Share

Bermaafan

Penulis: Siska_ayu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-11 08:49:01

Setelah peristiwa pendarahan kemarin. Mas Fajar menjadi begitu protektif. Bahkan untuk sekedar makan dan minum pun harus Mas Fajar yang mengambilkan. Pun dia yang menyuapi. Meski mual dan muntah masih kadang-kadang terasa, tapi aku coba paksakan untuk makan meski hanya tiga empat suap. Susu dan vitamin tidak pernah ketinggalan. Mas Fajar sudah seperti perawat yang mengawasi setiap asupan nutrisi untuk kandunganku.

"Aaaa ... ayo buka mulutnya sayang." Mas Fajar menyodorkan sendok berisi bubur. Pagi ini Mas Fajar sudah membuatkan bubur ayam spesial untukku. Dan dia memaksaku untuk memakannya.

Aku mendorong sendok itu pelan. Memalingkan wajah. Berusaha menolaknya.

"Sedikiittt saja, Sayang. Ayo buka mulutnya. Kata dokter juga kan harus di jaga asupan makanannya. Kalau ga makan kasian dede dalam perut, kelaparan." Kelakarnya tersenyum simpul.

Dengan terpaksa aku membuka mulutku saat send

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Rumah mertua

    Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam, akhirnya kami sampai di kediaman ibu mertua. Di sana sudah terlihat banyak orang. Ibunya Mas Fajar memang yang paling tua di keluarganya. Beliau mempunyai tiga orang adik, yang rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah beliau. Hanya beda desa saja. Ada bibi Yati, bibi Sari, dan paman Joko yang paling bungsu. Jadi saat hari raya seperti ini, adik-adik ibu mertua selalu berkumpul di rumahnya.Mereka begitu antusias melihat kedatanganku dan Mas Fajar."Itu Fajar dan Ayu sudah datang," ucap bibi Sari.Mas Fajar meletakkan keresek oleh-oleh buat ibu di meja teras rumah. Ada bolu pandan kesukaan ibu, beberapa macam kue kering, dan buah-buahan. Sementara uang THR untuk ibu sudah Mas Fajar berikan beberapa hari sebelum idul Fitri. Setelah ibu menjanda, semua kebutuhan ibu memang di tanggung oleh Mas Fajar. Itulah sebabnya aku tidak menyewa asisten rumah

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-11
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Acara 4 bulanan

    Hari demi hari tak terasa semakin berlalu. Bulan ini kehamilanku sudah memasuki usia empat bulan bahkan hampir lima bulan. Keadaan ku pun sudah semakin membaik. Selera makan juga sudah kembali normal.Beberapa hari lagi aku memutuskan untuk mengadakan acara syukuran empat bulanan. Bukan perayaan meriah, hanya sekedar syukuran kecil-kecilan yang akan di hadiri keluarga dekat, saudara dan tetangga. Sebagai wujud rasa syukur atas amanah besar dan berharga yang Alloh berikan. Dan sebagai doa agar Alloh selalu menjaga dan melindungi ibu dan bayinya sampai waktunya melahirkan nanti tiba. Pun semoga nantinya, anak yang ada di kandungan ini akan tumbuh menjadi anak Soleh Solehah.Aku akan mengadakan syukuran itu di rumah ini. Meskipun dari awal ibu mertua maunya di adakan di rumahnya. Hal itu membuat ibu Mas Fajar protes. Tapi Mas Fajar berhasil membujuk ibunya."Dek, ibu tadi telpon, katanya besok minta di jemput. Mau ke sini sama Nina d

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-12
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   USG

    Dua bulan berlalu setelah acara empat bulanan itu, tak banyak yang berubah. Kecemasanku akan tersebarnya aib rumah tanggaku juga tak terbukti adanya. Lega rasanya. Yang berubah hanya perubahan perutku yang semakin membuncit. Pun dengan bobot tubuhku, naik drastis.Bayi dalam kandunganku juga terasa semakin aktif. Getaran-getaran halus bahkan kencang pun sering kali kurasakan. Apalagi kalau perutku dielus lembut. Bayi dalam perutku akan menggeliat seolah memberi respon. Lucu sekali. Hanya dengan membayangkannya saja aku sudah merasa sangat bahagia. Berbunga-bunga.Tak terkecuali Putra juga Mas Fajar. Mereka senang sekali mengelus perut buncit-ku. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Putra selalu mengajak bicara adik yang masih dalam kandungan ini."Kakak berangkat sekolah dulu, ya, Dek," ucap Putra sedikit membungkuk, mengelusnya pelan lalu menciumnya. Ketika adiknya itu memberi respon dengan menggeliat, Putra akan tertawa bahagia.Pun deng

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-12
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Fajar dipecat

    Bahagia sekali rasanya mengetahui jenis kelamin bayi dalam kandunganku adalah perempuan. Meski kemungkinannya masih 90%. Mas Fajar pun tak hentinya mengucap hamdalah tanda bersyukur Alloh mengabulkan keinginan kami.Aku merasa ini benar-benar hadiah luar biasa dari rasa sakit yang sedang aku alami. Ini anugrah terindah dari Alloh di waktu yang tepat. Waktu dimana aku memang membutuhkan kekuatan, membutuhkan semangat untuk bisa bangkit dari keterpurukan."Dek, kita sekalian belanja kebutuhan bayi saja ya? Mumpung Mas libur," ajak Mas Fajar antusias.Aku pun mengangguk mengiyakan. Aku memang belum mempersiapkan perlengkapan bayi. Karena ingin memastikan terlebih dahulu jenis kelaminnya.Mobil melaju pelan meninggalkan area klinik.Setelah kurang lebih lima belas menit, kami sampai di toko perlengkapan bayi. Tempatnya memang tidak jauh dari klinik dokter kandungan tadi. Aku dan Mas Fajar keluar mobil, lalu masuk ke dalam toko

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-15
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Fajar dipecat POV Fajar

    Pov FajarSetelah mengetahui jenis kelamin calon anakku, aku begitu bahagia. Setiap hari selalu aku lalui dengan senyuman. Aku sungguh sangat tidak sabar menunggu kelahirannya--bayi perempuan yang cantik. Anak yang sudah dinantikan olehku dan Ayu.Setiap hari selalu berkomunikasi dengannya. Mengelus lembut perut Ayu, kemudian perutnya terlihat bergerak, kadang menonjol sebelah kanan, kadang sebelah kiri. Sering kuajak dia bicara, tentang apa saja. Aku yakin, meskipun masih dalam kandungan, dia pasti akan mendengarnya. Aku pun sering mendendangkan sholawat untuknya.***Sudah beberapa hari ini, aku pergi bekerja dengan naik motor. Ayu tidak ingin melihat mobil kami lagi. Aku pun mengerti dengan apa yang dirasakannya. Bayangan perbuatan bej*dku dengan Rina dalam mobil itu, pasti tak akan pernah hilang, selama mobil itu masih nangkring di halaman rumahku. Aku pun menitipkan mobil itu di rumah temanku. Kebetulan dia suka berbisnis jual beli mobil. Mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-15
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Hujatan tetangga

    Setelah mengetahui pemecatan Mas Fajar, hatiku masih tak karuan. Otakku terus menebak, siapa yang sudah membocorkan aib Mas Fajar? Bukankah hanya antara aku, Rina, dan Doni yang mengetahui semua ini? Apa mungkin Doni? Ah, rasanya tidak mungkin. Bukankah dia juga pasti tidak ingin Rina--istrinya di pecat. Tapi siapa?Sebagai istri, malu ... sekali rasanya aib suaminya terbongkar di muka umum. Harga diriku seolah jatuh. Masih menerima lelaki yang sudah mengkhianatiku. Bagaimana reaksi para tetangga nanti? Apalagi kalau kabar itu sampai pada orang tuaku. Apa yang harus aku katakan pada mereka?Matahari terlihat sangat terik. Cuaca pun terasa sangat menyengat. Setelah menumpahkan tangisnya tadi pagi, Mas Fajar pergi ke rumah temannya untuk menanyakan lowongan pekerjaan. Katanya, dia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya dengan berdiam diri di rumah."Assalamu'alaikum. Bunda ... aku sudah pulang." Aku yang masih terbuai dalam lamunan, dikagetkan oleh keda

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-15
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Respon bapak dan ibu

    Setelah sampai di rumah, aku langsung meletakkan belanjaan sayur dengan kasar di atas meja makan. Aku berlari kecil menuju kamar, menghamburkan diri ke atas ranjang. Menumpahkan air mata yang sedari tadi kutahan. Mas Fajar yang sedang menyetrika baju-baju baru untuk calon bayi langsung menghampiriku."Kenapa, Sayang? Datang-datang kok tiba-tiba nangis?" Mas Fajar memegang bahuku pelan.Aku bergeming. Masih sesenggukan karena dada masih begitu sesak. Sehingga aku belum sanggup untuk bicara. Mas Fajar hanya mengelus-elus punggungku."Mas ambilkan air minum dulu, ya? Biar kamu tenang." Mas Fajar beranjak menuju dapur.Tak lama ia datang dengan segelas air putih di tangannya."Minum dulu, Dek." Mas Fajar memegang bahuku, membantuku untuk duduk. Dia menyodorkan gelas itu. Aku meminumnya beberapa teguk, lalu kembali menyerahkan gelas itu ke tangan Mas Fajar. Mas Fajar men

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-15
  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Nomor tanpa nama

    SENTUHAN HARAM SUAMIKUDeru motor terdengar berhenti di depan rumahku, ketika aku baru saja selesai melaksanakan salat zuhur. Terdengar pintu depan dibuka sambil terucap salam. Mas Fajar sudah pulang rupanya.Teringat pesan bapak tadi, sebesar apapun kesalahan suami, tetaplah hormati dia. Lakukan semua kewajiban dengan baik. Aku menghela napas kasar. Mengusir rasa tak nyaman yang menelusup relung hati.Gegas kuhampiri dia, yang ternyata sedang menuangkan air putih ke dalam gelas."Sudah pulang, Mas?"Dia mengangguk seraya tersenyum lalu duduk di kursi meja makan seraya meneguk air hingga tandas."Sudah makan, Dek? Mas lapar banget ini." Mas Fajar bangkit berjalan menuju rak piring."Belum, Mas.""Kita makan bareng, yah." Mas Fajar mengambil dua buah piring. Aku segera menghampirinya."Biar ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-19

Bab terbaru

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Extra part

    Sentuhan Haram SuamikuExtra part"Bagaimana para saksi? Sah?""Sah."Riuh terdengar kata 'sah' dari semua orang yang berada di ruangan besar bercat nuansa putih tersebut.Di depan sana, Mas Fajar terlihat masih gagah dan tampan dengan balutan jas hitam senada dengan celana yang dikenakan. Tangannya terlihat berkali-kali mengusap sudut matanya yang mulai basah. Ketegangan yang tadi begitu tergambar jelas dari wajahnya, kini berangsur hilang berganti kelegaan dan keharuan.Gadis 20 tahun yang duduk di sampingku, meremas pelan tanganku, lalu menggenggamnya erat. Aku menoleh, dia tersenyum simpul sambil mengusap jejak air mata yang tadi sempat jatuh di pipi.Ya, gadis itu bernama Fitri. Anak ketiga dariku dan Mas Fajar. Dua bulan setelah liburan berdua bersama Mas Fajar, aku dinyatakan hamil. Sungguh anugrah yang luar biasa. Menambah keharmonisan keluarga kami yang sebelumnya memang telah kembali harmonis.Di sisi yang lain,

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Akhir kisah ini

    Sentuhan Haram SuamikuSelalu ada harapan ketika kita masih mengingat Alloh. Aku selalu yakin, Rob-ku akan selalu memberikan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya.Aku dan Neni terus menjaga Mas Fajar bergantian. Neni sempat pulang dulu tadi siang untuk membawa baju ganti untuknya sekaligus untukku. Juga keperluan lainnya selama kami berada di RS. Sesekali aku melakukan video call dengan ibu dan anak-anak. Melepaskan kerinduan yang menggelayut dalam dada.Tak lupa aku selalu berbisik tepat di telinga Mas Fajar yang sedang melawan maut, untuk berjuang agar bisa kembali bersama di tengah-tengah keluarga kecil kami. Selalu kubisikkan kata-kata penyemangat untuknya. Berharap meskipun dia belum sadar, tapi mampu mendengar apa yang kukatakan.Setiap selesai salat 5 waktu di masjid RS yang letaknya tak begitu jauh dari ruang ICU, tak henti-hentinya aku mengiba, tak hentinya aku merayu pada sa

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Kritis

    Sentuhan Haram SuamikuAroma kayu putih samar terendus penciumanku. Perlahan aku membuka mata. Kepala masih sedikit terasa pusing."Yu, kamu kenapa?" Ibu terlihat cemas. Tangan beliau terus saja menggosok kakiku.Pertanyaan ibu membuatku mengingat telepon yang baru saja aku terima."Mas Fajar, Bu." Aku menangis meraung-raung."Fajar, kenapa?" tanya ibu panik."Mas Fajar kecelakaan."Aku terus saja menangis, tak mempedulikan adanya anak-anak yang memperhatikan dengan mimik tak mengerti."Astaghfirullah, Yu. Terus sekarang gimana? Di mana?" tanya ibu lagi."Tadi polisi bilang, Mas Fajar sudah dibawa ke RS Mitra Husada.""Kamu tenang. Tarik napas dalam-dalam, istighfar. Kamu harus ke sana sekarang. Tapi kami harus tenangkan diri dulu," ujar Ibu.Aku pun menurut. Aku mengucap istighfar berkali-kali. Menghirup napas dalam-dalam kemudian mengembuskan perlahan."Ini sudah malam, Bu

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Kecelakaan

    Sentuhan Haram Suamiku"Kamu tidak tau, betapa kesepiannya aku setiap hari sendirian di rumah. Apalagi kalau anak-anak sudah tidur. Sementara kamu juga belum pulang. Harus sama siapa aku bercerita, Mas? Coba lihat kembali ponselmu, apa kamu sering mengirimkan pesan untukku? Jarang bukan? Kalau bukan aku duluan yang mengirimkan pesan, sekedar untuk bertanya, apa Mas sudah makan siang atau belum." Aku berbicara dengan nada lumayan tinggi, meluapkan emosi yang selama ini terpendam.Air mata terus saja berjatuhan. Membasahi pipi yang tadi sempat dipoles bedak.Mas Fajar memegang kedua bahuku, merengkuh tubuhku dalam pelukannya."Maafkan aku, ya, Dek. Semua ini memang salahku. Aku belum bisa membahagiakanmu. Hanya luka dan air mata yang selalu aku berikan padamu. Maafkan aku, jika perhatianku padamu berkurang akhir-akhir ini," ucap Mas Fajar dengan suara parau. Tubuhnya masih memeluk tubuhku. Kurasakan guncangan dari tubuhnya. Ternyata dia ikut m

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Kecemburuan Fajar

    Sentuhan Haram Suamiku"Kamu nggak usah khawatir, aku baik-baik saja. Semua itu hanya masa lalu. Suamiku hanya sedang khilaf waktu itu. Tapi bukan berarti dia suami yang tidak baik. Toh tidak ada manusia yang benar-benar sempurna." Akhirnya aku menjawab setelah aku bisa mengontrol hatiku menjadi lebih stabil."Syukurlah kalau begitu. Semoga suamimu tidak lagi menyakiti wanita baik sepertimu. Kalau kamu merasa tersakiti lagi, jangan ragu untuk pergi. Ingat, di luar sana masih banyak yang mengidamkan wanita baik dan setia sepertimu, termasuk aku." Ucapan Bambang membuatku merasa sedikit tak nyaman. Aku jadi salah tingkah. Takut kalau ternyata Bambang benar-benar masih mengharapkanku."Aku pulang dulu, ya. Sudah lewat waktu duhur ini." Aku melirik jam tangan kecil yang melingkar di pergelangan tangan. "Anak-anak juga sebentar lagi sudah waktunya tidur siang," lanjutku lagi.Bambang mengangguk ragu. Dari wajahnya masih tergambar jelas kecemasan.

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Perhatian Bambang

    Sentuhan Haram Suamiku[ Jangannnn][ Memangnya kenapa kalo aku ke rumahmu?][ Ya ... ga apa-apa sih, nggak enak aja sama tetangga. Kecuali lagi ada suamiku di rumah.][ Ogah, ah. Suamimu kan ga suka sama aku.]Ya, memang benar. Mas Fajar memang ga suka sama Bambang. Teringat kejadian beberapa belas tahun lalu, saat aku masih kuliah. Bambang yang sedang pulang ke kota ini, memintaku menemaninya mencari buku di mall dekat kampusku kuliah. Sore, sekitar pukul empat sore setelah habis mata kuliah, aku pun menemani Bambang sesuai permintaannya. Setelah buku yang dicari Bambang ditemukan, dia mengajakku untuk makan terlebih dahulu di food court yang ada di lantai tiga mall terbesar di kotaku itu. Entah dapat informasi dari mana, ternyata Mas Fajar mengetahuinya. Malam itu malam Minggu. Mas Fajar menemuiku dan menanyakan langsung padaku. Aku menjawabnya dengan jujur, toh aku dan Bambang hanya teman, dan kami tidak melakukan apapun. Tapi Mas

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Pertengkaran

    Sentuhan Haram Suamiku[ Bambang, ya?]Kuketik balasan mencoba menanyakan langsung. Takutnya salah menebak. Meskipun sebenarnya aku yakin dia.[Alhamdulillah sekarang sudah ingat]Ternyata memang benar ini nomor Bambang.[ He, iya ][ Kok, cuma gitu jawabannya][ Emang harusnya gimana?][ Aku, kan, tadi tanya, sudah tidur belum?][ Kalau aku sudah tidur, terus siapa yang balas chat ini.][ Eh, iya. Bener juga. Tapi ... bisa jadi suami kamu kan.][ Suamiku belum pulang. Lembur dia. Kerjaannya lagi lumayan banyak. ][ Oh, kasihan dong. Kesepian. Boleh aku temenin?][ Iihhh ... enak aja.][ Temenin chatingan maksudnya. Kamu mikirnya apa, hayooo?][ Ga mikir apa-apa ][ Anak-anak kamu udah tidur belum?][ Udah. Baru saja pada tidur.][ Berarti kamu sendirian dong. Aku masih kangen sama kamu. Udah lama banget ga ketemu. Sekalinya ketemu t

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Dibuntuti

    Sentuhan Haram SuamikuSenyum terkembang di bibirku saat motor yang dikendarai melaju santai. Ya, aku terbiasa membawa motor dengan pelan. Pernah dulu terburu-buru mengendarai motor karena ada urusan penting, malah jatuh terperosok ke pinggir selokan. Hal itu menyebabkan badanku terasa remuk, kakiku terluka dan tidak bisa berjalan selama beberapa hari. Sejak saat itu, Mas Fajar melarangku untuk kembali membawa motor. Tapi aku protes, keberatan. Akhirnya Mas Fajar mengijinkan kembali membawa sepeda motor dengan syarat pelan-pelan dan hanya jarak dekat.Dari kaca spion, terlihat mobil Faj*ro hitam persis seperti milik Bambang membuntutiku. Tadi, aku sempat melihat plat nomornya, jadi bisa dipastikan itu memang benar mobil Bambang. Tapi untuk apa dia mengikutiku? Ah, mungkin hanya kebetulan dia akan pergi ke arah yang sama denganku.Aku pun kembali fokus pada jalanan di depanku. Tak ingin kembal

  • SENTUHAN HARAM SUAMIKU   Setelah sekian lama

    Sentuhan Haram SuamikuDuh ... gimana ya? Mau nolak, tapi ga enak. Lagipula, cuma ngobrol sambil minum, apa salahnya? Benar yang dikatakan Bambang, ini pertemuan pertama kami setelah belasan tahun yang lalu.Bambang adalah temanku waktu SMA. Bahkan, aku mengenal Bambang terlebih dahulu sebelum mengenal Mas Fajar. Kami dulu cukup dekat. Meski hanya sebatas teman, tapi Bambang selalu memperlakukanku dengan istimewa. Karena perhatiannya, dulu aku pun sempat naksir sama dia. Tapi karena dia tak pernah sekalipun mengungkapkan perasaannya, aku mundur pelan-pelan sampai aku bertemu Mas Fajar dan jatuh hati padanya.Bambang memang tidak pernah mengatakan langsung 'aku mencintaimu', tapi dia selalu bilang padaku dan semua teman-temannya bahwa suatu saat, jika dia sudah sukses akan datang melamar-ku. Bahkan saat Bambang tahu aku jadian sama Mas Fajar, karena sering melihatku di antar jemput, Bambang pernah bilang, 'sekarang kamu boleh pacaran sama siapa saja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status