Share

Hari Keempat

Penulis: Pena_Violet
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-15 14:59:46

Udara September begitu sejuk setelah beberapa hari hujan melanda bentala bagian barat Indonesia, tak terkecuali Jakarta Pusat. Namun, tak sesejuk hati Anyelir dan Narendra yang menjalani hari kedua di rumah baru. Rumah sederhana tak bertingkat itu menjadi saksi pertama ketidakharmonisan hubungan penghuninya.

Anyelir tetap membuat sarapan untuk kekasih halalnya meski ia sudah tahu tak akan disentuh lelaki itu. Akan tetapi, dirinya tetap berusaha menjadi istri yang baik meskipun tak mendapat respons baik suami.

“Aku, kan, sudah bilang, tak usah buatkan sarapan lagi. Percuma, aku tak mau makan. Tak usah melakukan hal yang sia-sia dan membuat makanan mubazir.”

“Tak ada yang sia-sia dan taka da yang mubazir. Aku bisa antar ke rumah Papa atau ke rumah orang tuaku. Anggap saja Tuhan menyuruhku beramal.”

“Beramal saja pakai uangmu.”

“Narendra Satria Abiyakta, anak pengusaha terkenal tidak mengetahui bahwa uang suami itu uang istri? Kau tak lupa kontrak pernikahan, kan? Kau tetap memberiku nafkah lahir padaku. Jadi, uang yang kau beri, tentu saja sudah menjadi milikku dan terserah padaku penggunaannya.”

Narenda menatap tajam wanita yang juga membelaang kepadanya. Ia tak menduga, perempuan yang tampak pendiam dan sok polos itu berani melawannya.

“Baiklah, terserah kau saja! Aku pamit!”

Kalau di hari pertama kemarin Anyelir sempat ingin memberi takzim pada punggung tangan sang suami, maka hari ini, ia tak melakukan lagi. Selain karena tahu akan diabaikan lagi dan membuatnya terluka, ia pun sebal dengan pertengkaran yang baru saja terjadi.

Anyelir gegas membereskan bekas sarapannya dan menyiapkan bekas sarapan untuk mertuanya. Setelah itu, dirinya ke kamar dan mengganti daster merah muda motif tulip ungu dengan kemeja tunik warna gandaria sebatas betis mulusnya. Ia beralih ke depan kaca lemari, kemudian memoleskan bedak padat dan lipstick warna nude. Lalu, sejumput rambut di tepi kanan dan kiri, ia ia ikat ke belakang dengan pita, sisa rambut yang menjuntai ke belakang, di bawa ke depan pundak, kiri dan kanan. Setelah puas dengan penampilannya, ia melangkah, mengambiltas selempang di capstok belakang pintu, kemudian bergegas menuju dapur. Diraihnya kotak bekal berukuran lumayan besar itu, dimasukan ke dalam tas khusus tempat bekal. Lalu, dirinya menuju rak sepatu di dekat pintu yang menghubungkan ke teras belakang. Diambilnya sepatu flatshoes warna cokelat tua, lalu dikenakan.

Baru hendak menelepon Pak Karman lagi, suara mobil terdengar. Lima menit usai membuat sarapan tadi, dirinya sudah menghubungi Pak karman terlebih dulu. Ia sengaja memasak lebih banyak agar tetap tersisa untuk sang mertua jika Narendra mau mencicip sarapannya.

Anyelir gegas masuk ke mobil setelah mengunci pintu. Perjalanan ke rumah mertua menyita waktu satu jam sudah lengkap dengan macet. Begitu tiba disana, gadis itu lekas turun dari mobil dan ketika tiba di depan pagar rumah mertuanya, Anyelir melihat ada sebuah mobil yang asing di netra. Dirinya ragu untuk masuk. Ia takut jika tamu bertanya tentangnya. Dirinya bingung memikirkan jawaban yang akan diberi.

'Ah, kenapa bingung, sih? Bilang saja anak teman Papa. Semoga saja aku tak keceplosan atau salah tingkah sehingga membuat orang curiga', gumamnya seraya melanjutkan langkah yang sempat tertunda.

"As-salamu'alaikum!" ucap Anyelir yang melintasi ambang pintu.

Suara Sadewo yang sedang bercakap dengan seseorang, terdengar jelas di telinga. Gadis itu mendekat ke arah sumber suara yang berasal dari ruang keluarga.

"Permisi! Maaf, aku langsung masuk sebab pintu terbuka."

Spontan kedua pria yang sedang asyik bercengkerama itu menoleh.

"Loh, Anyelir? Tumben kemari?"

"Iya, maaf mengganggu. Kebetulan mau ke pasar, sekalian antar sarapan untuk Om dan Rendra." Anyelir sedikit kaku dan canggung menyebut kata Om pada sang mertua.

Hari ini, Anyelir berniat memasak untuk makan siang dan menyuruh Pak Karman mengantarnya pada Narendra. Jadi, bisa berdalih kalau itu dari Anindya atau keluarga Narendra. 

Sang ayah yang semula kaget dengan panggilan itu, perlahan sadar bahwa mereka harus berakting di depan orang sesuai perjanjian yang mengatakan tak boleh ada yang mengetahui statusnya sebagai istri Narendra, pun sebaliknya.

"Oh, iya, terima kasih sudah repot mengantarkan, tetapi Rendra sudah berangkat kerja. Jadi, jatahnya buat si ganteng ini saja, ya." Papa menepuk pundak lelaki muda di depannya. "Oh, iya. Kenalan dulu, dong. Panji, ini Anyelir anaknya saudara angkat Om."

Panji mengulur tangan seraya menatap lekat wajah Anye. "Hai, Anyelir! Aku teman akrab Narendra."

Perempuan yang masih membimbit tas bekal  itu menyambut uluran tangan Panji. "Salam kenal, Panji." Anyelir menarik paksa tangannya yang sempat digenggam lama oleh Panji. "Aku taruh ini di meja makan, ya, Om. Aku mau langsung ke pasar takut kesiangan." Anye gegas melangkah ke meja makan tanpa menunggu jawaban sang mertua.

Sementara itu, Panji tampak salah tingkah karena ketahuan menikmati jabatan tangan tadi dan sempat menatap lekat wajah perempuan itu.

Setelah memindahkan nasi goreng dari kotak bekal kedua buah piring, Anye kembali menemui Sadewo.

"Bagaimana kalau aku antar saja Anyelir ke pasar. Wajahnya terlihat pucat. Takut ada apa-apa," tawar Panji.

"Tak usah! Aku minta tolong Pak Karman saja. Kamu saja belum sarapan. Lagipula, apa tak bekerja," tolak Anyelir.

Sadewo terkekeh, "Itulah enaknya pengusaha, Nye. Kerja tak terikat waktu. Dia owner sepuluh minimarket di kota ini. Jadi, hanya memantau usahanya saja sesekali. Semua sudah dikelola anak buah," jelas Sadewo. "Tak apa kalau mau diantar Panji. Dia orang baik, kok. Tak bergajul seperti Rendra. "

Anyelir mengangguk tanda mengerti. "Baiklah kalau begitu, tetapi kamu makan dulu, ya, Pan."

Panji tertawa geli mendengar Anyelir memanggilnya Pan. "Memangnya panci karatan?" sahut lelaki dengan brewok tipis menghiasi tepi pipi kiri dan kanannya yang putih dan mulus.

Anyelir dan Sadewo tergelak. Ketiga insan beda usia itu melangkah ke meja makan. Anyelir membuat dua gelas sirup untuk Sadewo dan Panji. Namun, setelah itu tiba-tiba ia berlari ke kamar mandi sebab perutnya terasa ingin meluah segala yang ia makan.

"Anyelir memang sakit, ya, Om?" Tampak raut khawatir di wajah lelaki beralis tebal itu.

"Ehem, sebenarnya Anyelir itu sedang hamil, tapi lelaki yang menghamilinya kabur dari tanggung jawab."

"Astaga! Lalu, bagaimana nasib anaknya, Om?"

"Dia juga sudah menikah, tetapi sekadar status dan tak serumah dengan suami. Pernikahan mereka, hanya untuk memperjelas status anaknya di akta lahir saja. Jangan sampai tercantum nama ibu saja. Takut menjadi pertanyaan oleh anak itu di kemudian hari. Kalau ada nama ayah, kan, bisa bilang ayahnya sudah meninggal dunia." Sadewo menghela napas. "Om tahu, dalam agama kalau tiga bulan tak ada nafkah lahir dan batin, maka jatuh talak. Namun, di mata hukum masih sah-sah saja selama belum ada gugatan resmi dari suami maupun istri. Toh, nanti juga akan bercerai setelah bayi Anyelir lahir."

Panji mengangguk tanda mengerti. Dirinya menebak bahwa lelaki yang menikahi Anyelir pasti diberi uang oleh Sadewo. "Suaminya nggak akan menemui Anyelir, kan?"

"Tenang saja, Panji! Kami sudah membuat perjanjian di atas materai bahwa kami tak boleh menuntut perasaan atau lelaki itu harus membayar lima kali lipat dari uang yang diberikan Om Sadewo." Anyelir tiba-tiba muncul dari kamar mandi dengan wajah yang tampak lesi.

"Oh, Ya? Memang berapa uang yang om kasih?" Panji sudah siap mendengar nominal yang pasti tak sedikit.

"Tiga ratus lima puluh juta," ucap Sadewo.

Anyelir menahan tawa dengan mengulum senyum.  Namun, dirinya tak boleh meremehkan ini. Ia harus mencatat di otaknya, semua yang dikatakan Dewo kepada Panji. Kalau harus menjelaskan ke orang lain lagi, tentu saja dengan jawaban yang sama. Ia juga heran, dirinya dan mertua bisa kompak mendapat ide untuk memberi alasan palsu pada Panji.

"What? Jadi, kalau dia melanggar perjanjian, harus memberi uang satu setengah miliar, dong?"

"Iya! Lelaki pemalas seperti orang itu mana bisa mencari uang sebanyak itu selama tujuh bulan?"

"Iya, Panji. Jadi, kamu tak perlu takut dikejar suami orang dengan golok ketika mengantarku ke pasar nanti," kekeh Anyelir.

Panji dan Sadewo tertawa keras. "Aku tak takut! Aku bertanya itu, berharap ada kesempatan mempunyai kekasih."

Sadewo yang sedang mengunyah nasi, mendadak termengkelan.

"Pelan-pelan, Om!" Panji sigap beranjak dari duduk, menepuk punggung Sadewo.

Sementara itu, Anyelir memberikan segelas air putih untuk mertua yang sedang berperan sebagai paman angkatnya. "Minum dulu, Om."

Sesungguhnya, kalau sedang makan pun, Anyelir akan tersedak juga mendengar ucapan Panji. Dirinya yang baru dua hari menikah, sudah harus mengalami risiko dari kontrak pernikahan mereka. Pernikahan yang tak boleh diketahui siapa pun itu, akan sangat menguji kesetiaan Anye dan kesabaran Narendra. Namun, Anye yakin hal seperti ini tak akan berpengaruh apapun untuk lelaki itu.

"Om, hanya kaget saja. Kamu jatuh cinta pada Anyelir pada pandangan pertama sepertinya."

"Pertanyaan Om Dewo ada-ada saja, deh. Saya ini, hanya wanita kampung. Mana mungkin selera Panji seperti saya, Om, apalagi saya bukan wanita baik-baik." Anyelir bercandala seraya menunduk.

"Hei, kenapa bicara begitu? Tak ada yang tahu takdir Tuhan. Tak ada juga istilah bukan wanita baik-baik. Itu tugas suami untuk membimbing istri ke jalan yang benar," sahut Panji dengan bijak.

"Kamu lihat, Anye! Meski teman akrab Rendra, tapi karakter mereka jauh berbeda, bukan?"

Anyelir, hanya menjawab dengan senyum. Ia tak memungkiri bahwa Panji pria baik dan menyenangkan, tak seperti Narendra. Panji jauh lebih dewasa ketimbang suaminya.

'Astagfirullah! Sadar, Anye! Terlalu cepat untuk memuji pria lain, apalagi kau sudah bersuami." Anyelir lekas menepis rasa kagumnya terhadap Panji.

Anyelir menumpuk piring dan gelas bekas mertua dan Panji makan dan minum dengan kotak bekal, membawa ke washing dash, lalu mencucinya.

Usai mencuci, Anyelir sudah siap berangkat ke pasar, "Kalau sudah selesai, ayo, kita berangkat!"

"Baiklah, Nona cantik."

Anyelir menoleh ke arah lain untuk menyembunyikan rona merah yang menyembul di pipi tanpa blush on itu.

"Jangan terlalu banyak memujinya, nanti dia jatuh karena terbang terlalu tinggi." Sadewo sukses menolong Anyelir dari rasa canggung.

"Ah, aku tak melayang, kok. Biasa saja," kilah Anyelir. "Ya sudah, kami berangkat, ya, Om." Anyelir memberi takzim pada punggung tangan Sadewo.

"Pamit dulu, ya, Om!" Panji membungkukkan sedikit raganya sembari menangkupkan kedua telempap, memberi hormat kepada Sadewo.

Anyelir mengikuti langkah Panji yang berada di depannya. Mereka gegas masuk ke mobil mewah Panji.

Sementara itu, Sadewo mengantar mereka dengan perasaan ambigu. Di sisi lain, ia takut menantunya itu suatu saat mencintai Panji atau pria lain. Akan tetapi, ia tak bisa berbuat banyak demi nama baiknya sebagai pengusaha sukses dan terkenal.

Meski di kontrak pernikahan ia menulis bahwa rumah tangga putra dan menantunya, hanya berlangsung dua tahun, tetapi jauh di lubuknya tebersit asa agar hubungan mereka abadi. Namun, di hari keempat pernikahan saja pernikahan mereka sudah diuji seperti ini. Sepertinya, asa itu, sulit terwujud.

Bab terkait

  • SECRET MARRIAGE   5. Sedikit Cemburu

    Narendra melepas pagutan bibirnya dengan kesal kala terdengar ketukan pintu. Felicia lekas mengancing bagian atas kemejanya yang terbuka, lalu beranjak dari pangkuan Narendra seraya merapikan rok span pendek warna kelabu. Felicia gegas meraih Map di meja tamu, lalu melangkah menuju pintu.Tampak sosok cantik dengan setelan kemeja berbalut blazer putih dan celana panjang ketat berdiri di ambang pintu. Perempuan yang berprofesi sebagai sekretaris Narendra itu memegang beberapa Map dan sebuah tas bekal di tangan.Felicia melangkah ke pinggir agar peremuan bernama Adelia itu bisa melewatinya terlebih dulu. Setelah Adelia sudah tak di ambang pintu, Felicia melangkah keluar tanpa pamit, lalu menutup pintu."Maaf, Pak, kalau saya menggangu," ucap Adelia hati-hati.Semua karyawan tahu tentang hubungan Felicia dan Narendra. Felicia juga bekerja di perusahaan sama dengan Narendra. Ia yang,hanya lulusan SMA bisa bekerja di perusahaan milik pengusah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • SECRET MARRIAGE   6. Cemburu yang Terselubung

    Narendra menekan pedal rem kala mobil mewahnya tiba di halaman rumah. Dilihatnya dari celah lubang angin, tampak tak ada cahaya dari rumah sederhana itu. Pasti sudah tidur, pikirnya. Ia melirik Alexander Christie di pergelangan kiri. Pukul 01.05. Narendra gegas turun dari mobil lalu melangkah menuju pintu, lalu membukanya dengan kunci duplikat. Sengaja dirinya membuat kunci duplikat sebab ia tahu akan sering pulang malam. Begitu pintu terbuka, ruang tamu memang gelap, tetapi ada cahaya dari arah dapur.'Apa iya, Anyelir memasak tengah malam begini? Ah, mungkin ia haus, lalu minum ke dapur', gumamnya.Namun, dirinya terkesiap melihat istrinya tertidur di meja makan. Raga bagian bawahnya duduk di kursi, kepalanya bersandar pada meja makan dengan beralaskan lengan. Diperhatikan wajah polos natural yang sering ia kagumi tanpa sengaja.'Wajar, sih, Panji menyukainya'. Namun, buru-buru ditepis pikirannya.Dirinya hendak melangkah ke kama

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • SECRET MARRIAGE   7. Hati yang Lelah

    Buana terus berputar pada poros, membawa perubahan waktu dari menit ke menit. Tak terasa sepuluh hari telah dilewati Anyelir dan Narendra di rumah baru dengan status yang baru pula. Meski sama sekali tak ada kebahagiaan di rumah itu, tetapi Anyelir tetap menjalankan kesehariannya dengan tegar. Perempuan itu berniat ke rumah sakit untuk memeriksa kandungannya. Sadewo pernah memberinya uang untuk mengontrol kehamilan. Meski pria itu merupakan dokter kandungan langganan Anyelir, tetapi terkadang dirinya tak bertugas. Jadi, untuk persiapan apabila dirinya sedang tak praktik, menantunya itu tetap bisa mengontrol kandungan.Bagsakara yang memancarkan kehangatan, menambah kekesalan di hati Anyelir. Sejak sebelum sarapan, ia sudah menanti sang suami bangun sebab dirinya hendak meminta tolong pada lelakiitu untuk mengantarnya ke rumah sakit. Akan tetapi, Narendra malah pergi begitu saja tanpa pamit, bahkan tak melirik istrinya sama sekal

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21
  • SECRET MARRIAGE   8. Wanita Berhak Bahagia

    WANITA BERHAK BAHAGIASemburat mentari muncul di sela mega yang masih berwarna kelabu, sisa hujan semalam. Namun, tetap memberi cahaya terang di sebagian bentala. Kehangatan baskara memberi semangat tersendiri bagi Anyelir.Luka dan nyeri di hatinya tentu masih sangat terasa. Namun, sejak bangun subuh tadi, dirinya bertekad untuk tetap tegar dan kuat dan mengikuti keinginan sang suami untuk tak mencampuri urusannya. Ia pun berusaha bahagia dengan caranya sendiri. Biarpun demikian, ia tetap melakukan tugas sebagai istri. Anyelir tak peduli dengan perjanjian pernikahan bagian itu sebab jika tak melakukan apapun, membuat dirinya jenuh.Seperti saat ini, ia baru selesai menyiapkan air hangat untuk suaminya mandi. Setelah itu, dirinya mengeluarkan pakaian kerja Narendra yang sudah disetrika subuh tadi. Biasanya, Anyelir menggosok baju kerja sang suami saat malam, tetapi semalam suasana hati perempuan itu sedang tak baik-baik saja sehingga memilih tidur lebih cepat.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • SECRET MARRIAGE   9. Meringankan beban pikiran

    Hari terus berganti. Tak terasa hampir satu bulan Anyelir menjalani kehidupan bersama suami di tempat tinggal barunya. Ia merasa waktu berjalan sangat lambat. Memang benar, apabila kehidupan yang dijalani tak sesuai harapan, maka waktu akan terasa lama bergulir.Narendra semakin sering membawa Felicia ke rumah dan Anyelir sudah terbiasa dengan itu. Sakit? Pasti. Namun, ada banyak cara untuk mengalihkan rasa sakit. Kalau sudah lelah mengerjakan pekerjaan rumah, dirinya berkirim pesan dengan Panji atau Gilang. Kadang, ia tak menolak kala kedua lelaki itu mengajaknya jalan-jalan.Setiap insan butuh hiburan meski, hanya sekadar menemani seseorang belanja ke minimarket. Kalau suami sendiri tak peduli akan kebutuhan hati istrinya, maka tak ada salahnya menerima tawaran bantuan dari orang lain.Hari ini, Anyelir sedang tak ingin keluar rumah. Dirinya memilih berkutat dengan tanaman. Ia menyiram berbagai tanaman di halaman belakang rumah yang m

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • SECRET MARRIAGE   10.setitik asa

    Anyelir pun segera menemui Dokter Devan dan berkosultasi. Tentu saja setelah mengantri."Kandunganmu sangat lemah, Anyelir. Aku kasih resep obat penguat janin, tetapi kau harus istirahat total. Sedikit pun kau bekerja atau berpikir serius, kau akan kehilangan calon bayimu," jelas Dokter Devan.Anyelir mencangah mendengar penjelasan tersebut. "Kau sungguh membuatku takut, Dokter.""Takut kehilangan anakmu?""Tentu saja.""Kalau begitu, turuti saranku, Nona cantik."Entah kenapa, Anyelir tak suka mendengar panggilan itu. Ia merasa sang dokter, hanya sekadar merayu saja."Baiklah, terimakasih, Dokter. Kalau begitu, aku pulang dulu, ya." Anyelir terpaksa mengurai senyum. "Oh, iya! Sekadar memberitahu. Adikmu adalah sahabatku sejak kecil.""What? Really?""Jangan sering berbahas

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26
  • SECRET MARRIAGE   11. Pertengkaran

    BAB 11Sementara itu, ketika sudah di mobil, Anyelir memilih diam daripada banyak bicara. Setiap ucapan atau pertanyaan dari Dokter Devan, hanya dijawab sekadarnya."Kita mampir ke minimarket sebentar, ya. Ada yang mau kubeli," ucap sang dokter."Baiklah! Aku juga ingin membeli camilan dan susu hamil."Devan tak menjawab. Pria itu fokus pada jalan di depan saja. Sepuluh menit kemudian, sebuah minimarket terkenal se-Indonesia, terpampang di netra Anyelir. Kedua insan itu gegas turun, kemudian melangkah masuk. Anyelir berjalan ke rak makanan, sedangkan Devan menuju rak sabun, sampo, dan peralatan rumah lainnya.Ketika sedang asyik memasukkan beberapa pilihan makanan ke keranjang pastik warna merah, suara seorang perempuan membuatnya menoleh. "Wah, ada cewek kampung masuk minimarket, nih."Perempuan di sampingnya menoleh ke Anyelir. "isi keranjangnya camilan semua. Sebelum menikah dengan orang kaya, tak pernah makan camilan sebanyak

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • SECRET MARRIAGE   12. Tentang sandiwara

    September telah berakhir sejak tiga hari yang lalu. Di hari ketiga Oktober, langit Jakarta tetap redum seperti hari sebelumnya. Mentari, hanya muncul sekali dalam satu minggu. Hal yang senada dengan hari-hari yang dilalui Anyelir. Kelabu sebab tanpa kasih sayang dan perhatian seorang suami. Dirinya punya kekasih halal, tetapi seperti janda.Sejak subuh tadi, Sadewo menghubungi Narendra. Beliau mewajibkan ia, Anyelir, dan Anindya untuk berkunjung ke rumahnya.Anyelir menebak, mertuanya akan membicarakan perihal keributan di minimarket milik Frans kemarin. Namun, ia tak menceritakan hal tersebut kepada Narendra. Toh, tak ada gunanya, hanya akan memperpanjang masalah dan membuatnya semakin pusing.Ia dan Narendra sedang berada dalam perjalanan menuju rumah Sadewo. Mereka gegas masuk ke dalam, ketika mobil sudah terparkir manis di halaman rumah dokter sekaligus pengusaha itu.Pint

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03

Bab terbaru

  • SECRET MARRIAGE   14. Cemburu|| Part-2

    "Kalian berdua sengaja mengikuti aku?"Spontan Anyelir dan Panji bersirobok. Posisi Anyelir yang sedikit merenggangkan jarak dengan lelaki di sampingnya, membuat Narendra melihat pegangan tangan keduanya.Belum sempat Panji dan Anyelir menjawab, Narendra terlebih dulu bersuara. "Jangan manja, Nye! sudah dewasa masih minta dituntun segala. Kan, tak menyeberang jalan. Kenapa harus digandeng segala? Tak akan hilang juga, kan?" racau Narendra.Panji baru hendak menjawab, tetapi kalah cepat dengan sang Felicia. "Kau ini kenapa? Kenapa diriku terlihat tak suka melihat mereka gandengan? Tak mungkin, kan, kau cemburu ketika ada lelaki yang mendekati saudaramu?" Felicia sengaja menekan kata-kata cemburu dan saudara untuk memberi kode kepada sang kekasih agar menyadari bahwa dirinya membuat kesal."Aku pun heran. sejak pagi tadi kekasihmu ini aneh, Fel. Sepertinya, dia tak suka aku mendekati saudaranya ini, padahal dia tahu bahwa aku tak mungkin menyakiti Any

  • SECRET MARRIAGE   13. Cemburu part-1

    Suasana Arunika yang kelabu, menciptakan dingin membelai lapisan epidermi. Namun, tak menyurutkan semangat Narendra untuk mandi sebab dirinya akan mengisi Hari Minggu ini dengan jalan-jalan bersama Felicia.Usai mandi, dirinya mendengar suara lelaki sedang bercengkerama dengan istrinya dan ia sangat mengenali suara tersebut. Lelaki itu pun gegas mengenakan kemeja lengan pendek warna biru dan celana chino panjang warna hitam. Tak lupa dirinya menyemprotkan parfum ke sebagian tubuh, lalu mengoleskan gel di rambut.Setelah itu, Narendra lekas menuju sumber suara. Dirinya sedikit terkesiap kala mendapati Panji asyik bercanda dengan istrinya."Panji!" sapanya. "Pagi sekali kau ke sini.""Iya, mau sarapan bareng wanita cantik," ucapnya sembari melirik Anyelir yang tampak tersipu. "Kau mau ke mana? Tak mau sarapan dengan kami?""Dia mana pernah mau makan masakank

  • SECRET MARRIAGE   12. Tentang sandiwara

    September telah berakhir sejak tiga hari yang lalu. Di hari ketiga Oktober, langit Jakarta tetap redum seperti hari sebelumnya. Mentari, hanya muncul sekali dalam satu minggu. Hal yang senada dengan hari-hari yang dilalui Anyelir. Kelabu sebab tanpa kasih sayang dan perhatian seorang suami. Dirinya punya kekasih halal, tetapi seperti janda.Sejak subuh tadi, Sadewo menghubungi Narendra. Beliau mewajibkan ia, Anyelir, dan Anindya untuk berkunjung ke rumahnya.Anyelir menebak, mertuanya akan membicarakan perihal keributan di minimarket milik Frans kemarin. Namun, ia tak menceritakan hal tersebut kepada Narendra. Toh, tak ada gunanya, hanya akan memperpanjang masalah dan membuatnya semakin pusing.Ia dan Narendra sedang berada dalam perjalanan menuju rumah Sadewo. Mereka gegas masuk ke dalam, ketika mobil sudah terparkir manis di halaman rumah dokter sekaligus pengusaha itu.Pint

  • SECRET MARRIAGE   11. Pertengkaran

    BAB 11Sementara itu, ketika sudah di mobil, Anyelir memilih diam daripada banyak bicara. Setiap ucapan atau pertanyaan dari Dokter Devan, hanya dijawab sekadarnya."Kita mampir ke minimarket sebentar, ya. Ada yang mau kubeli," ucap sang dokter."Baiklah! Aku juga ingin membeli camilan dan susu hamil."Devan tak menjawab. Pria itu fokus pada jalan di depan saja. Sepuluh menit kemudian, sebuah minimarket terkenal se-Indonesia, terpampang di netra Anyelir. Kedua insan itu gegas turun, kemudian melangkah masuk. Anyelir berjalan ke rak makanan, sedangkan Devan menuju rak sabun, sampo, dan peralatan rumah lainnya.Ketika sedang asyik memasukkan beberapa pilihan makanan ke keranjang pastik warna merah, suara seorang perempuan membuatnya menoleh. "Wah, ada cewek kampung masuk minimarket, nih."Perempuan di sampingnya menoleh ke Anyelir. "isi keranjangnya camilan semua. Sebelum menikah dengan orang kaya, tak pernah makan camilan sebanyak

  • SECRET MARRIAGE   10.setitik asa

    Anyelir pun segera menemui Dokter Devan dan berkosultasi. Tentu saja setelah mengantri."Kandunganmu sangat lemah, Anyelir. Aku kasih resep obat penguat janin, tetapi kau harus istirahat total. Sedikit pun kau bekerja atau berpikir serius, kau akan kehilangan calon bayimu," jelas Dokter Devan.Anyelir mencangah mendengar penjelasan tersebut. "Kau sungguh membuatku takut, Dokter.""Takut kehilangan anakmu?""Tentu saja.""Kalau begitu, turuti saranku, Nona cantik."Entah kenapa, Anyelir tak suka mendengar panggilan itu. Ia merasa sang dokter, hanya sekadar merayu saja."Baiklah, terimakasih, Dokter. Kalau begitu, aku pulang dulu, ya." Anyelir terpaksa mengurai senyum. "Oh, iya! Sekadar memberitahu. Adikmu adalah sahabatku sejak kecil.""What? Really?""Jangan sering berbahas

  • SECRET MARRIAGE   9. Meringankan beban pikiran

    Hari terus berganti. Tak terasa hampir satu bulan Anyelir menjalani kehidupan bersama suami di tempat tinggal barunya. Ia merasa waktu berjalan sangat lambat. Memang benar, apabila kehidupan yang dijalani tak sesuai harapan, maka waktu akan terasa lama bergulir.Narendra semakin sering membawa Felicia ke rumah dan Anyelir sudah terbiasa dengan itu. Sakit? Pasti. Namun, ada banyak cara untuk mengalihkan rasa sakit. Kalau sudah lelah mengerjakan pekerjaan rumah, dirinya berkirim pesan dengan Panji atau Gilang. Kadang, ia tak menolak kala kedua lelaki itu mengajaknya jalan-jalan.Setiap insan butuh hiburan meski, hanya sekadar menemani seseorang belanja ke minimarket. Kalau suami sendiri tak peduli akan kebutuhan hati istrinya, maka tak ada salahnya menerima tawaran bantuan dari orang lain.Hari ini, Anyelir sedang tak ingin keluar rumah. Dirinya memilih berkutat dengan tanaman. Ia menyiram berbagai tanaman di halaman belakang rumah yang m

  • SECRET MARRIAGE   8. Wanita Berhak Bahagia

    WANITA BERHAK BAHAGIASemburat mentari muncul di sela mega yang masih berwarna kelabu, sisa hujan semalam. Namun, tetap memberi cahaya terang di sebagian bentala. Kehangatan baskara memberi semangat tersendiri bagi Anyelir.Luka dan nyeri di hatinya tentu masih sangat terasa. Namun, sejak bangun subuh tadi, dirinya bertekad untuk tetap tegar dan kuat dan mengikuti keinginan sang suami untuk tak mencampuri urusannya. Ia pun berusaha bahagia dengan caranya sendiri. Biarpun demikian, ia tetap melakukan tugas sebagai istri. Anyelir tak peduli dengan perjanjian pernikahan bagian itu sebab jika tak melakukan apapun, membuat dirinya jenuh.Seperti saat ini, ia baru selesai menyiapkan air hangat untuk suaminya mandi. Setelah itu, dirinya mengeluarkan pakaian kerja Narendra yang sudah disetrika subuh tadi. Biasanya, Anyelir menggosok baju kerja sang suami saat malam, tetapi semalam suasana hati perempuan itu sedang tak baik-baik saja sehingga memilih tidur lebih cepat.

  • SECRET MARRIAGE   7. Hati yang Lelah

    Buana terus berputar pada poros, membawa perubahan waktu dari menit ke menit. Tak terasa sepuluh hari telah dilewati Anyelir dan Narendra di rumah baru dengan status yang baru pula. Meski sama sekali tak ada kebahagiaan di rumah itu, tetapi Anyelir tetap menjalankan kesehariannya dengan tegar. Perempuan itu berniat ke rumah sakit untuk memeriksa kandungannya. Sadewo pernah memberinya uang untuk mengontrol kehamilan. Meski pria itu merupakan dokter kandungan langganan Anyelir, tetapi terkadang dirinya tak bertugas. Jadi, untuk persiapan apabila dirinya sedang tak praktik, menantunya itu tetap bisa mengontrol kandungan.Bagsakara yang memancarkan kehangatan, menambah kekesalan di hati Anyelir. Sejak sebelum sarapan, ia sudah menanti sang suami bangun sebab dirinya hendak meminta tolong pada lelakiitu untuk mengantarnya ke rumah sakit. Akan tetapi, Narendra malah pergi begitu saja tanpa pamit, bahkan tak melirik istrinya sama sekal

  • SECRET MARRIAGE   6. Cemburu yang Terselubung

    Narendra menekan pedal rem kala mobil mewahnya tiba di halaman rumah. Dilihatnya dari celah lubang angin, tampak tak ada cahaya dari rumah sederhana itu. Pasti sudah tidur, pikirnya. Ia melirik Alexander Christie di pergelangan kiri. Pukul 01.05. Narendra gegas turun dari mobil lalu melangkah menuju pintu, lalu membukanya dengan kunci duplikat. Sengaja dirinya membuat kunci duplikat sebab ia tahu akan sering pulang malam. Begitu pintu terbuka, ruang tamu memang gelap, tetapi ada cahaya dari arah dapur.'Apa iya, Anyelir memasak tengah malam begini? Ah, mungkin ia haus, lalu minum ke dapur', gumamnya.Namun, dirinya terkesiap melihat istrinya tertidur di meja makan. Raga bagian bawahnya duduk di kursi, kepalanya bersandar pada meja makan dengan beralaskan lengan. Diperhatikan wajah polos natural yang sering ia kagumi tanpa sengaja.'Wajar, sih, Panji menyukainya'. Namun, buru-buru ditepis pikirannya.Dirinya hendak melangkah ke kama

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status