"Bagaimana? Sudah siap semua?"
"Beres bos. Tinggal penataan saja.""Bagus. Tiara Andini sudah datang?""Sudah bos. Sudah stay di hotel yang bos booking.""Oke baiklah. Terima kasih ya Cil?""Sama-sama bos."Rafri menelpon temannya Ucil yang ikut bekerja paruh waktu di EO untuk menanyakan persiapan acaranya nanti malam.Hari ini Rafri terlihat sangat bahagia dan bersemangat karena hubungannya dengan Ayu Kusuma sudah berjalan selama 3 Tahun. Hari ini Rafri berencana untuk melamar Ayu di hari Anniversary yang ke-3.Bahkan Rafri melakukan hal gila, mengundang artis yang disukai Ayu. Tiara Andini. Di tengah kesibukan Tiara Andini, untung saja dia mau datang di acara Anniversary sekaligus lamarannya dengan Ayu.Rafri tersenyum melihat cincin berlian yang telah dibeli minggu lalu. Rafri berharap Ayu akan menyukainya.Rafri segera menelpon Ayu memastikan Ayu sudah bersiap dan Rafri akan menjemputnya ke rumah."Ya?""Nanti aku jemput ya?""Tidak usah. Aku naik taksi saja."Rafri mendengar bicara Ayu yang tidak biasanya. Ayu seakan cuek dan marah padanya. Ada apakah sebenarnya dengan Ayu?"Sayang, kok naik taksi? Biar aku jemput saja ya?""Tidak usah. Kita bertemu saja di lokasi acara."Ayu langsung menutup telponnya tanpa bicara lagi. Rafri penasaran ada apa dengan Ayu. Dia berpikir mungkin Ayu akan memberikan sebuah kejutan dengan berpura-pura marah padanya."Oke. Akan aku mengikuti permainan kamu sayang, siapa yang akan terkejut duluan di acara ini."Rafri mengoceh sendiri di depan cermin sambil memperbaiki dasinya agar terlihat rapi.***"Wuaaah...Ganteng banget nih Aditya Rafri. Mau wisuda bro?"Rafri keluar kamar yang disambut oleh kakaknya Aditya Bayu yang sedang duduk di sofa sambil menonton bola.Sudah tidak asing lagi di telinganya, setiap hari kakaknya Bayu selalu menggodanya dan mengajaknya berantem. Memang wajar sih kakak adik terbiasa berantem seperti ini. Tapi Rafri berharap, tidak ada pertengkaran yang menjadikan dia dan kakaknya renggang dalam hubungan persaudaraan."Aku mau melamar pujaan hati kak."Dengan bangganya Rafri memberi tahu pada Kakaknya."Melamar Ayu? Cewek matre dan licik itu? Hahahahha....""Kak stop!"Rafri berteriak pada kakaknya yang selalu saja menjelek-jelekan Ayu di hadapannya."Jangan seperti itu sama Ayu kak. Dia itu calon adik ipar kak Bayu."Rafri mencoba meyakinkan kakaknya jika Ayu adalah gadis baik dan tidak seperti apa yang dikatakan kakaknya."Kamu yakin akan melamar dia? Yakin diterima? Raf, ada berita tentang perusahaannya papa yang diambang kebangrutan hari ini. Kamu bisa melihatnya di internet. Kakak takut Ayu akan mencampakkan kamu setelah tahu berita ini.""Kak, Ayu bukan cewek seperti itu. Dia gadis elegan. Setia. Dia tidak mungkin menolak seorang Aditya Rafri. Aku dengan Ayu sudah 3 Tahun. Kak Bayu sudah tahu hal itu kan?"Bayu yang sudah mengetahui akan jawaban adiknya itu hanya mengangguk.***Sesampainya di lokasi, Rafri melihat tempat yang didekor Ucil sangat bagus. Dia sangat yakin Ayu akan menyukai suasana romantis ini.Rafri duduk di meja makan cafe sambil menunggu Ayu datang. Tidak lama kemudian, datanglah Ayu. Dia benar-benar sangat cantik. Dengan dress warna merah dan jepit warna putih yang berada di rambutnya menambah elegan.Rafri melihat tanpa berkedip sedikitpun dengan penampilan Ayu malam ini."Sayang?"Rafri menyapa Ayu dengan lembut. Ayu langsung duduk di depan Rafri."Kamu yang menyiapkan ini semua?""Ini semua untukmu sayang.""Terima kasih ya. Tapi... Aku mau bicara sama kamu. Penting."Dari nada suaranya, Ayu kelihatan serius. Apa ini bagian dari Pranknya?Rafri mengira ini adalah permainannya Ayu untuk mengepranknya. Rafri bepikir Ayu yang akan terkejut duluan."Tunggu! Aku juga akan bicara penting sama kamu sayang. Aku duluan ya?""Raf..?""Raf? Apa? Kamu memanggilku Rafri?""Ya. Aku-""Stop."Rafri menjetikkan jarinya tanda agar Tiara Andini bernyanyi. Lampu lighting dinyalakan dan Tiara Andini muncul dari balik panggung dan mulai bernyanyi.Ayu yang melihat itu sangat terkejut. Ayu langsung berdiri dari tempat duduknya dan dia tidak menyangka jika Tiara Andini datang untuknya."Sayang? Kamu beneran mengundang Tiara Andini?""Iya..Ini semua untukmu."Ayu sudah terlihat tidak marah lagi."Waaah... Terima kasih ya sayang. Kamu tahu apa yang kuinginkan."Rafri tahu Ayu akan sebahagia ini. Ini waktu yang tepat untuk Rafri mengeluarkan cincinnya.Rafri memegang tangan kiri Ayu, sementara tangan kanannya menunjukkan cincin berlian pada Ayu. Namun, wajah Ayu seketika berubah saat Rafri mengeluarkan cincin itu."Sayang. Kita sudah 3 Tahun bersama. Susah senang sudah kita lewati bersama-sama. Setelah ini, aku mau kamu menjadi milikku selamanya. Apa kamu mau menerima lamaranku?"Tiba-tiba saja tangan Rafri dilepaskan oleh Ayu."Eemm...Raf... Kita akhiri di sini saja ya?"Dengan lembut Ayu mengatakan akan mengakhirinya di sini."Sayang, Maksud kamu apa?""Aku mau kita putus!"Rafri melihat keseriusan Ayu. Rafri lagi-lagi berpikir jika ini hanya Prank. Bahkan Rafri tidak mempercayai jika Ayu bicara seperti itu padanya."Kamu ngeprank aku kan? Kamu menyiapkan hadiah lain buat aku kan?""Tidak. Aku serius Raf. Aku ingin kita putus.""Tapi kenapa? Aku sudah melakukan ini semua untuk kamu sayang."Rafri masih bisa menahan emosinya. Dia masih yakin jika ini adalah pranknya Ayu."Terima kasih untuk semuanya Raf. Tapi aku malu jika masih bersamamu. Sudah banyak berita yang menyebar jika keluarga kamu bangrut.""APAA! Kamu minta putus hanya karena soal berita bodoh itu?"Rafri tidak mengerti lagi apa yang dibicarakan oleh Ayu. Tidak mungkin Ayu mengajaknya putus hanya karena berita bodoh itu.Rafri tahu Ayu takkan mungkin tega berbicara seperti ini padanya. Ayu takkan mungkin menyakitinya hanya karena harta."Itu bukan berita bodoh. Berita itu sudah tersebar ke mana-mana. Aku malu jika aku terlibat dengan hal ini. Apa kata teman-temanku nanti Raf?""Sayang, jangan dengarkan kata mereka. Aku yang akan membahagiakan kamu. Kamu minta apapun aku akan belikan, aku akan penuhi semua keinginanmu. Asal kita tidak putus.""Kamu mau belikan aku apapun pakai apa jika sudah bangrut? Aku tidak mau hidup susah Raf."Ayu meninggikan suaranya. Kata-katanya sungguh menyakiti Rafri. Rafri mencoba tenang menghadapi Ayu. Jika emosi dibalas emosi maka akan menjadi kobaran api."Ayu, kita sudah 3 tahun bersama. Kenapa tepat di hari anniversary kita kamu mengatakan ingin putus dengan alasan keluargaku diambang kebangrutan. Katakan! Ini semua tidak benar kan?""Tidak Raf. Mamaku juga malu jika nanti punya menantu bangrut.""APAAA?? Ayu! Aku tanya sama kamu. Siapa yang menyebarkan berita tidak benar seperti itu? Apa kamu tahu yang sebenarnya terjadi? Tidak kan? Jadi tolong jangan bicara seperti itu padaku bahwa keluargaku akan bangrut."Siapa yang sebenarnya menyebarkan berita bahwa keluarga Rafri akan bangrut? Kenapa tepat di hari Anniversarrynya? Apakah ada seseorang yang tidak suka dengan keluarga Rafri dan hubungannya dengan Ayu? Apakah mungkin ini bagian prank nya Ayu di hari anniversary?-Bersambung-"Beritanya sudah tersebar ke mana-mana Raf? Tidak mungkin wartawan memberikan berita bohong!""Iya. Memang perusahaan papaku di ambang kebangrutan. Tapi yang harus kamu tahu. Perusahaannya belum sepenuhnya bangrut. Tolong, jangan bicarakan putus lagi."Akhirnya Rafri bicara keadaan yang sebenarnya pada Ayu dengan tenang. "Belum kata kamu? Mungkin besok, lusa atau minggu depan, bisa jadi bangrut. Aku tidak mau jika masih bersamamu Raf. Aku ingin akhiri semuanya. Maaf.""Sayang, kamu bercanda kan? kamu melakukan ini untuk menerimaku kan?"Rafri melihat sekeliling, berharap ada kejutan yang akan datang padanya. Namun semua itu hanyalah harapan Rafri semata. Tidak ada tanda-tanda waiters mendekatinya."Terima kasih untuk 3 tahunnya Raf, tapi maaf aku harus mengakhirinya.""Jangan gila kamu Yu, kita sudah 3 tahun bersama. Aku cinta sama kamu. Kenapa tepat di hari anniversary kita kamu mengatakan ingin putus? Hah?"Rafri pun tidak bisa mengontrol emosinya pada Ayu."Karena kamu sebentar la
Rafri yang penasaran dengan suara perempuan yang mirip dengan Ayu, mencoba membuka knop pintu kamar hotel. Dengan perlahan dia membukanya, ternyata pintu tidak terkunci. Betapa terkejutnya ketika dia melihat Ayu sedang dipeluk mesra dan diciumi lehernya oleh seorang laki-laki. Ayu begitu nafsu di pelukan laki-laki itu.Amarah bercampur emosi tidak terbendung lagi di dalam diri Rafri. Dia menendang pintu kamar hotel dengan keras."AYU..! APA YANG KAMU LAKUKAN?"Rafri berteriak sekuat tenaga sampai urat lehernya terlihat. Hati Rafri seperti di tusuk-tusuk belati hingga tidak mampu lagi merasakan sakit yang teramat sakit.Ayu segera merapikan bajunya yang berantakan dan laki-laki itu berlari menuju jendela hotel untuk melarikan diri. Rafri segera mengejar lelaki itu, namun tangannya dipegang erat oleh Ayu."SIAPA LAKI-LAKI ITU? SIAPA YU?"Rafri berteriak di depan wajah ayu dengan menunjuk jendela tempat kaburnya pria selingkuhan Ayu. Ayu tetap kekeh memegang lengan Rafri agar Rafri tidak
"Kenapa kamu bertanya padaku dengan pertanyaan yang mungkin kamu sudah tahu jawabannya?"Perempuan itu pun terlihat jutek dan memalingkan pandangannya pada Rafri yang sudah menyelematkan nyawanya. Tidak. Dia tidak ingin diselamatkan. Mungkin karena itu dia terlihat jutek pada Rafri."Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi padamu. Aku akan mengantarmu pulang. Di mana rumahmu?"Rafri akan bersiap menjalankan mobilnya. Namun jawaban gadis itu membuat Rafri kebingungan."Aku tidak punya rumah.""Maksud kamu?""Aku sudah tidak punya tujuan lagi. Maka dari itu buat apa aku hidup.""Astaga..! Nyebut neng, bunuh diri itu dosa. Seberapa besar masalah kamu jangan pernah mati bunuh diri."Gadis itu terdiam melihat jalanan yang mulai sepi dari kaca mobil. Rafri pun juga terdiam melihat gadis yang ada di sampingnya. Entah dia mendengarkannya atau tidak, dia sudah menyelamatkan seseorang dari siksa api neraka. Baginya, gadis itu lebih cantik dari mantan kekasihnya Ayu. Gadis itu juga tinggi. Rambu
Harum menatap Rafri penuh penasaran."Memangnya kamu siapa?"Rafri pun bernapas lega karena gadis ini tidak mengetahui identitasnya sebagai pewaris utama keluarga Aditya."Bukan. Aku bukan siapa-siapa kok. Aku menjadi penasaran dengan kisahmu sampai kamu nekat mau bunuh diri?""Oh soal itu, aku... Aku sebenarnya tidak tahu akan pergi ke mana. 1 tahun yang lalu aku mengalami kecelakaan tabrak lari yang membuatku amnesia dan tulang kakiku patah. Pada saat itu, dokter yang menanganiku membawaku ke rumahnya dan aku dirawat di sana sampai sembuh. Ketika aku sembuh dari amnesia, aku mencari orang tuaku. Tapi ternyata mereka sudah pindah rumah. Lalu aku kembali ke rumah dokter itu, ternyata istri dokter itu menuduhku menggoda suaminya. Sekarang aku tidak tahu lagi akan pergi ke mana."Rafri pun mendengarkan Harum dengan serius. Ternyata masalahnya begitu rumit yang jika di hadapi Rafri belum mungkin Rafri juga akan sekuat Harum."Pada saat itu apakah kamu tidak membawa identitas? Kenapa sampa
Pria paruh baya yang mengenakan jas hitam itu pulang ke rumah dengan raut wajah yang terlihat sangat emosi. Dia mendorong pintu rumahnya sehingga pintu terbuka lebar.Nampak seorang wanita paruh baya yang berada di kamar lantai atas terkejut saat mendengar suara pintu terbuka. Dengan langkah yang tergesa-gesa, wanita itu berjalan menuju lantai bawah."Papa tumben sudah pulang?"Wanita itu tidak mengira jika yang membuka pintu adalah suaminya. "Mama sudah lihat kelakuan Rafri hari ini?"Sambil berdiri dan melonggarkan dasinya, alih-alih menjawab pertanyaan dari istrinya, suami wanita yang biasa disebut juga papa dari ahli waris Rafri Aditya justru mengatakan hal yang tidak dimengerti oleh istrinya.Seketika itu datang seorang lelaki dewasa tampan yang terlihat sangat berantakan dengan rambut yang acak-acakan."Siapa gadis itu?"Tanya papa Rafri pada pemuda tampan dengan sorot mata yang tajam. Mendesak agar putranya berkata jujur mengenai perempuan yang dilihatnya di video memalukan itu
Matahari sudah tenggelam beberapa jam yang lalu dan langit pun menggelap sepenuhnya. Rumah megah itu tampak sepi karena waktu sudah menunjukkan tengah malam. Semua lampu sudah dimatikan dan hanya menyisakan lampu ruang keluarga yang terlihat remang. Seorang pemuda yang tak lain adalah Rafri, mencoba memejamkan matanya untuk tidur dalam mimpi indah. Berbagai posisi tidur sudah dicobanya, namun dia tidak juga bisa tenang apalagi terlelap. Padahal tubuh dan jiwanya sudah sangat lelah menjalani hari ini.Rafri pun mencoba keluar kamar untuk menenangkan dirinya. Dalam suasana yang sunyi, dia berjalan pelan-pelan seperti pencuri di rumahnya sendiri. Seketika, Rafri melihat kunci motornya yang tergeletak di meja ruang tengah. Dengan hati-hati dia mengambilnya agar tidak terdengar oleh penghuni rumah yang sedang terlelap.Hingga tiba-tiba saja ada yang menyalakan lampu ruangan tengah. Ruangan yang tadinya gelap kini menjadi lebih terang, hingga menampilkan sosok wanita paruh baya yang berdiri
Darah dalam diri Rafri menjadi naik seakan ingin sekali menghajar preman jalanan yang sombong itu. Dia benar-benar membenci hari ini. Di saat mamanya sudah tidak percaya lagi dengan dirinya, membuatnya lupa dengan yang namanya sabar.Keempat preman jalanan malah menertawakan seperti mengejek Rafri yang masih tersungkur di aspal.Tidak terima dihina, Rafri pun bangkit dari posisinya. Kedua tangannya mengepal dengan sangat kuat yang siap akan menghabisi preman jalanan itu.Posisi Rafri dan keempat preman jalanan itu saling berhadapan dengan semua pasang sorot mata menatapnya tajam. Rafri ingin melihat sejauh mana kehebatan orang yang katanya raja jalanan itu.Angin malam yang dingin, membuat sekelebat bayangan pria yang bersama Ayu di kamar hotel. Rasa sakit yang belum terobati, ditambah lagi dengan masalah video amatir yang membuat keluarganya tidak percaya lagi dengannya.Tanpa peringatan apapun, Rafri langsung melangkah maju lalu menonjok wajah pria yang bertato perisai yang membuatn
"Dia mabuk bro. Kelihatannya sedang ada masalah."Andi dan Gilang menatap anggota geng motor yang mengetahui jika Rafri mempunyai masalah yang tidak bisa dia selesaikan sendiri. Mereka baru kali ini melihat Rafri berada di bar dengan wajah babak belur bersamaan dengan anggota geng motor."Stop Raf, jangan meminumnya lagi. Itu tidak baik. Kamu akan sakit nanti."Gilang menarik tangan Rafri untuk mengajaknya pergi dari tempat maksiat itu. Rafri menepis tangan gilang dan malah meneguk segelas wisky yang berada di hadapannya."Ayolah kak kita minum bersama dan bersenang-senang."Para anggota geng motor itu tertawa yang diikuti oleh Rafri, seakan sang ahli waris sudah tidak memiliki beban yang dirasakan lagi.Andi dan Gilang akhirnya duduk bersebelahan dengan Rafri yang berhadapan dengan anggota geng motor."Minumlah bro."Salah satu anggota geng motor itu menyodorkan sebuah gelas kecil yang berisi wisky pada Andi dan gilang. Namun mereka menolaknya dengan halus."Kalian siapa? kenapa bisa
Kedua perempuan yang berada di hadapan Rafri, kini tengah menatapnya selagi makan. Dia melihat Harum bertopang dagu menggunakan kedua tangannya, menatapnya seolah berkata 'apakah kue buatanku tidak enak? atau tidak ada rasanya?'Sambil mengunyah pelan, Rafri melihat raut wajah bingung dari kedua gadis itu sambil menyembunyikan senyumnya. Hal ini membuat jiwa tengilnya keluar."Kok rasa kuenya begini ya?"Harum mendongak ke atas menatap Dhea yang berdiri di sampingnya. Mereka saling memandang satu sama lain seolah berbicara lewat tatapan mata."Mm...me...memang rasanya bagaimana Raf? tidak enak ya?"Harum menanyakan rasa kuenya dengan kalimat yang terbata-bata pada lelaki yang berada di hadapannya dengan perasaan was-was.'benar saja. Dia bertanya seperti itu.'Rafri membenarkan feeling-nya jika Harum akan bertanya seperti itu. Namun Rafri hanya ingin Harum dan Dhea merasakannya. Rafri berpikir jika Harum dan Dhea belum mencoba kuenya."Coba deh kalian rasakan. Kalian belum mencobanya
"Ini kita hanya berdiri saja di sini?"Rafri mulai bersuara di saat mengetahui Harum melihatnya dengan mata bulatnya dan tanpa mempersilahkannya duduk."Ya ampun maaf. Iya...Silahkan duduk Raf."Kemudian, senyum itu melengkung dari bibir seorang ahli waris yang membuat Harum salah tingkah.Penampilan Rafri saat ini membuat Harum sangat penasaran siapa Rafri sebenarnya. Dengan rasa penasaran itu, Harum bertekad untuk mengenal Rafri lebih jauh lagi."Sebentar ya Raf, saya ambilkan minum terlebih dahulu.""Baiklah."Harum meninggalkan Rafri sendiri di ruang tengah dengan berbagai macam pertanyaan yang ada di pikirannya. Sesekali dia menengok ke arah belakang melihat Rafri yang sedang sibuk mempersiapkan bahan skripsinya.'Siapa Rafri sebenarnya? Penampilannya terkesan sangat rapi dan pakaiannya juga bermerk. Berbeda dengan kemarin saat dia datang ke cafe ini. Entahlah'***Mama Ayu membuka kamar putrinya saat putrinya tengah selesai mandi dan masih mengenakan kimono handuk."Mama!"Spont
"Tidak! Tidak! Meskipun Harum seorang wanita yang cantik, manis, ramah, mempunyai eye smile, aku sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun terhadapnya."Rafri menggelengkan kepalanya meyakinkan dirinya sendiri di depan cermin jika dirinya tidak menyukai Harum.Took....Took...Tok....!"Den Rafri, bangun den. Sudah siang."Rafri menoleh ke arah pintu. Suara bi Ijah yang mengetuk pintu membuyarkan semua pikiran dan perasaan Rafri terhadap Harum."Den Rafri ayo bangun den."Hampir setiap hari bi Ijah menjadi alarm untuk membangunkan Rafri. Apalagi hari libur seperti ini, pasti bi Ijah mengira jika Rafri belum bangun dari tidurnya."Iya bi."Rafri berjalan untuk membuka pintu sambil tersenyum mendengar suara bi Ijah yang sangat keras dari dalam kamarnya. Pantas saja di hari biasa, Rafri segera terbangun. Alarm suara secara langsung dari bi Ijah tidak akan bisa mengalahkan alarm dari ponsel sang ahli waris itu.Segera mungkin Rafri membukakan pintu untuk bi Ijah agar bi Ijah tidak terlalu
Suara adzhan subuh terdengar samar-samar di telinga seseorang lelaki yang masih terlelap nyaman dari tidurnya."Ash-shalaatu khairum minan naum"Seiring waktu berjalan, suara adzhan terdengar jelas di telinganya. Seketika itu, dia membuka mata perlahan-lahan sambil mengusapnya.Pria itu menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya lalu menurunkan kakinya hingga menapak ke lantai. Dia duduk di pinggir kasur dengan mata yang dipaksakan terbuka.Sebelum beranjak, pria itu meminum air putih yang berada di meja dekat ranjangnya sambil mengecek ponselnya terlebih dahulu.Matanya masih belum sepenuhnya terbuka lebar, dia melihat satu notif nama yang belum dihapus dari contak ponselnya. 'Honey' Nama itu yang dahulu mengisi hari-harinya di saat akan tidur dan juga bangun tidur. Namun sekarang keadaannya sudah sangat jauh berbeda.Dia meletakkan gelas yang sudah diminumnya hingga habis. Sekali lagi dia mengucek matanya untuk memastikan apakah benar jika yang mengiriminya pesan adalah Ayu."Ayu! Ng
"Dengan kamu bertanya seperti itu, sama saja kamu menuduhku!"Suara Bayu yang terdengar berteriak di ponsel Ayu, seketika dijauhkan dari telinganya."Sayang! Kenapa kamu marah-marah? Aku hanya bertanya, bukan menuduhmu."Percakapan Bayu dan Ayu yang berada di telepon, membuat Ayu penasaran siapa sebenarnya yang menyebarkan video pertengkarannya dengan Rafri waktu lalu."Aku sama sekali tidak tahu tentang video itu. Bukan kamu, Bukan mama, sama saja menuduhku. Karena keinginan kamu, aku mempunyai masalah dengan mama"Bayu malah menyalahkan orang lain di saat dirinya ada masalah dengan keluarganya."Loh, kenapa kamu malah menyalahkanku? Itu salah kamu sendiri.""Kamu yang salah! Kamu memaksaku untuk bertemu denganmu. Jika tidak, aku tidak akan terlibat masalah dengan mamaku.""Seharusnya kamu bisa berpikir dong! Jangan seenaknya saja menyalahkanku. Mungkin alasan kamu selalu monoton dan jadul. Cobalah mencari alasan yang logis."Bayu mendengus kesal serta senyum menyeringai saat mendenga
"Aaahh...Tidak..tidak...! Mana mungkin aku tiba-tiba mendatangi mereka berdua dan langsung menanyakan perihal video tersebut kepada Rafri. Aku sama sekali tidak mengenal Rafri."Sedari tadi Dhea berdiri sambil membayangkan bagaimana jadinya jika dia tiba-tiba datang menghampiri kedua orang yang baru saja bertemu setelah beberapa minggu terpisah."Sudahlah. Biarkan saja mereka bersenang-senang terlebih dahulu. Mudah-mudahan Rafri seseorang yang baik yang tidak akan menyakiti Harum."Dhea berprasangka baik kepada Rafri. Meskipun dengan ketakutannya, Dhea harus tetap waspada dan tetap menjaga sahabatnya dari seseorang yang mencoba menjahatinya."Lebih baik aku menghampiri mereka dan berterima kasih pada Rafri telah menemukanku pada Harum. Sahabatku sejak di bangku SMP."Dengan membawa nampan yang berisi 2 makanan ringan serta 2 minuman, Dhea berjalan menghampiri Rafri dan juga Harum yang sedang bersenda gurau."Annyeong haseyo."Dhea menyapa mereka berdua dengan gaya khas bahasa koreanya
Di tempat lain, sosok berjubah hitam duduk di depan layar komputer dengan cahaya remang. Kedua tangannya bersilang di dada menyaksikan video lamaran Rafri dan Ayu yang sedang bertengkar di sebuah restaurant. "Hahahahahaa.....! Sebentar lagi kamu akan hancur Rafri. Hahahahhaa..."Sosok orang berjubah hitam itu tertawa lepas tidak terkontrol menyumpahi akan menghancurkan seorang Rafri Aditya. ***Di sisi lain, kedua orang yang saling berhadapan menyatukan tatapan dalam manik matanya. Tangan mungil yang masih terulur di hadapan Rafri tidak akan lelah dan menyerah sebelum Rafri menjabat tangannya."Bagaimana? Deal?"Rafri masih berpikir keras apakah nanti Harum bisa di percaya atau tidak setelah dirinya mengatakan semuanya."Baiklah. Aku menyetujuinya dan akan menganggap kamu sebagai teman. Deal."Akhirnya mereka berdua berjabat tangan. Degupan kencang yang berada di dada Harum tidak bisa lagi menyembunyikan suhu badannya yang mulai dingin.Bagaimanapun Rafri akan tetap menghargai Harum
Rafri mendengus kesal mendengar perkataan Harum. Dia tidak menerima pernyataan Harum tentangnya."Hanya kamu bilang? Ya, memang saya kehilangan perempuan itu. Tapi apa kamu tahu? Semenjak berpisah dengan perempuan itu, saya semakin mendapatkan banyak masalah yang saya sendiri pun tidak bisa mengatasinya."Harum menatap Rafri dengan senyuman, namun matanya saat ini mulai berkaca-kaca. Rafri seakan lupa jika Harum juga mengalami hal yang sama dengannya. Bahkan dia juga melupakan dari mana Harum berasal."Kamu lebih baik daripada aku Raf. Kamu masih bersama dengan orang-orang yang menyayangimu. Sedangkan aku."Harum terdiam sejenak menatap lekat wajah Rafri yang berdiri di hadapannya. Kini Harum juga masih mengulas senyum kesedihan di depan Rafri sebelum melanjutkan bicaranya."Aku tidak tahu orang tuaku dan juga kakakku berada di mana Raf. Bahkan, identitas pun saya tidak mempunyainya. Jika aku menjadi kamu, aku selalu bersyukur dan tidak akan mengeluh hanya karena masalah ditinggalkan o
Senyum sengit yang terlintas di wajah Rafri menandakan dia akan memulai kesombongannya lagi. "Maksud anda apa melupakan nama saya sendiri? Anda tahu, nama saya terlalu bagus untuk disebutkan. Saya berpikir bagaimana caranya agar anda selalu mengingat nama saya."Benar saja, Harum mencebik kesal melihat kesombongan Rafri."Kok ada ya manusia sombong seperti anda di dunia ini?"Gelengan kepala Harum membuat Rafri tersenyum. Kali ini senyumnya terlihat gemas melihat kebencian Harum padanya."Kenapa? Anda heran? Sekali lagi, dengar dan ingat nama saya. Jika perlu, catat nama saya di buku kecil ini."Rafri menunjuk catatan kecil milik Harum yang biasa untuk menulis menu yang dipesan oleh pelanggan."Tanpa saya tulis pun saya tetap mengingat nama anda, terutama saya akan mengingat perlakuan anda terhadap saya.""Baiklah. Simpan di dalam memori kepala anda. Nama saya Rafri Aditya."Kini Rafri dengan bangganya menyebutkan namanya sendiri di hadapan Harum. Harum telah bersiap menulis huruf pe