āļŦāđ‰āļ­āļ‡āļŠāļĄāļļāļ”
āļ„āđ‰āļ™āļŦāļē

āđāļŠāļĢāđŒ

Bab 71

āļœāļđāđ‰āđ€āļ‚āļĩāļĒāļ™: Atieckha
last update āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”: 2024-11-28 13:08:45

"Istri Om bener-bener keterlaluan ya. Mentang-mentang dia kaya raya, seenaknya saja bicara kasar sama suami sendiri yang harusnya dia hormati," ucap Anna, suaranya terdengar manja namun dengan nada mengejek yang jelas.

Pria dewasa di hadapannya, mengenakan kemeja yang kusut akibat pergumulan mereka sebelumnya, menghela napas panjang.

"Ya, begitulah, baby. Dia selalu merasa bahwa dia yang sudah menghidupi Om. Padahal, selama ini Om juga kerja di perusahaannya. Dan lagi, dia tak pernah hamil," balasnya, nada suaranya sedikit getir.

Anna tertawa sinis. "Ya gimana mau hamil, Om? Kan dia sudah nenek-nenek," ujarnya dengan nada mengejek, membuat keduanya tertawa bersama. Tawa mereka seolah menjadi bukti betapa rendahnya rasa hormat yang tersisa dalam hubungan pria itu dengan istrinya.

Pria itu mengusap dagunya sambil menatap Anna dengan pandangan penuh nafsu. "Om nggak tahu apa jadinya kalau nggak ada kamu, baby. Kamu itu penyelamat Om."

Anna tersenyum licik. "Udah, sana mandi dulu, Om. Na
āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āđ€āļĨāđˆāļĄāļ™āļĩāđ‰āļ•āđˆāļ­āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āđāļ­āļ›
āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāļ–āļđāļāļĨāđ‡āļ­āļ
āļ„āļ§āļēāļĄāļ„āļīāļ”āđ€āļŦāđ‡āļ™ (3)
goodnovel comment avatar
Tatik Wahmawati
Naura hamil
goodnovel comment avatar
Eli Mirza
hhh udh thor tamatan aja ga ada yg minat lg...terlalu ekstrem
goodnovel comment avatar
Eli Mirza
mles ahh terlalu ceritanya maaf pindah aja kelain nya
āļ”āļđāļ„āļ§āļēāļĄāļ„āļīāļ”āđ€āļŦāđ‡āļ™āļ—āļąāđ‰āļ‡āļŦāļĄāļ”

āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāđ€āļāļĩāđˆāļĒāļ§āļ‚āđ‰āļ­āļ‡

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 72

    Davin duduk cemas di samping Naura. Wanita yang ia cintai terlihat lemah, berusaha mengatur napas setelah muntah hebat yang membuat seluruh tubuhnya gemetar. Tanpa rasa jijik sedikit pun, Davin membantu Naura, memegang dahinya saat Naura duduk lemah mengeluarkan semua isi perutnya."Sayang, kita ke rumah sakit sekarang, ya," ucap Davin dengan rasa penuh kekhawatiran. Wajahnya terlihat sangat panik yang sulit disembunyikan.Naura menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca namun penuh keyakinan. "Tidak perlu, Pak. Saya hanya masuk angin. Maaf jadi merepotkan... dan muntah di sini."Davin mengerutkan kening, jelas-jelas tak setuju dengan alasan Naura. "Jangan bilang begitu, Sayang. Walaupun cuma masuk angin, aku nggak mau ambil risiko. Maafkan aku, mungkin aku terlalu memaksa setiap kali kita... berhubungan badan denganmu, aku terlalu memuaskan hasratku tanpa memikirkan kondisimu." Suaranya melemah, penuh rasa bersalah yang jelas tergambar di sana.Naura tersenyum samar, meski lemah, mencob

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2024-11-29
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 73

    Naura segera membuka kancing depan piyamanya, selama di dalam kamar hotel Naura memang tidak diizinkan memakai bra oleh Davin. Sehingga begitu kancing piyama itu terlepas, dada besar sang sekretaris menyapu pandangan Davin.Tanpa menunggu lama, Davin mendekatkan bibirnya menyentuh aset kembar milik, Naura.“Kamu suka juga kan, sayang, kalau aku ngemut dadamu?” tanya Davin. Pria itu melepaskan bibirnya sejenak dari puncak dada sang sekretaris.“Suka banget, Pak. Tubuh saya seketika meremang,” jawab Naura.Davin tersenyum, maha karyanya di leher dan dada putih Naura, sangat banyak. Warnanya sudah berubah keunguan. “Kali ini, kamu cukup manjakan aku dengan dadamu, sayang. Selebihnya biar aku keluarkan pakai tangan,” ujar Davin.Bibir Naura mengerucut, “tapi saya juga mau, Pak.”Davin terkekeh, sekarang tak ada lagi Naura yang pemalu. Di hadapannya sudah ada Naura yang liar dan membalas nafsu Davin dengan nafsu yang sama.Permainan panas itu pun berlangsung di balkon kamar hotel. Meski k

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2024-11-29
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 74

    Davin menghela napas panjang, menikmati cuaca yang sejuk sambil menggandeng tangan Naura erat saat mereka menyusuri kawasan perbelanjaan mewah yang gemerlap. Naura tampak ceria, meski wajahnya sedikit pucat. Dalam benaknya, Davin merasa lega karena akhirnya mereka jauh dari rutinitas dan pandangan menghakimi di kota tempat tinggal mereka. Di Kota New Capitol, mereka bebas.“Mungkin di sini, aku bisa lebih leluasa bersamamu, Sayang. Tanpa perlu khawatir siapa pun melihat,” gumam Davin sambil tersenyum kecil, memandangi Naura yang asyik memilih-milih barang di salah satu etalase.Namun, ia tidak menyadari bahwa di balik kebebasan ini, ada ancaman yang tak kasatmata. Di kejauhan, seorang pria dengan kamera telefoto sedang mengawasi setiap gerak-gerik mereka. Dengan cekatan, pria itu memotret momen saat Davin dan Naura saling berpelukan, bahkan saat Naura mencium pipi Davin. Semua itu langsung dikirimkan ke ponsel Mamanya Davin.Di sisi lain, Naura mulai merasa tubuhnya semakin lemas.

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2024-11-30
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 75

    Laura duduk di sofa ruang tengah, masih dengan ekspresi murka yang belum mereda. Tangannya menggenggam erat ponsel yang layarnya sudah pecah, sementara matanya terus menatap Anna yang duduk di seberangnya. Wanita muda itu hanya diam, menunggu Laura meredakan emosinya, meskipun dia tahu bahwa itu hampir mustahil.“Kamu dapat video ini dari mana, Sayang?” tanya Laura akhirnya, mencoba menormalkan nada suaranya meskipun jelas terdengar ketidaksenangannya.Anna menghela napas berat, berusaha tetap tenang meski hatinya ikut terbakar oleh rasa benci terhadap Naura. “Dari salah satu teman selebgramku, Tante. Dia ada di tempat yang sama dengan Davin dan perempuan sialan itu. Tapi Tante jangan khawatir, aku sudah memintanya untuk tidak menyebarkan foto dan video ini ke orang lain. Aku juga sudah memberinya uang tutup mulut, minimal sampai rencana kita selesai dilaksanakan,” jelas Anna dengan nada penuh keyakinan.Laura mengangguk, meskipun masih terlihat gusar. Sebelum sempat dia berbicara l

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2024-11-30
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 76

    "Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan," gumam Naura, suaranya lirih di antara keheningan kamar mandi yang dipenuhi uap dari air hangat.Matanya terpejam erat, mencoba melawan rasa kalut yang menguasai hatinya. Tapi kenyataan itu terlalu nyata untuk diabaikan. Perlahan, air mata mengalir dari sudut matanya, bercampur dengan air yang menetes dari rambut basahnya. Tangannya gemetar saat menyentuh dinding kamar mandi untuk menopang tubuhnya yang terasa lemas."Aku nggak mungkin menghancurkan rencana pernikahan mereka... Tapi aku juga nggak mungkin diam saja," bisiknya pelan, nyaris tak terdengar di antara suara gemericik air.Hatinya berperang, antara cinta dan kenyataan pahit yang harus ia terima. "Pak Davin... dia berhak tahu..." Suaranya terhenti, berganti dengan isakan kecil. "Tentang... bayi ini," sambungnya sambil menyentuh perutnya dengan ragu.Tiba-tiba suara ketukan pintu menggema, membuat Naura terlonjak kecil. Ia buru-buru menghapus air matanya dengan punggung tangan, berusaha

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2024-12-01
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 77

    Villa di sudut kota Sun City adalah salah satu proyek paling ambisius yang ia pimpin. Proyek itu tidak hanya melibatkan dana besar, tetapi juga reputasinya di mata investor dan klien.Hujan masih turun deras ketika Davin menyetir keluar dari garasi. Wiper mobil bekerja keras membersihkan kaca depan, tetapi pandangannya tetap terbatas oleh derasnya hujan. Sepanjang perjalanan, pikirannya terus dipenuhi bayangan kehancuran Villa.“Aku seharusnya memeriksa kondisi tebing itu lebih awal,” gumamnya penuh penyesalan.Setelah hampir satu jam menyetir di bawah hujan deras, Davin akhirnya tiba di lokasi Villa. Lampu dari kendaraan tim dan petugas penyelamat menerangi kegelapan malam. Puing-puing bangunan tertimbun tanah dan batu besar terlihat jelas, menciptakan pemandangan yang memilukan.Bram langsung menghampiri ketika melihat Davin keluar dari mobil. Wajah Bram terlihat pucat, jelas bahwa ia juga merasa terbebani oleh situasi ini.“Pak Davin, kami sedang mengatur agar alat berat bisa masuk

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2024-12-01
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 78

    Lampu di ruang tamu yang gelap menciptakan suasana tenang namun penuh ketegangan di antara Davin dan Naura. Keduanya tegang dan mendadak tak bergerak setelah pintu kamar terbuka.“Bu,” panggil Naura dengan suara pelan, berusaha tidak menimbulkan kecurigaan sang ibu.Dari balik pintu kamar, terdengar suara langkah kaki mendekat, diiringi suara lembut ibunya. “Nak Davin, masih di sini?” tanyanya dengan nada khawatir.Naura menelan ludah, mencoba mengendalikan rasa gugupnya. “Masih, Bu. Sudah tidur. Ini tidurnya di pangkuan Naura.” Naura terpaksa berbohong, tidak mungkin dia mengaku Davin dan dia sedang melakukan penyatuan.Mendengar itu, ibunya tidak berkata banyak. Ia hanya menarik napas pelan, lalu menanggapi dengan suara yang tetap lembut, “Oh, ya sudah. Ibu mau tidur lagi, ya. Kamu juga istirahat, Nak. Besok kan harus kerja.”“Iya, Bu,” jawab Naura singkat, menunggu sampai langkah-langkah kaki itu kembali menghilang ke dalam kamar dan pintu kamar kembali tertutup rapat.Begitu suasa

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2024-12-02
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 79

    Ballroom hotel megah di pusat kota SunCity dipenuhi suasana tegang sejak pagi. Di ruangan yang biasa digunakan untuk perayaan mewah, kini hanya ada tatapan serius dari puluhan pria dan wanita bersetelan formal. Semua pandangan tertuju pada Davin, yang berdiri di depan panggung kecil dengan layar proyektor besar di belakangnya. Di sampingnya, Bram, tangan kanannya, memegang tablet yang menampilkan data penting.Suasana sunyi pecah ketika Davin membuka pertemuan. “Selamat pagi, para kolega dan investor. Saya tahu, semua dari kita tidak ingin berada di sini hari ini untuk membahas masalah seperti ini. Namun, saya pastikan bahwa kita akan menemukan solusi terbaik.”Suara Davin terdengar tegas, tetapi ada sedikit getaran yang sulit disembunyikan. Ia menatap wajah-wajah yang penuh ekspektasi itu satu per satu.Bram melangkah maju, menggantikan Davin untuk menyampaikan laporan awal. “Seperti yang telah diketahui, longsor yang terjadi akibat curah hujan ekstrem telah merusak total bangunan V

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2024-12-02

āļšāļ—āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Happy Ending

    Daniel Dominic Montgomery dan Darren Damian Montgomery adalah nama yang dipilih oleh kedua orang tua mereka dan sudah disepakati oleh keluarga untuk si kembar. Kedua bayi itu kini berada di ruang perawatan sang Mama. Setelah dilahirkan kemarin, mereka sempat dibawa ke ruang perawatan bayi, tetapi pagi ini mereka sudah dipindahkan ke ruang perawatan Rania. "Selamat ya, Nia! Aku senang banget akhirnya punya keponakan," ucap Raka. "Untung saja wajahnya kayak kamu," tambahnya lagi sambil melirik ke arah sang adik ipar yang usianya jauh di atasnya. Edward hanya tersenyum mendengar ucapan iparnya. "Kamu kapan menyusul, Raka?" tanyanya. "Menyusul? Bisa-bisa aku digantung sama Mommy dan Daddy. Pacaran saja nggak boleh, apalagi nyusul kalian nikah dan punya anak. Mommy bisa mati berdiri," kata Raka sambil melirik ke arah sang Mommy. "Bener kan, Mom?" tanyanya lagi. "Bukan cuma digantung, tapi Mommy akan ikat seluruh tubuh Raka biar nggak bisa bergerak," jawab Naura, membuat seluruh or

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Baby Twins

    Sementara itu, di dalam mobil, Rania terus menangis. Tangannya mencengkeram erat kursi, napasnya terengah-engah menahan rasa sakit yang begitu menyiksa. Perutnya terasa melilit hebat, sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setiap gelombang kontraksi yang datang membuat tubuhnya menegang, dan air mata semakin deras mengalir di pipinya."Sabar ya, sayangâ€Ķ sabarâ€Ķ kita sebentar lagi sampai," ucap Edward, suaranya bergetar, namun ia berusaha tetap tenang untuk istrinya. Tangannya terulur, mengusap kening Rania yang penuh peluh. Ia ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa sakit istrinya, tetapi ia tahu tidak ada yang bisa benar-benar membantu selain memastikan mereka segera tiba di rumah sakit.Rania menggigit bibirnya, tubuhnya sudah mulai gemetar. "Sakit, sayangâ€Ķ sakit bangetâ€Ķ" ucapnya dengan suara lemah, hampir seperti bisikan. Air ketubannya sudah pecah sejak beberapa menit yang lalu, dan kini darah mulai keluar, membasahi pahanya hingga betisnya.Melihat kondisi itu, E

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Darurat

    "Bagaimana kalau kita menikah bulan depan saja?" tanya Bram tiba-tiba, menatap Monica dengan penuh harapan.Mereka sedang duduk di balkon kamar Monica. Awalnya, Bram berencana menemani Angelica di kamar ibunya karena gadis kecil itu ingin tidur bersama sang nenek. Namun, Laura tampaknya memahami situasinya dan justru menyuruh Bram untuk menemani Monica.Monica tersenyum lembut, tatapannya penuh kehangatan. "Aku ikut saja, sayang. Terserah kamu mau kapan, aku siap," jawabnya tulus. "Aku bahagia banget akhirnya Angelica mau menerima kehadiranku."Bram merasakan haru menyelimuti hatinya. Ia lalu meraih Monica ke dalam pelukannya, mendekapnya dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, sayang. Terima kasih juga karena sudah mau menerima pernyataan cinta dari seorang duda beranak satu," ucapnya dengan suara lembut.Monica tersenyum dan membalas pelukan itu. "Aku mencintaimu, Bram. Statusmu tidak pernah menjadi masalah untukku," bisiknya.Bram mengusap pelan punggung calon istrinya. "Tapi aku

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Janji sang Nenek

    Naura menghela napas panjang, matanya masih terlihat menerawang, seolah pikirannya belum bisa benar-benar menerima kenyataan yang baru saja terjadi. “Aku nggak pernah menyangka kalau Angelica bisa langsung menerima Monica sebagai calon Mama barunya,” ucapnya lirih, suaranya terdengar masih dipenuhi rasa haru.Saat ini, dia sudah berada di kamar bersama suaminya, Davin. Malam di London terasa lebih dingin dari biasanya, tetapi suasana hati Naura jauh lebih hangat setelah melihat kebahagiaan di wajah keponakannya tadi.Davin yang tengah bersandar di kepala ranjang ikut tersenyum, meskipun ada sedikit keterkejutan di matanya. “Iya, sayang. Aku juga tidak menyangka kalau Angelica secepat itu menerima kehadiran Monica. Aku pikir tadi, saat dia mencium foto Mamanya, dia tidak akan mau Mamanya digantikan oleh siapa pun.”Naura mengangguk pelan, memahami perasaan yang mungkin sempat berkecamuk di hati Angelica. Ia tahu betul seberapa besar gadis kecil itu mencintai sosok ibunya, meskipun tak

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meminta Restu

    Angelica masih sibuk menyapa teman-temannya satu per satu dengan wajah ceria. Senyumnya terus mengembang, mencerminkan kebahagiaan yang begitu tulus. Sesekali, ia tertawa kecil saat berbincang dengan sahabat-sahabatnya, menikmati momen berharga yang baru pertama kali diberikan oleh sang Papa. Sejak kecil, Angelica memang tidak pernah merasakan pesta ulang tahun sebesar ini, dan melihat banyak orang yang datang hanya untuknya membuat gadis kecil itu merasa begitu istimewa. Bram berdiri bersama ibunya, Laura, serta Monica, sekretarisnya yang selama ini selalu berada di sisinya, mendukung setiap langkahnya dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Tidak ada banyak orang di sekitar mereka, memberikan kesempatan bagi mereka bertiga untuk berbicara lebih leluasa tanpa ada yang mendengar.Laura menatap putranya dengan penuh arti sebelum akhirnya membuka suara, "Bram, kau benar-benar akan meminta izin pada Angelica untuk menikahi Monica?" Suaranya terdengar tenang, tapi ada sedikit kekh

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Birthday Angel

    Waktu terus berjalan, tanpa terasa minggu depan adalah jadwal kelahiran kedua anak Rania dan Edward. Perjalanan panjang yang mereka lalui bersama akhirnya membawa mereka ke titik ini—menanti hadirnya dua buah hati yang akan melengkapi keluarga kecil mereka.Sejak tiga bulan lalu, Rania telah resmi pindah ke Sun City, meninggalkan London untuk membangun kehidupan baru bersama Edward. Edward, yang sejak awal ingin memberikan kenyamanan terbaik bagi istrinya, sudah menyiapkan rumah mewah untuk Rania. Namun, meskipun Rania menerima rumah tersebut dengan penuh rasa syukur, menjelang persalinannya, dia lebih memilih tinggal di kediaman kedua orang tuanya. Bagi Rania, berada di dekat Mommy dan Daddy akan membuatnya lebih tenang.Bisnis butiknya yang kini berkembang pesat tetap berjalan dengan baik meskipun Rania sementara waktu harus istirahat dari dunia fashion. Dia mempercayakan pengelolaan butik itu kepada manajernya, tetapi setiap laporan tetap dikirimkan kepada William, asisten keper

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Butik

    Mereka baru saja turun dari mobil.Davin hanya bisa menghela napas panjang saat melihat Naura dengan cekatan mengambil black card miliknya, seolah kartu itu sudah menjadi milik pribadi istrinya. "Sayang, kamu kan udah punya kartu sendiri," protesnya, meski nada suaranya lebih terdengar seperti pasrah daripada keberatan.Naura hanya tersenyum manis, menggoyangkan kartu itu di depan wajah suaminya. "Tapi kan tetap saja uang suami adalah uang istri, sayang. Uang istri ya uang istri," sahutnya santai. "Apalagi aku mau belanjain anak-anak juga."Davin hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dia tahu, pada akhirnya, apa pun yang ia miliki memang untuk istri dan anak-anaknya tercinta.Sementara itu, Angelica yang sedari tadi sibuk melihat-lihat koleksi sepatu mewah tiba-tiba menoleh pada pamannya. "Uncle, Angelica di-belanjain juga nggak?" tanyanya dengan mata berbinar.Davin menoleh ke arah gadis mungil itu, yang kini menatapnya dengan ekspresi menggemaskan. Wajah Angelica yang c

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Menang Taruhan

    Davin melangkah masuk ke ruang keluarga apartemen Edward dan Rania, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia baru saja tiba bersama Naura dan Angelica, membawa beberapa koper berisi makanan dan oleh-oleh untuk putri mereka. Belum sempat duduk, Edward sudah menyambutnya dengan senyum lebar.“Duduk dulu, Daddy,” ucap Edward sambil menunjuk sofa di hadapannya.Davin mendengus geli, menatap menantunya dengan ekspresi datar. “Geli kali aku dipanggil Daddy olehmu,” sahutnya, nada suaranya masih terasa tak bersahabat.Naura yang duduk di sampingnya hanya menghela napas, sementara Edward malah cengengesan. “Masak mau dipanggil Paman?” goda Edward.Naura ikut menimpali, “Lagian kamu ini, sayang. Memang sudah sepantasnya menantu memanggilmu dengan sebutan Daddy. Kenapa protes terus setiap sama Edward?”Davin menatap istrinya dengan alis terangkat. “Makin besar kepalanya Edward. Semua dibelain. Heran deh, sama kamu dan Mamaku. Doyan sekali membela laki-laki ini,” ujarnya bercanda.Edward hanya te

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kado Spesial

    Saat Rania dan Edward tiba di sebuah restoran, mereka bertemu dengan seseorang yang sudah lama tidak Rania jumpai."Hai, Andrew! Apa kabar?" sapa Rania dengan ramah, sambil mengulurkan tangan ke arah pria itu.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh tangan Andrew, Edward dengan sigap menarik tangan istrinya, menjauhkannya dari jangkauan pria lain. Andrew, yang sudah hendak menyambut salam Rania, hanya bisa menarik tangannya kembali dengan ekspresi sedikit terkejut.Rania melirik suaminya dengan kesal. "Kamu apa-apaan sih?" tanyanya, tak habis pikir dengan tindakan Edward yang begitu protektif.Edward menatapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Aku nggak suka ada yang nyentuh-nyentuh istriku, meskipun hanya sekadar salaman," ucapnya tegas.Andrew tertawa kecil melihat sikap Edward yang begitu posesif. "Nggak apa-apa, Rania. Semua pria pasti punya pemikiran seperti suamimu ini. Wajar kalau dia nggak mau istrinya yang cantik dimiliki orang lain," ujarnya santai.Edward langsung meloto

āļŠāļģāļĢāļ§āļˆāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āđ€āļ‚āđ‰āļēāļ–āļķāļ‡āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āļˆāļģāļ™āļ§āļ™āļĄāļēāļāđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ› GoodNovel āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļ—āļĩāđˆāļ„āļļāļ“āļŠāļ­āļšāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āđ„āļ”āđ‰āļ—āļļāļāļ—āļĩāđˆāļ—āļļāļāđ€āļ§āļĨāļē
āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ›
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ­āđˆāļēāļ™āļšāļ™āđāļ­āļ›
DMCA.com Protection Status