Share

Drama Putra

Penulis: Siska_ayu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-30 23:53:58

Malam ini aku tidak bisa tidur. Mata ini rasanya sulit sekali untuk terpejam. Sementara Putra yang ada di sampingku, sudah tidur dengan lelapnya. Meskipun banyak drama yang harus aku hadapi sejak buka puasa tadi.

Putra terus saja menanyakan ayahnya kenapa belum pulang. Terpaksa aku berbohong. Aku bilang kalau Bu Yati, mertuaku sedang sakit. Jadi Mas Fajar menginap di sana untuk beberapa hari.

Putra juga enggan pergi tarawih kalau tidak sama ayahnya.

"Putra mau pergi tarawih sama ayah, Bun, kalau enggak sama ayah, Putra di rumah saja!" rengeknya manja sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Kan ada bunda yang nemenin Putra? Berangkat sama ayah ataupun bunda sama saja. Yang penting niat kita kan ibadah. Sayang lho, tarawih itu kan cuma di bulan Ramadhan saja. Lagian nanti kan di masjid banyak teman-teman Putra," bujukku sambil berjongkok dan  mengusap wajahnya dengan lembut.

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Hamil?

    Matahari terlihat sudah menampakkan sinarnya. Cahayanya begitu hangat masuk ke dalam rumahku melalui kaca jendela yang sudah terbuka tirainya sedari tadi.Sementara aku masih berada di tempat tidur, lengkap dengan selimut yang masih membelit tubuhku. Biasanya setelah solat subuh dan bertadarus, aku langsung berkutat dengan segala rutinitasku. Mulai dari mencuci piring, mencuci pakaian, menyapu dan mengepel lantai. Tapi entah kenapa hari ini rasanya aku malas untuk mengerjakan apapun. Kepalaku rasanya pusing. Perutku juga mual. Ah, ini pasti gara-gara aku tidur lagi setelah subuh. Bukankah setelah subuh itu harusnya jangan tidur lagi? Begitu yang aku tahu menurut kesehatan.Dengan berat aku mulai menurunkan kakiku. Menapakkan kedua kakiku ke dasar lantai yang justru masih terasa dingin di kulit. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan hari ini. Selain mengerjakan pekerjaan rumahku, aku juga harus membersihkan rumah

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Positif

    Duduk di kursi sambil memainkan jari-jari tanganku untuk sedikit meredakan ketegangan. Sementara Bidan Leni terlihat sedang menunggu hasil dari test pack itu dengan terus memegangnya dan memperhatikannya. "Selamat ya, Ibu ternyata positif hamil," ucap Bidan Leni sambil menyerahkan benda pipih kecil berwarna putih biru tersebut. Aku menerima benda itu, sedikit tertegun melihat dua garis merah di alat tes kehamilan itu. "Silakan naik ke sini, Bu!" lanjut Bidan Leni sambil menepuk ranjang pasien yang terletak tak jauh dari mejanya. Aku mulai menghampiri dan berbaring di atas ranjang tersebut. Bidan Leni kemudian memeriksa perutku dengan sedikit menekannya. Dan kembali memeriksa tensi darahku. "Sudah, Bu. Ibu duduk kembali ya!" ujar Bidan Leni yang kembali duduk di kursinya. Aku pun mengikutinya dan duduk berhadapan dengan Bidan Leni. "Usia kehamilan Ibu sepertinya masih sangat muda. Diperkirakan mungkin masih se

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Fajar pulang

    SENTUHAN HARAM SUAMIKUBab 15Pov FajarSudah tiga hari aku tidak pulang ke rumahku. Rasanya kangen sekali pada Ayu juga Putra. Entah apa yang akan kurasakan kalau sampai aku harus benar-benar berpisah dengan Ayu. Sepertinya aku tidak akan sanggup. Tidak bertemu tiga hari saja, rasanya bagaikan tiga tahun.Aku tahu kesalahanku sangat fatal. Sudah menyakiti Ayu dan mengkhianati pernikahan kami. Tapi aku benar-benar tidak ingin berpisah dengannya. Aku sangat mencintainya. Aku tidak tahu harus bagaimana agar Ayu sudi memaafkanku dan memberikan kesempatan kedua kepadaku.Setiap hari aku mencoba mengirim pesan pada Ayu. Tapi tak pernah di responnya walaupun Ayu membukanya. Apa Ayu sangat membenciku sekarang? Ah, pertanyaan macam apa ini. Sudah pasti dia sangat membenciku."Pak Fajar, tolong di selesaikan dengan segera ya, berkas-berkas ini!" Perkataan Yuni, asisten atasanku membuyarkan lamunanku sambil menyimpan setumpuk berkas di meja kerjaku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Pertengkaran

    Aku mengintip dari jendela kamar. Ternyata memang benar, Mas Fajar yang datang. Rasanya aku belum siap untuk bertemu dengannya. Melihat kembali wajahnya membuat hatiku terasa tersayat lagi. Luka ini masih begitu basah.Mas Fajar terlihat turun dari mobilnya. Menggunakan kemeja biru dongker dengan sedikit garis-garis putih terlihat sangat pas dengan kulitnya yang putih. Kemeja itu hadiah ulang tahun dariku beberapa bulan yang lalu. Sayang, ketampanan yang membuat hatiku dulu luluh telah dicicipi wanita lain.Mas Fajar terlihat menggendong Putra yang sudah menyambut kedatangannya. Mencium wajah anak yang hampir mirip dengannya itu berkali-kali. Terlihat jelas sekali kerinduan yang sama-sama dirasakan ayah dan anak tersebut."Assalamu'alaikum."Terdengar derap langkah Mas Fajar mulai memasuki rumah dengan mengucap salam. Hening. Aku terdiam. Bukan tak ingin menjawab salamnya. Tapi aku lebih memilih menjawab salamnya cukup dalam hatiku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Ngidam

    Bergegas aku masuk ke kamar. Segera mengunci pintu agar Mas Fajar tidak masuk. Biarlah dia tidur dengan Putra. Aku tidak akan memberikan kesempatan Mas Fajar untuk bisa menyentuhku. Jijik rasanya. Membayangkan tubuh yang telah bersatu dengan wanita lain itu harus menyatu lagi dengan tubuhku.Tok tok tok"Dek, tolong buka sebentar!"Baru saja aku akan berbaring, terdengar Mas Fajar mengetuk pintu kamar. Mau apa lagi dia. Aku ragu untuk membukanya."Dek, Mas cuma mau nganterin susu."Dengan malas aku turun lagi dari ranjang. Membuka lagi pintu kamar yang baru saja kukunci. Mas Fajar sudah berdiri di sana dengan nampan di tangannya. Di atas nampan ada segelas susu juga sepiring buah-buahan yang telah di potong-potong."Tadi Mas beli susu di minimarket. Kamu minum ya. Jangan lupa, buah-buahan juga di makan. Biar Calon ibu dan bayinya sehat," ucap mas Fa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-08
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Pendarahan

    Keadaan yang semakin drop dari hari ke hari, membuat aku sedikit mengabaikan masalah yang sedang aku hadapi. Bukan tak ingin lagi berdebat, bukan aku melupakan begitu saja, hanya saja sekarang aku tak punya tenaga sekadar untuk membahasnya lagi. Aku ingin fokus pada kehamilanku.Keinginanku untuk berpisah masih besar. Tapi sepertinya harus tertunda, paling tidak sampai anak ini lahir. Tak tega rasanya jika kelak anak ini terlahir tanpa seorang ayah di sisinya. Yang akan pertama kali mengazaninya.Aku terpaksa menerima setiap perlakuan istimewa Mas Fajar, seperti yang tidak pernah lupa menyiapkan susu dan makanan bergizi untukku, tidak mengizinkan aku mengerjakan pekerjaan rumah apapun dan tak lupa mengingatkan untuk minum vitamin. Bukan berarti aku sedang memberinya harapan bahwa aku bisa memaafkannya dan bisa dengan mudah untuk kembali seperti dulu. Aku hanya sedikit menyingkirkan egoku demi kesehatan dan keselamat

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-08
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Rindu kehangatan

    Dokter sudah selesai memeriksaku. Asisten pun merapikan kembali bajuku. Aku beranjak turun dari ranjang dibantu sang asisten. Sangat pelan. Meski darah terasa sudah tidak keluar lagi, tapi aku masih merasa linu sekadar untuk berjalan. Kemudian duduk di sebelah Mas Fajar berhadapan dengan dokter."Bagaimana keadaan istri dan anak saya, Dok?" tanya Mas Fajar seolah sudah tak sabar mendengar penjelasan dari dokter."Puji syukur Ibu dan bayinya baik-baik saja. Memang sering ada kasus ibu hamil mengalami pendarahan. Beruntung ini pendarahannya sedikit. Di usahakan ibu hamil tidak kecapaian dan tidak boleh banyak pikiran. Stress bisa jadi salah satu pemicu ibu hamil mengalami pendarahan." Dokter menjelaskan."Alhamdulillah." Mas Fajar terlihat lega. Dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Ketegangan tampak sedikit luntur dari wajahnya."Kehamilan ibu ini masih sangat muda. Baru seki

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-08
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Bermaafan

    Setelah peristiwa pendarahan kemarin. Mas Fajar menjadi begitu protektif. Bahkan untuk sekedar makan dan minum pun harus Mas Fajar yang mengambilkan. Pun dia yang menyuapi. Meski mual dan muntah masih kadang-kadang terasa, tapi aku coba paksakan untuk makan meski hanya tiga empat suap. Susu dan vitamin tidak pernah ketinggalan. Mas Fajar sudah seperti perawat yang mengawasi setiap asupan nutrisi untuk kandunganku."Aaaa ... ayo buka mulutnya sayang." Mas Fajar menyodorkan sendok berisi bubur. Pagi ini Mas Fajar sudah membuatkan bubur ayam spesial untukku. Dan dia memaksaku untuk memakannya.Aku mendorong sendok itu pelan. Memalingkan wajah. Berusaha menolaknya."Sedikiittt saja, Sayang. Ayo buka mulutnya. Kata dokter juga kan harus di jaga asupan makanannya. Kalau ga makan kasian dede dalam perut, kelaparan." Kelakarnya tersenyum simpul.Dengan terpaksa aku membuka mulutku saat send

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-11

Bab terbaru

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Extra part

    Sentuhan Haram SuamikuExtra part"Bagaimana para saksi? Sah?""Sah."Riuh terdengar kata 'sah' dari semua orang yang berada di ruangan besar bercat nuansa putih tersebut.Di depan sana, Mas Fajar terlihat masih gagah dan tampan dengan balutan jas hitam senada dengan celana yang dikenakan. Tangannya terlihat berkali-kali mengusap sudut matanya yang mulai basah. Ketegangan yang tadi begitu tergambar jelas dari wajahnya, kini berangsur hilang berganti kelegaan dan keharuan.Gadis 20 tahun yang duduk di sampingku, meremas pelan tanganku, lalu menggenggamnya erat. Aku menoleh, dia tersenyum simpul sambil mengusap jejak air mata yang tadi sempat jatuh di pipi.Ya, gadis itu bernama Fitri. Anak ketiga dariku dan Mas Fajar. Dua bulan setelah liburan berdua bersama Mas Fajar, aku dinyatakan hamil. Sungguh anugrah yang luar biasa. Menambah keharmonisan keluarga kami yang sebelumnya memang telah kembali harmonis.Di sisi yang lain,

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Akhir kisah ini

    Sentuhan Haram SuamikuSelalu ada harapan ketika kita masih mengingat Alloh. Aku selalu yakin, Rob-ku akan selalu memberikan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya.Aku dan Neni terus menjaga Mas Fajar bergantian. Neni sempat pulang dulu tadi siang untuk membawa baju ganti untuknya sekaligus untukku. Juga keperluan lainnya selama kami berada di RS. Sesekali aku melakukan video call dengan ibu dan anak-anak. Melepaskan kerinduan yang menggelayut dalam dada.Tak lupa aku selalu berbisik tepat di telinga Mas Fajar yang sedang melawan maut, untuk berjuang agar bisa kembali bersama di tengah-tengah keluarga kecil kami. Selalu kubisikkan kata-kata penyemangat untuknya. Berharap meskipun dia belum sadar, tapi mampu mendengar apa yang kukatakan.Setiap selesai salat 5 waktu di masjid RS yang letaknya tak begitu jauh dari ruang ICU, tak henti-hentinya aku mengiba, tak hentinya aku merayu pada sa

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Kritis

    Sentuhan Haram SuamikuAroma kayu putih samar terendus penciumanku. Perlahan aku membuka mata. Kepala masih sedikit terasa pusing."Yu, kamu kenapa?" Ibu terlihat cemas. Tangan beliau terus saja menggosok kakiku.Pertanyaan ibu membuatku mengingat telepon yang baru saja aku terima."Mas Fajar, Bu." Aku menangis meraung-raung."Fajar, kenapa?" tanya ibu panik."Mas Fajar kecelakaan."Aku terus saja menangis, tak mempedulikan adanya anak-anak yang memperhatikan dengan mimik tak mengerti."Astaghfirullah, Yu. Terus sekarang gimana? Di mana?" tanya ibu lagi."Tadi polisi bilang, Mas Fajar sudah dibawa ke RS Mitra Husada.""Kamu tenang. Tarik napas dalam-dalam, istighfar. Kamu harus ke sana sekarang. Tapi kami harus tenangkan diri dulu," ujar Ibu.Aku pun menurut. Aku mengucap istighfar berkali-kali. Menghirup napas dalam-dalam kemudian mengembuskan perlahan."Ini sudah malam, Bu

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Kecelakaan

    Sentuhan Haram Suamiku"Kamu tidak tau, betapa kesepiannya aku setiap hari sendirian di rumah. Apalagi kalau anak-anak sudah tidur. Sementara kamu juga belum pulang. Harus sama siapa aku bercerita, Mas? Coba lihat kembali ponselmu, apa kamu sering mengirimkan pesan untukku? Jarang bukan? Kalau bukan aku duluan yang mengirimkan pesan, sekedar untuk bertanya, apa Mas sudah makan siang atau belum." Aku berbicara dengan nada lumayan tinggi, meluapkan emosi yang selama ini terpendam.Air mata terus saja berjatuhan. Membasahi pipi yang tadi sempat dipoles bedak.Mas Fajar memegang kedua bahuku, merengkuh tubuhku dalam pelukannya."Maafkan aku, ya, Dek. Semua ini memang salahku. Aku belum bisa membahagiakanmu. Hanya luka dan air mata yang selalu aku berikan padamu. Maafkan aku, jika perhatianku padamu berkurang akhir-akhir ini," ucap Mas Fajar dengan suara parau. Tubuhnya masih memeluk tubuhku. Kurasakan guncangan dari tubuhnya. Ternyata dia ikut m

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Kecemburuan Fajar

    Sentuhan Haram Suamiku"Kamu nggak usah khawatir, aku baik-baik saja. Semua itu hanya masa lalu. Suamiku hanya sedang khilaf waktu itu. Tapi bukan berarti dia suami yang tidak baik. Toh tidak ada manusia yang benar-benar sempurna." Akhirnya aku menjawab setelah aku bisa mengontrol hatiku menjadi lebih stabil."Syukurlah kalau begitu. Semoga suamimu tidak lagi menyakiti wanita baik sepertimu. Kalau kamu merasa tersakiti lagi, jangan ragu untuk pergi. Ingat, di luar sana masih banyak yang mengidamkan wanita baik dan setia sepertimu, termasuk aku." Ucapan Bambang membuatku merasa sedikit tak nyaman. Aku jadi salah tingkah. Takut kalau ternyata Bambang benar-benar masih mengharapkanku."Aku pulang dulu, ya. Sudah lewat waktu duhur ini." Aku melirik jam tangan kecil yang melingkar di pergelangan tangan. "Anak-anak juga sebentar lagi sudah waktunya tidur siang," lanjutku lagi.Bambang mengangguk ragu. Dari wajahnya masih tergambar jelas kecemasan.

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Perhatian Bambang

    Sentuhan Haram Suamiku[ Jangannnn][ Memangnya kenapa kalo aku ke rumahmu?][ Ya ... ga apa-apa sih, nggak enak aja sama tetangga. Kecuali lagi ada suamiku di rumah.][ Ogah, ah. Suamimu kan ga suka sama aku.]Ya, memang benar. Mas Fajar memang ga suka sama Bambang. Teringat kejadian beberapa belas tahun lalu, saat aku masih kuliah. Bambang yang sedang pulang ke kota ini, memintaku menemaninya mencari buku di mall dekat kampusku kuliah. Sore, sekitar pukul empat sore setelah habis mata kuliah, aku pun menemani Bambang sesuai permintaannya. Setelah buku yang dicari Bambang ditemukan, dia mengajakku untuk makan terlebih dahulu di food court yang ada di lantai tiga mall terbesar di kotaku itu. Entah dapat informasi dari mana, ternyata Mas Fajar mengetahuinya. Malam itu malam Minggu. Mas Fajar menemuiku dan menanyakan langsung padaku. Aku menjawabnya dengan jujur, toh aku dan Bambang hanya teman, dan kami tidak melakukan apapun. Tapi Mas

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Pertengkaran

    Sentuhan Haram Suamiku[ Bambang, ya?]Kuketik balasan mencoba menanyakan langsung. Takutnya salah menebak. Meskipun sebenarnya aku yakin dia.[Alhamdulillah sekarang sudah ingat]Ternyata memang benar ini nomor Bambang.[ He, iya ][ Kok, cuma gitu jawabannya][ Emang harusnya gimana?][ Aku, kan, tadi tanya, sudah tidur belum?][ Kalau aku sudah tidur, terus siapa yang balas chat ini.][ Eh, iya. Bener juga. Tapi ... bisa jadi suami kamu kan.][ Suamiku belum pulang. Lembur dia. Kerjaannya lagi lumayan banyak. ][ Oh, kasihan dong. Kesepian. Boleh aku temenin?][ Iihhh ... enak aja.][ Temenin chatingan maksudnya. Kamu mikirnya apa, hayooo?][ Ga mikir apa-apa ][ Anak-anak kamu udah tidur belum?][ Udah. Baru saja pada tidur.][ Berarti kamu sendirian dong. Aku masih kangen sama kamu. Udah lama banget ga ketemu. Sekalinya ketemu t

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Dibuntuti

    Sentuhan Haram SuamikuSenyum terkembang di bibirku saat motor yang dikendarai melaju santai. Ya, aku terbiasa membawa motor dengan pelan. Pernah dulu terburu-buru mengendarai motor karena ada urusan penting, malah jatuh terperosok ke pinggir selokan. Hal itu menyebabkan badanku terasa remuk, kakiku terluka dan tidak bisa berjalan selama beberapa hari. Sejak saat itu, Mas Fajar melarangku untuk kembali membawa motor. Tapi aku protes, keberatan. Akhirnya Mas Fajar mengijinkan kembali membawa sepeda motor dengan syarat pelan-pelan dan hanya jarak dekat.Dari kaca spion, terlihat mobil Faj*ro hitam persis seperti milik Bambang membuntutiku. Tadi, aku sempat melihat plat nomornya, jadi bisa dipastikan itu memang benar mobil Bambang. Tapi untuk apa dia mengikutiku? Ah, mungkin hanya kebetulan dia akan pergi ke arah yang sama denganku.Aku pun kembali fokus pada jalanan di depanku. Tak ingin kembal

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Setelah sekian lama

    Sentuhan Haram SuamikuDuh ... gimana ya? Mau nolak, tapi ga enak. Lagipula, cuma ngobrol sambil minum, apa salahnya? Benar yang dikatakan Bambang, ini pertemuan pertama kami setelah belasan tahun yang lalu.Bambang adalah temanku waktu SMA. Bahkan, aku mengenal Bambang terlebih dahulu sebelum mengenal Mas Fajar. Kami dulu cukup dekat. Meski hanya sebatas teman, tapi Bambang selalu memperlakukanku dengan istimewa. Karena perhatiannya, dulu aku pun sempat naksir sama dia. Tapi karena dia tak pernah sekalipun mengungkapkan perasaannya, aku mundur pelan-pelan sampai aku bertemu Mas Fajar dan jatuh hati padanya.Bambang memang tidak pernah mengatakan langsung 'aku mencintaimu', tapi dia selalu bilang padaku dan semua teman-temannya bahwa suatu saat, jika dia sudah sukses akan datang melamar-ku. Bahkan saat Bambang tahu aku jadian sama Mas Fajar, karena sering melihatku di antar jemput, Bambang pernah bilang, 'sekarang kamu boleh pacaran sama siapa saja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status