[Hanin. Cantik juga istrimu, Ros. Bagaimana jika aku mengambilnya? Sepertinya dia istri yang shalihah dan idaman banyak pria. Rasanya ingin ikut mencicipi perempuan secantik dan semulus dia] Pesan dari nomor tak dikenal itu membuat Eros meradang. Dia semakin khawatir dan takut jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada istrinya. Pesan yang dibacanya detik ini benar-benar mengkhawatirkan dan menakutkan. Eros semakin tak tenang. Dia terus berpikir kemana istrinya pergi."Mungkinkah Hanin dibawa ke rumah sakit Elisabeth? Bagaimana jika dia diculik atau dibawa ke tempat lain yang tak kutahu? Apa kecelakaan Hanin kali ini berkaitan dengan pesan ancaman itu? Siapa sebenarnya yang mengirimkannya? Mengapa harus Hanin yang dia jadikan sasaran? Kenapa nggak aku saja jika memang dia dendam padaku?" Eros bergumam lirih. Berbagai pertanyaan menyesaki benaknya. Dia benar-benar takut terjadi sesuatu tak diinginkan pada istrinya.Beberapa kali Eros mengepalkan jari-jari tangan kanannya dengan seg
Kini Eris mulai menyesal kenapa dulu begitu mengabaikan Hanin dan memilih Fika sebagai pendamping hidupnya. Fika yang tak pernah berubah hingga kembali membuatnya kecewa untuk ke sekian kalinya. Kesempatan kedua yang diberikan Eris pada Fika nyatanya tak dimanfaatkan dengan baik. Perempuan itu kembali melakukan kesalahan yang sama bahkan lebih fatal dibandingkan sebelumnya. [Dia mantan istriku, Ros. Jikalaupun aku mencintainya wajar bukan? Delapan bulan bersama dalam satu ranjang, nggak mungkin jika aku terus membencinya. Jadi, kamu tak perlu cemburu dan berpikir aneh-aneh] Eris kembali membalas pesan Eris. Setidaknya dia sudah mengungkapkan apa yang dirasakannya meski tak akan mungkin terbalaskan. Eris tahu jika Hanin terlalu setia dan patuh pada suami, nggak mungkin berpaling pada Eros apalagi demi dia yang dulu selalu mengecewakan dan menyakiti hatinya. [Bukan aku yang cemburu, tapi kamu yang terlalu ketara dengan perasaanmu. Kenapa baru sekarang kamu memiliki rasa itu pada is
Hening. Laki-laki bernama Mamat itu masih fokus memeriksa rekaman cctv yang menyorot ke teras dan jalan utama di depan bengkel. "Mas, coba mendekat. Itu mobil yang menabrak motor istri Mas Eros," ucap Pak Mamat sembari menunjuk layar laptopnya. Eros pun buru-buru mendekat lalu ikut fokus menatap layar persegi panjang di depannya. "Itu memang motor istri saya, Pak. Motor yang di depan tadi, cuma yang makai bukan istri saya." Eros berpikir sejenak, mengapa motor itu dipakai orang lain yang bahkan tak dikenalnya. Itupun bukan Hana, karena Eros tahu bagaimana sosok sahabat istrinya itu meski hanya bertemu sekali saat pernikahannya kemarin. "Mas Eros kenal siapa dia?" Laki-laki itu menggeleng. "Pantas saja istri Mas Eros nggak ada di rumah sakit Elisabeth karena yang tertabrak memang gadis itu, bukan istri Mas Eros." "Jadi, kemungkinan besar istri saya memang benar-benar diculik, Pak?" Eros mendadak kalut dan takut. Ekspresinya berubah seketika. Beragam pertanyaan dan pernyataan lalu
Eros mendelik kaget mendengar pengakuan spontan dari Eris, sementara laki-laki yang keceplosan itu menautkan gigi atas dan bawahnya lalu membuang muka.Seolah kehabisan kata, Eros mendadak diam. Begitu pula Eris yang hanya menghela napas panjang. Dia bahkan tak berani menatap saudara kembarnya itu setelah pengakuan mendadaknya. "Kenapa ngomong seperti itu? Sekarang kamu menyesal sudah mengabaikan Hanin?" tanya Eros saat menatap kembarannya sekilas. Dia tersenyum tipis. Senyum sedikit mengejek karena sikap plin-plan Eris itu. "Sebelumnya aku sudah memberimu peringatan bahkan berulang kali menanyakan hal ini, tapi kamu tak percaya. Kamu selalu memandang Hanin sebelah mata sampai membuatnya patah dan menyerah. Sekarang setelah semua terjadi, kamu baru sadar jika Hanin tak seperti yang kamu bayangkan," lirih Eros. Mendengar kalimat itu, Eris kembali menyandarkan punggungnya ke kursi teras, sedangkan Eros yang sejak tadi berdiri di samping motor Eris kini ikut duduk di kursi. "Kamu ba
"Apa Fika beneran di dalam, Gi?" tanya Eris tergesa setelah dia dan Eros sampai tempat tujuan. Egi, asisten Eris mengangguk pelan. Laki-laki itu memang ditugaskan Eris untuk mengawasi Fika karena tak ingin kecolongan lagi dan lagi."Iya, Bos. Aku kan mengawasi istri bos sejak siang tadi. Sebelumnya dia ke rumah teman perempuannya di Jalan Cenderawasih itu, Bos. Nggak selang lama terima telepon, dia langsung meluncur ke sini. Dia masih di dalam sejak tadi, belum ada tanda-tanda keluar rumah," ucap Egi begitu meyakinkan.Eris manggut-manggut. Mendengar penjelasan Egi, Eris sedikit lega karena Fika memang pergi ke rumah Tania lebih dulu sesuai dengan izinnya. Namun, kini Eris penasaran kenapa istrinya bisa berada di rumah itu dengan pemilik mobil yang menabrak motor Hanin. "Bukan Fika pelakunya kan, Ris?" Eros melirik saudaranya yang sedikit gelisah. Eris menoleh lalu mengedikan bahu. Kakak beradik itu saling tatap beberapa saat."Mana kutahu. Dia memang istriku, tapi aku jelas tak bisa
Tangan Eros mengepal dengan gigi bergemeletuk. Dia benar-benar emosi melihat istrinya diperlakukan seperti ini. Perlahan membuka lakban di mulut Hanin lalu melepaskan ikatan tangannya. Keduanya pun saling tatap penuh keharuan."Sayang, kamu nggak apa-apa kan? Apa mereka melukaimu? Mereka benar-benar kurang aj*r, aku pasti akan membalas perlakuan mereka padamu, Sayang." Hanin tak membalas sepatah katapun. Melihat ekspresi istrinya yang begitu shock, Eros memegang kedua pipi Hanin lalu mengusap pipi dan sudut matanya yang basah. Dengan penuh cinta, Eros merapikan rambut panjang Hanin yang berantakan. Setelah itu mengambil hijab berwarna coklat milik Hanin yang tergeletak di lantai. Hanin benar-benar ketakutan. Dia berulang kali mengucap istighfar tiap mengingat kejadian mengerikan yang nyaris merenggut harga dirinya barusan. Hanin terisak di dada Eros yang terus berusaha menenangkannya, mengusap rambutnya pelan dan mencium puncak kepalanya. Kedua matanya memerah menahan amarah. Dia be
Di tengah persembunyiannya, Fika mulai kalut. Dia benar-benar ketakutan dan tak menyangka jika rencananya untuk menyakiti Hanin gagal total. Fika sebelumnya hanya ingin membuat Eros merasa jijik pada istrinya, tapi ternyata justru dia yang terjebak pada rencana busuknya sendiri. Seperti senjata makan tuan, dua lelaki kekar yang dia percaya itu justru memerasnya. Fika dijadikan budak dan diancam oleh anak buahnya sendiri. Fika mulai frustasi. Ajang balas dendamnya pada Hanin yang akhir-akhir ini selalu disebut Eris dalam tidurnya ternyata justru membuatnya tersudut. Dia tak bisa mendapatkan kembali cinta dan perhatian suaminya, bahkan sekarang terlibat masalah besar karena ketahuan berdusta dan merencanakan sesuatu yang fatal. Sebagai seorang perempuan, tindakannya kali ini memang benar-benar keterlaluan. Dia terlalu kelewat batas. Fika mulai berpikir keras. Bersembunyi sehari dua hari mungkin tak jadi soal, tapi bagaimana jika tabungannya habis? Bagaimana pula dia meredam kerinduann
[Kabur kemana kamu, Fik? Sampai lubang semut pun aku bakal cari kamu dan nggak akan membiarkanmu bebas begitu saja, Fika!]Pesan dari Eros membuat Fika tercekat. Dia tahu jika saat ini saudara kembar suaminya itu sangat emosi. Terlihat dari kalimatnya yang penuh penekanan dan ancaman. Fika hanya bisa menggigit bibir bawahnya karena mulai cemas dan takut. Tak ada yang bisa diajak kompromi dan semua seolah menyudutkannya sampai dasar bumi. Fika mulai kehilangan kendali dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Saat awal merencanakan semua itu, dia memang terlalu tersulut emosi dan cemburu hingga tak bisa berpikir jernih. Dia tak mencoba menimbang segala sesuatunya, tak memikirkan akibat yang akan terjadi karena ulahnya. Fika hanya berpikir sesaat untuk balas dendam dan membuat Hanin ternoda. Itu saja. Sekarang, saat semua gagal, masalah demi masalah benar-benar mengejarnya. Dia tak bisa berpikir dengan tenang lagi karena selalu diliputi gelisah dan takut. Sebagai seorang istri dan ibu, Fika