Share

Bab 45

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-16 13:02:24

Peluh masih membasahi tubuh keduanya, bermain panas adalah bagian dari kegiatan yang menyenangkan untuk keduanya. Davin yang awalnya hanya ingin bersenang-senang dengan Naura, kini justru terjerat pesona sang sekretaris.

“Andai saja boleh menikahi lebih dulu, mungkin sudah aku lakukan. Semakin hari aku semakin sulit untuk lepas dari pesonamu, sayang,” ujar Davin. Nafasnya tersengal.

“Kita begini saja, Pak. Anda puas, biaya rumah sakit Ibu saya aman,” jawab Naura.

Davin melumat bibir sang sekretaris, tak hanya dirinya tapi Naura juga seakan punya banyak stok tenaga untuk bergulat panas dengannya.

Davin mulai merasakan desir aneh di dalam hatinya. Desiran yang tak pernah sama sekali ia rasakan saat bersama Anna. Namun Davin belum mau buru-buru menyimpulkan kalau ini adalah cinta. Yang jelas semua yang ada pada Naura membuatnya ketagihan.

******

Davin baru saja mengakhiri meeting pagi dengan semua karyawan, sekaligus memberikan pengumuman resmi mengenai pengganti Aldo di perusahaan.

Sua
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 46

    Naura menghela napas panjang, berusaha mengusir lelah yang merayapi tubuhnya setelah setengah hari kerja penuh menyelesaikan berkas-berkas yang menumpuk di mejanya. Hampir semua dokumen penting yang harus diselesaikan hari itu telah dibereskan. Namun, rasa penat tak hanya berasal dari pekerjaannya. Hatinya terasa lebih berat dari biasanya, dihimpit beban yang tak kasatmata.“Lelahnya,” gumamnya pelan, matanya memandang ke luar jendela kantor. Namun, pikiran Naura tidak tertuju pada pemandangan yang ia lihat, melainkan pada Davin. Bukan hanya tugas kantor yang membuat tubuhnya letih, melainkan juga hubungan mereka yang rumit dan penuh rahasia.Naura melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu makan siang sudah tiba. Sebuah ide melintas di benaknya. “Aku ke rumah sakit saja. Ya Tuhan, pulihkanlah ibuku,” ucapnya lirih, doanya menggantung di udara, penuh harap. Rasa rindu pada ibunya, yang terbaring lemah di rumah sakit, membuatnya ingin segera pergi dan berada di sisinya.Dengan sig

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 47

    Tiba di rumah sakit, Naura turun dari mobil dengan langkah yang terasa berat. Angin yang seharusnya membawa kesejukan malah membuatnya semakin gelisah. Perasaan tak menentu menghantui sepanjang perjalanan, dan kini ia harus menghadapi kenyataan yang pahit. Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu masuk rumah sakit, membiarkan bau khas antiseptik menyergap penciumannya.Langkahnya terhenti sejenak di depan lift. Ia menatap pantulan dirinya di pintu logam yang tertutup. Matanya terlihat lelah, dan lingkaran hitam di bawahnya semakin jelas. “Tuhan, beri aku kekuatan untuk menghadapi ujian dari-Mu,” gumamnya pelan sebelum pintu lift terbuka dan membawanya ke lantai ruang ICU.Ketika sampai di depan ruang ICU, seorang perawat menyapanya dengan sopan dan memberikan pakaian steril untuk dikenakan.Naura memakainya dengan hati-hati, seolah setiap gerakan adalah ritual untuk mempersiapkan dirinya menghadapi sesuatu yang menyakitkan. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk ke ruan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 48

    "Ayo, sayang," ucapnya lembut.Ia menatap Davin sejenak. "Loh, kok ada Pak Davin? Pak Doni di mana Pak?" tanyanya, mencoba menetralkan kegugupannya dengan pertanyaan ringan.Davin tersenyum tipis. "Sudah aku suruh kembali ke kantor dengan Bram. Klien mendadak mundur meeting dua jam, jadi besok kami baru akan melakukan peninjauan proyek," jelasnya santai.Naura mengangguk, meski pikirannya tak sepenuhnya menangkap penjelasan itu.Naura duduk di kursi penumpang, menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Di sebelahnya, Davin menghidupkan mesin mobil, tetapi tatapannya sesekali beralih ke wajah Naura yang murung. Ia tidak tahan melihat Naura seperti ini."Kenapa sedih, sayang? Kangen Aldo?" goda Davin, mencoba mencairkan suasana.Mata Naura langsung melotot, dan tanpa ragu ia mencubit lengan Davin cukup keras. "Bercandanya jelek banget sih!" omelnya, meski nada suaranya sedikit lebih ringan dibanding sebelumnya.Davin tertawa kecil sambil mengusap lengannya yang terasa perih. "Makan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 49

    Delapan Bulan telah berlalu sejak kasus besar yang mengguncang Abimanyu Group menemukan titik akhirnya. Aldo, yang dulu dikenal sebagai salah satu kepercayaan Davin, kini telah divonis penjara selama lima tahun. Hakim juga memerintahkan Aldo untuk mengembalikan semua dana yang telah diselewengkan. Kasus ini tidak hanya menyeret Aldo, tetapi juga melibatkan tiga orang karyawan lainnya yang kini menerima hukuman sesuai peran mereka dalam kejahatan tersebut. Davin, dengan tegas dan tanpa kompromi, memastikan bahwa semua pelaku harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka.Namun, di tengah kerumitan itu, kehidupan pribadi Aldo juga berubah drastis. Terdesak oleh keadaan, Aldo terpaksa menikahi Bella di dalam penjara. Perut Bella yang semakin membesar membuatnya tak bisa lagi menghindar dari tanggung jawab itu. Pernikahan yang seharusnya menjadi momen bahagia, harus berlangsung dalam suasana penuh penyesalan dan keterpaksaan.Naura juga telah mendengar kabar bahwa Bella baru saja mela

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 50

    Davin menatap wajah Naura yang sembab, matanya masih sedikit merah meski ia berusaha menutupinya. Di dalam kamar hotel mewah ini, suasana terasa sunyi, hanya suara TV yang terdengar mengisi keheningan. Davin mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Naura dengan lembut.“Kamu menangis lagi?” tanyanya penuh perhatian, nada suaranya lirih, hampir seperti bisikan.Naura menggeleng pelan, meski jelas ada bekas air mata di sudut matanya. “Tidak apa-apa, Pak. Saya hanya...” ia menghentikan kalimatnya, menarik napas dalam untuk menenangkan diri. “Saya hanya perlu waktu untuk menerima semua ini.”Davin tak menjawab. Ia memeluk Naura erat, menempelkan dagunya di atas kepala wanita itu. “Sayang, kamu tahu aku sangat mencintaimu, kan? Aku mencintaimu lebih dari diriku sendiri,” ujarnya, suaranya bergetar. “Jadi kumohon, tetaplah di sisiku. Jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku, ya?”Naura terdiam dalam pelukan Davin. Ia bisa merasakan dada pria itu naik turun, tanda emosi yang sulit ia bendu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 51

    Setelah menutup pintu apartemen, Naura melepas napas panjang. Malam itu begitu berat, pikirannya bercampur aduk antara rasa lelah dan beban emosi. Namun langkahnya terhenti ketika mendapati sang ibu masih terjaga, duduk di sofa dengan televisi yang menyala tanpa suara.“Di mana Nak Davin?” tanya ibunya, menatap Naura dengan mata penuh selidik.Naura terkejut, tak menyangka ibunya masih terbangun pada jam sepuluh malam ini. Ia segera merapikan ekspresinya, berusaha terlihat tenang. “Tadi nganterin Naura sampai di bawah, Bu. Naura pikir Ibu sudah tidur. Besok katanya mau ke sini untuk sarapan bersama,” jawab Naura sambil tersenyum kecil, mencoba mengalihkan perhatian ibunya.Namun, ibunya tetap menatapnya tajam. “Ibu tidak percaya begitu saja,” ujar sang ibu sambil memicingkan mata, memperhatikan wajah anaknya yang tampak lelah. “Kenapa matamu sembab, Nak? Apa yang terjadi? Apa kamu ribut dengan Nak Davin?”Pertanyaan itu membuat Naura gugup. Ia tak menduga ibunya begitu jeli memperha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 52

    Sinar matahari lembut menembus tirai kamar Naura, memaksa matanya untuk terbuka. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku dan dengan perlahan menyentuh sisi tempat tidur sang ibu. Kosong. Pikirannya langsung bertanya-tanya, namun samar-samar, ia mendengar suara gemerincing panci dari arah dapur. Naura menarik napas panjang, bangkit dari tempat tidur, dan melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.Setelah menyegarkan diri, ia berjalan ke dapur, mengikuti suara itu. Di sana, terlihat sang ibu yang tengah sibuk memasak. Aroma harum masakan langsung memenuhi ruangan itu, mengingatkan Naura pada pagi-pagi penuh cinta yang selalu diberikan ibunya.“Bu,” panggil Naura pelan, langkahnya mendekat.Tanpa menunggu balasan, Naura memeluk ibunya dari belakang, pelukan hangat yang terasa begitu nyaman.“Anak Ibu sudah bangun,” jawab ibunya lembut sambil menoleh sedikit.Naura tersenyum, meski ada semburat kesedihan di matanya. “Kenapa Ibu masak jam segini? Kok banyak banget m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 53

    Ibunya Naura memandang Davin dengan tatapan penuh harap, seolah mencari kepastian dari setiap kata yang akan keluar dari mulutnya. Setelah beberapa saat diam, Davin akhirnya berbicara, suaranya bergetar pelan namun penuh keteguhan."Ibu tenang saja," ucap Davin sambil mengusap lembut lengan ibunya Naura. "Davin sangat mencintai Naura, lebih dari diri Davin sendiri. Ibu nggak perlu ragukan itu. Davin akan menjaganya dengan baik. Davin juga sangat menyayangi Ibu, maka Davin harap Ibu harus kuat agar terus sembuh dan panjang umur. Ibu pasti ingin melihat kami memiliki anak, ingin melihat cucu-cucu Ibu tumbuh besar kelak. Maka dari itu, Ibu harus berjuang untuk tetap sehat."Kata-kata itu seperti meluruhkan segala kegelisahan yang selama ini menghantui hati ibu Naura. Air mata menggenang di pelupuk matanya sebelum ia memeluk Davin dengan erat. Pelukan itu penuh kasih sayang dan rasa terima kasih, sementara Davin balas memeluknya dengan hangat. Tak kuasa menahan emosi, air mata pun jatuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 189

    Esok harinya, semua sudah berkumpul di meja makan. Naura mengenakan pakaian rumahan, namun sudah wangi dan cantik. Cuti hari ini diberikan langsung oleh sang CEO, dan akan dimanfaatkan dengan baik menemani kedua buah hatinya seharian penuh di rumah.Rania dan Raka melirik menu di atas meja. Ada daging dan salad sayur, serta susu untuk keduanya. Segera mereka mengambil posisi di samping kanan dan kiri sang Daddy.Bram masuk ke rumah itu, dan melayangkan protes saat tempat duduk yang biasa ia tempati diambil oleh Raka.“Minggir,” kata Bram mengusir Raka.Segera Raka berpegangan pada lengan sang Daddy, dan kakinya melilit pada tiang meja.“Iiiih, apaan nih. Dasal tamu tak diundang, tak punya sopan, ya numpang makan di lumah olang,” omelnya.Davin hanya terkekeh, sambil mengecup wajah jagoannya, yang makin hari makin bawel.“Iiih, apaan nih. Dad, tolongin apa anaknya,” kata Raka lagi, saat Bram kembali berniat mengangkat tubuhnya.Laura bergabung dan menjewer Bram hingga membuat Rania dan

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 188

    Rania dan Raka menajamkan telinganya, mereka seolah tahu yang datang itu kedua orang tuanya. Dan mereka sangat bahagia kalau sang mommy pulang sebelum makan malam.“Ayo tulun, mommy datang,” ucap Rania.Keduanya berjalan cepat menuruni anak tangga agar bisa membukakan pintu sang mommy. Keduanya bahkan mengabaikan panggilan sang nenek yang terus memanggilnya. Laura dan Dinda menyusul ke lantai bawah.“Mommyyyyyyy, yeeeeeee Mommy aku udah pulang.” Rani dan Rak masuk dalam dekapan sang mommy. Mencium wajah wanita yang melahirkannya bertubi-tubi. Naura sampai terkekeh melihat kelakuan anak kembarnya, sementara Davin yang berdiri di sampingnya malah dicuekin.“Aku curiga, kalau mereka ini hanya anaknya Naura. Kamu hanya mengakui secara catatan saja,” ejek Bram.Davin hanya tertawa sambil menggeleng.“Penculiiii, kau culi mommy kami sampai sole balu pulang,” ucap Rania, lalu terkekeh saat sang Daddy membuat tubuhnya melayang. “Aka mau, Dad,” ujar jagoannya.Davin merengkuh kedua anaknya, l

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 187

    "Kalian doakan saja agar Uncle dan Aunty cepat berjodoh," ucap Laura.Segera, Raka, Rania, dan Dinda menoleh ke sumber suara. Raka dan Rania langsung berlari ke ambang pintu untuk memeluk sang nenek."Neneeeeeek! Kami kangen sama Nenek," ucap kedua anak yang baru saja merayakan ulang tahun kemarin. Mereka memeluk sang nenek dengan penuh antusias.Bahkan mereka belum sempat membuka kado-kado ulang tahun. Niatnya, habis makan malam kado-kado itu akan dibuka bersama, tetapi kedua orang tua mereka sudah lebih dulu menelepon, mengatakan bahwa mereka akan pulang terlambat.Dinda tersenyum melihat Raka dan Rania begitu menyayangi sang nenek.Mereka pun akhirnya berbincang tentang banyak hal. Laura mencoba mendekatkan diri pada Dinda. Kini, ia tidak peduli lagi pada latar belakang keluarga Dinda. Laura telah meninggalkan sifat egonya yang dulu, karena yang terpenting baginya saat ini adalah kebahagiaan anak-anaknya bersama wanita yang mereka cintai.Di tempat berbeda, Davin dan Naura telah t

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 186

    Saat mobil yang ditumpangi Dinda mulai memasuki gerbang kota Suncity, ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Bram tertera jelas di layar. Dinda cepat-cepat mengangkat panggilan itu, memastikan suaranya terdengar netral agar sopir yang duduk di depannya tidak curiga.“Halo, Pak Bram,” sapanya ramah namun hati-hati. Ia tidak mau hubungan spesialnya dengan Bram terungkap, apalagi di depan sopir pribadi majikannya. Hubungan mereka adalah rahasia yang harus Dinda jaga rapat-rapat.“Halo, Baby,” suara Bram terdengar lembut di seberang telepon, namun tetap penuh perhatian. “Boleh minta tolong?” tanyanya, nadanya terdengar agak cemas.“Tentu saja, Pak. Apa yang bisa saya bantu?” Dinda berusaha menjaga formalitas dalam jawabannya.“Kamu sudah sampai di mana sekarang?” tanya Bram, suaranya terdengar khawatir.“Sebentar lagi, Pak. Kami sudah masuk kota,” jawab Dinda sambil melirik pemandangan jalan yang mulai ramai di luar jendela.“Kalau begitu, tolong jangan langsung pulang, ya. Mampir dulu ke r

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 185

    Semwntara itu, sinrumah Bram, berbaring di atas ranjang yang luas, saling memandang dalam diam. Dinda memeluk Bram, pria itu menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, memandangi wanita yang terbaring di sisinya dengan sorot penuh kasih. Setwlah pulang dat hotel, mereka tak ikut ke rumah utama, katena besok Raka dan Rania batu akan membuka kado. Hari ini Mommy dan Daddynya tak mengizinkan negadang.Sesekali Bram mengusap lembut rambut Dinda, seolah ingin menenangkan kekhawatirannya. “Baby,” Bram membuka suara, memecah keheningan. “Aku nggak bisa terus begini. Aku nggak tahan lihat kamu terus-terusan diancam oleh Dimas. Dia nggak punya hak buat mengatur hidup kamu seperti ini.” Barusan Dinda kembali mencurahkan isi hatinya pada Bram.Dinda hanya mendesah pelan, mengeratkan pelukannya pada tubuh Bram. "Aku tahu, Baby... Tapi aku juga bingung harus gimana. Selama ini aku cuma menuruti dia supaya semuanya nggak makin rumit."Bram menatap wajah Dinda dengan serius. Ia tidak suka melihat

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 184

    “Apa di antara kalian ada yang masih perawan?” tanya Aldo. Matanya merem melek, menikmati sentuhan bibir wanita muda, di bagian intimnya.“Saya Tuan,” jawab wanita itu. Dia menghentikan kegiatannya mengulum bagian intim Aldo.Aldo memicingkan mata, tak percaya. Wanita ini seperti sedang berbohong.“Kau yakin?” tanya Aldo.“Yakin, Tuan. Anda bisa mengambil keperawanan saya, tapi anda harus memberi saya bonus lebih,” ucapnya. Wanita itu baru saja jatuh miskin setelah perusahaan orang tuanya bangkrut, bahkan dia ditinggalkan kekasihnya karena miskin. Wanita itu sudah terbiasa memuaskan kekasihnya dengan oral seks.“Lalu kalau kamu berbohong?” tanya Aldo.“Anda boleh tak membayar saya malam ini,” jawabnya.Aldo menatap wanita di depannya ini, teringat dengan Naura. Wanita itu pernah pinjam uang satu miliar dan rela memberikan keperawanannya pada Aldo. Sayangnya Aldo tak bisa memberi uang sebanyak itu. Dan Aldo yakin Naura akhirnya memberikan untuk Davin. Mengingat itu, dia jadi semakin me

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 183

    Aldo duduk santai di sofa mewah dengan rokok di tangannya. Matanya terpaku pada tiga penari yang sedang menari sensual di hadapannya, menggunakan jam besar sebagai alat utama tari mereka. Musik berdentum, menggema di seluruh ruangan, seolah mengiringi langkah-langkah tarian mereka. Asap rokok mengepul di udara, memenuhi ruangan dengan aroma yang khas.Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka. Seorang pria berpakaian rapi masuk dengan langkah penuh percaya diri. Pria itu adalah Edward, orang kepercayaan Aldo yang bertugas mengumpulkan informasi tentang target-targetnya. Edward memberi kode kecil dengan tatapan matanya, meminta Aldo mengizinkannya masuk lebih jauh. Aldo melirik sekilas dan memberikan anggukan ringan.“Masuk, Edward,” ujar Aldo dengan nada santai.Edward melangkah ke dalam, mengabaikan suasana gemerlap di ruangan itu. Ia langsung mengeluarkan sebuah map dari tasnya dan menyerahkannya kepada Aldo."Ini, Bos," ucapnya sambil menaruh map itu di meja kaca. "Semua data sudah le

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 182

    “Aaaaaaah, baby. Hisap lebih dalam.” Dinda melumat milik Bram penuh dengan hasrat, Dia sangat senang sekali kalau disuruh ngemut permen kulit satu ini. Tangan berantak tinggal diam dia meremas dada Dinda dan tangan yang satunya masih bermain di area kewanitaan Dinda. Dinda mempercepat gerakannya, semakin cepat gerakan itu, semakin sering desahan keluar dari mulut Bram yang berhasil membangkitkan gairah liar keduanya. Bahkan mereka benar-benar sudah kecanduan satu sama lain, dimanapun Bram berada permainan panas dengan Dinda selalu memenuhi benaknya. Setelah selesai perjalanan bisnisnya lalu mereka berlibur di atas kapal pesiar, Bram bersumpah tidak akan membiarkan Dinda nganggur sedikitpun. “Cium aku, baby,” kata Bram dengan mata sayu. Dinda melepaskan mulutnya dari benda yang sudah berdiri dengan tegak, lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Bram. Mereka saling mendekat satu sama lain, lidahnya saling membelit satu sama lain seolah kegiatan panas ini tidak pernah membuat mereka

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 181

    Nyanyian selamat ulang tahun yang menggema di ballroom hotel tersebut, masih terngiang-ngiang dalam benar kedua anak kembar itu. Tidak ada hal yang paling menyenangkan daripada hari ini bagi si kembar, mereka merayakan hari ulang tahun besar-besaran dan dihadiri oleh banyak tamu undangan tanda. Dan yang paling penting bagi keduanya adalah begitu banyak kado yang tertata dengan rapi hingga membuat keduanya sangat takjub dan cepat-cepat ingin pulang agar bisa segera membuka kado tersebut. Sang nenek, Bram, dan keempat pengasuh mereka sudah memberikan kado spesial. Kedua orang tuanya pun memberikan satu box untuk masing-masing berukuran besar yang akan dibuka oleh mereka besok pagi di rumah. Meski keberatan namun mereka tidak bisa membantah permintaan kedua orang tuanya untuk tidak membuka kado di tempat ini. Rasanya mereka sudah tidak sabar ingin segera pulang dan mengakhiri pesta malam ini.“Selamat ulang tahun, doa terbaik buat Raka dan Rania,” ucap Dinda, memberi selamat pada Twin

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status