Share

Bab 52

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-19 13:07:31

Sinar matahari lembut menembus tirai kamar Naura, memaksa matanya untuk terbuka. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku dan dengan perlahan menyentuh sisi tempat tidur sang ibu. Kosong.

Pikirannya langsung bertanya-tanya, namun samar-samar, ia mendengar suara gemerincing panci dari arah dapur. Naura menarik napas panjang, bangkit dari tempat tidur, dan melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Setelah menyegarkan diri, ia berjalan ke dapur, mengikuti suara itu. Di sana, terlihat sang ibu yang tengah sibuk memasak. Aroma harum masakan langsung memenuhi ruangan itu, mengingatkan Naura pada pagi-pagi penuh cinta yang selalu diberikan ibunya.

“Bu,” panggil Naura pelan, langkahnya mendekat.

Tanpa menunggu balasan, Naura memeluk ibunya dari belakang, pelukan hangat yang terasa begitu nyaman.

“Anak Ibu sudah bangun,” jawab ibunya lembut sambil menoleh sedikit.

Naura tersenyum, meski ada semburat kesedihan di matanya. “Kenapa Ibu masak jam segini? Kok banyak banget m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 53

    Ibunya Naura memandang Davin dengan tatapan penuh harap, seolah mencari kepastian dari setiap kata yang akan keluar dari mulutnya. Setelah beberapa saat diam, Davin akhirnya berbicara, suaranya bergetar pelan namun penuh keteguhan."Ibu tenang saja," ucap Davin sambil mengusap lembut lengan ibunya Naura. "Davin sangat mencintai Naura, lebih dari diri Davin sendiri. Ibu nggak perlu ragukan itu. Davin akan menjaganya dengan baik. Davin juga sangat menyayangi Ibu, maka Davin harap Ibu harus kuat agar terus sembuh dan panjang umur. Ibu pasti ingin melihat kami memiliki anak, ingin melihat cucu-cucu Ibu tumbuh besar kelak. Maka dari itu, Ibu harus berjuang untuk tetap sehat."Kata-kata itu seperti meluruhkan segala kegelisahan yang selama ini menghantui hati ibu Naura. Air mata menggenang di pelupuk matanya sebelum ia memeluk Davin dengan erat. Pelukan itu penuh kasih sayang dan rasa terima kasih, sementara Davin balas memeluknya dengan hangat. Tak kuasa menahan emosi, air mata pun jatuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 54

    Di ruang kerja Davin yang tertutup rapat, suasana terasa begitu sunyi. Hanya isak tangis yang terdengar, memecah keheningan yang menyelimuti ruangan itu. Davin masih berdiri memeluk Naura erat, seolah ia tak ingin melepaskannya barang sedetik pun. Namun, air matanya terus mengalir, menyuarakan rasa sakit yang tak mampu ia sampaikan dengan kata-kata."Kalau saja ada jalan lain untuk menghindari pernikahan itu, sudah aku lakukan demi kebahagiaan kita," ucap Davin lirih di sela tangisnya. Suaranya bergetar, penuh luka yang begitu dalam. "Tapi aku benar-benar tak bisa melakukannya. Aku bingung, kenapa Tuhan selalu seperti ini pada hidupku? Hidup sekali, tapi harus mengikuti kemauan orang tua. Benar-benar sakit."Naura yang berada dalam pelukannya tak sanggup menahan air matanya lagi. Isaknya tertahan, namun rasa sakitnya begitu nyata. Ia bisa merasakan betapa berat beban yang harus ditanggung Davin, pria yang begitu ia cintai. Namun, di balik rasa sedih itu, ada kesadaran yang perlahan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 55

    Flashback Laura menatap putranya dengan wajah penuh harap. Di sebelahnya, Anna, duduk dengan canggung. Matanya terus mencuri pandang ke arah pria yang kini berdiri tegap dengan ekspresi dingin di depan mereka."Davin, Mama sudah bicara baik-baik. Kamu tahu, ini bukan hanya soal kamu dan Anna. Ini soal keluarga kita," ujar Laura dengan nada memohon.Davin menghela napas panjang, tangannya disilangkan di dada. "Mama, sudah berapa kali Davin bilang? Davin tidak mau melakukan pre-wedding ini. Davin tidak mencintai Anna. Hubungan kami hanya formalitas untuk memenuhi permintaan Mama," jawabnya tanpa emosi.Anna menunduk, mencoba menahan rasa sakit di hatinya. Ia sudah tahu sejak awal bahwa Davin tidak memiliki perasaan apa pun padanya. Namun mendengar kata-kata itu diucapkan langsung di hadapan keluarganya membuatnya merasa semakin kecil."Davin," Papa William mencoba berbicara dengan nada lebih tegas. "Kamu pikir keputusan ini hanya soal perasaanmu? Bagaimana dengan nama baik keluarga? Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 56

    Suasana di kantor Abimanyu Group, masih dipenuhi aktivitas padat ketika jarum jam hampir menunjukkan pukul lima sore. Para karyawan terlihat sibuk di meja masing-masing, menyiapkan laporan dan presentasi untuk meeting besar besok pagi. Di meja kerjanya, Naura masih sibuk mengetik laporan terakhir yang harus diselesaikan hari itu. Tangannya lincah bergerak di atas keyboard, sementara pikirannya fokus pada setiap detail pekerjaan.Ponselnya berdering pendek, memunculkan pesan masuk. Naura berhenti sejenak, meraih ponsel, dan membaca pesan itu dengan hati-hati."Naura, temui saya di Cafe Lion satu jam lagi. Terima kasih."Pesan dari Laura, mamanya Davin, membuatnya mengernyitkan dahi. "Ada apa lagi ya?" gumamnya pelan. Permintaan dari Laura hampir selalu berarti perintah, dan menolak bukanlah pilihan.Naura dengan cepat mengetik balasan: "Baik, Nyonya. Saya akan sampai di cafe dalam satu jam."Setelah pesan terkirim, ia meletakkan ponselnya di meja dan menghela napas panjang. Ia tahu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 57

    Di tengah remang-remang kamar hotel yang dihiasi gemerlap balon berwarna pastel dan lilin-lilin kecil di setiap sudut, Naura berdiri mematung, matanya tak bisa lepas dari dekorasi romantis yang terhampar di depannya. Balon-balon dengan tulisan "Happy Birthday" menggantung di dinding, ranjang dihiasi kelopak mawar merah, dan di meja terdapat kue ulang tahun dengan lilin menyala.Davin, dengan senyumnya yang hangat, mulai menyanyikan lagu ulang tahun dengan suara lembut yang menggema di dalam ruangan.“Happy birthday to you... happy birthday to you... happy birthday, happy birthday... happy birthday, sayang.”Naura menutup mulutnya dengan tangan, air mata membasahi pipinya. “Pak, demi apapun, saya bahkan lupa kalau ini hari ulang tahun saya,” ucapnya dengan suara lirih.Davin mendekat, mengusap lembut pipinya yang basah. “Apa kamu menyukainya, sayang?” tanyanya, matanya menatap Naura penuh cinta.Naura hanya bisa mengangguk sambil mengusap air matanya. “Pak… saya tidak menyangka akan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 58

    Davin sangat kesal. Rambutnya berantakan dan pakaiannya dikenakan asal-asalan. Matanya menatap pintu dengan kesal. Sementara itu, Naura memilih berlindung di balik selimut, matanya mengikuti Davin yang berjalan dengan langkah berat menuju pintu. Jantungnya ikut berdegup cepat, takut jika yang datang benar-benar orang yang mereka khawatirkan.Davin membuka pintu dengan gerakan cepat. Wajahnya yang tegang langsung berubah kesal ketika melihat siapa yang berdiri di depannya.“Bram? Demi apapun, kamu bikin jantungku hampir copot!” seru Davin, setengah membentak.Bram berdiri dengan senyum penuh kemenangan, tangannya memegang sebuah kotak. “Maaf, Pak. Saya hanya ingin memberikan kado ini untuk Naura. Tadi saya lupa menaruhnya di sini,” jawab Bram santai, menyerahkan kotak tersebut ke tangan Davin.Davin mendengus, menerima kotak itu dengan sedikit kasar. “Kamu ini bikin panik saja! Kukira Mama atau-” Ia menggigit bibirnya, enggan melanjutkan.Bram mengangkat alis, matanya berbinar menggo

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 59

    “Ayo, Pak, sebaiknya kita pulang sekarang,” ujar Naura sambil merapikan pakaiannya.Davin mengangguk tanpa berkata apa-apa. Ia merapikan penampilannya dengan asal, pikirannya masih terjebak pada momen yang baru saja mereka lalui. Dalam diam, ia memikirkan bagaimana hidupnya akan terus berubah, terutama dengan situasi yang semakin rumit ini.Mereka membersihkan diri di kamar mandi hotel itu, berusaha menutupi jejak kebersamaan mereka. Naura selesai lebih dulu, dan dengan rapi ia melangkah keluar dari kamar, berjalan cepat menuju lobi. Namun, ia tetap berhati-hati agar tidak menarik perhatian. Naura melirik sekeliling sebelum masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu, ia segera meninggalkan hotel tanpa menoleh ke belakang.Davin menunggu sekitar 10 menit sebelum menyusul. Ia sengaja tidak menggunakan jasa sopir kali ini, memilih untuk menyetir sendiri agar situasinya tetap aman. Ia tahu, jika seseorang mengenali mobilnya, kabar tentang dirinya dan Naura bisa menyebar dengan cepat.Setelah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 60

    "Jangan macam-macam, Om. Aku sebentar lagi akan menikah dan sudah tak sabar ingin menjadi Nyonya Muda Abimanyu. Aku akan menguasai seluruh harta milik Davin Abimanyu, tak peduli dia bersikap baik padaku atau tidak. Doakan ya semuanya berjalan lancar," begitu bunyi pesan yang ia kirimkan.Setelah menekan tombol kirim pada pesan yang ditujukan kepada pria yang selama ini selalu ada di sisinya, Anna meletakkan ponselnya di meja samping ranjang. Ia tersenyum tipis, matanya berbinar penuh ambisi.Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk. Tangan kirinya meraih selimut, sementara tatapannya menembus langit-langit kamar yang putih bersih. Pikirannya tidak bisa tenang, teralihkan oleh rasa penasaran yang semakin kuat tentang apa yang sebenarnya terjadi antara Davin dan sekretarisnya, Naura."Demi apapun, aku mencurigai sesuatu," gumam Anna dengan suara pelan namun penuh ketegasan. Ia mengepalkan kedua tangannya dengan erat hingga kuku-kukunya nyaris melukai telapak tangannya sen

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Happy Ending

    Daniel Dominic Montgomery dan Darren Damian Montgomery adalah nama yang dipilih oleh kedua orang tua mereka dan sudah disepakati oleh keluarga untuk si kembar. Kedua bayi itu kini berada di ruang perawatan sang Mama. Setelah dilahirkan kemarin, mereka sempat dibawa ke ruang perawatan bayi, tetapi pagi ini mereka sudah dipindahkan ke ruang perawatan Rania. "Selamat ya, Nia! Aku senang banget akhirnya punya keponakan," ucap Raka. "Untung saja wajahnya kayak kamu," tambahnya lagi sambil melirik ke arah sang adik ipar yang usianya jauh di atasnya. Edward hanya tersenyum mendengar ucapan iparnya. "Kamu kapan menyusul, Raka?" tanyanya. "Menyusul? Bisa-bisa aku digantung sama Mommy dan Daddy. Pacaran saja nggak boleh, apalagi nyusul kalian nikah dan punya anak. Mommy bisa mati berdiri," kata Raka sambil melirik ke arah sang Mommy. "Bener kan, Mom?" tanyanya lagi. "Bukan cuma digantung, tapi Mommy akan ikat seluruh tubuh Raka biar nggak bisa bergerak," jawab Naura, membuat seluruh or

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Baby Twins

    Sementara itu, di dalam mobil, Rania terus menangis. Tangannya mencengkeram erat kursi, napasnya terengah-engah menahan rasa sakit yang begitu menyiksa. Perutnya terasa melilit hebat, sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setiap gelombang kontraksi yang datang membuat tubuhnya menegang, dan air mata semakin deras mengalir di pipinya."Sabar ya, sayang… sabar… kita sebentar lagi sampai," ucap Edward, suaranya bergetar, namun ia berusaha tetap tenang untuk istrinya. Tangannya terulur, mengusap kening Rania yang penuh peluh. Ia ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa sakit istrinya, tetapi ia tahu tidak ada yang bisa benar-benar membantu selain memastikan mereka segera tiba di rumah sakit.Rania menggigit bibirnya, tubuhnya sudah mulai gemetar. "Sakit, sayang… sakit banget…" ucapnya dengan suara lemah, hampir seperti bisikan. Air ketubannya sudah pecah sejak beberapa menit yang lalu, dan kini darah mulai keluar, membasahi pahanya hingga betisnya.Melihat kondisi itu, E

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Darurat

    "Bagaimana kalau kita menikah bulan depan saja?" tanya Bram tiba-tiba, menatap Monica dengan penuh harapan.Mereka sedang duduk di balkon kamar Monica. Awalnya, Bram berencana menemani Angelica di kamar ibunya karena gadis kecil itu ingin tidur bersama sang nenek. Namun, Laura tampaknya memahami situasinya dan justru menyuruh Bram untuk menemani Monica.Monica tersenyum lembut, tatapannya penuh kehangatan. "Aku ikut saja, sayang. Terserah kamu mau kapan, aku siap," jawabnya tulus. "Aku bahagia banget akhirnya Angelica mau menerima kehadiranku."Bram merasakan haru menyelimuti hatinya. Ia lalu meraih Monica ke dalam pelukannya, mendekapnya dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, sayang. Terima kasih juga karena sudah mau menerima pernyataan cinta dari seorang duda beranak satu," ucapnya dengan suara lembut.Monica tersenyum dan membalas pelukan itu. "Aku mencintaimu, Bram. Statusmu tidak pernah menjadi masalah untukku," bisiknya.Bram mengusap pelan punggung calon istrinya. "Tapi aku

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Janji sang Nenek

    Naura menghela napas panjang, matanya masih terlihat menerawang, seolah pikirannya belum bisa benar-benar menerima kenyataan yang baru saja terjadi. “Aku nggak pernah menyangka kalau Angelica bisa langsung menerima Monica sebagai calon Mama barunya,” ucapnya lirih, suaranya terdengar masih dipenuhi rasa haru.Saat ini, dia sudah berada di kamar bersama suaminya, Davin. Malam di London terasa lebih dingin dari biasanya, tetapi suasana hati Naura jauh lebih hangat setelah melihat kebahagiaan di wajah keponakannya tadi.Davin yang tengah bersandar di kepala ranjang ikut tersenyum, meskipun ada sedikit keterkejutan di matanya. “Iya, sayang. Aku juga tidak menyangka kalau Angelica secepat itu menerima kehadiran Monica. Aku pikir tadi, saat dia mencium foto Mamanya, dia tidak akan mau Mamanya digantikan oleh siapa pun.”Naura mengangguk pelan, memahami perasaan yang mungkin sempat berkecamuk di hati Angelica. Ia tahu betul seberapa besar gadis kecil itu mencintai sosok ibunya, meskipun tak

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meminta Restu

    Angelica masih sibuk menyapa teman-temannya satu per satu dengan wajah ceria. Senyumnya terus mengembang, mencerminkan kebahagiaan yang begitu tulus. Sesekali, ia tertawa kecil saat berbincang dengan sahabat-sahabatnya, menikmati momen berharga yang baru pertama kali diberikan oleh sang Papa. Sejak kecil, Angelica memang tidak pernah merasakan pesta ulang tahun sebesar ini, dan melihat banyak orang yang datang hanya untuknya membuat gadis kecil itu merasa begitu istimewa. Bram berdiri bersama ibunya, Laura, serta Monica, sekretarisnya yang selama ini selalu berada di sisinya, mendukung setiap langkahnya dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Tidak ada banyak orang di sekitar mereka, memberikan kesempatan bagi mereka bertiga untuk berbicara lebih leluasa tanpa ada yang mendengar.Laura menatap putranya dengan penuh arti sebelum akhirnya membuka suara, "Bram, kau benar-benar akan meminta izin pada Angelica untuk menikahi Monica?" Suaranya terdengar tenang, tapi ada sedikit kekh

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Birthday Angel

    Waktu terus berjalan, tanpa terasa minggu depan adalah jadwal kelahiran kedua anak Rania dan Edward. Perjalanan panjang yang mereka lalui bersama akhirnya membawa mereka ke titik ini—menanti hadirnya dua buah hati yang akan melengkapi keluarga kecil mereka.Sejak tiga bulan lalu, Rania telah resmi pindah ke Sun City, meninggalkan London untuk membangun kehidupan baru bersama Edward. Edward, yang sejak awal ingin memberikan kenyamanan terbaik bagi istrinya, sudah menyiapkan rumah mewah untuk Rania. Namun, meskipun Rania menerima rumah tersebut dengan penuh rasa syukur, menjelang persalinannya, dia lebih memilih tinggal di kediaman kedua orang tuanya. Bagi Rania, berada di dekat Mommy dan Daddy akan membuatnya lebih tenang.Bisnis butiknya yang kini berkembang pesat tetap berjalan dengan baik meskipun Rania sementara waktu harus istirahat dari dunia fashion. Dia mempercayakan pengelolaan butik itu kepada manajernya, tetapi setiap laporan tetap dikirimkan kepada William, asisten keper

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Butik

    Mereka baru saja turun dari mobil.Davin hanya bisa menghela napas panjang saat melihat Naura dengan cekatan mengambil black card miliknya, seolah kartu itu sudah menjadi milik pribadi istrinya. "Sayang, kamu kan udah punya kartu sendiri," protesnya, meski nada suaranya lebih terdengar seperti pasrah daripada keberatan.Naura hanya tersenyum manis, menggoyangkan kartu itu di depan wajah suaminya. "Tapi kan tetap saja uang suami adalah uang istri, sayang. Uang istri ya uang istri," sahutnya santai. "Apalagi aku mau belanjain anak-anak juga."Davin hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dia tahu, pada akhirnya, apa pun yang ia miliki memang untuk istri dan anak-anaknya tercinta.Sementara itu, Angelica yang sedari tadi sibuk melihat-lihat koleksi sepatu mewah tiba-tiba menoleh pada pamannya. "Uncle, Angelica di-belanjain juga nggak?" tanyanya dengan mata berbinar.Davin menoleh ke arah gadis mungil itu, yang kini menatapnya dengan ekspresi menggemaskan. Wajah Angelica yang c

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Menang Taruhan

    Davin melangkah masuk ke ruang keluarga apartemen Edward dan Rania, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia baru saja tiba bersama Naura dan Angelica, membawa beberapa koper berisi makanan dan oleh-oleh untuk putri mereka. Belum sempat duduk, Edward sudah menyambutnya dengan senyum lebar.“Duduk dulu, Daddy,” ucap Edward sambil menunjuk sofa di hadapannya.Davin mendengus geli, menatap menantunya dengan ekspresi datar. “Geli kali aku dipanggil Daddy olehmu,” sahutnya, nada suaranya masih terasa tak bersahabat.Naura yang duduk di sampingnya hanya menghela napas, sementara Edward malah cengengesan. “Masak mau dipanggil Paman?” goda Edward.Naura ikut menimpali, “Lagian kamu ini, sayang. Memang sudah sepantasnya menantu memanggilmu dengan sebutan Daddy. Kenapa protes terus setiap sama Edward?”Davin menatap istrinya dengan alis terangkat. “Makin besar kepalanya Edward. Semua dibelain. Heran deh, sama kamu dan Mamaku. Doyan sekali membela laki-laki ini,” ujarnya bercanda.Edward hanya te

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kado Spesial

    Saat Rania dan Edward tiba di sebuah restoran, mereka bertemu dengan seseorang yang sudah lama tidak Rania jumpai."Hai, Andrew! Apa kabar?" sapa Rania dengan ramah, sambil mengulurkan tangan ke arah pria itu.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh tangan Andrew, Edward dengan sigap menarik tangan istrinya, menjauhkannya dari jangkauan pria lain. Andrew, yang sudah hendak menyambut salam Rania, hanya bisa menarik tangannya kembali dengan ekspresi sedikit terkejut.Rania melirik suaminya dengan kesal. "Kamu apa-apaan sih?" tanyanya, tak habis pikir dengan tindakan Edward yang begitu protektif.Edward menatapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Aku nggak suka ada yang nyentuh-nyentuh istriku, meskipun hanya sekadar salaman," ucapnya tegas.Andrew tertawa kecil melihat sikap Edward yang begitu posesif. "Nggak apa-apa, Rania. Semua pria pasti punya pemikiran seperti suamimu ini. Wajar kalau dia nggak mau istrinya yang cantik dimiliki orang lain," ujarnya santai.Edward langsung meloto

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status