingin menjadi Manajer Umum seumur hidupmu? Menjadi Direktur atau Eksekutif.. benarkah kamu bahkan tidak memimpikan itu? Kecil juga impianmu, ya?” Ucap Direktur Arina.Mereka berdua saling bertatapan untuk memberikan isyarat. Manajer Alano paham apa yang dimaksud Direktur Arina. Ia segera menjalankan perintah untuk membantu hubungan Lauré dan Neo Avenue.***K
“Luna, dimana Felice?” Tanya Direktur Arina saat ke Ia datang ke ruangan Felice dan melihat meja Felice kosong.“Nona Felice pergi untuk bertemu seseorang di Neo Avenue. Dia bilang kita tidak boleh menelponnya kecuali sangat mendesak.” Balas Luna.“Mungkin maksudnya bukan kita tapi aku.” Balas Direktur Arina. Lalu Direktur Arina pergi meninggalkan kantor Lauré.“Bukan begitu, Non!” Balas Luna.Setelah keluar dari ruangan Lauré, Direktur Arina melihat Arka dari jarak yang tidak terlalu jauh. Direktur Arina tersenyum manis saat Arka melihatnya, lalu Ia menghampirinya dengan berjalan berlenggak-lenggok dengan tangan yang menopang pinggang layaknya model fashion show.“Ada apa dengan cara berjalannya? Apa pergelangan kakinya terkilir? Apa punggungnya sakit?” Gumam Arka sambil memperhatikan cara berjalan Direktur Arina.Arka menggelengkan kepalanya, “Tidak! Tidak kena
Dengan dipenuhi perasaan yang tidak karuan Felice mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh di malam hari agar cepat sampai rumah Keena.Sesampainya di rumah Keena, pintunya terkunci. Keena tidak membukakan pintu dan ponsel Keena juga mati. Felice semakin panik, lalu Felice berusaha menghubungi Liam beberapa kali.Tuut tuut [Liam]Jauh disana Liam mengetahui bahwa Felice menghubunginya, Namun Liam mengabaikan telepon itu dan lebih memilih menikmati waktu berdua dengan Sunny. Setelah kembali memasukan ponsel ke saku celananya, Liam menggandeng tangan Sunny selama mereka berada di dalam lift.“Akh ga diangkat!” Gumam Felice.“Keena! Ini aku!” Ucap Felice.Felice masih terus mengetuk-ngetuk pintu rumah Keena. Bahkan sampai tetangga Keena mendatanginya.“Ada apa ini?”“Temanku kesakitan di dalam, tapi aku tidak bisa membuka pintunya. Aku sudah menghubungi suaminya namun
Di hadapan foto jalanan yang ada di ruang tamu rumahnya itu Felice terdiam sambil mengamatinya lebih dalam. Xavier datang membawakan teh hangat untuk Felice. Setelah mengambil gelas itu, Felice kembali mengamati foto itu bersama sang fotografer di sampingnya.“Menurutmu apa yang menunggu kita di ujung jalan itu? Harapan atau hanya sekedar ujung jalanan?” Tanya Felice.“Mungkin aku ada disana. Kemanapun kamu pergi, aku akan selalu ada di ujung jalan itu. Aku tidak akan lari dari apapun dan dari badai manapun.” Ucap Xavier.“Xavier! Bisakah kamu membantuku sebagai pacarku sekali ini saja?” Ucap Felice.***Hari yang ditunggu-tunggu oleh Felice untuk bertemu Cedric akhirnya tiba. Felice bertemu Cedric di ruang meeting Galaxy PR.“Kami punya banyak desainer berbakat di Paris. Saya tahu Mr. X memperkenalkanku kepadamu tapi itu tidak relevan. Tetap tidak akan mudah meyakinkanku dengan beberapa sketsa desai
Bughh!Direktur Arina mendorong Arka ke tembok depan pagar rumahnya. “Dengar baik-baik.” Ucap Arina.“Ap.. apa? Aku tidak bisa mendengarmu.” Sahut Arka yang sudah pasrah dengan ide Arina yang kadang diluar nalar.“Ini murni untuk bisnis. Aku melakukan ini untukku, Felice, Mr. X, dan kamu.” Ucap Arina.“Hah?” Sahut Arka.“Tidak akan lama. Jadi, percayalah dan ikuti arahan ku.” Ucap Arina.“Mengikuti arahan mu ke mana?” Sahut Arka. Lalu Arina sengaja membunyikan bel agar Presdir melihat ke layar doorbell.Ting nong! [Suara Bel]Arina menempelkan kedua tangannya ke pipi Arka lalu menarik wajah Arka ke arahnya. Dengan sigap Arina mencium Arka di depan kamera doorbell.“Dia lagi???” Ucap Presdir yang melihat pemandangan itu dari balik layar doorbell rumahnya.Arka sagat gemetar karena baru pertama kali
Felice berlari ke arah Xavier yang sudah menunggunya selesai bicara dengan Irene. Tanpa banyak basa-basi, Felice langsung memberikan kecupan mesra untuk Xavier. Felice tidak memperdulikan lingkungan sekitar yang masih banyak orang berlalu-lalang.Orang-orang yang lewat beberapa ada yang tidak peduli dengan apa yang Felice lakukan. Namun, beberapa orang tua melihat dengan tatapan sinis dan menganggap itu hal yang berlebihan dan kurang pantas dilakukan di tempat umum.“Terima kasih. Aku sangat bersyukur atas semua ini.” Ucap Felice setelah mereka bercumbu mesra.“Keberhasilanmu dalam bekerja sama dengan pihak MVLH itu tidak ada hubungannya denganku. Ternyata dia sepakat karena menyukai pakaianmu. Hehe! Itu semua karena kerja keras kamu dan tim Lauré selama ini.” Ucap Xavier.“Hehehe.” Felice tertawa bahagia. Lalu Felice dengan senang hati memeluk Xavier sebagai ucapan terima kasih karena Xavier sudah membantu menge
“Keena sangat bahagia. Dia ingin menjadi model sejak masih di sekolah, tapi dia berhenti setelah menikah. Dia tidak akan berhenti mengirim pesan bahwa dia menjadi model untuk Mr. X di usianya.” Ucap Felice sambil membantu Xavier membereskan studio foto.“Kamu memberitahu Keena bahwa aku tidak memotret sembarang orang?” Tanya Xavier.“Kebanyakan orang akan memilih untuk rendah hati saat baru membuka usaha.” Sahut Felice.“Hei! Aku Mr. X! Kamu lupa? Lagipula jika aku terampil dan rendah hati, itu sama sekali tidak menarik, bukan?” Ucap Xavier.Felice menyunggingkan bibirnya, “Aishh.. Haha ahaha…”“Hahaha.”Di saat mereka sedang berbahagia dengan semua yang mereka lalui hari ini. Mama Yuri datang dengan menggunakan taxi. Saat turun dari taxi, Yuri melihat Felice dan Xavier yang sedang tertawa bahagia dari balik jendela.“Apa itu yang terakhir?” Tan
Sesuai dengan janji Felice pada Keena, bahwa Felice akan mengajaknya untuk melakukan foto di tempat yang Felice pilih. Sebelum foto, Felice dan Arina mengajak Keena untuk pergi ke salon yang sudah Arina siapkan. “Aku kira aku harus memesan tempat. Terima kasih sudah membantu.” Ucap Felice pada Arina.“Jangan dulu berterima kasih. Kamu cenderung meremehkan ku.” Ucap Arina.“Ada lagi?” Sahut Felice.“Begitu dia selesai dirias, beberapa pakaian sampel yang mewah dari koleksi musim semi 2025 akan segera tiba.” Ucap Arina.“Ohh begitu!” Sahut Felice.“Aku cukup cekatan jika bukan soal pekerjaan. Aku berhasil merekrut beauty content creator pertama dan pelopor yang membuat K-Beauty populer. Nah itu, dia sudah datang.” Ucap Arina.“Hallo, Non Arina.” Ucap Ponny.“Hallo.” Ucap Felice. “Hallo!” Ucap Arina.“Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Ucap Ponny.“Ya benar! Kita udah lama ga ketemu.” Ucap Arina sambil cipika cipiki.“Tolong urus temanku dengan baik.” Pinta Arina.“Halo. Ini pasti ha
Hari ini di kantor Felice disibukkan dengan pemilihan kain dengan perusahaan partner kain mereka. Felice meeting dengan Kathy dan Pak Budi di ruang meeting The Premiére.“Kami juga ingin memakai poliester atau suede buatan Indonesia. Tapi seringkali, kami tidak bisa karena kualitasnya.” Ucap Kathy.“Perusahaan mode lokal membawa sampel kain impor dan kami membuatkan yang sama persis dengan itu. Bukan hanya itu saja. Jangan menyebutkan kualitas saat kamu membayar sepertiga dan memberi kami waktu yang mepet.” Ucap Pak Budi.“Benar bisa buat tekstur baru atau motif baru?” Tanya Felice.“Ya! Kami punya teknologi terbaik. Ada banyak perusahaan di Bogor.” Ucap Pak Budi“Banyak yang tutup juga.” Ucap Kathy.“Tujuh puluh persen brand lokal menggunakan kain impor. Tidak ada ruang bagi pembuat kain lokal untuk berkembang.” Ucap Pak BudiFelice melihat jam
Setelah pintu lift terbuka Felice bergegas mengecek siapa yang mencoba masuk ke rumahnya.“Mama? Ternyata itu mama?” Ucap Felice saat melihat Mama Yuri sedang berjongkok di depan rumahnya karena tidak tahu password rumah Felice.“Buka pintunya.” Ucap Mama Yuri.“Kenapa tidak menelepon?” Ucap Felice sambil membuka pintunya.Setelah masuk ke rumah Felice menyiapkan makanan untuk Mama Yuri. Mereka juga minum bersama malam ini untuk menghangatkan tubuhnya.“Kenapa Mama datang malam-malam begini tanpa menelepon aku dahulu?” Ucap Felice.“Aku ingin minum denganmu dan bermalam disini.” Balas Mama Yuri.“Bagaimana dengan Papa?” Tanya Felice.“Dia bukan anak kecil. Dia tidak takut pencuri atau hantu.” Balas Mama Yuri sambil menuangkan minuman untuk Felice.Felice meminumnya sambil melirik Mama Yuri yang terus minum dengan cukup cepat. “Ternyata Mama kuat juga minumnya.” Ucap Felice.“Mama biasa meminumnya dari botol langsung. Selama ini Mama hanya berpura-pura sopan karena Papahmu.” Ucap Mama
“Sepertinya kamu benar jatuh cinta dengan Pak Arka.” Ucap Felice.“Hah? Haha! Astaga! Haha, tidak. Eh maksudku belum.” Ucap Arina saat mengelak.“Jadi, dia mengajakmu berkencan malam ini?” Sahut Felice.“Hm ya! Gayanya berubah total. Melihat dia berusaha keras padahal perpisahan sudah ditentukan membuatku teringat pada diriku sendiri.” Ucap Direktur Arina sambil merapikan riasannya.“Kamu harus serius memacarinya. Dia pria yang hebat.” Balas Felice.“Aku selalu menyukai seseorang dan ditolak. Jika aku mengambil langkah pertama dan ditolak, aku tidak menyesal karena setidaknya bisa berkencan beberapa kali. Tapi jika aku dicampakkan oleh seseorang yang menyukaiku, aku akan sangat terluka. Jadi, aku lebih suka hubungan kami murni bisnis. Kamu tidak boleh lari. Yang sangat menyakitkan bukanlah cinta yang hancur, tapi orang yang kamu cintai berpaling darimu. Itu saranku berdasarkan pengal
Disaat tangis sudah mereda, Xavier dan Felice duduk di depan kaca jendela sambil melihat jalanan yang sepi.“Jika ibuku bilang kita tidak bisa mengatasinya. Tidak masalah. Jika dia tidak bisa memahami kita, itu juga tidak masalah. Namun, apa itu berarti kita tidak boleh mencintai? Karena alasan itu? Aku tidak mengerti kenapa harus seperti itu.” Ucap Xavier.“Kamu tidak bisa menghentikan matahari terbenam. Namun, aku mencintaimu. Berapapun waktu yang kita punya untuk bersama, aku tetap mencintaimu. Tidak peduli berapa banyak waktu yang tersisa.” Ucap Felice.“Aku juga. Aku mencintaimu dimanapun kamu berada.” Ucap Xavier.***Di tempat yang sama dengan Camilla bertemu Felice, kali ini Camilla pergi juga ke tempat itu untuk bertemu dengan Yuri, Ibunda dari Felice. Camilla datang dengan pakaian yang rapi dan terlihat sangat cantik di usianya. Berbeda dengan Yuri yang berpakaian biasa dan sedikit compang-camping karen
“Merek lain memesan setidaknya 925 meter. Untuk apa aku menjual kain dalam jumlah kecil? Aku tidak akan mendapat margin yang cukup. Merek lokal selalu berusaha mendapatkan diskon. Kami tidak bisa menjual di bawah 920 meter.” Ucap Pak Faisal, pedagang kain di pasar.“Kami tidak bisa menyimpan banyak persediaan.” Ucap Felice.“Jai, maksudmu itu merepotkan kedua belah pihak, bukan? Kalau begitu, tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita hanya perlu tetap seperti dahulu. Lalu bagaimana? Berapa meter wol yang kamu butuhkan?” Tanya Pak Faisal.Luna dan Felice hanya bisa menghela nafas dan mereka saling menatap satu sama lain setelah mendengar perkataan Pak Faisal yang semakin menyulitkan tim Lauré yang harus mengurangi pengeluaran.Setelah bernegosiasi di pasar, Felice dan Luna kembali ke kantor. Untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Felice mengecek kain sampel yang akan mereka gunakan untuk tim Lauré dan tim V
Di depan cermin Keena terus berlenggak-lenggok melihat dirinya yang terlihat cantik dengan baju lamanya yang dijahit ulang oleh sahabatnya itu. Felice dan Arina berhasil mengukir senyum lebar di wajah Keena.“Bagaimana penampilanku? Apa aku tampak cantik?” Ucap Keena.“Hmm! Sudah kuduga! Orang yang mengubah pakaian kamu pasti berbakat.” Ucap Felice.“Katakan dia tidak akan berhasil tanpa bantuan asistennya.” Ucap Arina yang tidak mau kalah.“Dengar! Aku pernah jadi bintang baru di industri modeling, meskipun hanya sebentar. Pokoknya, ketahuilah bahwa tubuhku yang langsing yang sudah melengkapi desainmu. Kalian setuju dengan itu?” Ucap Keena.“Aku setuju!” Balas Felice.“Dengan sepenuh hati aku setuju.” Ucap Arina.“Ini sangat cantik.” Puji Keena sambil menunjuk baju yang dia kenakan.“Kapan kamu pertama kali memakai pakaian itu?&rdqu
Pagi hari ini semua anggota tim Lauré dan Viance sudah disibukkan dengan mengurus laporan tentang ukuran pakaian orang.“Ukuran alpha sizing ditetapkan pada tahun 1980an. Saat itu, tinggi rata-rata wanita Indonesia adalah 155 cm, dan lingkar dadanya 85 cm. Awalnya disebut ukuran 55 karena sesuai dengan digit terakhir kedua ukuran.” Ucap Felice.“Apa aku pesimis karena tidak cocok dengan ukuran dari 44 tahun lalu?” Ucap Vareena.“Tahun lalu, tinggi rata-rata wanita Indonesia di usia 20-an lebih tinggi 10 cm dari statistik lama. Memang agak kejam mengikuti sistem yang sudah berusia 44 tahun.” Ucap Luna.“Mereka membeli yang pas di pinggul dan mengurangi ukuran pinggang. Butuh lengan yang lebih panjang untuk mantel yang pas di bahu. Salah jika menelan itu mentah-mentah. Bentuk dan ukuran tubuh wanita beragam. Kita harus membuat ukuran yang lebih beragam.” Ucap Felice.“Haruskah aku mengetik