Home / Pernikahan / SELALU DICAP MANDUL / PAK MARJAN TETANGGA JULID

Share

PAK MARJAN TETANGGA JULID

Author: Aisy David
last update Last Updated: 2022-07-15 10:29:38

Sejak kejadian itu, Izza tidak pernah kerumah mertuanya sampai hampir 2 bulan. Dia paham, bahwa dirinya harus menetralisir emosinya. Dan hal itu bisa ia lakukan dengan menjauhi orang2 itu. Dia butuh menyembuhkan hatinya. Hal ini yang selalu Izza lakukan setelah perasaannya dilukai. Setelah ia disudutkan perihal kekurangannya yang belum bisa menjadi ibu.

Namun, Izza tetap meminta Yanto mengunjungi ibu mertuanya itu. Dan setiap minggu pun, Yanto kerumah ibunya untuk memberi uang jajan untuk sang ibu.

"Izza mana, Yan? Kok lama gak ikut kesini?" tanya Bu Ami kala melihat Yanto mampir sendirian sepulang kerja.

"dia lembur, Bu. Di kantornya banyak kerjaan," jawab Yanto, ia berbohong.

"Ohh, suruh nginep di sini saja kalau lembur. Kasihan rumah kalian jauh. Tidur di sini saja, ya. Besoknya berangkat kerja dari sini, kan deket thoo? Cuma 15 menit saja ke kantor Izza," lanjut Bu Ami.

"Ndak ah, Bu. Izza itu gak bisa tidur kalau gak meluk gulingnya yang sudah kusut itu. Katanya itu guling kenangan," jawab Yanto, mencoba mencairkan suasana. Diiringi tawa Bu Ami.

Bu Ami adalah mertua yang baik, sabar, penyayang, dan lemah lembut. Beliau tak pernah mempertanyakan soal cucu kepada Izza ataupun Yanto. Beliau juga cuek soal kehamilan dan momongan. Beliau bahkan tak pernah bertanya tentang hal-hal privasi mengenai anak dan menantunya.

"Ibu minta maaf ya, Le. Perihal tempo hari." Bu Ami melanjutkan obrolan.

Le adalah bahasa jawa yaitu panggilan untuk anak laki-laki. (Tole/Le).

"Apa sih buk? Udah, gak usah dibahas. Ibu gak usah minta maaf juga. Toh bukan salah ibu, kan?" jawab Yanto sambil menyeruput kopi di hadapannya.

"Ibu itu lho sebenarnya juga ikutan sedih, Le. Seminggu setelah resepsi pernikahan adikmu, Ragil. Dia tiba-tiba bilang kalau istrinya tengah hamil dan sudah memasuki 5 bulan.

Ibu waktu itu ya cuma manggut-manggut sambil membatin. -Lhoo kok hamil duluan? Kan kasian nanti mbak nya? Izza belum hamil, ini kok Asih sudah hamil duluan?- Bukannya ibu gak bersyukur mau nambah cucu. Tapi, gimana ibu mau cerita ke istrimu soal kabar ini? Pasti dia sedih, pasti dia kecewa. Terus ibu cerita ke mbakmu Si Nana, Ibu bilang gimana ini, Nduk? Asih, adikmu itu hamil, dan sudah memasuki bulan ke-5. Padahal, resepsi baru usai digelar. Bagaimana kita memberi tahu adikmu yang satunya? si Izza? Mbak Nana-mu bilang kalau Izza sudah tau dari si Asih sendiri. Lewat HP. Iya tah, Le??." Bu Ami berbicara menjabarkan isi hatinya.

"Iya Bu. Izza tau dari status Asih di WA. Tapi dia kuat kok. Ibu gak usah khawatir," ucap Yanto meyakinkan ibunya.

"Yo wes Le, kalau Izza kerjaannya sudah gak lembur-lembur, ajak dia kesini ya. Ibu kangen," lanjut Bu Ami.

"iya, Bu." Jawab Yanto singkat.

Sore itu Yanto dan Bu Ami ngobrol ngalor ngidul umumnya anak dan ibu. Sesekali mereka tertawa sambil bercerita tentang hal-hal konyol. Bu Ami bercerita tentang rutinitasnya mengolah sawah dan tak terasa senja mulai merayap. Yanto-pun pamit pulang. Karena Yanto ingat ada kegiatan ngaji bersama di kampung ba'da isya' nanti.

*************

Sehabis sholat isya', Yanto bersiap-siap berangkat ke masjid. Ada acara mengaji rutin di sana setiap malam jumat. Sudah menjadi rutinitas bagi warga laki-laki di kampung.

Yanto berangkat bersama kakak iparnya, Saipul.

Saipul ini adalah suami dari mbak kandung Izza. Jadi, Yanto dan Saipul sama-sama menantu di keluarga Izza.

"Mas, ayo berangkat, nanti kita terlambat." Yanto memanggil Saipul dari pagar rumahnya. Rumah mereka bersebelahan.

Singkat cerita mereka pun berangkat. Sesampai di masjid, beberapa jamaah sudah datang. Tapi, Pak Ustadz belum datang. Ada sedikit halangan yang membuat Pak Ustadz datang terlambat.

"Lhoo, Mas Saipul sama Mas Yanto, sini duduk di dekat saya." Laki-laki paruh baya itu memangil Saipul dan Yanto untuk bersila di sebelahnya. Dia adalah Pak Marjan. Laki-laki berusia 45 tahun yang suaranya sangat lantang kalau berbicara, dan selalu berbicara dengan nada 4 sampai 5 oktaf. Entah itu bawaan lahir atau apa.

Yanto dan Saipul sebenarnya ogah duduk di dekat Pak Marjan. Tapi, tempat lain sudah penuh. Akhirnya, mereka pun duduk di sebelah Pak Marjan. Sambil menunggu Pak Ustadz datang, mereka menenggak teh hangat sambil ngobrol satu sama lain.

Dan tiba-tiba Pak Marjan membuka obrolan, "Mas Yanto ini, gimana sampean ini mas? Kerja ke kota berangkat pagi pulang sore, tapi gak punya anak. Rugi lhoh. Lihat tuh kakak iparmu, si Saipul, langsung jadi thooh? Nikah, kawin, langsung bunting tub istrinya. Pintar bikin lho. Belajar dong sama kakakmu." Dia berkata sambil nyelonong saja itu mulut, seakan-akan tak peduli ada hati yang terluka di sebelahnya.

"Rugi ngasih nafkah ke istri kalau istrimu kagak bisa bunting, Mas. Sungguh. Apa mau saya ajari caranya?" Mulut Pak Marjan terus saja mengucapkan hal-hal yang bukan urusan dia.

Jamaah lain menoleh. Ada yang terlihat tidak nyaman. Ada yang menanggapi dengan tertawa. Mungkin dikira ini adalah lawakan receh. Ada yang tersenyum menguatkan Yanto.

Yanto tak menanggapi. Dia beringsut pindah tempat. Menjauh dari Pak Marjan. "aya pindah di dekat pintu saja, Mas. Sambil ngisis (mencari angin segar)," ucap Yanto kepada Saipul.

Tak lama kemudian, Pak Ustadz datang. Ngaji dimulai seperti biasanya dan berakhir jam 21.00.

Di perjalanan pulang, Yanto dan Saipul berjalan bersama beberapa warga lain. Tiba-tiba Pak Marjan muncul lagi. Dia menepuk bahu Yanto.

"Ayoo, Mas. Lekas dihamili itu istrinya. Waahh jangan-jangan kalian KB ya? ngapain KB sih? Waah pasti kalian gak mau punya anak yaa?" Mulut Pak Marjan terus saja memburu.

Tidak ada bedanya dengan emak-emak.

Di sisi lain jalan raya, juga beriringan beberapa orang jamaah ngaji tadi.

"Woy, Rek (bahasa jawa rek = kawan-kawan/ guys) ini lhoo, Mas Yanto ini, sudah lama menikah, tapi istrinya mandul. Lama sekali dia ini, gak punya anak."

Pak Marjan seperti memproklamasikan kemerdekaan di tengah-tengah jalan, menggebu-gebu.

Degh! Dada Yanto terasa sakit. Tapi ia malas berdebat. Apalagi menanggapi laki-laki macam Pak Marjan. Yanto juga tau diri, ia di kampung ini hanyalah pendatang. Dia menetap di sini karena ikut istrinya.

Segera Yanto mempercepat langkahnya mendahului kerumunan orang-orang itu. Memang hanya mulut Pak Marjan yang julid. Tapi, Yanto khawatir jika ada warga lain yang ikut-ikutan menimpali. Dan Yanto juga tidak mau jika tiba-tiba ia kehilangan kontrol emosi. Apalagi ia hanyalah pendatang. Ia harus menjaga nama baik keluarga Izza sebagai warga asli kampung ini.

*********

Sesampai di rumah, Yanto langsung ganti baju dan duduk di depan TV. Izza sedang nonton tv sambil melipat baju.

"Yang..., aku mulai kamis depan gak ikut pengajian ya." Yanto memulai obrolan.

"Lho.., kenapa sayang?" timpal Izza.

"Anu..., kayaknya aku tiap kamis bakalan agak malem pulangnya. Tadi pak boss baru ngasih info sih," kata Yanto.

"Ya.., gak malam-malam amat. Mungkin maghrib aku baru nyampe rumah. Jadi, gak bisa ikut ngaji. Gak papa yaa aku absen sementara. Nanti juga ikut lagi kok kapan-kapan."

Yanto sengaja berbohong agar istrinya tak ikut bersedih atas perlakuan Pak Marjan tadi.

Padahal, ia trauma dengan Pak Marjan yang sudah lama usil mempermalukan Yanto setiap kamis.

"Iyaa gak papa. Ngaji kan gak hanya di masjid. Dan gak cuma tiap kamis juga bisa. Banyak media buat kita nambah ilmu agama kok," jawab Izza sambil menepuk bahu suaminya dan berlalu menata lipatan baju di lemari.

Yanto tersenyum manis. Tapi di dalam hatinya ada luka. Yaah... dan lagi-lagi, itu adalah luka yang sama.

Apakah dengan menghindari Pak Marjan di pengajian, akan membuat Yanto bebas dari cibiran Pak Marjan?

Related chapters

  • SELALU DICAP MANDUL   MELAWAN JULIDNYA MULUT ASIH

    "Sayang, besok weekend. Nonton film yuk. Kita sama-sama pulang lebih awal kan?" Begitulah isi pesan WA Yanto kepada istrinya."Besok aku pulang jam setengah empat, Yang. Kita nonton jam setengah lima yaa. Nanti aku pesen tiket online aja," balas Izza."Oke sayang, nanti sepulang dari pabrik aku numpang mandi di rumah ibu deh. Terus aku jemput kamu di kantor ya." Yanto tampak bersemangat mengetik."Siap ❤️." Masuklah notif balasan dari istrinya.Yanto tau kapan waktunya quality time bersama pasangannya. Ia tau istrinya stress berat dengan semua beban di pundaknya. Terlebih jika memikirkan soal momongan.Jadi, setiap weekend Yanto mengajak istrinya refreshing. Kadang ke mall. Sekedar makan di foodcourt atau nonton film terbaru sambil makan popcorn. Terkadang pergi makan bakso di pinggir jalan. Kadang juga makan lalapan di warung kesukaan Izza. Sesekali ke pantai atau ke kolam renang dekat rumah sambil jajan cilok. Dan kalau malas pergi-pergi, mereka memilih menghabiskan waktu di rumah.

    Last Updated : 2022-07-15
  • SELALU DICAP MANDUL   KEJULIDAN PARA SAUDARA DAN TETANGGA

    "Ya Allah, janganlah Engkau biarkan hamba-Mu ini larut dalam kesedihan. Jangan biarkan kami terus-menerus hidup dalam kesepian. Kami mohon, jangan biarkan kami hilang harapan. Ya Robb, jawablah penantian panjang kami ini." Terbentang doa Izza mengeluh dan memohon kepada Tuhan-Nya.Ia memang tegar menjawab cacian, gunjingan, ejekan, dan menerima beberapa perlakuan tak pantas. Baik dari tetangga, kerabat dekat atau saudara-saudaranya. Namun, siapa yang tahu? Setiap malam ia meneteskan air mata mencurahkan isi hati kepada Yang Maha Mendengar?Masih melekat di dalam ingatannya, beberapa perlakuan dan ucapan orang-orang yang tak punya otak dan tak punya hati itu.Kini ia mengadu kepada Sang Khaliq. Menceritakan semua kesedihan dan sakit hati yang menghujaninya. Lewat doa dan air mata."Ya Allah, ampunilah hamba yang sering membalas ejekan mereka dengan kata-kata kasar. Ampuni hamba-Mu yang gagal menjadi pribadi sabar. Ampunilah hamba yang sering dzolim kepada mereka. Apakah itu dzolim, Ya

    Last Updated : 2022-07-15
  • SELALU DICAP MANDUL   YANG MANDUL TAK DAPAT WARISAN

    "Begini yaa, Rek. Ini ibu kita kan ada sawah dan kebun tebu. Juga beberapa pekarangan dan tanah. Ini peninggalan almarhum Bapak. Ini sudah saya bagi-bagi untuk kita ber-delapan. Sesuai kesepakatan, dan sudah disetujui ibu. Saya selaku kakak tertua akan membagi sesuai kebutuhan dan porsi kalian." Mas Bambang menjelaskan dengan rinci di ruang tamu Bu Ami.[Rek adalah bahasa jawa yang artinya "saudara2/guys/gaess]Sengaja semua adik-adiknya ia suruh berkumpul untuk membahas pembagian harta. Lebih tepatnya pembagian sawah dan kebun sekaligus pengatasnamaan rumah Bu Ami."Aku sebagai kakak tertua, mendapat tiga bagian. Kebun tebu, sepetak sawah, dan tanah di sebelah rumah ibu ini. Ragil sebagai anak bungsu, dapet rumah ini, sebidang tanah di perkebunan dan sepetak sawah. Juga tanah pekarangan di belakang rumah." Mas Bambang mengabsen semua adik-adiknya hingga sampailah pada giliran Yanto."Yanto kan belum punya anak, jadi bagian Yanto saya pending dulu. Saya yang pegang. Khawatir nanti itu

    Last Updated : 2022-07-15
  • SELALU DICAP MANDUL   MENJAUHI ORANG-ORANG TOXIC

    "Oh, jadi begitu ceritanya?" Izza menanggapi cerita suaminya sepulang dari rumah Bu Ami. Terlihat Izza hanya tersenyum setelah mendengar suaminya mencurahkan kekesalan tentang saudaranya. Terutama Mas Bambang."Maaf ya, Sayang. Bukannya aku mau mengajari kamu durhaka kepada kakak-kakakmu atau sama ibu. Tapi, mulai sekarang belajarlah menolak. Jangan iya-iya terus, tapi endingnya sakit hati." Izza sedikit ngomel kepada suaminya. Ya, karena dia gemas sekali dengan perlakuan mereka-mereka."Aku malas debat. Karena aku gak mahir debat dan perang argumen sama mereka," jawab Yanto.Memang Yanto ini orangnya sangat pendiam. Dia tipe lelaki yang tidak bisa menolak permintaan orang lain. Yanto selalu sungkan, gak enakan sama saudara, dan selalu takut meyinggung perasaan orang lain. Diapun selalu menjaga perasaan saudaranya.Bulek Umi pernah bercerita kalau di masa kecil dulu, Yanto adalah anak yang paling cengeng, paling pendiam, paling sering mengalah, dan paling nurut. Juga paling gampang di

    Last Updated : 2022-12-08
  • SELALU DICAP MANDUL   ASIH MELAHIRKAN

    Setelah pembagian warisan yang tidak jelas itu, Yanto dan Izza tidak pernah ke rumah Bu Ami. Lebih tepatnya, Izza yang tak pernah kesana. Sedangkan Yanto, sesekali masih menengok ibunya dan memberi uang jajan.Sampai berbulan-bulan mereka enggan sering-sering berkunjung seperti dulu. Mereka kecewa dengan semua orang terdekat itu. Yang katanya saudara. Tapi sama saja seperti manusia-manusia lain yang seakan-akan tidak memiliki ikatan darah."Lebih baik aku menjaga kewarasanku. Aku harus sedikit membatasi interaksi dengan mereka," bisik hati Izza.*******Sampailah hari di mana Asih melahirkan. Yah, Izza sebenarnya malas menjenguk Asih ketika melahirkan. Namun, naluri kemanusiaannya masih hidup. Izza menyempatkan diri datang ke rumah sakit saat Asih masih di ruang pemulihan pasca operasi. Sepulang kerja, Izza datang berdua dengan Yanto, membawa cemilan untuk Ragil. Hanya 'say hello' dan bersalaman kepada ibunya Asih yang sedang menemani putrinya di ruang nifas. Kemudian, Izza dan Yanto

    Last Updated : 2022-12-08
  • SELALU DICAP MANDUL   LEHA MUDAH HAMIL TAPI SERING KEGUGURAN

    "Apakah ibu akan semakin menyayangi Asih? Dia sudah berhasil memberikan cucu kepada ibu," bisik hati Izza.Tentu saja, Bu Ami semakin menyayangi menantu bungsunya itu.Dua bulan setelah Asih melahirkan, ia kembali ke rumah Bu Ami, setelah sebelumnya ia tinggal bersama ibunya sendiri.Suatu hari, Izza sempat mampir ke rumah mertuanya sepulang dari kerja. Setelah berbasa basi dan mengobrol, Izza beristirahat di ruang tengah sambil menonton TV. Tiba-tiba, Izza ingin ke kamar Asih untuk melihat bayinya. Meskipun Asih resek, anak Asih tetap keponakan Izza.Namun, langkahnya terhenti di depan kamar Asih."Makan dulu, Nak," kata Bu Ami seraya membawakan sepiring lauk dan sayur sawi ke kamar Asih."Makasih, Bu," ucap Asih dengan lembut."Setelah makan, letakkan saja piringnya di sini. Nanti ibu yang akan membawa piring kotor itu ke dapur." Bu Ami melanjutkan."Kamu kan baru melahirkan. Pasti kamu lelah karena semalaman begadang. Ibu akan mempersiapkan semua kebutuhanmu," kata Bu Ami.Mendenga

    Last Updated : 2022-12-09
  • SELALU DICAP MANDUL   HARUSKAH ADOPSI?

    Sejak kejadian itu, Leha menjadi sedikit berubah. Dia mulai jarang update status lebay di sosmed. Dia mulai sedikit berbenah. Biasanya, sindiran demi sindiran selalu Leha gencarkan setiap saat."Alhamdulillah, pagi-pagi rempong sama anak. Beginilah kalau punya anak. Rumah tak pernah rapi." Kurang lebih begitulah isi status yang sering Leha tulis.*****"Bu Izza, ini ada pesan dari dokter. Untuk terapi lanjutan diharuskan operasi laparascopy ya, Bu. Nanti kalau ibu sudah fix berkenan melakukan operasi, Ibu bisa WA ke Asisten Dokter." Mbak perawat di ruang administrasi itu menerangkan."Apa memang harus operasi laparascopy, Sust?" tanya Izza dengan wajah setengah bengong."Betul, Bu. Karena terapi selama ini, progressnya tidak kunjung bagus. Jadi, salah satu terapi lanjutan ya diberikan adalah tindakan operasi." Perawat itu menjelaskan.Izza keluar dari ruangan dokter dengan pikiran kacau dan melayang kemana-mana. Dia berfikir tentang banyak hal. Biaya operasi, tentulah bisa dia cari. E

    Last Updated : 2022-12-15
  • SELALU DICAP MANDUL   TAWARAN ADOPSI LAGI

    "Pagi Za.. Lagi sibuk kah? Aku ada info bagus nih," ada pesan WA dari Dila, teman sekolah Izza dulu."Lagi ndak sibuk, kok. Ada apa, Dil?" balas Izza singkat."Di kampungku ada bayi butuh di adopsi nih. Ceritanya, ini tetangga aku tuh anaknya sudah delapan. Tapi, dia masih hamil terus setiap tahun. Tetanggaku ini lagi nyari orang tua yang mau mengadopsi bayi itu. Kalau kamu berminat, nanti aku ajak ke rumah tetangga aku deh. Gimana?" Dila menjelaskan panjang lebar."Ehhmm...?? Sebelumnya makasih banyak ya, Dil. Sudah di kasih info. Tapi, maaf banget nih sebelumnya. Aku dan Mas Yanto belum ada keinginan untuk mengadopsi anak," balas Izza."Itu bayinya lucu dan gemoy, Lho. Nunggu apa lagi sih? Kalian sudah bertahun-tahun menikah, lho. Tuh temen seangkatan kita aja udah eksis dan sibuk mengantar anaknya sekolah TK semua. Lha kamu itu mau hamil kapan? Ingat usiamu itu sudah kepala tiga." Dila membalas WA seperti sangat menggebu-gebu, terus menyuruh Izza agar lekas mengadopsi bayi."Eehhm,

    Last Updated : 2022-12-28

Latest chapter

  • SELALU DICAP MANDUL   TRAUMA

    Begitu banyak tekanan dan beban di pundak Izza. Bully-an dan gunjingan saudara. Ejekan tetangga, dan omongan orang-orang selama pernikahannya. Tak terasa kini pernikahan Izza sudah hampir tujuh tahun.Jangan ditanya bagaimana wanita 31 tahun itu selalu bergelut dengan hari-harinya yang selalu banyak konflik. Izza selalu menghabiskan hari-harinya dengan menyibukkan diri bekerja, berjualan online, juga sesekali bermain ke sanggar senam untuk membuat pikirannya rileks. Itu juga saran dari dokter dan termasuk serangkaian program hamil dari dokter.Mental Izza benar-benar dibantai oleh beberapa kejadian. Dimulai dengan awal menikah dulu, dengan hamilnya Ina yang waktu itu terang-terangan mengajak lomba hamil. Dan qodarulloh, Ina hamil mendahului Izza waktu itu. Kini anak Ina, Mela sudah masuk sekolah di bangku TK. Seandainya Izza tidak mandul, pasti anak Izza sudah seumuran Mela. Rasa sayangnya Izza kepada keponakan-keponakannya, baik dari saudara Izza maupun dari saudara Yanto, selalu sam

  • SELALU DICAP MANDUL   LELAH?

    Shubuh menjelang. Izza bangun seperti biasa. Berwudhu dan menuanaikan sholat shubuh. Seusai beribadah, Izza membangunkan Yanto untuk turut menunaikan dua rakaat. Pagi itu, seperti biasa, setelah sholat shubuh, Izza ke dapur untuk memasak. Tiba-tiba Yanto memeluk Izza dari belakang. Izza tak menggubris, ia melanjutkan aktivitasnya membuat sayur sop kesukaan Yanto. Yanto masih memeluk istrinya itu. Semakin dipererat dan mulai usil mencium leher istrinya. Namun Izza tak bergeming."Kok diem sih?" Yanto bertanya karena merasa istrinya mengabaikannya."Maya siapa, Mas?" Tanpa basa-basi, Izza melontarkan pertanyaan, sambil melakukan aktivitasnya mengiris bawang. Dia tak menoleh sedikitpun kepada sang suami.Yanto terkejut bukan kepalang. Sepertinya Izza serius sedang tak enak hati."Kamu buka-buka HP aku?" Yanto bertanya dengan salah tingkah. Perlahan, ia lepaskan tangannya yang melingkar di badan istrinya."Lho bukannya selama ini kita saling buka-bukaan perihal handphone?" sahut Izza den

  • SELALU DICAP MANDUL   SELINGKUH?

    Hari itu tiba-tiba handphone Izza bermasalah dan Izza membawanya ke tukang service. Sementara waktu, Izza meminjam ponsel Yanto untuk mengabari rekan kerjanya perihal ponselnya yang bermasalah. Sudah terbiasa bagi mereka berdua saling meminjam atau membuka ponsel satu sama lain. Dan sama-sama terbuka perihal ponsel. Tentunya tanpa privasi atau rahasia.Hari itu kebetulan Izza ijin tidak masuk kerja. Dia mau fokus menyervis HP nya yang error. Untuk berbagi info dengan rekan kantor, Izza memakai ponsel suaminya. Saat Izza sedang mengetik pesan kepada rekan kerjanya lewat ponsel Yanto. Tiba-tiba ada pesan masuk. Bukan di WA, tapi di aplikasi michat. "Sayang, aku kangen banget nih" Bunyi pesan tersebut. Nama ID-nya 'Maya Flower'.Izza mengabaikan pesan itu dan ia menyelesaikan tugasnya mengirim beberapa file kepada rekan kerjanya. Sementara Yanto sibuk di samping rumah membersihkan sangkar burung. Yah, rutinitas kalau sedang di rumah. Yanto juga ijin tidak masuk kerja untuk menemani istri

  • SELALU DICAP MANDUL   TIDAK ADIL

    Yang jauh bau bunga, yang dekat bau tai. Mungkin itu adalah istilah pribahasa yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Sudah menjadi kisah klasik antara anak dan orang tua yang masih serumah. Terkadang, ada cemburu yang tersirat di wajah orang tua, manakal anaknya berumahtangga. Sedikit banyak mungkin mereka merasa kesepian, setelah anak yang dulu single dan kemana-mana bisa dijadikan teman. Saat menikah, anak akan cenderung memiliki dunia baru dengan pasangannya. Dan lebih sering menghabiskan waktu dengan pasangannya."Seorang anak kalau sudah menikah. Rasa cintanya terbagi. Ibarat kata, cinta itu kadarnya 1 kilo. Itu yang 1 ons buat orang tua, dan yang 9 ons buat suaminya." Bu Ismi kerap kali menyindir Izza, saat Izza berduaan dengan Yanto di kamar.Ya, apalagi selama ini, Bu Ismi terlihat tidak begitu menyukai Yanto. Entah karena cemburu atau apa. Tapi, kasih sayang Bu Ismi kepada Izza dan Yanto memang tidak sebesar kasih sayangnya kepada Yanti dan suaminya.Mungkin karena

  • SELALU DICAP MANDUL   APAKAH IZZA KEWALAT?

    "Kamu harus kuat dan sabar ya, Zah. Jangan putus asa." Mbak Yanti melempar senyuman manis kepada adik bungsunya, Izza."Tuhan masih ingin melihat sebesar apa kamu berjuang, dan Dia masih ingin mendengar rintihan doamu di setiap waktu," tandas Mbak Yanti, menguatkan adiknya."Iya, Mbak. Insya Allah aku masih kuat dan sabar kok," jawab Izza sambil menyuapi kue kepada kedua keponakannya."Ada apa? Ada apa?" Tiba-tiba Bu Ismi muncul. Wanita baya itu hadir di tengah-tengah ketiga putrinya."Eh, ini lho, Bu. Ngasih semangat buat adik. Biar dia tidak putus asa, meskipun belum diberi momongan," kata Mbak Yanti dengan senyuman mengembang."Maksudmu, semangat buat Izza?" Bu Ismi mengerjap.Mbak Yanti mengangguk pelan. "Iya, Bu," sahutnya."Dia gak mungkin bisa hamil. Dia itu kewalat Anas," kata Bu Ismi asal nyeplos."Jangan begitu, Bu," sahut Mbak Yanti dengan lembut."Lhoh. Ini serius. Izza gak akan bisa hamil, karena dia sudah menolak lamaran Anas dan memilih Yanto," pekik Bu Ismi.Tanpa ber

  • SELALU DICAP MANDUL   TAWARAN ADOPSI LAGI

    "Pagi Za.. Lagi sibuk kah? Aku ada info bagus nih," ada pesan WA dari Dila, teman sekolah Izza dulu."Lagi ndak sibuk, kok. Ada apa, Dil?" balas Izza singkat."Di kampungku ada bayi butuh di adopsi nih. Ceritanya, ini tetangga aku tuh anaknya sudah delapan. Tapi, dia masih hamil terus setiap tahun. Tetanggaku ini lagi nyari orang tua yang mau mengadopsi bayi itu. Kalau kamu berminat, nanti aku ajak ke rumah tetangga aku deh. Gimana?" Dila menjelaskan panjang lebar."Ehhmm...?? Sebelumnya makasih banyak ya, Dil. Sudah di kasih info. Tapi, maaf banget nih sebelumnya. Aku dan Mas Yanto belum ada keinginan untuk mengadopsi anak," balas Izza."Itu bayinya lucu dan gemoy, Lho. Nunggu apa lagi sih? Kalian sudah bertahun-tahun menikah, lho. Tuh temen seangkatan kita aja udah eksis dan sibuk mengantar anaknya sekolah TK semua. Lha kamu itu mau hamil kapan? Ingat usiamu itu sudah kepala tiga." Dila membalas WA seperti sangat menggebu-gebu, terus menyuruh Izza agar lekas mengadopsi bayi."Eehhm,

  • SELALU DICAP MANDUL   HARUSKAH ADOPSI?

    Sejak kejadian itu, Leha menjadi sedikit berubah. Dia mulai jarang update status lebay di sosmed. Dia mulai sedikit berbenah. Biasanya, sindiran demi sindiran selalu Leha gencarkan setiap saat."Alhamdulillah, pagi-pagi rempong sama anak. Beginilah kalau punya anak. Rumah tak pernah rapi." Kurang lebih begitulah isi status yang sering Leha tulis.*****"Bu Izza, ini ada pesan dari dokter. Untuk terapi lanjutan diharuskan operasi laparascopy ya, Bu. Nanti kalau ibu sudah fix berkenan melakukan operasi, Ibu bisa WA ke Asisten Dokter." Mbak perawat di ruang administrasi itu menerangkan."Apa memang harus operasi laparascopy, Sust?" tanya Izza dengan wajah setengah bengong."Betul, Bu. Karena terapi selama ini, progressnya tidak kunjung bagus. Jadi, salah satu terapi lanjutan ya diberikan adalah tindakan operasi." Perawat itu menjelaskan.Izza keluar dari ruangan dokter dengan pikiran kacau dan melayang kemana-mana. Dia berfikir tentang banyak hal. Biaya operasi, tentulah bisa dia cari. E

  • SELALU DICAP MANDUL   LEHA MUDAH HAMIL TAPI SERING KEGUGURAN

    "Apakah ibu akan semakin menyayangi Asih? Dia sudah berhasil memberikan cucu kepada ibu," bisik hati Izza.Tentu saja, Bu Ami semakin menyayangi menantu bungsunya itu.Dua bulan setelah Asih melahirkan, ia kembali ke rumah Bu Ami, setelah sebelumnya ia tinggal bersama ibunya sendiri.Suatu hari, Izza sempat mampir ke rumah mertuanya sepulang dari kerja. Setelah berbasa basi dan mengobrol, Izza beristirahat di ruang tengah sambil menonton TV. Tiba-tiba, Izza ingin ke kamar Asih untuk melihat bayinya. Meskipun Asih resek, anak Asih tetap keponakan Izza.Namun, langkahnya terhenti di depan kamar Asih."Makan dulu, Nak," kata Bu Ami seraya membawakan sepiring lauk dan sayur sawi ke kamar Asih."Makasih, Bu," ucap Asih dengan lembut."Setelah makan, letakkan saja piringnya di sini. Nanti ibu yang akan membawa piring kotor itu ke dapur." Bu Ami melanjutkan."Kamu kan baru melahirkan. Pasti kamu lelah karena semalaman begadang. Ibu akan mempersiapkan semua kebutuhanmu," kata Bu Ami.Mendenga

  • SELALU DICAP MANDUL   ASIH MELAHIRKAN

    Setelah pembagian warisan yang tidak jelas itu, Yanto dan Izza tidak pernah ke rumah Bu Ami. Lebih tepatnya, Izza yang tak pernah kesana. Sedangkan Yanto, sesekali masih menengok ibunya dan memberi uang jajan.Sampai berbulan-bulan mereka enggan sering-sering berkunjung seperti dulu. Mereka kecewa dengan semua orang terdekat itu. Yang katanya saudara. Tapi sama saja seperti manusia-manusia lain yang seakan-akan tidak memiliki ikatan darah."Lebih baik aku menjaga kewarasanku. Aku harus sedikit membatasi interaksi dengan mereka," bisik hati Izza.*******Sampailah hari di mana Asih melahirkan. Yah, Izza sebenarnya malas menjenguk Asih ketika melahirkan. Namun, naluri kemanusiaannya masih hidup. Izza menyempatkan diri datang ke rumah sakit saat Asih masih di ruang pemulihan pasca operasi. Sepulang kerja, Izza datang berdua dengan Yanto, membawa cemilan untuk Ragil. Hanya 'say hello' dan bersalaman kepada ibunya Asih yang sedang menemani putrinya di ruang nifas. Kemudian, Izza dan Yanto

DMCA.com Protection Status