Share

BAB 23

Author: Ede Thaurus
last update Last Updated: 2024-10-27 06:18:06

Jantungku berdetak sangat cepat. Apa pria ini berubah jadi gila karena kemarahannya? Kenapa dia terus mendekat? Aku ... aku bisa menghirup aroma segar yang menyeruak dari tubuh Dante. Aromanya membuatku serasa melayang.

Penyakit gila pria ini pasti menular kepadaku. Aku tersadar setelah sempat kehilangan pikiran sehatku untuk sesaat. Aku langsung mendorong dadanya yang ternyata sangat kekar. Tenaganya pasti sangat kuat, tubuhnya hanya mundur sedikit padahal aku mendorongnya dengan sekuat tenaga.

Dante tersenyum, lalu mundur dan kembali duduk di kursi nya sambil bersandar.

"Sepertinya kau yang penyuka sesama jenis. Buktinya kau menolakku," sindirnya sambil menatapku dengan ujung matanya.

"Aku menolakmu karena aku bukan perempuan murahan!" tegasku mencoba untuk terdengar marah.

Aku berusaha mengatur napasku sambil mengepalkan kedua tangan. Jantungku, kenapa dia berdetak sangat cepat dan tidak mau berhenti. Aku khawatir Dante bisa mendengar detak jantungku dan berpikir aku menyukainya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 24

    Aku terdiam. Selera makanku langsung hilang mendengar apa yang dikatakan Pedro. Ada apa ini?"Silakan lanjutkan makan malammu. Aku mau ke kamarku."Aku pamit dan langsung berlari ke kamarku. Aku mencari telepon genggamku dan langsung menghubungi ibuku. Dia harus memberikan penjelasan.Teleponnya tidak diangkat. Aku mencoba lagi, tapi kali ini teleponnya dimatikan. Sepertinya ibuku mencoba menghindariku.Aku benar-benar terpukul mendengar penjelasan Pedro tadi. Kalau yang dia katakan itu benar, berarti ibuku telah membohongiku. Dia bersikap seakan tidak tahu apa-apa, dan berpura-pura sedih berpisah denganku. Aku melindunginya mati-matian tapi dia malah mengkhianatiku!Aku mencoba menghubunginya lagi, tapi teleponnya mati. Aku benar-benar putus asa. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kenapa hanya aku yang tidak tahu apa-apa?Apa sebaiknya aku menanyakan semuanya kepada Dante dan memaksa pria itu untuk mengatakan semuanya? Tapi, bagaimana kalau dia melakukan sesuatu seperti tadi?Ah tid

    Last Updated : 2024-10-28
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 25

    "Permisi." Pandanganku tiba-tiba terhalangi karena Joshua lewat di depanku, lalu duduk di sampingku."Tumben kuliah kali ini penuh. Aku senang masih mendapat kursi," bisik Joshua kepadaku.Aku meliriknya dan tersenyum setuju.Aku selalu menghadiri kuliah dari dosen tamu seperti ini, dan kali ini memang kuliah yang paling penuh yang pernah kuhadiri. Padahal materi yang akan disampaikan oleh Dante tidak terlalu istimewa. Aku menatap seluruh auditorium, delapan puluh persen yang hadir adalah mahasiswi. Sepertinya mereka semua hadir karena Dante dan bukan karena ingin belajar.Dante membuka kuliahnya dengan perkenalan diri. Suaranya lembut dan tenang, sangat berbeda dengan caranya berbicara denganku. Wajahnya tampak ramah dan menyenangkan tidak seperti saat dia memandangku. Pria ini seperti memiliki dua kepribadian."Ruby, besok aku akan ke kantor catatan sipil. Untuk melanjutkan tugas wawancara yang tertunda kemarin. Apa kau mau ikut?" tanya Joshua sambil berbisik."Besok? Jam berapa?"

    Last Updated : 2024-10-30
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 26

    Aku duduk di halte yang sepi ini sendirian. Sambil menatap langit yang semakin gelap. Bahkan langitpun bersikap kejam kepadaku.Mengapa semua orang berpikir aku baik-baik saja menghadapi semua yang mereka lakukan kepadaku? Apa mereka tidak tahu seberapa besar usahaku untuk mereka? Apa yang kukorbankan demi mereka?Ayahku menjualku padahal aku selalu hidup dengan keras agar tidak membebaninya. Ibuku membohongiku padahal aku berusaha melindunginya dari rasa sakit, dan Joshua membatalkan janji di saat terakhir setelah aku berusaha melarikan diri dari Dante.Gerimis mulai turun, halte ini tidak beratap dan aku menyukainya. Paling tidak aku bisa menangis tanpa ketahuan.Air mataku mulai mengalir bersamaan dengan air hujan yang membasahi wajahku. Tangisku semakin kuat seiring dengan suara tetesan hujan yang juga semakin deras. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan dan terus menangis. Tiba-tiba hujan berhenti. Tidak, aku masih bisa mendengar suara tetesannya, tapi mengapa aku tidak basah

    Last Updated : 2024-10-31
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 27

    "Apa?" tanyaku terkejut."Beristirahatlah," jawab perawat itu sambil tersenyum.Aku memejamkan mata, tapi sama sekali tidak tidur. Apa benar Dante mengkhawatirkan aku? Tapi, kenapa? Selama ini dia sangat tidak peduli kepadaku. Lalu kenapa sekarang khawatir? Aneh.***"Hari ini beristirahatlah di rumah, jangan pergi kemanapun," ucap Dante begitu kami masuk ke dalam mobil.Aku diam saja. Tidak tahu harus berkata apa."Dan ingat jangan lewatkan waktu makanmu. Apa kau bayi yang harus disuapi? Tidurlah yang cukup, agar tidak merepotkan orang lain," lanjutnya dengan ketus."Kalau kau tidak mau repot, untuk apa mengurusku?" balasku kesal.Kenapa pria ini gampang sekali memancing amarahku. Dia membuatku sangat kesal hanya dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya.Padahal selama ini aku adalah orang yang sangat ahli menahan diri. Aku bisa dengan mudah mengacuhkan kata-kata pedas dari orang-orang yang membenciku. Tapi Dante benar-benar seperti saklar yang mematikan pertahanan diriku setiap ka

    Last Updated : 2024-11-02
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 28

    Wajah kami berhadapan begitu dekat, lagi-lagi aku bisa menghirup aroma segar tubuhnya. Matanya ... indah sekali. Jantungku bukankah seharusnya dia berdetak sangat kencang dalam keadaan seperti ini? Kenapa kali ini dia malah berhenti berdetak?Apa aku akan mati? Kenapa tiba-tiba jantungku berhenti?"Minggirlah! Kau berat!" bentak Dante membuat jantungku kembali berdetak dengan normal.Aku segera bergeser dan berusaha berdiri dengan cepat."Berhentilah bersikap ceroboh dan berhati-hatilah. Jangan membuat kakek membuang-buang uang untuk kelas pelatihan wanita kelas atasmu!" omelnya sambil keluar dari kamarku.Aku bahkan tidak memedulikan kata-katanya. Satu-satunya hal yang membuatku bingung adalah ada apa denganku? Mengapa aku merasakan hal-hal yang belum pernah aku rasakan? Kenapa rasanya seakan-akan dia mengambil napasku.Aku memegang dadaku dan menghela napas dalam. Tiba-tiba jantung ku berdetak dengan cepat ketika bayangan tubuhku berada di atas tubuh Dante kembali muncul. Perasaan a

    Last Updated : 2024-11-04
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 29

    "Nona, apakah anda sudah kuat untuk melanjutkan pelatihan? Kalau sudah nanti sore akan ada pelatihan menggunakan perias wajah," cerocos Pedro setelah mengunyah makanannya."Ya, aku rasa aku cukup kuat," jawabku sambil melirik Dante yang tampak tidak peduli."Baiklah, kalau begitu. Makanlah, Nona," sahut Pedro sambil melanjutkan sarapannya.Dante selesai sarapan duluan dan langsung berdiri."Aku akan menunggumu di ruang tamu. Keluarlah kalau kau sudah selesai sarapan," ucapnya lagi-lagi tanpa menatapku.Apa dia membenciku? Kenapa dia sama sekali tidak menatapku hari ini? Apa kejadian kemarin membuatnya semakin membenciku? Apa dia merasa aku melewati batas? Tapi kemarin sama sekali tidak disengaja, aku terjatuh menimpanya karena tersandung. Kenapa pikirannya begitu sempit?"Apa kau akan ikut?" tanyaku sambil berdiri pada Pedro yang masih makan."Tidak Nona, hari ini saya harus melakukan sesuatu. Jadi Tuan Dante akan berangkat ke kantor sendirian," jawabnya terus menikmati makanannya.Ap

    Last Updated : 2024-11-04
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 30

    Aku segera melepaskan genggamannya dan tertawa dengan kaku."Ka, gurauanmu benar-benar berlebihan," sahutku sambil mengibaskan tangan."Ayo, cepat kita kejar mereka. Nanti kita ketinggalan," lanjutku sambil membalikkan badan dan mengejar Dora dan Rahul dengan langkah cepat, sebelum Joshua sempat melanjutkan perkataannya."Kalian jalan cepat sekali," seruku sambil merangkul bahu Dora dan Rahul bersamaan, sementara Joshua berjalan di belakangku."Kenapa kau disini? Sana berjalanlah bersama Joshua," bisik Dora sambil berusaha melepaskan rangkulanku.Aku tetap bertahan dan tidak melepaskan rangkulanku sampai kami tiba di restoran langganan kami.Dora segera menduduki kursi di samping Rahul sebelum aku meraihnya. Sehingga aku terpaksa harus duduk di samping Joshua, meski sebenarnya aku tidak nyaman.Ada apa denganku? Bukankah aku sangat menyukai Joshua? Mengapa ketika dia bilang merindukanku tadi, aku malah merasa terganggu. Tidak ada perasaan berbunga-bunga seperti dugaanku selama ini. A

    Last Updated : 2024-11-05
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 31

    Aku mengangkat kepalaku perlahan dan memberanikan diri menatap mata Joshua."Aku? Kita?" tanyaku gugup.Bagaimana ini? Otakku benar-benar kosong, aku tidak tahu harus berkata apa."Tenanglah, jangan tegang. Kau tidak harus buru-buru menjawabnya. Pikirkanlah dulu dengan tenang dan beritahu aku jawabannya kalau kau sudah siap," potong Joshua membuatku bisa bernapas sedikit lega."Baiklah, aku akan memikirkannya dulu," jawabku pelan.Aku senang mendengar Joshua juga menyukaiku, tapi kenapa tidak ada ledakan kembang api seperti yang aku lihat di film-film. Tidak ada perasaan menggebu-gebu yang membuatku melayang. Aku hanya ... senang. "Ayo, aku akan mengantarmu pulang," ucapnya sambil berdiri dan menjulurkan tangannya.Aku baru akan meraih tangan Joshua ketika telepon genggamku berbunyi."Tunggu sebentar," ucapku begitu melihat nama Dante muncul di layar teleponku."Halo.""Aku berada di sisi kanan. Masuklah ke mobil sekarang!" Aku menoleh ke sisi kananku dan melihat mobil Dante berhent

    Last Updated : 2024-11-06

Latest chapter

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 61

    Rasa kantukku langsung hilang. Aku segera memeriksa isi kotak itu. Membaca setiap artikel dengan hati-hati. Tapi sampai semuanya selesai aku baca, tidak ada lagi keterangan tentang penyebab kecelakaan orangtuaku.Dibawah tumpukan artikel-artikel itu ada beberapa foto lama. Aku melihatnya satu persatu, ada foto pernikahan kedua orang yang aku yakini sebagai orangtua kandungku.Lalu fotoku ketika berusia 4 tahun bersama seorang pria remaja, tersenyum begitu lebar. Siapa anak ini? Tidak mungkin mereka menyimpan fotonya kalau dia tidak ada hubungannya denganku. Apa mungkin sebenarnya aku memiliki kakak kandung?Foto terakhir adalah foto kedua orangtua kandungku dan orangtua yang sudah merawatku. Sepertinya mereka saling mengenal dengan baik, terlihat dari kedekatan mereka dalam foto ini. Apakah orangtuaku yang sekarang terpaksa merawatku karena merasa bersalah sudah membunuh ayah dan ibu kandungku, yang dekat dengan mereka?Aku benar-benar putus asa, aku mendapat informasi tapi semuanya h

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 60

    "Tapi ini kamar suite kami, jadi harganya berbeda. Selain itu karena sekarang sedang ramai jadi harganya-""Tidak apa-apa. Saya tidak masalah dengan harganya," potong Dante yang tampak kelelahan."Baik Tuan. Jangan khawatir kamarnya cukup besar dan memiliki ruang tamu sendiri," jelas resepsionis itu sambil tersenyum senang. Aku diam saja, tapi tubuhku menegang tanpa alasan. Tenggorokanku terasa kering dan jantungku berdetak tidak karuan. Ada apa ini? Mengapa bayangan kami berciuman tiba-tiba melintas lagi di pikiranku, membuat telapak tanganku mulai terasa dingin.Setelah proses dengan resepsionis selesai, seorang pegawai penginapan langsung membawa koperku sambil menunjukkan arah kamar kami.Dante memberikan beberapa lembar uang kepada pegawai itu setelah kami tiba di dalam kamar kami."Kamar suite di kota kecil benar-benar kecil," komentar Dante sambil menatap kamar yang menurutku cukup besar ini. Ini lebih mirip apartemen kecil yang terdapat di ibukota, dan menurutku itu besar.Ada

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 59

    "Ruby," sapa ibuku dengan nada suara yang sangat asing."Mama, apa yang terjadi dengan mama?" tanyaku bingung. Wajahnya memang ibuku, tapi aku sama sekali tidak mengenali riasan, cara berpakaian, bahasa tubuhnya bahkan nada bicaranya."Masuklah, kita bicara di dalam," ajaknya sambil membukakan pintu lebih lebar.Aku masuk, lalu melihat ayahku yang sedang duduk di sofa. Dia langsung berdiri dan menatapku sambil tersenyum. Dia juga tampak sangat berbeda. Ada apa dengan kedua orangtuaku? Apakah waktu dua bulan bisa membuat seseorang berubah sedrastis ini?"Duduklah," panggil ayahku. Aku berjalan perlahan lalu duduk di hadapan mereka berdua.Kenapa suasananya terasa begitu canggung dan dingin. Mereka berdua seperti sengaja membuatku merasa asing di hadapan mereka."Ma, ada apa ini?" tanyaku putus asa.Aku hanya ingin memeluk ibuku dan menceritakan semua yang terjadi padaku. Aku hanya ingin berkeluh kesah tentang betapa beratnya hari-hariku tanpa ada dia di sisiku. Tapi sekarang aku malah

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 58

    Untuk apa dia menjelaskan tentang kejadian itu kepadaku? Apa dia tahu kalau aku cemburu?"Apa dia akan tinggal di negara ini selamanya?" tanyaku mencoba terdengar tenang."Sepertinya begitu, dia sudah mendaftar untuk pelatihan pengacara agar mendapat izin praktek pengacara di negara ini.""Apa Naomi juga seorang pengacara?" tanyaku kaget."Ya, dia menyelesaikan sarjana hukumnya di negara ini, lalu ke Eropa dan kembali kuliah hukum disana. Tadinya aku pikir dia akan mengambil gelar master, tapi ternyata dia mengambil sarjana. Setelah itu dia mulai bekerja di kantor pengacara dan dalam waktu singkat dia menjadi seorang pengacara yang hebat."Aku menatap wajah bangga Dante ketika membicarakan Naomi dan menghela napas perlahan. "Jadi dia magang di kantormu?""Ya, calon pengacara lain setidaknya membutuhkan 6 bulan untuk menyelesaikan syarat penanganan perkara, tapi Naomi sudah hampir menyelesaikannya dalam waktu kurang dari sebulan.""Tentu saja, dia adalah pengacara berpengalaman yang b

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 57

    Joshua, dia bilang aku bisa mengandalkannya saat semua orang tidak ada. Tapi dia sama sekali tidak menepati janjinya. Kali ini aku tidak kecewa, tapi marah. Bukan pada Joshua, tapi pada diriku sendiri karena terlalu mengandalkan orang lain.Andai aku tidak mengandalkan pria itu, aku bisa mempersiapkan diriku untuk perjalanan ini sendirian. Sekarang aku harus pergi sendiri tanpa tahu apa-apa.Aku sangat cerdas dan kuat. Tapi aku bukan orang yang berani pergi sendirian. Dulu selalu ada ibuku, Dora, Rahul dan kemudian Dante. Kalau tidak ada mereka maka aku tidak akan kemana-mana.Seharusnya aku memberanikan diri saja untuk pergi sendirian dan tidak mengajak Joshua. Setidaknya kalau begitu, aku akan mencari tahu apa yang harus aku lakukan, kemana aku harus pergi, naik apa, barang-barang apa yang harus aku persiapkan untuk sebuah perjalanan solo."Kita sudah sampai, Nona," ucap supir membuatku mulai gemetar."Anda tidak apa-apa?" tanyanya saat membukakan pintu untukku. Aku menggeleng pelan

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 56

    "Kalian akan pergi kemana?" tanya Dora tampak senang. Dia memang selalu berpikir kalau pria yang paling cocok untukku adalah Joshua. "Ke sebuah tempat yang cukup jauh," jawabku tidak ingin menjelaskan lebih detail lagi."Apa kalian akan menginap?""Mungkin," jawabku acuh."Ruby, ada apa?" tanya Rahul yang tentu saja selalu tahu kalau ada yang tidak beres denganku."Tidak ada apa-apa.""Apa kau bertengkar dengan suamimu dan ingin melarikan diri dengan Joshua?" "Ada apa denganmu? Memangnya kenapa kalau Ruby pergi dengan Joshua. Dia jauh lebih baik daripada suami palsunya itu!" bentak Dora yang tidak terima dengan pertanyaan Rahul."Sudahlah, kenapa kalian bertengkar? Aku mau ke perpustakaan dulu. Sampai nanti," ucapku sambil melambaikan tangan lalu meninggalkan mereka berdua.Joshua, aku akan mencarinya dan mengajaknya pergi bersamaku besok.Sepertinya aku memang lebih berjodoh dengan Joshua. Baru saja memikirkannya, dia malah langsung muncul di hadapanku, keluar dari perpustakaan."R

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 55

    "Aku rasa bukan urusan siapapun. Hal itu adalah urusan pribadiku dan aku tidak harus menjelaskannya," jawab Dante kesal lalu segera berjalan meninggalkanku. Aku segera mengejarnya."Kalau begitu baguslah. Kau punya urusan pribadi, aku juga punya urusan pribadi. Sebaiknya kita memang tidak saling mencampuri urusan yang lain. Jadi, aku minta jangan lagi bertanya kemana dan dengan siapa aku pergi, lagipula kurang dari 6 bulan lagi kita cuma dua orang asing," sahutku lalu segera berlari pulang .Aku membencimu Dante! Aku benci caramu membuatku berharap kepadamu. Aku sempat berpikir kau sengaja menungguku pulang. Aku benci caramu membuatku cemburu. Kenapa kau harus menutupi hubunganmu dengan Naomi kalau diantara kalian tidak ada apa-apa?Aku terus berlari, dan tidak ingin berhenti."Kenapa hanya aku?" teriakku sambil berlari.Kenapa hanya aku yang mencintaimu? Aku terus bertanya dalam hati.***Aku terbangun dengan tubuh yang masih kelelahan. Untungnya kali ini betisku baik-baik saja. Aku

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 54

    "Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa tiba-tiba cintamu berpindah kepadaku?" tanya Joshua sambil menepuk meja besi yang ada di depan kami.'Andai aku bisa jatuh cinta kepadamu dan bukan pada pria itu,' gumamku dalam hati."Memangnya cinta bisa dipindahkan seenaknya?" tanyaku tersenyum kecut karena aku sangat berharap cinta bisa dipindahkan semudah itu."Apa kau sedang ada masalah dengan kekasihmu?" "Ha? Kekasih? Aku tidak punya kekasih. Itu hanya omong kosong Rahul," jawabku cepat."Jangan berbohong.""Sungguh, aku memang tidak punya kekasih.""Baiklah, kalau begitu aku akan mengganti pertanyaanku. Apakah kau sedang ada masalah dengan orang yang kau cintai?" tanyanya sambil tersenyum jahil.Aku menghela napas dalam, tidak bisa menghindarinya kali ini."Aku tidak-""Berhenti! Jangan berbohong. Aku mohon, untuk malam ini saja, jujurlah kepadaku. Aku sangat ingin tahu apa yang ada di dalam hati dan kepalamu," ucap Joshua memohon.Aku menatap matanya lalu mengembuskan napas dengan keras

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 53

    Tiba-tiba Dante muncul dan langsung merangkul Naomi lalu berbalik dan menariknya masuk ke dalam sebuah ruangan."Itu kan wanita yang waktu itu kita lihat di bandara. Mereka bahkan bermesraan di kantor?" gumam Dora terlihat risi."Apa kalian mengenalnya? Kenapa dia sepertinya mengenali kita atau salah satu dari kita?" tanya Rahul sambil menatapku."Ha?" sahutku kebingungan.Untungnya seorang pria muda muncul dan meminta kami masuk ke ruangan Dante, lalu kamipun mengikuti pria itu.Kami masuk setelah pria itu mengetuk dan membukakan pintu."Selamat sore, Tuan," sapa Rahul dan Dora."Selamat sore," jawab Dante santai, seakan-akan tidak mengenalku dan tidak peduli dengan kehadiranku."Saya mengajak sahabat saya, semoga anda tidak keberatan," jelas Dora dengan sopan."Tidak masalah, silakan duduk," ucap Dante acuh sambil menunjuk ke arah sofa.Aku melirik Naomi yang sedang duduk disana sambil menatap kami bertiga."Apakah aku boleh tetap berada disini?" tanya Naomi dengan lembut."Aku khaw

DMCA.com Protection Status