Beranda / Pernikahan / SELALU DICAP MANDUL / YANG MANDUL TAK DAPAT WARISAN

Share

YANG MANDUL TAK DAPAT WARISAN

Penulis: Aisy David
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-15 10:33:06

"Begini yaa, Rek. Ini ibu kita kan ada sawah dan kebun tebu. Juga beberapa pekarangan dan tanah. Ini peninggalan almarhum Bapak. Ini sudah saya bagi-bagi untuk kita ber-delapan. Sesuai kesepakatan, dan sudah disetujui ibu. Saya selaku kakak tertua akan membagi sesuai kebutuhan dan porsi kalian." Mas Bambang menjelaskan dengan rinci di ruang tamu Bu Ami.

[Rek adalah bahasa jawa yang artinya "saudara2/guys/gaess]

Sengaja semua adik-adiknya ia suruh berkumpul untuk membahas pembagian harta. Lebih tepatnya pembagian sawah dan kebun sekaligus pengatasnamaan rumah Bu Ami.

"Aku sebagai kakak tertua, mendapat tiga bagian. Kebun tebu, sepetak sawah, dan tanah di sebelah rumah ibu ini. Ragil sebagai anak bungsu, dapet rumah ini, sebidang tanah di perkebunan dan sepetak sawah. Juga tanah pekarangan di belakang rumah." Mas Bambang mengabsen semua adik-adiknya hingga sampailah pada giliran Yanto.

"Yanto kan belum punya anak, jadi bagian Yanto saya pending dulu. Saya yang pegang. Khawatir nanti itu tanah dijual buat hal-hal yang tidak penting . Toh gak ngingoni (menafkahi) anak kan? Jadi, jatah Yanto saya pegang dulu." Tiba-tiba Mas Bambang mengeluarkan pendapat yang tak enak didengar.

Degh! Hati Yanto bergetar. Sontak ia tertegun. Namun ia hanya diam. Yanto tidak tau mau menjawab apa. Toh ia juga bingung buat apa sih membagi-bagikan hak waris. Toh ibu masih sehat. Pikiran Yanto kemana-mana.

"Tenang saja, To. Nanti kalau kamu sudah punya anak, itu jatah kamu bakal saya berikan atas nama kamu kok. Makanya istrimu suruh hamil. Gak bosen kah kemana-mana berdua terus? Kalah sama Ragil. Atau kamu nikah lagi aja. Biar punya anak," lanjut Mas Bambang.

Yanto hanya terdiam. Malas berdebat dengan kakaknya.

"Sementara ini, jatahmu saya yang handle. Kamu dapat kebun tebu. Toh kebun tebu itu sertifikatnya masih di bank. Ibu gadaikan buat resepsi pernikahan Ragil kemarin. Kan Asih minta resepsi dua kali," terang Mas Bambang.

"Lhoo, jangan gitu mas. Kasihan Yanto dan kita-kita ini. Pembagiannya kok gak merata?" Mbak Nana sebagai kakak perempuan menengahi hal tersebut.

"Sudahlah, Na. Nurut ap kata saya saja. Saya ini sudah memikirkan dengan detail setiap jatah-jatah kalian. Kamu juga dapat jatah di kebun tebu. Sertifikatnya ada kalau yang punyamu," kata Mas Bambang kepada Mbak Nana.

"Ragil dapat jatah banyak karena anak bungsu. Ragil kan juga sudah ada anak. Beda lagi sama Yanto. Jadi, maaf yaa, To. Kamu harus bersabar dulu." Mas Bambang masih keukeuh dengan pernyataan konyolnya.

Yanto yang selalu pendiam dan neriman (menerima apa adanya), hanya mematung tanpa membantah keputusan kakak tertuanya.

"Oh, Ya. Mumpung lagi ngumpul. Ini kamu seriusan gak ada tanda-tanda istrimu hamil, To? Ini sudah bertahun-tahun lho. Semua saudaramu sudah punya anak. Kalau istrimu gak bisa hamil. Nikah lagi saja lah. Ngapain nemenin istri yang tidak subur. Sudah jelas-jelas istrimu itu mandul, masih saja dipertahankan. Rugi lho, To." Setiap omongan Mas Bambang terasa begitu menyayat di dalam hati Yanto.

"Kasian lho kamu itu, To. Kerja banting tulang kalau gak punya anak itu rugi." Suami Mbak Nana menimpali.

"Nah, benar itu. Rugi banyak. Rugi tenaga, pikiran, uang, dan rugi waktu," lanjut Mas Bambang, ia semakin melebih-lebihkan intonasi ucapannya.

"Bener, Mas. Aku itu lihat Yanto ini kasihan. Dia itu kerja terus, gak ada berhentinya. Terus buat apa? Anak aja gak punya. Makanya aku sering kasihan lihat Yanto ini" Suami Mbak Nana masih turut menambahkan ocehan.

"Baiklah, Rek. selain Yanto, kalian semua sini setor KTP. Buat pengurusan surat-surat tanah," lanjut Mas Bambang.

"Gak bisa gini, Mas. Ragil dapat rumah. Sampean dapat rumah. Aku aja rumah masih ngontrak. Masak aku cuma dapet kebun tebu?" Mas Udin protes.

"Kebun tebumu itu bisa dipakai buat jualan. Kan istrimu rame tuh jualan ayam gepreknya. Buka warung di situ, Din. Nanti di warung kan bisa sambil buat tempat istirahat kalau siang. Bisa buat tidur juga kalau malam kan?" Jawaban Mas Bambang selalu menyepelekan adik-adiknya.

Yanto tiba-tiba berdiri dan keluar dari rumah ibunya. Ia merasa sangat kecewa. Ia merasa dianaktirikan. Dia pergi begitu saja meninggalkan saudara-saudaranya yang sedang berdebat perihal tanah. Tak ia hiraukan Bu Ami yang juga beranjak dari kursinya dan mengikuti Yanto ke halaman rumah. Begitupun suara Mbak Nana yang mencegah Yanto pergi, Yanto tepis.

"Too, mau kemana?" teriak Mbak Nana.

Yanto segera pulang tanpa berpamitan kepada sana keluarganya. Di perjalanan pulang, ia tiba-tiba meneteskan air mata. Teringat ucapan demi ucapan Mas Bambang dan Suami Mbak Nana. Ada rasa sedih, marah dan jengkel di dalam dadanya. Bukan karena ia tak mendapatkan warisan tanah. Tapi karena omongan-omongan perihal anak yang terus mengganggu pikirannya. Rugi bekerja, rugi menafkahi istri, dan kerugian-kerugian lainnya yang selalu mereka ucapkan. Bahkan mereka berkali-kali menyuruh Yanto untuk menikah lagi.

Yanto merasa benar-benar tidak dimanusiakan hanya karena dia tidak memiliki anak. Okelah perihal warisan, itu bukan hal besar. Toh, Yanto tidak tertarik dengan sawah, kebun tebu atau harta lainnya. Kalaupun jatah Yanto mau diambil. Ya sudah ambil saja. Tak perlu lah membawa-bawa urusan anak dalam urusan pembagian warisan.

Memang sejak kecil, Yanto selalu mengalah dan selalu dijadikan kalah-kalahan oleh saudaranya. Terlebih Mas Bambang. Meskipun dia adalah kakak tertua, Mas Bambang tak bisa dituakan, alias tak bisa dijadikan panutan. Dulu Mas Bambang masih sedikit hangat kepada adik-adiknya. Namun, setelah menikah dengan Mbak Sri, Mas Bambang menjadi sedikit bertingkah. Mbak Sri selalu memegang kendali terkait urusan harta. Mbak Sri dari dulu selalu meminta banyak sekali kekayaan dan warisan. Dari sejak menikah dengan Mas Bambang, Mbak Sri sudah meminta dibuatkan rumah. Meminta dibuatkan warung gorengan. Sempat berjualan aneka gorengan lalu bangkrut karena Mbak Sri berebut area penjualan dengan tetangga.

Sebenarnya perihal tanah, pekarangan tebu dan sawah. Yanto dari dulu sudah paham. Bahwa pembagiannya tak pernah adil. Dari dulu Bu Ami selalu silau kepada Mas Bambang. Entah karena anak tertua atau apa. Bu Ami selalu memberikan apa yang Mas Bambang minta. Yanto masih ingat ketika Mas Bambang meminta Bu Ami menggadaikan surat tanah untuk membangun dapur. Ketika kebun kelapa dipanen dan hasil panennya dijual oleh Mas Bambang dan uangnya entah kemana. Ah, Mas Bambang selalu serakah.

"Ibu ini takut kalau masmu marah." Begitulah kata Bu Ami jika disuruh mengingatkan Mas Bambang atas kelakukannya yang dzolim.

Dan sekarang, dengan alasan Yanto tak memiliki anak, Mas Bambang berniat merebut jatah warisan Yanto.

Lamunan Yanto buyar ketika bunyi klakson mobil menggema di telinganya. Rupanya Yanto mengendarai motor dengan sembarangan. Tidak ia sadari motornya melaju dengan melewati garis pembatas di tengah aspal.

"Jancuk, mau mampus kau ya!" teriak supir mobil itu dengan geram.

Yanto segera meminggirkan sepeda motornya. Dia berhenti dan mengatur ritme degup jantungnya. Berkali-kali ia membuang nafas dengan berat. Seberat beban di pundaknya.

Tiba-tiba Yanto teringat istrinya di rumah. Malang sekali wanita yang selama bertahun-tahun ini mendampinginya. Wanita yang mereka sebut-sebut mandul. Padahal sejauh ini, Izza selalu berusaha menjadi ipar yang baik. Bagaimana Yanto akan menghadap Izza dan bercerita perihal warisan dan ucapan-ucapan Mas Bambang? Bagaimana mungkin Yanto bisa mengkiaskan perlakuan saudara Yanto? Bagaimana Yanto memberitahu istrinya bahwa keluarganya masih memandangnya sebelah mata??

Tak ada yang berubah dari mereka. Selama ini, mereka tetaplah mereka, dengan keegoisan dan sifat keras kepalanya. Mereka tetaplah mereka, dengan keserakahannya.

Bab terkait

  • SELALU DICAP MANDUL   MENJAUHI ORANG-ORANG TOXIC

    "Oh, jadi begitu ceritanya?" Izza menanggapi cerita suaminya sepulang dari rumah Bu Ami. Terlihat Izza hanya tersenyum setelah mendengar suaminya mencurahkan kekesalan tentang saudaranya. Terutama Mas Bambang."Maaf ya, Sayang. Bukannya aku mau mengajari kamu durhaka kepada kakak-kakakmu atau sama ibu. Tapi, mulai sekarang belajarlah menolak. Jangan iya-iya terus, tapi endingnya sakit hati." Izza sedikit ngomel kepada suaminya. Ya, karena dia gemas sekali dengan perlakuan mereka-mereka."Aku malas debat. Karena aku gak mahir debat dan perang argumen sama mereka," jawab Yanto.Memang Yanto ini orangnya sangat pendiam. Dia tipe lelaki yang tidak bisa menolak permintaan orang lain. Yanto selalu sungkan, gak enakan sama saudara, dan selalu takut meyinggung perasaan orang lain. Diapun selalu menjaga perasaan saudaranya.Bulek Umi pernah bercerita kalau di masa kecil dulu, Yanto adalah anak yang paling cengeng, paling pendiam, paling sering mengalah, dan paling nurut. Juga paling gampang di

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • SELALU DICAP MANDUL   ASIH MELAHIRKAN

    Setelah pembagian warisan yang tidak jelas itu, Yanto dan Izza tidak pernah ke rumah Bu Ami. Lebih tepatnya, Izza yang tak pernah kesana. Sedangkan Yanto, sesekali masih menengok ibunya dan memberi uang jajan.Sampai berbulan-bulan mereka enggan sering-sering berkunjung seperti dulu. Mereka kecewa dengan semua orang terdekat itu. Yang katanya saudara. Tapi sama saja seperti manusia-manusia lain yang seakan-akan tidak memiliki ikatan darah."Lebih baik aku menjaga kewarasanku. Aku harus sedikit membatasi interaksi dengan mereka," bisik hati Izza.*******Sampailah hari di mana Asih melahirkan. Yah, Izza sebenarnya malas menjenguk Asih ketika melahirkan. Namun, naluri kemanusiaannya masih hidup. Izza menyempatkan diri datang ke rumah sakit saat Asih masih di ruang pemulihan pasca operasi. Sepulang kerja, Izza datang berdua dengan Yanto, membawa cemilan untuk Ragil. Hanya 'say hello' dan bersalaman kepada ibunya Asih yang sedang menemani putrinya di ruang nifas. Kemudian, Izza dan Yanto

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • SELALU DICAP MANDUL   LEHA MUDAH HAMIL TAPI SERING KEGUGURAN

    "Apakah ibu akan semakin menyayangi Asih? Dia sudah berhasil memberikan cucu kepada ibu," bisik hati Izza.Tentu saja, Bu Ami semakin menyayangi menantu bungsunya itu.Dua bulan setelah Asih melahirkan, ia kembali ke rumah Bu Ami, setelah sebelumnya ia tinggal bersama ibunya sendiri.Suatu hari, Izza sempat mampir ke rumah mertuanya sepulang dari kerja. Setelah berbasa basi dan mengobrol, Izza beristirahat di ruang tengah sambil menonton TV. Tiba-tiba, Izza ingin ke kamar Asih untuk melihat bayinya. Meskipun Asih resek, anak Asih tetap keponakan Izza.Namun, langkahnya terhenti di depan kamar Asih."Makan dulu, Nak," kata Bu Ami seraya membawakan sepiring lauk dan sayur sawi ke kamar Asih."Makasih, Bu," ucap Asih dengan lembut."Setelah makan, letakkan saja piringnya di sini. Nanti ibu yang akan membawa piring kotor itu ke dapur." Bu Ami melanjutkan."Kamu kan baru melahirkan. Pasti kamu lelah karena semalaman begadang. Ibu akan mempersiapkan semua kebutuhanmu," kata Bu Ami.Mendenga

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • SELALU DICAP MANDUL   HARUSKAH ADOPSI?

    Sejak kejadian itu, Leha menjadi sedikit berubah. Dia mulai jarang update status lebay di sosmed. Dia mulai sedikit berbenah. Biasanya, sindiran demi sindiran selalu Leha gencarkan setiap saat."Alhamdulillah, pagi-pagi rempong sama anak. Beginilah kalau punya anak. Rumah tak pernah rapi." Kurang lebih begitulah isi status yang sering Leha tulis.*****"Bu Izza, ini ada pesan dari dokter. Untuk terapi lanjutan diharuskan operasi laparascopy ya, Bu. Nanti kalau ibu sudah fix berkenan melakukan operasi, Ibu bisa WA ke Asisten Dokter." Mbak perawat di ruang administrasi itu menerangkan."Apa memang harus operasi laparascopy, Sust?" tanya Izza dengan wajah setengah bengong."Betul, Bu. Karena terapi selama ini, progressnya tidak kunjung bagus. Jadi, salah satu terapi lanjutan ya diberikan adalah tindakan operasi." Perawat itu menjelaskan.Izza keluar dari ruangan dokter dengan pikiran kacau dan melayang kemana-mana. Dia berfikir tentang banyak hal. Biaya operasi, tentulah bisa dia cari. E

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • SELALU DICAP MANDUL   TAWARAN ADOPSI LAGI

    "Pagi Za.. Lagi sibuk kah? Aku ada info bagus nih," ada pesan WA dari Dila, teman sekolah Izza dulu."Lagi ndak sibuk, kok. Ada apa, Dil?" balas Izza singkat."Di kampungku ada bayi butuh di adopsi nih. Ceritanya, ini tetangga aku tuh anaknya sudah delapan. Tapi, dia masih hamil terus setiap tahun. Tetanggaku ini lagi nyari orang tua yang mau mengadopsi bayi itu. Kalau kamu berminat, nanti aku ajak ke rumah tetangga aku deh. Gimana?" Dila menjelaskan panjang lebar."Ehhmm...?? Sebelumnya makasih banyak ya, Dil. Sudah di kasih info. Tapi, maaf banget nih sebelumnya. Aku dan Mas Yanto belum ada keinginan untuk mengadopsi anak," balas Izza."Itu bayinya lucu dan gemoy, Lho. Nunggu apa lagi sih? Kalian sudah bertahun-tahun menikah, lho. Tuh temen seangkatan kita aja udah eksis dan sibuk mengantar anaknya sekolah TK semua. Lha kamu itu mau hamil kapan? Ingat usiamu itu sudah kepala tiga." Dila membalas WA seperti sangat menggebu-gebu, terus menyuruh Izza agar lekas mengadopsi bayi."Eehhm,

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • SELALU DICAP MANDUL   APAKAH IZZA KEWALAT?

    "Kamu harus kuat dan sabar ya, Zah. Jangan putus asa." Mbak Yanti melempar senyuman manis kepada adik bungsunya, Izza."Tuhan masih ingin melihat sebesar apa kamu berjuang, dan Dia masih ingin mendengar rintihan doamu di setiap waktu," tandas Mbak Yanti, menguatkan adiknya."Iya, Mbak. Insya Allah aku masih kuat dan sabar kok," jawab Izza sambil menyuapi kue kepada kedua keponakannya."Ada apa? Ada apa?" Tiba-tiba Bu Ismi muncul. Wanita baya itu hadir di tengah-tengah ketiga putrinya."Eh, ini lho, Bu. Ngasih semangat buat adik. Biar dia tidak putus asa, meskipun belum diberi momongan," kata Mbak Yanti dengan senyuman mengembang."Maksudmu, semangat buat Izza?" Bu Ismi mengerjap.Mbak Yanti mengangguk pelan. "Iya, Bu," sahutnya."Dia gak mungkin bisa hamil. Dia itu kewalat Anas," kata Bu Ismi asal nyeplos."Jangan begitu, Bu," sahut Mbak Yanti dengan lembut."Lhoh. Ini serius. Izza gak akan bisa hamil, karena dia sudah menolak lamaran Anas dan memilih Yanto," pekik Bu Ismi.Tanpa ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-29
  • SELALU DICAP MANDUL   TIDAK ADIL

    Yang jauh bau bunga, yang dekat bau tai. Mungkin itu adalah istilah pribahasa yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Sudah menjadi kisah klasik antara anak dan orang tua yang masih serumah. Terkadang, ada cemburu yang tersirat di wajah orang tua, manakal anaknya berumahtangga. Sedikit banyak mungkin mereka merasa kesepian, setelah anak yang dulu single dan kemana-mana bisa dijadikan teman. Saat menikah, anak akan cenderung memiliki dunia baru dengan pasangannya. Dan lebih sering menghabiskan waktu dengan pasangannya."Seorang anak kalau sudah menikah. Rasa cintanya terbagi. Ibarat kata, cinta itu kadarnya 1 kilo. Itu yang 1 ons buat orang tua, dan yang 9 ons buat suaminya." Bu Ismi kerap kali menyindir Izza, saat Izza berduaan dengan Yanto di kamar.Ya, apalagi selama ini, Bu Ismi terlihat tidak begitu menyukai Yanto. Entah karena cemburu atau apa. Tapi, kasih sayang Bu Ismi kepada Izza dan Yanto memang tidak sebesar kasih sayangnya kepada Yanti dan suaminya.Mungkin karena

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • SELALU DICAP MANDUL   SELINGKUH?

    Hari itu tiba-tiba handphone Izza bermasalah dan Izza membawanya ke tukang service. Sementara waktu, Izza meminjam ponsel Yanto untuk mengabari rekan kerjanya perihal ponselnya yang bermasalah. Sudah terbiasa bagi mereka berdua saling meminjam atau membuka ponsel satu sama lain. Dan sama-sama terbuka perihal ponsel. Tentunya tanpa privasi atau rahasia.Hari itu kebetulan Izza ijin tidak masuk kerja. Dia mau fokus menyervis HP nya yang error. Untuk berbagi info dengan rekan kantor, Izza memakai ponsel suaminya. Saat Izza sedang mengetik pesan kepada rekan kerjanya lewat ponsel Yanto. Tiba-tiba ada pesan masuk. Bukan di WA, tapi di aplikasi michat. "Sayang, aku kangen banget nih" Bunyi pesan tersebut. Nama ID-nya 'Maya Flower'.Izza mengabaikan pesan itu dan ia menyelesaikan tugasnya mengirim beberapa file kepada rekan kerjanya. Sementara Yanto sibuk di samping rumah membersihkan sangkar burung. Yah, rutinitas kalau sedang di rumah. Yanto juga ijin tidak masuk kerja untuk menemani istri

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11

Bab terbaru

  • SELALU DICAP MANDUL   TRAUMA

    Begitu banyak tekanan dan beban di pundak Izza. Bully-an dan gunjingan saudara. Ejekan tetangga, dan omongan orang-orang selama pernikahannya. Tak terasa kini pernikahan Izza sudah hampir tujuh tahun.Jangan ditanya bagaimana wanita 31 tahun itu selalu bergelut dengan hari-harinya yang selalu banyak konflik. Izza selalu menghabiskan hari-harinya dengan menyibukkan diri bekerja, berjualan online, juga sesekali bermain ke sanggar senam untuk membuat pikirannya rileks. Itu juga saran dari dokter dan termasuk serangkaian program hamil dari dokter.Mental Izza benar-benar dibantai oleh beberapa kejadian. Dimulai dengan awal menikah dulu, dengan hamilnya Ina yang waktu itu terang-terangan mengajak lomba hamil. Dan qodarulloh, Ina hamil mendahului Izza waktu itu. Kini anak Ina, Mela sudah masuk sekolah di bangku TK. Seandainya Izza tidak mandul, pasti anak Izza sudah seumuran Mela. Rasa sayangnya Izza kepada keponakan-keponakannya, baik dari saudara Izza maupun dari saudara Yanto, selalu sam

  • SELALU DICAP MANDUL   LELAH?

    Shubuh menjelang. Izza bangun seperti biasa. Berwudhu dan menuanaikan sholat shubuh. Seusai beribadah, Izza membangunkan Yanto untuk turut menunaikan dua rakaat. Pagi itu, seperti biasa, setelah sholat shubuh, Izza ke dapur untuk memasak. Tiba-tiba Yanto memeluk Izza dari belakang. Izza tak menggubris, ia melanjutkan aktivitasnya membuat sayur sop kesukaan Yanto. Yanto masih memeluk istrinya itu. Semakin dipererat dan mulai usil mencium leher istrinya. Namun Izza tak bergeming."Kok diem sih?" Yanto bertanya karena merasa istrinya mengabaikannya."Maya siapa, Mas?" Tanpa basa-basi, Izza melontarkan pertanyaan, sambil melakukan aktivitasnya mengiris bawang. Dia tak menoleh sedikitpun kepada sang suami.Yanto terkejut bukan kepalang. Sepertinya Izza serius sedang tak enak hati."Kamu buka-buka HP aku?" Yanto bertanya dengan salah tingkah. Perlahan, ia lepaskan tangannya yang melingkar di badan istrinya."Lho bukannya selama ini kita saling buka-bukaan perihal handphone?" sahut Izza den

  • SELALU DICAP MANDUL   SELINGKUH?

    Hari itu tiba-tiba handphone Izza bermasalah dan Izza membawanya ke tukang service. Sementara waktu, Izza meminjam ponsel Yanto untuk mengabari rekan kerjanya perihal ponselnya yang bermasalah. Sudah terbiasa bagi mereka berdua saling meminjam atau membuka ponsel satu sama lain. Dan sama-sama terbuka perihal ponsel. Tentunya tanpa privasi atau rahasia.Hari itu kebetulan Izza ijin tidak masuk kerja. Dia mau fokus menyervis HP nya yang error. Untuk berbagi info dengan rekan kantor, Izza memakai ponsel suaminya. Saat Izza sedang mengetik pesan kepada rekan kerjanya lewat ponsel Yanto. Tiba-tiba ada pesan masuk. Bukan di WA, tapi di aplikasi michat. "Sayang, aku kangen banget nih" Bunyi pesan tersebut. Nama ID-nya 'Maya Flower'.Izza mengabaikan pesan itu dan ia menyelesaikan tugasnya mengirim beberapa file kepada rekan kerjanya. Sementara Yanto sibuk di samping rumah membersihkan sangkar burung. Yah, rutinitas kalau sedang di rumah. Yanto juga ijin tidak masuk kerja untuk menemani istri

  • SELALU DICAP MANDUL   TIDAK ADIL

    Yang jauh bau bunga, yang dekat bau tai. Mungkin itu adalah istilah pribahasa yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Sudah menjadi kisah klasik antara anak dan orang tua yang masih serumah. Terkadang, ada cemburu yang tersirat di wajah orang tua, manakal anaknya berumahtangga. Sedikit banyak mungkin mereka merasa kesepian, setelah anak yang dulu single dan kemana-mana bisa dijadikan teman. Saat menikah, anak akan cenderung memiliki dunia baru dengan pasangannya. Dan lebih sering menghabiskan waktu dengan pasangannya."Seorang anak kalau sudah menikah. Rasa cintanya terbagi. Ibarat kata, cinta itu kadarnya 1 kilo. Itu yang 1 ons buat orang tua, dan yang 9 ons buat suaminya." Bu Ismi kerap kali menyindir Izza, saat Izza berduaan dengan Yanto di kamar.Ya, apalagi selama ini, Bu Ismi terlihat tidak begitu menyukai Yanto. Entah karena cemburu atau apa. Tapi, kasih sayang Bu Ismi kepada Izza dan Yanto memang tidak sebesar kasih sayangnya kepada Yanti dan suaminya.Mungkin karena

  • SELALU DICAP MANDUL   APAKAH IZZA KEWALAT?

    "Kamu harus kuat dan sabar ya, Zah. Jangan putus asa." Mbak Yanti melempar senyuman manis kepada adik bungsunya, Izza."Tuhan masih ingin melihat sebesar apa kamu berjuang, dan Dia masih ingin mendengar rintihan doamu di setiap waktu," tandas Mbak Yanti, menguatkan adiknya."Iya, Mbak. Insya Allah aku masih kuat dan sabar kok," jawab Izza sambil menyuapi kue kepada kedua keponakannya."Ada apa? Ada apa?" Tiba-tiba Bu Ismi muncul. Wanita baya itu hadir di tengah-tengah ketiga putrinya."Eh, ini lho, Bu. Ngasih semangat buat adik. Biar dia tidak putus asa, meskipun belum diberi momongan," kata Mbak Yanti dengan senyuman mengembang."Maksudmu, semangat buat Izza?" Bu Ismi mengerjap.Mbak Yanti mengangguk pelan. "Iya, Bu," sahutnya."Dia gak mungkin bisa hamil. Dia itu kewalat Anas," kata Bu Ismi asal nyeplos."Jangan begitu, Bu," sahut Mbak Yanti dengan lembut."Lhoh. Ini serius. Izza gak akan bisa hamil, karena dia sudah menolak lamaran Anas dan memilih Yanto," pekik Bu Ismi.Tanpa ber

  • SELALU DICAP MANDUL   TAWARAN ADOPSI LAGI

    "Pagi Za.. Lagi sibuk kah? Aku ada info bagus nih," ada pesan WA dari Dila, teman sekolah Izza dulu."Lagi ndak sibuk, kok. Ada apa, Dil?" balas Izza singkat."Di kampungku ada bayi butuh di adopsi nih. Ceritanya, ini tetangga aku tuh anaknya sudah delapan. Tapi, dia masih hamil terus setiap tahun. Tetanggaku ini lagi nyari orang tua yang mau mengadopsi bayi itu. Kalau kamu berminat, nanti aku ajak ke rumah tetangga aku deh. Gimana?" Dila menjelaskan panjang lebar."Ehhmm...?? Sebelumnya makasih banyak ya, Dil. Sudah di kasih info. Tapi, maaf banget nih sebelumnya. Aku dan Mas Yanto belum ada keinginan untuk mengadopsi anak," balas Izza."Itu bayinya lucu dan gemoy, Lho. Nunggu apa lagi sih? Kalian sudah bertahun-tahun menikah, lho. Tuh temen seangkatan kita aja udah eksis dan sibuk mengantar anaknya sekolah TK semua. Lha kamu itu mau hamil kapan? Ingat usiamu itu sudah kepala tiga." Dila membalas WA seperti sangat menggebu-gebu, terus menyuruh Izza agar lekas mengadopsi bayi."Eehhm,

  • SELALU DICAP MANDUL   HARUSKAH ADOPSI?

    Sejak kejadian itu, Leha menjadi sedikit berubah. Dia mulai jarang update status lebay di sosmed. Dia mulai sedikit berbenah. Biasanya, sindiran demi sindiran selalu Leha gencarkan setiap saat."Alhamdulillah, pagi-pagi rempong sama anak. Beginilah kalau punya anak. Rumah tak pernah rapi." Kurang lebih begitulah isi status yang sering Leha tulis.*****"Bu Izza, ini ada pesan dari dokter. Untuk terapi lanjutan diharuskan operasi laparascopy ya, Bu. Nanti kalau ibu sudah fix berkenan melakukan operasi, Ibu bisa WA ke Asisten Dokter." Mbak perawat di ruang administrasi itu menerangkan."Apa memang harus operasi laparascopy, Sust?" tanya Izza dengan wajah setengah bengong."Betul, Bu. Karena terapi selama ini, progressnya tidak kunjung bagus. Jadi, salah satu terapi lanjutan ya diberikan adalah tindakan operasi." Perawat itu menjelaskan.Izza keluar dari ruangan dokter dengan pikiran kacau dan melayang kemana-mana. Dia berfikir tentang banyak hal. Biaya operasi, tentulah bisa dia cari. E

  • SELALU DICAP MANDUL   LEHA MUDAH HAMIL TAPI SERING KEGUGURAN

    "Apakah ibu akan semakin menyayangi Asih? Dia sudah berhasil memberikan cucu kepada ibu," bisik hati Izza.Tentu saja, Bu Ami semakin menyayangi menantu bungsunya itu.Dua bulan setelah Asih melahirkan, ia kembali ke rumah Bu Ami, setelah sebelumnya ia tinggal bersama ibunya sendiri.Suatu hari, Izza sempat mampir ke rumah mertuanya sepulang dari kerja. Setelah berbasa basi dan mengobrol, Izza beristirahat di ruang tengah sambil menonton TV. Tiba-tiba, Izza ingin ke kamar Asih untuk melihat bayinya. Meskipun Asih resek, anak Asih tetap keponakan Izza.Namun, langkahnya terhenti di depan kamar Asih."Makan dulu, Nak," kata Bu Ami seraya membawakan sepiring lauk dan sayur sawi ke kamar Asih."Makasih, Bu," ucap Asih dengan lembut."Setelah makan, letakkan saja piringnya di sini. Nanti ibu yang akan membawa piring kotor itu ke dapur." Bu Ami melanjutkan."Kamu kan baru melahirkan. Pasti kamu lelah karena semalaman begadang. Ibu akan mempersiapkan semua kebutuhanmu," kata Bu Ami.Mendenga

  • SELALU DICAP MANDUL   ASIH MELAHIRKAN

    Setelah pembagian warisan yang tidak jelas itu, Yanto dan Izza tidak pernah ke rumah Bu Ami. Lebih tepatnya, Izza yang tak pernah kesana. Sedangkan Yanto, sesekali masih menengok ibunya dan memberi uang jajan.Sampai berbulan-bulan mereka enggan sering-sering berkunjung seperti dulu. Mereka kecewa dengan semua orang terdekat itu. Yang katanya saudara. Tapi sama saja seperti manusia-manusia lain yang seakan-akan tidak memiliki ikatan darah."Lebih baik aku menjaga kewarasanku. Aku harus sedikit membatasi interaksi dengan mereka," bisik hati Izza.*******Sampailah hari di mana Asih melahirkan. Yah, Izza sebenarnya malas menjenguk Asih ketika melahirkan. Namun, naluri kemanusiaannya masih hidup. Izza menyempatkan diri datang ke rumah sakit saat Asih masih di ruang pemulihan pasca operasi. Sepulang kerja, Izza datang berdua dengan Yanto, membawa cemilan untuk Ragil. Hanya 'say hello' dan bersalaman kepada ibunya Asih yang sedang menemani putrinya di ruang nifas. Kemudian, Izza dan Yanto

DMCA.com Protection Status