Share

BAB 26

Penulis: Ede Thaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-28 23:08:11
Aku terdiam. Selera makanku langsung hilang mendengar apa yang dikatakan Pedro. Ada apa ini?

"Silakan lanjutkan makan malammu. Aku mau ke kamarku."

Aku pamit dan langsung berlari ke kamarku. Aku mencari telepon genggamku dan langsung menghubungi ibuku. Dia harus memberikan penjelasan.

Teleponnya tidak diangkat. Aku mencoba lagi, tapi kali ini teleponnya dimatikan. Sepertinya ibuku mencoba menghindariku.

Aku benar-benar terpukul mendengar penjelasan Pedro tadi. Kalau yang dia katakan itu benar, berarti ibuku telah membohongiku. Dia bersikap seakan tidak tahu apa-apa, dan berpura-pura sedih berpisah denganku. Aku melindunginya mati-matian tapi dia malah mengkhianatiku!

Aku mencoba menghubunginya lagi, tapi teleponnya mati. Aku benar-benar putus asa. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kenapa hanya aku yang tidak tahu apa-apa?

Apa sebaiknya aku menanyakan semuanya kepada Dante dan memaksa pria itu untuk mengatakan semuanya? Tapi, bagaimana kalau dia melakukan sesuatu seperti tadi?

Ah tida
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ayu Widia Susanti
kenapa GK di lanjut thooorrr.. nggantung banget ceritanya.. di tunggu kelanjutannya Thor 🫶
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 27

    "Permisi." Pandanganku tiba-tiba terhalangi karena Joshua lewat di depanku, lalu duduk di sampingku."Tumben kuliah kali ini penuh. Aku senang masih mendapat kursi," bisik Joshua kepadaku.Aku meliriknya dan tersenyum setuju.Aku selalu menghadiri kuliah dari dosen tamu seperti ini, dan kali ini memang kuliah yang paling penuh yang pernah kuhadiri. Padahal materi yang akan disampaikan oleh Dante tidak terlalu istimewa. Aku menatap seluruh auditorium, delapan puluh persen yang hadir adalah mahasiswi. Sepertinya mereka semua hadir karena Dante dan bukan karena ingin belajar.Dante membuka kuliahnya dengan perkenalan diri. Suaranya lembut dan tenang, sangat berbeda dengan caranya berbicara denganku. Wajahnya tampak ramah dan menyenangkan tidak seperti saat dia memandangku. Pria ini seperti memiliki dua kepribadian."Ruby, besok aku akan ke kantor catatan sipil. Untuk melanjutkan tugas wawancara yang tertunda kemarin. Apa kau mau ikut?" tanya Joshua sambil berbisik."Besok? Jam berapa?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 28

    Aku duduk di halte yang sepi ini sendirian. Sambil menatap langit yang semakin gelap. Bahkan langitpun bersikap kejam kepadaku.Mengapa semua orang berpikir aku baik-baik saja menghadapi semua yang mereka lakukan kepadaku? Apa mereka tidak tahu seberapa besar usahaku untuk mereka? Apa yang kukorbankan demi mereka?Ayahku menjualku padahal aku selalu hidup dengan keras agar tidak membebaninya. Ibuku membohongiku padahal aku berusaha melindunginya dari rasa sakit, dan Joshua membatalkan janji di saat terakhir setelah aku berusaha melarikan diri dari Dante.Gerimis mulai turun, halte ini tidak beratap dan aku menyukainya. Paling tidak aku bisa menangis tanpa ketahuan.Air mataku mulai mengalir bersamaan dengan air hujan yang membasahi wajahku. Tangisku semakin kuat seiring dengan suara tetesan hujan yang juga semakin deras. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan dan terus menangis. Tiba-tiba hujan berhenti. Tidak, aku masih bisa mendengar suara tetesannya, tapi mengapa aku tidak basah l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 29

    "Apa?" tanyaku terkejut."Beristirahatlah," jawab perawat itu sambil tersenyum.Aku memejamkan mata, tapi sama sekali tidak tidur. Apa benar Dante mengkhawatirkan aku? Tapi, kenapa? Selama ini dia sangat tidak peduli kepadaku. Lalu kenapa sekarang khawatir? Aneh.***"Hari ini beristirahatlah di rumah, jangan pergi kemanapun," ucap Dante begitu kami masuk ke dalam mobil.Aku diam saja. Tidak tahu harus berkata apa."Dan ingat jangan lewatkan waktu makanmu. Apa kau bayi yang harus disuapi? Tidurlah yang cukup, agar tidak merepotkan orang lain," lanjutnya dengan ketus."Kalau kau tidak mau repot, untuk apa mengurusku?" balasku kesal.Kenapa pria ini gampang sekali memancing amarahku. Dia membuatku sangat kesal hanya dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya.Padahal selama ini aku adalah orang yang sangat ahli menahan diri. Aku bisa dengan mudah mengacuhkan kata-kata pedas dari orang-orang yang membenciku. Tapi Dante benar-benar seperti saklar yang mematikan pertahanan diriku setiap kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 30

    Wajah kami berhadapan begitu dekat, lagi-lagi aku bisa menghirup aroma segar tubuhnya. Matanya ... indah sekali. Jantungku bukankah seharusnya dia berdetak sangat kencang dalam keadaan seperti ini? Kenapa kali ini dia malah berhenti berdetak?Apa aku akan mati? Kenapa tiba-tiba jantungku berhenti?"Minggirlah! Kau berat!" bentak Dante membuat jantungku kembali berdetak dengan normal.Aku segera bergeser dan berusaha berdiri dengan cepat."Berhentilah bersikap ceroboh dan berhati-hatilah. Jangan membuat kakek membuang-buang uang untuk kelas pelatihan wanita kelas atasmu!" omelnya sambil keluar dari kamarku.Aku bahkan tidak memedulikan kata-katanya. Satu-satunya hal yang membuatku bingung adalah ada apa denganku? Mengapa aku merasakan hal-hal yang belum pernah aku rasakan? Kenapa rasanya seakan-akan dia mengambil napasku.Aku memegang dadaku dan menghela napas dalam. Tiba-tiba jantung ku berdetak dengan cepat ketika bayangan tubuhku berada di atas tubuh Dante kembali muncul. Perasaan ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 31

    "Nona, apakah anda sudah kuat untuk melanjutkan pelatihan? Kalau sudah nanti sore akan ada pelatihan menggunakan perias wajah," cerocos Pedro setelah mengunyah makanannya."Ya, aku rasa aku cukup kuat," jawabku sambil melirik Dante yang tampak tidak peduli."Baiklah, kalau begitu. Makanlah, Nona," sahut Pedro sambil melanjutkan sarapannya.Dante selesai sarapan duluan dan langsung berdiri."Aku akan menunggumu di ruang tamu. Keluarlah kalau kau sudah selesai sarapan," ucapnya lagi-lagi tanpa menatapku.Apa dia membenciku? Kenapa dia sama sekali tidak menatapku hari ini? Apa kejadian kemarin membuatnya semakin membenciku? Apa dia merasa aku melewati batas? Tapi kemarin sama sekali tidak disengaja, aku terjatuh menimpanya karena tersandung. Kenapa pikirannya begitu sempit?"Apa kau akan ikut?" tanyaku sambil berdiri pada Pedro yang masih makan."Tidak Nona, hari ini saya harus melakukan sesuatu. Jadi Tuan Dante akan berangkat ke kantor sendirian," jawabnya terus menikmati makanannya.Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 32

    Aku segera melepaskan genggamannya dan tertawa dengan kaku."Ka, gurauanmu benar-benar berlebihan," sahutku sambil mengibaskan tangan."Ayo, cepat kita kejar mereka. Nanti kita ketinggalan," lanjutku sambil membalikkan badan dan mengejar Dora dan Rahul dengan langkah cepat, sebelum Joshua sempat melanjutkan perkataannya."Kalian jalan cepat sekali," seruku sambil merangkul bahu Dora dan Rahul bersamaan, sementara Joshua berjalan di belakangku."Kenapa kau disini? Sana berjalanlah bersama Joshua," bisik Dora sambil berusaha melepaskan rangkulanku.Aku tetap bertahan dan tidak melepaskan rangkulanku sampai kami tiba di restoran langganan kami.Dora segera menduduki kursi di samping Rahul sebelum aku meraihnya. Sehingga aku terpaksa harus duduk di samping Joshua, meski sebenarnya aku tidak nyaman.Ada apa denganku? Bukankah aku sangat menyukai Joshua? Mengapa ketika dia bilang merindukanku tadi, aku malah merasa terganggu. Tidak ada perasaan berbunga-bunga seperti dugaanku selama ini. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 33

    Aku mengangkat kepalaku perlahan dan memberanikan diri menatap mata Joshua."Aku? Kita?" tanyaku gugup.Bagaimana ini? Otakku benar-benar kosong, aku tidak tahu harus berkata apa."Tenanglah, jangan tegang. Kau tidak harus buru-buru menjawabnya. Pikirkanlah dulu dengan tenang dan beritahu aku jawabannya kalau kau sudah siap," potong Joshua membuatku bisa bernapas sedikit lega."Baiklah, aku akan memikirkannya dulu," jawabku pelan.Aku senang mendengar Joshua juga menyukaiku, tapi kenapa tidak ada ledakan kembang api seperti yang aku lihat di film-film. Tidak ada perasaan menggebu-gebu yang membuatku melayang. Aku hanya ... senang. "Ayo, aku akan mengantarmu pulang," ucapnya sambil berdiri dan menjulurkan tangannya.Aku baru akan meraih tangan Joshua ketika telepon genggamku berbunyi."Tunggu sebentar," ucapku begitu melihat nama Dante muncul di layar teleponku."Halo.""Aku berada di sisi kanan. Masuklah ke mobil sekarang!" Aku menoleh ke sisi kananku dan melihat mobil Dante berhenti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 34

    Aku tiba di kampus setelah berlari di bawah gerimis dari halte bus, sambil menutupi kepalaku dengan jaket. Aku mematung di depan taman kampus, menatap hujan yang kembali deras, sambil bertanya-tanya dalam hati.'Mengapa dia tampak begitu berbeda tadi? Yang manakah Dante yang asli? Yang tadi atau yang selalu muncul di hadapanku?' Aku menghela napas dalam, menyadari kalau aku sama sekali tidak mengenal pria itu. Dante benar-benar orang asing bagiku."Hei, kau datang pagi sekali. Apa kau ada kelas tambahan?" Rahul tiba-tiba muncul sambil menepuk bahuku."Tidak, aku hanya ingin datang lebih pagi saja," jawabku terus menatap hujan."Apa yang kau lihat?""Hujan," jawabku singkat."Kenapa menatap hujan? Apa kau sedang ada masalah? Atau kau sedang bosan?" tanyanya lagi.Aku menggelengkan kepala, lalu menoleh ke arahnya sambil menjawab singkat."Ingin saja.""Benar-benar aneh!" gumamnya tapi ikut menatap hujan bersamaku."Bagaimana kemarin? Apa Joshua mengantarmu dengan selamat?" "Dia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 106

    "Di ... dimana?" tanyaku gugup sambil memeriksa sekelilingku."Dia menunggu di mobil," jawabnya datar."Baik, aku akan mengikutimu," jawabku berpura-pura tenang, sambil mengeluarkan telepon genggamku, mencoba melaporkan apa yang terjadi kepada Dante.Pria itu masih berdiri di tempatnya."Berjalanlah duluan!" seruku berpura-pura membereskan barang-barangku."Telepon anda," sahutnya sambil menjulurkan tangan.Sepertinya dia tahu kalau aku sedang berusaha menghubungi Dante.Aku menghela napas panjang sambil menyerahkan telepon genggamku. Sial! Aku tidak mungkin lari, karena dia pasti bisa menangkapku dengan mudah. Naomi tampak bingung melihat kami."Sekarang berjalanlah! Aku akan mengikutimu!" tegasku, berpura-pura berani.Pria itu langsung melangkah keluar."Foto kami dari belakang, kirim kepada Dora, minta dia kirim ke Mister X dan bilang aku bersama pamannya!" bisikku dengan cepat kepada Naomi sebelum berjalan dengan cepat mengejar pria berpistol itu.Aku takut tapi juga tenang, karen

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 105

    "Berhenti!"Aku mengangkat wajahku dan melihat Dante berdiri di pintu masuk. Dia langsung berjalan ke arah kami dan berdiri di antara aku dan Cherry."Berani-beraninya kau mengangkat tanganmu di hadapan istriku! Pergi dari sini sekarang juga!""Aku tidak akan pergi, sebelum kau menghentikan tuntutan kepada salonku!" bantah Cherry dengan marah."Hanya karena aku lupa memberitahu perubahan kostum pesta ulang tahunku, kalian berdua langsung melakukan hal sekeji itu! Aku akan memberitahu ayahku dan kakek!" rengek Cherry sambil menghentakkan kakinya.Dante hanya melipat tangan di depan dadanya sambil menatap Cherry dengan dingin."Kau pikir aku main-main?" teriak Cherry lalu segera mengambil teleponnya dan menghubungi ayahnya.Aku berbisik kepada Dante."Apa yang terjadi?""Tunggu saja, nanti juga kau akan tahu," jawab Dante juga berbisik."Ayahku akan segera datang! Kalian berdua akan berakhir kalau ayahku tiba. Sekarang perintahkan anak buahmu untuk menghentikan tuntutannya, Dante!" teri

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 104

    "Apa kau sungguh-sungguh?" tanyaku dengan suara bergetar. Dante mengangguk sambil tersenyum manis.Aku menatapnya tidak percaya, lalu mataku mulai berkaca-kaca. Aku benar-benar cengeng."Hei, kenapa menangis? Bukankah sekarang kau seharusnya bahagia?""Aku rasa ini adalah airmata bahagia."Dante kembali tersenyum lalu meraih tubuhku dan mendekapku dengan erat. Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku merasakan kebahagiaan yang tidak dapat kuungkapkan dengan kata-kata. Melebihi mendapatkan kemenangan dalam kompetisi atau juara di kelas. Melebihi hadiah yang kudapatkan atau pujian yang diberikan kepadaku. Aku membalas dekapan Dante dengan tidak kalah erat. Rasanya aku tidak ingin melepaskannya, takut ini hanya mimpi."Aku sangat ingin menciummu seperti saat kita berciuman di kamar waktu itu. Tapi rasanya kurang pantas melakukannya disini," bisik Dante membuatku tersipu malu, lalu kubenamkan wajahku ke pundak Dante.Perlahan Dante melepaskan dekapannya, lalu menatap wajahku dengan lembut.

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 103

    "Bukan ... Bukan seperti itu," sahut Dante sambil menahan tawa."Kenapa kau menertawakan aku? Apa aku tampak menggelikan bagimu?" tanyaku kesal."Ruby, aku mohon dengarkan aku dulu. Aku tidak bermaksud menertawakanmu.""Lalu?" tanyaku cemberut. Dia harusnya tidak meremehkanku hanya karena tidak memiliki perasaan yang sama denganku."Sepertinya aku harus mengulangi kata-kataku, aku tidak menganggapmu gadis bodoh yang miskin. Tapi sepertinya kau memang cukup polos," jawabnya sambil tersenyum."Berhentilah bermain-main! Kalau kau membenciku katakan saja terus terang. Aku berjanji akan benar-benar menjauhimu dan menghapusmu dari hatiku. Mulai-""Ruby, sudah aku katakan dengarkan aku dulu," potong Dante lalu meraih tanganku perlahan.Apa yang dia lakukan? Kenapa dia memegang tanganku seperti ini? Sial! Jantungku berdetak sangat cepat, aku bisa mati karena perasaan ini.Aku segera menarik tanganku sebelum aku tidak bisa mengendalikan diri."Apa yang kau lakukan?" tanyaku ketus, berusaha men

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 102

    "Apa maksudmu?" tanyaku langsung bangun dan menatapnya dengan marah."Akhirnya kau bangun juga. Maafkan-""Apa maksudmu?" potongku tidak ingin mendengar permintaan maafnya."Maksud yang mana? Penawaranku kalau boleh terus mencintaiku?" tanya Dante sambil tersenyum."Apa kau pikir lucu mempermainkan aku? Kau melarangku jatuh cinta kepadamu, tapi kau melakukan hal-hal yang membuatku tertarik kepadamu. Kau menciumku lalu mengatakan kau menyukaiku, tapi kemudian meminta kita bercerai karena aku mencintaimu," ucapku dengan suara bergetar.Dadaku tiba-tiba terasa sesak, airmata mulai menetes. Aku marah dan merasa terhina."Lalu aku bertekad untuk melupakan perasaanku demi kakek dan sekarang tanpa ada angin apapun, kau mengizinkanku mencintaimu asal memaafkan kesalahanmu? Siapa kau hingga merasa berhak mengatur perasaanku sesuka hatimu? Apa karena di hadapanmu aku ini gadis polos bodoh yang miskin? Sehingga kau bisa memerintahkan aku harus merasa seperti apa?" bentakku tidak tahan lagi.Meng

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 101

    Beberapa orang mulai berbisik-bisik dan sebagian lagi menahan tawa. Aku menyapu seluruh ruangan dengan mataku. Semua orang berpakaian resmi, jas dan gaun mewah. Bahkan Cherry mengenakan gaun seorang putri. Aku satu-satunya yang mengenakan piyama dengan rambut terkepang dua."Apakah istri sepupumu akan menampilkan sesuatu?""Apa dia badut?" "Dia benar-benar gila, kenapa dia memakai piyama ke pesta?""Sepertinya dia berencana mempermalukan Cherry. Dasar jahat!"Aku bisa mendengar orang-orang mulai membicarakanku. Seharusnya sekarang aku berbalik dan pulang ke rumah sambil menangis. Tapi entah kenapa tubuhku hanya diam disana, menatap semua orang yang sedang menertawaiku.Otakku masih kesulitan memproses keadaan yang sedang terjadi ini. Aku masih tidak percaya kalau aku dipermainkan dan dipermalukan seperti ini.Tiba-tiba seseorang menarik tanganku."Ayo, pulang!" tegasnya sambil menyeretku keluar."Dante," gumamku pelan.Dante menghempaskan tanganku begitu kami keluar dari Ballroom."A

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 100

    "Apa?" tanya Dante terkejut."Aku tidak mau bercerai darimu. Aku memutuskan untuk tetap berada dalam pernikahan ini dan melupakan perasaanku. Aku berjanji mulai hari ini, akan berhenti mencintaimu. Jadi kau tidak perlu khawatir."Dante tampak syok mendengar perkataanku. Dia hanya menatapku tanpa berkata apa-apa."Bagaimana apakah kau setuju melanjutkan pernikahan ini?" tanyaku sambil menatap Dante dengan berani."Baiklah. Selama kau bisa mengatur perasaanmu, maka tidak masalah buatku," jawab Dante tenang.Aku mengangguk dengan hati pilu. Entah apa yang membuatku merasa iba kepada pria tua itu, hingga mau memendam rasa cintaku. Pernikahan ini tidak akan sama lagi dengan sebelumnya. Kali ini rasanya pasti lebih menyiksa."Tapi, kenapa? Kenapa kau tidak mau bercerai?" tanya Dante tiba-tiba."Demi kakek," jawabku jujur. Meski kakek memintaku merahasiakan keadaannya, tapi aku tidak punya alasan untuk berbohong. Dante sudah tahu statusnya yang sebenarnya, jadi sekalian saja aku mengatakan

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 99

    "Ha? Aku?" tanyaku bingung.Kenapa dia tiba-tiba muncul dan mengajakku masuk ke mobilnya? Apa yang perlu kami bicarakan hingga dia menemuiku seperti ini?"Ya, kau! Cepat masuk!" jawab Dante terburu-buru.Aku tersadar, dia pasti ingin membicarakan tentang perceraian kami. Aku langsung menggangguk dan masuk ke dalam mobilnya.Dante melajukan mobilnya, tapi tidak berkata apapun."Apa yang akan kita bicarakan?" tanyaku tidak nyaman dengan suasana sunyi ini."Kita akan tiba sebentar lagi. Mari bicara disana saja," jawabnya tanpa mengalihkan tatapannya dari jalanan.Aku tidak menanggapi, lalu suasana kembali hening. Jalanan yang kami lewati tampak akrab. Aku mengenali jalan ini, karena ini adalah jalan menuju ... rumah kakek."Apa kita akan ke rumah kakek?" tanyaku panik."Ya," jawab Dante singkat."Untuk apa kesana? Bukankah kita akan bercerai?""Kakek ingin menemuimu. Kita bicara setelah kau menemui kakek," ucapnya santai, seakan-akan ini bukan masalah besar."Apa maksudmu kakek ingin bic

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 98

    "Ini Dante, dia sudah pernah mengajar di kelas khusus, kau pasti sudah mengenalnya. Yang satu lagi Felix, dia akan mulai mengajar kelas khusus, bergantian dengan Tuan Dante. Dia adalah seorang jaksa," jelas dekan berapi-api.Aku mengangguk sopan."Dante, Felix. Ini Ruby, dia adalah mahasiswa beprestasi, dan sangat cerdas. Karena kecerdasannya itu, dia mendapatkan beasiswa penuh. Dia belum pernah membayar apapun sejak masuk ke kampus kita. Kalian berdua juga sangat pintar, tapi kalian harus tahu kalau kalian kuliah bersamanya, kalian pasti tidak ada apa-apanya," puji dekan sambil tertawa, membuatku merasa tidak nyaman."Tapi kita semua juga tahu, nilai kuliah sama sekali bukan patokan kesuksesan seseorang. Karena bisa saja gadis secerdas ini pada akhirnya akan berakhir tanpa karir apapun," sahut Dante tiba-tiba.Suasana menjadi canggung karena komentar kejamnya itu."Kau ada benarnya. Kalau begitu ingat Ruby! Bila kau ingin menikah, carilah pria yang akan mendukung masa depanmu dan men

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status