Home / Pernikahan / SELALU DICAP MANDUL / KEJULIDAN PARA SAUDARA DAN TETANGGA

Share

KEJULIDAN PARA SAUDARA DAN TETANGGA

Author: Aisy David
last update Last Updated: 2022-07-15 10:31:52

"Ya Allah, janganlah Engkau biarkan hamba-Mu ini larut dalam kesedihan. Jangan biarkan kami terus-menerus hidup dalam kesepian. Kami mohon, jangan biarkan kami hilang harapan. Ya Robb, jawablah penantian panjang kami ini." Terbentang doa Izza mengeluh dan memohon kepada Tuhan-Nya.

Ia memang tegar menjawab cacian, gunjingan, ejekan, dan menerima beberapa perlakuan tak pantas. Baik dari tetangga, kerabat dekat atau saudara-saudaranya. Namun, siapa yang tahu? Setiap malam ia meneteskan air mata mencurahkan isi hati kepada Yang Maha Mendengar?

Masih melekat di dalam ingatannya, beberapa perlakuan dan ucapan orang-orang yang tak punya otak dan tak punya hati itu.

Kini ia mengadu kepada Sang Khaliq. Menceritakan semua kesedihan dan sakit hati yang menghujaninya. Lewat doa dan air mata.

"Ya Allah, ampunilah hamba yang sering membalas ejekan mereka dengan kata-kata kasar. Ampuni hamba-Mu yang gagal menjadi pribadi sabar. Ampunilah hamba yang sering dzolim kepada mereka. Apakah itu dzolim, Ya Allah? Apakah hamba dzolim kepada sesama? Kepada mereka?" Air mata Izza terus mengalir.

Kemudian rentetan kejadian dan ucapan-ucapan mereka yang sering menyudutkannya, terekam begitu saja. Seakan-akan semua kejadian itu berputar ulang. Kejadian-kejadian itu seperti roll video yang sedang autoplay di otak Izza.

*******

Ketika Izza menikah baru empat bulan. Mbak Ina, menantu ketiga Bu Ami, hamil anak kedua.

Hari itu, Izza mampir ke rumah Bu Ami sepulang dari kantor,‍ " Zah, aku hamil lho. Kamu kok kalah sama aku? Ayo lomba ngasih cucu cewek buat ibu. Ayo lomba hamil. Oh ya cucu ibu kan limabelas cowok semua. Ayo kita lomba cepet-cepetan ngasih cucu cewek," ucap Ina sambil pamer testpack waktu di teras rumah Bu Ami.

"Alhamdulillah. Selamat yaa, Mbak. Semoga aku segera menyusul," sahut Izza dengan santai, walaupun sebenarnya hatinya agak kikuk.

"Lha terooss, kamu kapan Zah? Lama amat. Mandul kah? Masak kalah sama Ina? Kamu sih, kerja terooos, nyari uang terooos. Jadinya gak hamil-hamil." Bulek Yayah tiba-tiba nimbrung begitu saja. Tanpa basa-basi pula.

Izza hanya tersenyum dan berlalu pergi dari hadapan mereka. Kala itu ia masih belum seberani saat ini.

*********

Di warung Mbak Yayuk, beberapa bulan yang lalu.

"Mbak, telur sekilo, gula sekilo, ya." Izza berbicara dengan pemilik warung.

"Ok Zah," jawab Mbak Yayuk.

"Eh ada Izza..., Hey Zaah, coba sini nunggi**g, aku kasih contoh caranya kawin biar kamu lekas hamil," celetuk Pak Hasan yang tiba-tiba muncul dari belakang Mbak Yayuk. Dia adalah bapak Mbak Yayuk.

"Hush!! Bapak gak sopan ngomong begitu." Spontan Mbak Yayuk menegur bapaknya.

"Lho, saya ini cuna mau kasih contoh. Barangkali suami Izza gak lakik. Gak topcer. Sperr*a encer, atau gak tau gaya-gaya kawin yang manjur. Sini aku ajarin. Suruh suamimu minum jamu. Dan kamu juga harus belajar gaya-gaya kawin yang joss, Zah." Kakek-kakek itu semakin menjadi-jadi berbicara di depan warung.

Ia terlihat bersemangat menceramahi Izza perihal gaya-gaya bercinta. Izza awalnya diam saja. Ia capek menanggapi hal-hal yang selalu sama topiknya.

"Gimana, gimana? Atau aku kasih donasi sperm* aja nih? Mau gak? Aku kasih sumbangan sperm** gratis. Ku-kasih patungan sperm* milikku cuma-cuma lhoh." Sekarang ucapan Pak Hasan semakin lancang.

Izza sontak meradang.

" Wooow Bapak Hasan ini rupanya belum sadar kalau sampean sudah tua. Lancang sekali mulut sampean. Saya laporkan ke Pak Lurah biar diurus ke kepolisian ya? Mau? Sudah bau tanah. Banyakin ibadah. Takut sewaktu-waktu ajal datang. Gak baik kan kalau sampean sakarotul maut dalam keadaan nawarin tetangga nunggi***g dan promosi sperm* basi khas aki-aki. Nanti gimana kalau sama malaikat dicabut nyawanya ketika situ nunggi**g juga?" Izza menjawab dengan nada nyaring. Tak peduli ada siapa saja di warung itu. Ia terlihat menguasai emosinya. Meskipun hatinya jengkel. Bagaimana tidak, disitu ada banyak pembeli.

Ada yang ikut tertawa mendengar ocehan Pak Hasan. Dikira ini lucu. Ah.. tapi Izza selalu terlihat tegar.

Akhirnya Pak Hasan pun pergi. Izza menghela napas dalam-dalam.

*******

Esok harinya Izza pindah belanja sayur ke warung lain. Ke warung Mbak Amina.

"Mbak, sayur sop 3000. Ikan lele setengah kilo. Total berapa?" Seperti biasa, setelah memilih-milih belanjaan, pembeli akan totalan.

"Tiga belas ribu, Non," jawab Mbak Amina.

"Zaa, kamu kapan nih mau hamil? Kamu sengaja ya gak mau hamil ? Atau kamu emang mandul? Kakakmu udah punya dua anak. Kakakmu satunya sudah punya satu anak. Bahkan keponakanmu, anak masmu juga sudah beranak. Padahal ponakanmu nikah belakangan. Kamu kalah jauuh lhooh." Bik Iyem nyerocoss tanpa jeda. Dia ibu angkat dari Mbak Amina.

Sontak Izza menghela napas dalam-dalam dan ia tersenyum. Lalu menyahuti ejekan Bik Iyem.

"Sudahlah, Bik. Tidak usah repot-repot ngurusin hidup saya. Toh Bik Iyem sendiri juga mandul kan? Sampai setua ini belom punya momongan. Saya tau kok kalau Mbak Amina itu anak angkat sampean. Cuma selama ini saya masa bodoh entah Mbak Amina ini anak angkatmu, anak tirimu, atau anak apalah. Terserah situ. Bagi saya gak penting banget ngurusin anak orang lain." Izza menjawab ejekan Bik Iyem sambil mengedipkan sebelah matanya. Bik Iyem hanya melongo (bengong). Lalu Bik Iyem masuk ke dalam rumah.

********

Izza pun sempat malas belanja ke warung Mbak Amina lagi. Suatu hari ia pindah ke warung Bulek Marsiti.

"Bulek, ikan pindang tiga kotak ya," ucap Izza.

"Ambil sendiri, Zah. Tuh tempat ikan ada di ujung. Itu kantong plastiknya di gantungan," kata Bulek Marsiti sambil otak atik handphone di kursi.

Izza pun mengiyakan. Ia mengambil beberapa kotak pindang dan belanjaan lain.

"Beli lauk kok banyak amat, Za? Kan kamu gak punya anak thoo?" Bulek Marsiti mulai bahas anak.

"Lhoo emangnya kenapa kalau beli banyak, Bulek?" Izza tersenyum.

"Belanja banyak jadinya boros. Padahal gak ngingoni (menghidupi) anak. Lagian kenapa kamu gak hamil-hamil sih? Ini sudah sekian tahun lho. Mandul ya? Hati-hati suamimu nikah lagi. Jaman sekarang banyak janda genit lho." Bulek Marsiti masih terus nyerocos ngalor ngidul.

"Ehm, gini bulek, Bulek kenapa duduk di kursi terus dari tadi? Melayani pembeli sambil dudukan. Bulek sakit?" Izza bertanya perihal Bulek Marsiti karena dia menjaga warung sambil dudukan. Tak lincah seperti biasanya, yang kesana kemari gesit melayani pembeli.

"Anu, Zah. Asam urat dan kolestrol. Sama agak pusing kepalaku, soalnya darah tinggi," jawab Bulek Marsiti.

"Nah. Tuh kan, udah tua. Udah sakit-sakitan. Udah gak kuat berdiri juga kan? Misal nih bentar lagi mati gimana? Gak nyari bekal? Masih mau sibuk julid ke saya yang katanya mandul nih? Banyakin ibadah aja lah, Bulek. Kurang-kurangin nyinyir. Toh saya meskipun kata situ mandul, saya ndak pernah minta makan sama situ kan? Oh ya Bulek, pindangnya ini ndak jadi saya beli. Makasih." Izza spontan pergi tanpa melihat ke wajah Bulek Marsiti.

*********

Setiap kejadian-kejadian itu melekat dengan sangat rapi di otak Izza. Menancapkan duri tersendiri di setiap ruang dadanya. Hanya di dalam doanya Izza bebas mengeluarkan isi hatinya. Izza menangis, mengadu, dan mengeluh. Dia sebut satu-persatu ulah manusia-manusia itu. Hatinya merasa plong setiap kali menumpahkan airmata di setiap doanya.

Setelah puas mencurahkan kesedihannya. Izza pun beranjak kembali ke kamar tidurnya. Terlihat Yanto tidur dengan raut wajah yang sangat lelah. Izza mengusap wajah suaminya. Ada rasa sedih, kasihan dan merasa bersalah, karena belum bisa memberikan keturunan sampai detik ini. Lagi-lagi Izza hanyut dalam kesedihannya sampai ketiduran.

"Sayang, maafkan istrimu yang belum bisa menjadi istri sempurna ini, ya," bisiknya.

Related chapters

  • SELALU DICAP MANDUL   YANG MANDUL TAK DAPAT WARISAN

    "Begini yaa, Rek. Ini ibu kita kan ada sawah dan kebun tebu. Juga beberapa pekarangan dan tanah. Ini peninggalan almarhum Bapak. Ini sudah saya bagi-bagi untuk kita ber-delapan. Sesuai kesepakatan, dan sudah disetujui ibu. Saya selaku kakak tertua akan membagi sesuai kebutuhan dan porsi kalian." Mas Bambang menjelaskan dengan rinci di ruang tamu Bu Ami.[Rek adalah bahasa jawa yang artinya "saudara2/guys/gaess]Sengaja semua adik-adiknya ia suruh berkumpul untuk membahas pembagian harta. Lebih tepatnya pembagian sawah dan kebun sekaligus pengatasnamaan rumah Bu Ami."Aku sebagai kakak tertua, mendapat tiga bagian. Kebun tebu, sepetak sawah, dan tanah di sebelah rumah ibu ini. Ragil sebagai anak bungsu, dapet rumah ini, sebidang tanah di perkebunan dan sepetak sawah. Juga tanah pekarangan di belakang rumah." Mas Bambang mengabsen semua adik-adiknya hingga sampailah pada giliran Yanto."Yanto kan belum punya anak, jadi bagian Yanto saya pending dulu. Saya yang pegang. Khawatir nanti itu

    Last Updated : 2022-07-15
  • SELALU DICAP MANDUL   MENJAUHI ORANG-ORANG TOXIC

    "Oh, jadi begitu ceritanya?" Izza menanggapi cerita suaminya sepulang dari rumah Bu Ami. Terlihat Izza hanya tersenyum setelah mendengar suaminya mencurahkan kekesalan tentang saudaranya. Terutama Mas Bambang."Maaf ya, Sayang. Bukannya aku mau mengajari kamu durhaka kepada kakak-kakakmu atau sama ibu. Tapi, mulai sekarang belajarlah menolak. Jangan iya-iya terus, tapi endingnya sakit hati." Izza sedikit ngomel kepada suaminya. Ya, karena dia gemas sekali dengan perlakuan mereka-mereka."Aku malas debat. Karena aku gak mahir debat dan perang argumen sama mereka," jawab Yanto.Memang Yanto ini orangnya sangat pendiam. Dia tipe lelaki yang tidak bisa menolak permintaan orang lain. Yanto selalu sungkan, gak enakan sama saudara, dan selalu takut meyinggung perasaan orang lain. Diapun selalu menjaga perasaan saudaranya.Bulek Umi pernah bercerita kalau di masa kecil dulu, Yanto adalah anak yang paling cengeng, paling pendiam, paling sering mengalah, dan paling nurut. Juga paling gampang di

    Last Updated : 2022-12-08
  • SELALU DICAP MANDUL   ASIH MELAHIRKAN

    Setelah pembagian warisan yang tidak jelas itu, Yanto dan Izza tidak pernah ke rumah Bu Ami. Lebih tepatnya, Izza yang tak pernah kesana. Sedangkan Yanto, sesekali masih menengok ibunya dan memberi uang jajan.Sampai berbulan-bulan mereka enggan sering-sering berkunjung seperti dulu. Mereka kecewa dengan semua orang terdekat itu. Yang katanya saudara. Tapi sama saja seperti manusia-manusia lain yang seakan-akan tidak memiliki ikatan darah."Lebih baik aku menjaga kewarasanku. Aku harus sedikit membatasi interaksi dengan mereka," bisik hati Izza.*******Sampailah hari di mana Asih melahirkan. Yah, Izza sebenarnya malas menjenguk Asih ketika melahirkan. Namun, naluri kemanusiaannya masih hidup. Izza menyempatkan diri datang ke rumah sakit saat Asih masih di ruang pemulihan pasca operasi. Sepulang kerja, Izza datang berdua dengan Yanto, membawa cemilan untuk Ragil. Hanya 'say hello' dan bersalaman kepada ibunya Asih yang sedang menemani putrinya di ruang nifas. Kemudian, Izza dan Yanto

    Last Updated : 2022-12-08
  • SELALU DICAP MANDUL   LEHA MUDAH HAMIL TAPI SERING KEGUGURAN

    "Apakah ibu akan semakin menyayangi Asih? Dia sudah berhasil memberikan cucu kepada ibu," bisik hati Izza.Tentu saja, Bu Ami semakin menyayangi menantu bungsunya itu.Dua bulan setelah Asih melahirkan, ia kembali ke rumah Bu Ami, setelah sebelumnya ia tinggal bersama ibunya sendiri.Suatu hari, Izza sempat mampir ke rumah mertuanya sepulang dari kerja. Setelah berbasa basi dan mengobrol, Izza beristirahat di ruang tengah sambil menonton TV. Tiba-tiba, Izza ingin ke kamar Asih untuk melihat bayinya. Meskipun Asih resek, anak Asih tetap keponakan Izza.Namun, langkahnya terhenti di depan kamar Asih."Makan dulu, Nak," kata Bu Ami seraya membawakan sepiring lauk dan sayur sawi ke kamar Asih."Makasih, Bu," ucap Asih dengan lembut."Setelah makan, letakkan saja piringnya di sini. Nanti ibu yang akan membawa piring kotor itu ke dapur." Bu Ami melanjutkan."Kamu kan baru melahirkan. Pasti kamu lelah karena semalaman begadang. Ibu akan mempersiapkan semua kebutuhanmu," kata Bu Ami.Mendenga

    Last Updated : 2022-12-09
  • SELALU DICAP MANDUL   HARUSKAH ADOPSI?

    Sejak kejadian itu, Leha menjadi sedikit berubah. Dia mulai jarang update status lebay di sosmed. Dia mulai sedikit berbenah. Biasanya, sindiran demi sindiran selalu Leha gencarkan setiap saat."Alhamdulillah, pagi-pagi rempong sama anak. Beginilah kalau punya anak. Rumah tak pernah rapi." Kurang lebih begitulah isi status yang sering Leha tulis.*****"Bu Izza, ini ada pesan dari dokter. Untuk terapi lanjutan diharuskan operasi laparascopy ya, Bu. Nanti kalau ibu sudah fix berkenan melakukan operasi, Ibu bisa WA ke Asisten Dokter." Mbak perawat di ruang administrasi itu menerangkan."Apa memang harus operasi laparascopy, Sust?" tanya Izza dengan wajah setengah bengong."Betul, Bu. Karena terapi selama ini, progressnya tidak kunjung bagus. Jadi, salah satu terapi lanjutan ya diberikan adalah tindakan operasi." Perawat itu menjelaskan.Izza keluar dari ruangan dokter dengan pikiran kacau dan melayang kemana-mana. Dia berfikir tentang banyak hal. Biaya operasi, tentulah bisa dia cari. E

    Last Updated : 2022-12-15
  • SELALU DICAP MANDUL   TAWARAN ADOPSI LAGI

    "Pagi Za.. Lagi sibuk kah? Aku ada info bagus nih," ada pesan WA dari Dila, teman sekolah Izza dulu."Lagi ndak sibuk, kok. Ada apa, Dil?" balas Izza singkat."Di kampungku ada bayi butuh di adopsi nih. Ceritanya, ini tetangga aku tuh anaknya sudah delapan. Tapi, dia masih hamil terus setiap tahun. Tetanggaku ini lagi nyari orang tua yang mau mengadopsi bayi itu. Kalau kamu berminat, nanti aku ajak ke rumah tetangga aku deh. Gimana?" Dila menjelaskan panjang lebar."Ehhmm...?? Sebelumnya makasih banyak ya, Dil. Sudah di kasih info. Tapi, maaf banget nih sebelumnya. Aku dan Mas Yanto belum ada keinginan untuk mengadopsi anak," balas Izza."Itu bayinya lucu dan gemoy, Lho. Nunggu apa lagi sih? Kalian sudah bertahun-tahun menikah, lho. Tuh temen seangkatan kita aja udah eksis dan sibuk mengantar anaknya sekolah TK semua. Lha kamu itu mau hamil kapan? Ingat usiamu itu sudah kepala tiga." Dila membalas WA seperti sangat menggebu-gebu, terus menyuruh Izza agar lekas mengadopsi bayi."Eehhm,

    Last Updated : 2022-12-28
  • SELALU DICAP MANDUL   APAKAH IZZA KEWALAT?

    "Kamu harus kuat dan sabar ya, Zah. Jangan putus asa." Mbak Yanti melempar senyuman manis kepada adik bungsunya, Izza."Tuhan masih ingin melihat sebesar apa kamu berjuang, dan Dia masih ingin mendengar rintihan doamu di setiap waktu," tandas Mbak Yanti, menguatkan adiknya."Iya, Mbak. Insya Allah aku masih kuat dan sabar kok," jawab Izza sambil menyuapi kue kepada kedua keponakannya."Ada apa? Ada apa?" Tiba-tiba Bu Ismi muncul. Wanita baya itu hadir di tengah-tengah ketiga putrinya."Eh, ini lho, Bu. Ngasih semangat buat adik. Biar dia tidak putus asa, meskipun belum diberi momongan," kata Mbak Yanti dengan senyuman mengembang."Maksudmu, semangat buat Izza?" Bu Ismi mengerjap.Mbak Yanti mengangguk pelan. "Iya, Bu," sahutnya."Dia gak mungkin bisa hamil. Dia itu kewalat Anas," kata Bu Ismi asal nyeplos."Jangan begitu, Bu," sahut Mbak Yanti dengan lembut."Lhoh. Ini serius. Izza gak akan bisa hamil, karena dia sudah menolak lamaran Anas dan memilih Yanto," pekik Bu Ismi.Tanpa ber

    Last Updated : 2022-12-29
  • SELALU DICAP MANDUL   TIDAK ADIL

    Yang jauh bau bunga, yang dekat bau tai. Mungkin itu adalah istilah pribahasa yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Sudah menjadi kisah klasik antara anak dan orang tua yang masih serumah. Terkadang, ada cemburu yang tersirat di wajah orang tua, manakal anaknya berumahtangga. Sedikit banyak mungkin mereka merasa kesepian, setelah anak yang dulu single dan kemana-mana bisa dijadikan teman. Saat menikah, anak akan cenderung memiliki dunia baru dengan pasangannya. Dan lebih sering menghabiskan waktu dengan pasangannya."Seorang anak kalau sudah menikah. Rasa cintanya terbagi. Ibarat kata, cinta itu kadarnya 1 kilo. Itu yang 1 ons buat orang tua, dan yang 9 ons buat suaminya." Bu Ismi kerap kali menyindir Izza, saat Izza berduaan dengan Yanto di kamar.Ya, apalagi selama ini, Bu Ismi terlihat tidak begitu menyukai Yanto. Entah karena cemburu atau apa. Tapi, kasih sayang Bu Ismi kepada Izza dan Yanto memang tidak sebesar kasih sayangnya kepada Yanti dan suaminya.Mungkin karena

    Last Updated : 2023-01-01

Latest chapter

  • SELALU DICAP MANDUL   TRAUMA

    Begitu banyak tekanan dan beban di pundak Izza. Bully-an dan gunjingan saudara. Ejekan tetangga, dan omongan orang-orang selama pernikahannya. Tak terasa kini pernikahan Izza sudah hampir tujuh tahun.Jangan ditanya bagaimana wanita 31 tahun itu selalu bergelut dengan hari-harinya yang selalu banyak konflik. Izza selalu menghabiskan hari-harinya dengan menyibukkan diri bekerja, berjualan online, juga sesekali bermain ke sanggar senam untuk membuat pikirannya rileks. Itu juga saran dari dokter dan termasuk serangkaian program hamil dari dokter.Mental Izza benar-benar dibantai oleh beberapa kejadian. Dimulai dengan awal menikah dulu, dengan hamilnya Ina yang waktu itu terang-terangan mengajak lomba hamil. Dan qodarulloh, Ina hamil mendahului Izza waktu itu. Kini anak Ina, Mela sudah masuk sekolah di bangku TK. Seandainya Izza tidak mandul, pasti anak Izza sudah seumuran Mela. Rasa sayangnya Izza kepada keponakan-keponakannya, baik dari saudara Izza maupun dari saudara Yanto, selalu sam

  • SELALU DICAP MANDUL   LELAH?

    Shubuh menjelang. Izza bangun seperti biasa. Berwudhu dan menuanaikan sholat shubuh. Seusai beribadah, Izza membangunkan Yanto untuk turut menunaikan dua rakaat. Pagi itu, seperti biasa, setelah sholat shubuh, Izza ke dapur untuk memasak. Tiba-tiba Yanto memeluk Izza dari belakang. Izza tak menggubris, ia melanjutkan aktivitasnya membuat sayur sop kesukaan Yanto. Yanto masih memeluk istrinya itu. Semakin dipererat dan mulai usil mencium leher istrinya. Namun Izza tak bergeming."Kok diem sih?" Yanto bertanya karena merasa istrinya mengabaikannya."Maya siapa, Mas?" Tanpa basa-basi, Izza melontarkan pertanyaan, sambil melakukan aktivitasnya mengiris bawang. Dia tak menoleh sedikitpun kepada sang suami.Yanto terkejut bukan kepalang. Sepertinya Izza serius sedang tak enak hati."Kamu buka-buka HP aku?" Yanto bertanya dengan salah tingkah. Perlahan, ia lepaskan tangannya yang melingkar di badan istrinya."Lho bukannya selama ini kita saling buka-bukaan perihal handphone?" sahut Izza den

  • SELALU DICAP MANDUL   SELINGKUH?

    Hari itu tiba-tiba handphone Izza bermasalah dan Izza membawanya ke tukang service. Sementara waktu, Izza meminjam ponsel Yanto untuk mengabari rekan kerjanya perihal ponselnya yang bermasalah. Sudah terbiasa bagi mereka berdua saling meminjam atau membuka ponsel satu sama lain. Dan sama-sama terbuka perihal ponsel. Tentunya tanpa privasi atau rahasia.Hari itu kebetulan Izza ijin tidak masuk kerja. Dia mau fokus menyervis HP nya yang error. Untuk berbagi info dengan rekan kantor, Izza memakai ponsel suaminya. Saat Izza sedang mengetik pesan kepada rekan kerjanya lewat ponsel Yanto. Tiba-tiba ada pesan masuk. Bukan di WA, tapi di aplikasi michat. "Sayang, aku kangen banget nih" Bunyi pesan tersebut. Nama ID-nya 'Maya Flower'.Izza mengabaikan pesan itu dan ia menyelesaikan tugasnya mengirim beberapa file kepada rekan kerjanya. Sementara Yanto sibuk di samping rumah membersihkan sangkar burung. Yah, rutinitas kalau sedang di rumah. Yanto juga ijin tidak masuk kerja untuk menemani istri

  • SELALU DICAP MANDUL   TIDAK ADIL

    Yang jauh bau bunga, yang dekat bau tai. Mungkin itu adalah istilah pribahasa yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Sudah menjadi kisah klasik antara anak dan orang tua yang masih serumah. Terkadang, ada cemburu yang tersirat di wajah orang tua, manakal anaknya berumahtangga. Sedikit banyak mungkin mereka merasa kesepian, setelah anak yang dulu single dan kemana-mana bisa dijadikan teman. Saat menikah, anak akan cenderung memiliki dunia baru dengan pasangannya. Dan lebih sering menghabiskan waktu dengan pasangannya."Seorang anak kalau sudah menikah. Rasa cintanya terbagi. Ibarat kata, cinta itu kadarnya 1 kilo. Itu yang 1 ons buat orang tua, dan yang 9 ons buat suaminya." Bu Ismi kerap kali menyindir Izza, saat Izza berduaan dengan Yanto di kamar.Ya, apalagi selama ini, Bu Ismi terlihat tidak begitu menyukai Yanto. Entah karena cemburu atau apa. Tapi, kasih sayang Bu Ismi kepada Izza dan Yanto memang tidak sebesar kasih sayangnya kepada Yanti dan suaminya.Mungkin karena

  • SELALU DICAP MANDUL   APAKAH IZZA KEWALAT?

    "Kamu harus kuat dan sabar ya, Zah. Jangan putus asa." Mbak Yanti melempar senyuman manis kepada adik bungsunya, Izza."Tuhan masih ingin melihat sebesar apa kamu berjuang, dan Dia masih ingin mendengar rintihan doamu di setiap waktu," tandas Mbak Yanti, menguatkan adiknya."Iya, Mbak. Insya Allah aku masih kuat dan sabar kok," jawab Izza sambil menyuapi kue kepada kedua keponakannya."Ada apa? Ada apa?" Tiba-tiba Bu Ismi muncul. Wanita baya itu hadir di tengah-tengah ketiga putrinya."Eh, ini lho, Bu. Ngasih semangat buat adik. Biar dia tidak putus asa, meskipun belum diberi momongan," kata Mbak Yanti dengan senyuman mengembang."Maksudmu, semangat buat Izza?" Bu Ismi mengerjap.Mbak Yanti mengangguk pelan. "Iya, Bu," sahutnya."Dia gak mungkin bisa hamil. Dia itu kewalat Anas," kata Bu Ismi asal nyeplos."Jangan begitu, Bu," sahut Mbak Yanti dengan lembut."Lhoh. Ini serius. Izza gak akan bisa hamil, karena dia sudah menolak lamaran Anas dan memilih Yanto," pekik Bu Ismi.Tanpa ber

  • SELALU DICAP MANDUL   TAWARAN ADOPSI LAGI

    "Pagi Za.. Lagi sibuk kah? Aku ada info bagus nih," ada pesan WA dari Dila, teman sekolah Izza dulu."Lagi ndak sibuk, kok. Ada apa, Dil?" balas Izza singkat."Di kampungku ada bayi butuh di adopsi nih. Ceritanya, ini tetangga aku tuh anaknya sudah delapan. Tapi, dia masih hamil terus setiap tahun. Tetanggaku ini lagi nyari orang tua yang mau mengadopsi bayi itu. Kalau kamu berminat, nanti aku ajak ke rumah tetangga aku deh. Gimana?" Dila menjelaskan panjang lebar."Ehhmm...?? Sebelumnya makasih banyak ya, Dil. Sudah di kasih info. Tapi, maaf banget nih sebelumnya. Aku dan Mas Yanto belum ada keinginan untuk mengadopsi anak," balas Izza."Itu bayinya lucu dan gemoy, Lho. Nunggu apa lagi sih? Kalian sudah bertahun-tahun menikah, lho. Tuh temen seangkatan kita aja udah eksis dan sibuk mengantar anaknya sekolah TK semua. Lha kamu itu mau hamil kapan? Ingat usiamu itu sudah kepala tiga." Dila membalas WA seperti sangat menggebu-gebu, terus menyuruh Izza agar lekas mengadopsi bayi."Eehhm,

  • SELALU DICAP MANDUL   HARUSKAH ADOPSI?

    Sejak kejadian itu, Leha menjadi sedikit berubah. Dia mulai jarang update status lebay di sosmed. Dia mulai sedikit berbenah. Biasanya, sindiran demi sindiran selalu Leha gencarkan setiap saat."Alhamdulillah, pagi-pagi rempong sama anak. Beginilah kalau punya anak. Rumah tak pernah rapi." Kurang lebih begitulah isi status yang sering Leha tulis.*****"Bu Izza, ini ada pesan dari dokter. Untuk terapi lanjutan diharuskan operasi laparascopy ya, Bu. Nanti kalau ibu sudah fix berkenan melakukan operasi, Ibu bisa WA ke Asisten Dokter." Mbak perawat di ruang administrasi itu menerangkan."Apa memang harus operasi laparascopy, Sust?" tanya Izza dengan wajah setengah bengong."Betul, Bu. Karena terapi selama ini, progressnya tidak kunjung bagus. Jadi, salah satu terapi lanjutan ya diberikan adalah tindakan operasi." Perawat itu menjelaskan.Izza keluar dari ruangan dokter dengan pikiran kacau dan melayang kemana-mana. Dia berfikir tentang banyak hal. Biaya operasi, tentulah bisa dia cari. E

  • SELALU DICAP MANDUL   LEHA MUDAH HAMIL TAPI SERING KEGUGURAN

    "Apakah ibu akan semakin menyayangi Asih? Dia sudah berhasil memberikan cucu kepada ibu," bisik hati Izza.Tentu saja, Bu Ami semakin menyayangi menantu bungsunya itu.Dua bulan setelah Asih melahirkan, ia kembali ke rumah Bu Ami, setelah sebelumnya ia tinggal bersama ibunya sendiri.Suatu hari, Izza sempat mampir ke rumah mertuanya sepulang dari kerja. Setelah berbasa basi dan mengobrol, Izza beristirahat di ruang tengah sambil menonton TV. Tiba-tiba, Izza ingin ke kamar Asih untuk melihat bayinya. Meskipun Asih resek, anak Asih tetap keponakan Izza.Namun, langkahnya terhenti di depan kamar Asih."Makan dulu, Nak," kata Bu Ami seraya membawakan sepiring lauk dan sayur sawi ke kamar Asih."Makasih, Bu," ucap Asih dengan lembut."Setelah makan, letakkan saja piringnya di sini. Nanti ibu yang akan membawa piring kotor itu ke dapur." Bu Ami melanjutkan."Kamu kan baru melahirkan. Pasti kamu lelah karena semalaman begadang. Ibu akan mempersiapkan semua kebutuhanmu," kata Bu Ami.Mendenga

  • SELALU DICAP MANDUL   ASIH MELAHIRKAN

    Setelah pembagian warisan yang tidak jelas itu, Yanto dan Izza tidak pernah ke rumah Bu Ami. Lebih tepatnya, Izza yang tak pernah kesana. Sedangkan Yanto, sesekali masih menengok ibunya dan memberi uang jajan.Sampai berbulan-bulan mereka enggan sering-sering berkunjung seperti dulu. Mereka kecewa dengan semua orang terdekat itu. Yang katanya saudara. Tapi sama saja seperti manusia-manusia lain yang seakan-akan tidak memiliki ikatan darah."Lebih baik aku menjaga kewarasanku. Aku harus sedikit membatasi interaksi dengan mereka," bisik hati Izza.*******Sampailah hari di mana Asih melahirkan. Yah, Izza sebenarnya malas menjenguk Asih ketika melahirkan. Namun, naluri kemanusiaannya masih hidup. Izza menyempatkan diri datang ke rumah sakit saat Asih masih di ruang pemulihan pasca operasi. Sepulang kerja, Izza datang berdua dengan Yanto, membawa cemilan untuk Ragil. Hanya 'say hello' dan bersalaman kepada ibunya Asih yang sedang menemani putrinya di ruang nifas. Kemudian, Izza dan Yanto

DMCA.com Protection Status