“Ya Tuhan, aku telat berangkat ke kampusnya, gara-gara tadi malam pelanggan cafe membeludak, jadi cafe tutupnya malam,” desis Greysie sambil berjanan kaki menuju kampusnya. Greysie sudah terbiasa berangkat kuliah dengan berjalan kaki, salah satu alasannya adalah menghemat ongkos. Terlebih lagi kosan Greysie dekat dengan tempatnya kuliah. Saat di perjalanan, Greysie harus menahan geram, karena ada mobil yang melaju kencang, ada genangan air tetap di lewati. Sialnya lagi saat itu Greysie sedang berada didekat genangan air itu.
“Hey sialan, bawa mobil gak lihat-lihat ada genangan, bisa bawa mobil gak sih,” teriak Greysie sambil melempar batu ke arah mobil yang melaju. Greysie sangat geram, karena bajunya benar-benar kotor, terlebih lagi ia memakai kemeja berwarna putih. Tak disangka-sangka, mobil yang tadi ia lempar batu tadi berhenti dan melaju mundur ke arahnya. Saat tepat di dekatnya, mobil Lamborghini hitam keluaran terbaru itu pun berhenti di dekatnya, saat pintu mobil terbuka, Greysie sangat kaget, karena yang keluar adalah pria berjas hitam dengan wajah yang membuat para wanita meleleh, sangat tampan. Greysie mencoba untuk tidak terpesona dengan ketampanan pria yang sedang berdiri di depannya saat ini,
“Maaf Nona, asisten saya tidak sengaja, ia tidak melihat ada genangan air tadi,” ucap pria yang tak lain adalah Sean yang berdiri berhadapan dengan Greysie.
“Enak saja lo tinggal bilang maaf, bisa lihat gak sih, karena ulah mobilmu, pakaianku sekarang kotor mau berangkat ke kampus,” ucap Greysie dengan sewot dan ketus. Sean yang melihat Greysie yang dari tadi ngomel gak jelas tak bisa menahan senyumnya.
“Terus, kamunya maunya kayak gimana, aku kan sudah minta maaf karena gak sengaja,” ucap Sean dengan lembut.
“Tanggung jawab, belikan aku baju sekarang buat ganti, aku ke kampus gak mungkin pakai baju kotor seperti ini,” ucap Greysie tetap bernada ketus pada Sean. Sean memegang kepalanya yang tidak pusing karena melihat wanita jadi-jadian yang berada di depannya saat ini.
“Beli saja sendiri, aku kasih uangnya,” ucap Sean tetap dengan gaya santainya.
“Gak mau, belikan saja, cepat.” Perintah Greysie pada Sean.
“Ya Tuhan, baru kali ini aku diperintah seperti ini oleh seorang wanita yang baru bertemu denganku, apa mukaku terlihat seperti pelayan yang seenaknya sendiri di suruh-suruh,” ucap Sean dalam hati.
“Baiklah ayo beli,” ucap Sean singkat. Greysie menarik Sean supaya mengikutinya membeli baju di toko yang dekat dari tempatnya saat ini berdiri. Sean cuma pasrah di tarik-tarik oleh wanita yang tidak ia kenal. Greysie masuk di salah satu toko baju yang tidak terlalu besar, ia mulai memilih kemeja putih untuk ia buat ganti. Sean cuma melihat Greysie dalam diam dengan melipat tangan di dada. Setelah menemukan baju yang cocok dengan ukuran tubuhnya, Greysie langsung membawanya ke kasir untuk dibayar.
“Sudah, cepat bayar. Aku mau ganti bajuku dulu.” Perintah Greysie pada Sean. Sean menuruti apa yang di suruh oleh Greysie. Sean membayar baju yang tadi sudah di pilih oleh Greysie.
“Berapa?” tanya Sean.
“10$,” ucap sang penjaga tokoh. Sean mengeluarkan uang 50$, dan memberikannya ke penjaga toko. Setelah membayar, Sean langsung pergi meninggalkan Greysie yang masih berganti baju. Saat Greysie ke luar dari ruang ganti, Greysie tak melihat pria yang sudah membuatnya sial pagi-pagi.
“Apa sudah dibayar bajunya?” tanya Greysie pada sang kasir tokoh.
“Sudah Nona, ini kembaliannya 40$, tadi kekasih anda langsung pergi tanpa membawa kembalian uangnya,” ucap sang kasir tokoh. Greysie menerima kembalian uang dari sang penjaga kasir. Dan pergi dari toko tersebut.
“Udahlah gak peduli juga mau di tinggalin juga, yang penting bajuku sekarang udah bersih, bisa lanjut ke kampus lagi,” ucap Greysie masa bodoh sudah di tinggalkan Sean sendiri di toko. Greysie berjalan menuju ke kampusnya dengan sedikit berlari, karena dia sudah sangat telat.
****
“Gadis unik,” ucap Sean. Sean menatap kepergian Greysie dengan senyuman menghiasi bibirnya.
“Apa kita bisa melanjutkan perjalanan kita Tuan Muda,” ucap Matias menahan senyum melihat tingkah tak biasa yang di perlihatkan Sean.
“Bisa, jalankan mobilnya,” ucap Sean datar. Matias mulai melajukan mobilnya menuju ke perusahaan.
“Semoga kita suatu saat di pertemukan lagi gadis jadi-jadian,” ucap Sean dalam hati. Entah kenapa Sean sedikit terhibur dengan Greysie. Wanita apa adanya yang tidak menutupi siapa dirinya.
“Gimana perkembangan pencarian si tua bangka Adiputra, apa sudah ada kabar keberadaannya,” ucap Sean pada Matias yang konsen dengan kemudinya.
“Sudah ada kabar Tuan Muda, dia setelah penembakan Nyonya dulu, dia bersembunyi di daerah Jawa Tengah, tepatnya di daerah Magetan. Dia tinggal bersama istrinya di sana, tanpa diketahui oleh putranya Reyhan Adiputra. Keluarga mereka hancur Tuan Muda setelah kasus penembakan Nyonya, karena ternyata mantan suami Nyonya, Tuan Reyhan masih menyimpan perasaan pada Nyonya,” jelas Matias.
“Mamaku ternyata banyak yang menyukai,” ucap Sean sambil tersenyum.
“Bukan banyak lagi Tuan Muda, Tuan Arsenio saja sempat kewalahan dengan tingkah para pria yang menyukai Nyonya, mulai Tuan Reyhan mantan suami Nyonya, Tuan Edward sahabat terdekat Nyonya dan rekan bisnis Nyonya Tuan Salvador. Mereka bertiga sama-sama saling mencuri perhatian Nyonya Naraya. Kalau yang Tuan Edward, sekarang sudah tidak berani lagi berurusan dengan Tuan Arsenio, karena sempat perusahaannya di bobol sistem keamanannya oleh Tuan Arsenio. Kalau Tuan Salvador setelah mengetahui Tuan Arsenio adalah suami Nyonya Naraya, dia langsung tidak berani mendekati Nyonya Naraya lagi, karena dia tahu sepak terjang Tuan Arsenio di dunia bisnis seperti apa,” jelas Matias panjang lebar menceritakan informasi yang sudah ia ketahui.
“Pesona Mama tidak bisa diragukan lagi,” ucap Sean berdecak kagum dengan pesona sang Mama di masa mudanya dulu, meskipun sampai sekarang sang Mama juga masih terlihat awet muda dan tetap cantik.
“Ditambah lagi dengan kebaikan hati Nyonya,” ucap Matias menambahi.
“Benar sekali kalau soal hal itu, Mama mempunyai hati bagaikan malaikat, yang tidak tega jika orang-orang di sekelilingnya kesusahan,” ucap Sean. Sean memandang keluar jendela, melihat lalu lalang kendaraan yang bersisihan jalan dengan mobilnya. Ia merasa sangat beruntung bisa hidup dengan layak tanpa harus pusing memikirkan tentang uang. Memiliki orang tua yang masih lengkap dan sangat menyayanginya. Karena belum tentu yang lain bisa merasakan hidup seperti dirinya saat ini.
Tak terasa mobil sudah memasuki parkiran perusahaan. Setelah mobil berhenti, Sean keluar dari dalam mobil dan langsung berjalan masuk ke dalam perusahaannya. Banyak para karyawan yang mengucapkan selamat pagi, dan banyak juga yang Cuma ingin melihat wajah tampan Sean. Sean selalu bersikap baik kepada para karyawannya, karena buat Sean, perusahaannya tidak bisa sebesar ini, tanpa kerja keras para karyawannya. Terlebih lagi Sean sering mendapat nasehat oleh sang Mama tentang bagaimana bersikap terhadap para pekerja.
“Selamat pagi Bos,” ucap salah satu karyawan perusahaan.
“Selamat pagi, semoga pekerjaanmu dipermudah,” ucap Sean sambil menyunggingkan senyum. Sean berjalan menuju ke lift khusus petinggi perusahaan di ikuti oleh Matias di belakangnya.
“Apa hari ini kita ada meeting penting dengan klien?” tanya Sean sambil masuk kedalam lift.
“Iya Tuan Muda,” ucap Matias sambil ikut masuk kedalam lift. Lift pun tertutup dan naik ke lantai atas menuju lantai 33. Tak berselang lama lift pun sudah terbuka tepat di depan ruangan Sean berada. Sean keluar dari lift dan langsung di sambut oleh sekertarisnya Livedor. Livedor berdiri tepat saat Sean hendak mendekat ke arahnya.
“Pagi Boss,” ucap Livedor sopan.
“Pagi Livedor, masuk keruanganku sekarang,” ucap Sean pada Livedor.
“Siap Boss,” ucap Livedor penuh hormat. Livedor saat mengidolakan sosok Sean, karena berkat Sean, ia bisa membersamai Sean disetiap pekerjaannya. Livedor bertemu Sean, saat ia sedang mencari pekerjaan. Karena Sean tahu kwalitas yang di miliki Livedor, Sean sendiri yang memberikan pekerjaan sebagai sekertarisnya. Sean sangat menyukai kinerja yang dimiliki oleh Livedor, berkat kerjasama Matias dan Livedor, masalah jadwal pertemuannya bisa terhendel dengan baik.
Sean memasuki ruangannya dengan di ikuti oleh Matias dan Livedor di belakangnya. Sean duduk di kursi kebesarannya dengan kharisma yang tak luput dalam diri Sean. Sean melipat kedua tangannya ke arah dada sambil menunggu Livedor membacakan jadwalnya hari ini.
“Bacakan jadwalku hari ini Livedor,” ucap Sean penuh perintah.
“Hari ini tidak terlalu banyak pertemuan Boss, Cuma menghadiri rapat semua divisi nanti setelah makan siang, dan sorenya ada pertemuan dengan Tuan Edward tentang produk kita yang akan di pakai oleh perusahaan Tuan Edward Boss, dan tempatnya di resto milik Nyonya Naraya,” jelas Livendor secara rinci.
“Ok kalau begitu, kamu boleh kembali ke mejamu,” ucap Sean.
“Baik Boss.” Livendor undur diri dari hadapan Sean, dan kembali ke mejanya untuk meneruskan pekerjaannya yang tertunda karena pemanggilannya.
***
Zenobex Corporation “Tuan muda, waktunya makan siang,” ucap Matias. “Iya, sebentar lagi selesai,” ucap Sean sambil tetap memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya. Matias menyiapkan makanan yang akan di makan oleh Sean di meja. Makanan yang khusus di buatka
Cafe dan Resto Fidelidade no amor, Manhattan Sean keluar dari ruangan kerja sang Mama menuju ke area cafe, banyak pegawai cafe yang kaget dengan keberadaan Sean yang tidak biasanya. “Tuan Sean,” sapa Alex dengan hormat pada Sean. Se
Hari berganti hari, Sean sudah satu minggu tidak bertemu dengan Chef cantik yang sudah mencuri hatinya sejak pertemuan pertamanya. Secara diam-diam Sean memantau Greysie dari cctv yang ada di dalam cafe milik sang Mama. Itupun Sean meminta izin terlebih dulu pada sang Mama. Rencana Sean untuk pulang kerumahnya pun juga batal karena pertemuan mendadak yang dilakukannya dengan perusahaan sang Tante. Karena kerjasama yang dilakukan Sean dengan Arabelle, Perusahaan Sean semakin berkembang pesat dan merajai kerajaan bisnis di wilayah Eropa. Sean semakin bersemangat karena pencapaian yang ia dapat selama ini. Terlebih lagi sekarang Sean mempunyai keinginan untuk mendapatkan Greysie, meskipun masih belum
Zenobex Corporation, Manhattan Pagi ini adalah pagi yang sangat indah untuk seorang Sean. Karena pagi ini ia akan bertemu dengan gadis yang sudah
Tok...tok...tok… terdengar pintu diketuk dari luar.
Part 08Waktu pulang kerja pun telah tiba, Greysie dengan semangat membereskan alat-alat kerjanya yang berserakan di atas meja kerjanya. Greysie membereskan semuanya dengan tak
"Bapak juga mau ke cafe ini," ucap Greysie."Seperti yang kau lihat. Aku berhenti disini dan mau turun juga dari mobil. Aku juga ada perlu disini," ucap Sean."Baiklah pak. Terserah Bapak saja lah, kan itu urusan Bapak," ucap Greysie sambil terkekeh. Sean yang melihatnya ikut tersenyum.
Malam semakin larut, pengunjung cafe masih banyak yang berdatangan. Entah sekedar ngopi ataupun menikmati pasta terlezat yang dimiliki Fidelidade no amor. Cafe anak muda di Manhattan.
Semenjak kepergian Greysie dan perceraian sepihaknya, Sean menjadi pribadi yang pendiam dan tidak terlalu banyak omong. Hari-harinya sekarang dia gunakan untuk fokus ke perusahaannya. Tidak ada lagi senyum ceria di wajah Sean. Yang ada hanya tatapan dingin yang terpancar dari matanya. Sosok yang berbeda dari Sean yang dulu. Sean seperti hidup dalam dunianya sendiri. Meskipun sekarang Naraya sering berkunjung ke tempat Sean. Melihat bagaimana keadaan sang putra.Sean menatap keluar gedung perusahaannya. Terlihat dengan jelas megahnya gedung pencakar langit yang dia lihat saat ini. Sudah hampir setahun Greysie meninggalkannya. Dan tidak ada kabar sama sekali. Semenjak Greysie meninggalkannya, Sean lebih memilih tinggal di apartemen dan fokus pada perusahaannya yang berbasis teknologi. Yang tidak lain adalah Zenobex Corporation. Perusahaannya yang dia bangun sendiri dari kerja kerasnya."Permisi, Boss," ucap Livedor pada Sean. Saya menatap Livedor yang ada d
Sebuah hubungan tidak bisa dikatakan baik-baik saja kalau tidak adanya kejujuran dalam sebuah hubungan. Seperti halnya hubungan Sean dan Greysie yang sudah berada di ujung tanduk tanpa adanya alasan yang pasti. Naraya memegangi Kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. Dia memikirkan tentang rumah tangga sang putra yang sekarang berada di ujung tanduk. Dia tidak pernah membayangkan bahwa putranya akan mengalami hal yang seperti ini. Naraya merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang ada di ruang tv sang putra. Pikirannya berkelana dan menerka-nerka akan jawaban pertanyaan yang ada di pikirannya saat ini. Naraya benar-benar bingung dengan keputusan yang diambil oleh Greysie. Saat dia menelepon sang putra, dia merasa kalau sang putra tidak mengetahui apa-apa. Naraya memang sedikit tahu akan kegundahan yang sedang dirasakan sang putra. Tapi dia tidak menyangka bahwasanya akan berujung seperti ini. Naraya menunggu informasi yang diberikan Orlando kepadanya. Dia begitu p
Dengan berjalannya waktu, semuanya mulai berubah. Manusia yang menjalankan, Tuhan yang menentukkan. Seperti halny Sean dan Greysie. Sean dengan dilemanya dan Greysie dengan kehancuran hatinya karena harapannya menjadi seorang ibu sudah sirna. Tanpa sepengetahuan Sean, Greysie melakukan operasi pengangkatan rahim. Keputusan berat yang harus dia ambil sendiri. Dia tidak ingin sampai Sean tahu apa yang terjadi dalam dirinya saat ini.“Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya dokter Amran pada Greysie.“Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja,” ucap Greysie pada dokter Amran. Dokter Amran duduk di depan Greysie. Menatap penuh kagum dengan wanita yang ada di depannya saat ini. Wanita kuat yang baru pertama kali dia temui.“Sepertinya aku akan menceraikan suamiku,” ucap Greysie pada dokter Amran.“Jangan gila. Itu bukan sebuah keputusan bijak yang kamu ambil. Bagaimana perasaan suamimu?” tanya dokter Amran pada Greysie.“Lebih baik seperti itu. Aku
Dentuman musik DJ di klub terbesar di Spanyol, menjadi hiburan pertama yang dilakukan Sean dan Gabriel. Sean menikmati wine yang disodorkan Gabriel kepadanya. Tanpa pikir panjang Sean meneguk wine itu dengan sekali tandas. Tak berhenti di situ. Sean tidak mau berhenti minum. Gabriel yang melihatnya cuma geleng-geleng kepala. Sean menikmati musik DJ sambil meminum wine yang ada di tangannya. Tiba-tiba kesenangannya sedikit terganggu karena ada yang menabraknya dari belakang. Saat Sean membalikan badan, Sean bertukar pandang dengan seorang gadis bermata coklat yang mempunyai wajah yang sangat cantik dan bodinya sangat proporsional. Terlebih lagi dia memakai pakaian yang sangat seksi. Siapapun yang melihatnya pasti akan tergoda. Dengan belahan dada yang menonjolkan dadanya yang terlihat penuh. Sean tersenyum sinis ke arah gadis tersebut. Dengan tatapan meremehkan yang diperlihatkan Sean. Gadis itu yang melihat tatapan Sean yang memandang rendah dirinya, secara refleks dia
Apartemen Gabriel, Spanyol Setelah menempuh perjalanan yang sedikit menyita waktu, akhirnya Sean sampai juga di apartemen Gabriel. Sean memasuki Gabriel tanpa harus permisi dulu dengan yang punya. Sean masuk ke dalam apartemen Gabriel dan merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang berada di ruang tamu apartemen Gabriel.Sean untuk saat ini benar-benar ingin melampiaskan kegundahan yang sedang dia rasakan untuk saat ini. Salah satunya seperti yang sekarang dia lakukan. Berbohong kepada istrinya untuk pergi ke Spanyol untuk menemui Gabriel.“Maafkan aku sudah berbohong kepadamu dengan alasan pertemuan bisnis,” ucap Sean bermonolog sendiri."Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?" tanya Gabriel mengagetkan Sean yang sedang berbaring di sofa. Sean menoleh ke asal suara yang tidak lain adalah Gabriel."Hubunganku dengan Greysie terasa hambar sekarang. Entah kena
Pernikahan Sean dan Greysie sudah berjalan hampir satu tahun. Namun mereka berdua masih belum diberi keturunan. Greysie sempat merasa putus asa. Karena dia tanpa sepengetahuan Sean juga sering konsultasi ke dokter kandungan. Greysie menatap nanar ke depan. Tatapannya kosong tanpa arah yang jelas.“Bagaimana kalau aku memang tidak bisa memberikan Sean keturunan? Apa Sean akan meninggalkanku?” batin Greysie. Tiba-tiba pundak Greysie ada yang menepuk dari belakang. Saat Greysie menoleh, dia begitu kaget melihat adik dari sang ayah ada di belakangnya saat ini.“Hai, keponakanku. Bagaimana kabarmu sekarang setelah menjadi istri dari Sean Aziel Lessham Wijaya,” ucap Carlos pada Greysie. Greysie mengerutkan dahi saat pamannya berbicara tentang sang suami. Greysie bertanya-tanya dalam benaknya.“Bagaimana dia bisa tahu tentangku?” batin Greysie. Carlos duduk di depan Greysie sambil menyunggingkan senyum di wajahnya.
Sudah waktunya Sean dan Greysie pamit untuk balik lagi ke Manhattan. Sean menggandeng tangan Greysie untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya. "Apa Jadi balik sekarang kamu, Boy?" tanya Naraya pada Sean. Sean menganggukkan kepalanya. "Iya, Mam. Sean harus balik sekarang karena mau ada rapat penting dengan semua divisi," ucap Sean pada Naraya. "Padahal mama masih kangen sama kamu. Setelah ini sering-seringlah pulang. Mama ingin ada Quality time dengan putra dan menantu mama," ucap Naraya penuh harap pada sang putra. "Akan diusahakan Sean, Ma. Kalau Sean tidak sibuk, Sean pasti akan pulang. Sean minta maaf. Karena masih belum bisa memberikan waktu kumpul bersama dengan mama dan papa," ucap Sean penuh rasa bersalah.&nbs
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Greysie dan Sean bersiap-siap untuk kembali ke Manhattan. Sebenarnya Sean sedikit berat meninggalkan rumahnya. Karena keluarga besarnya masih belum pulang ke Indonesia. Waktu yang langkah untuk bisa berkumpul seperti sekarang ini. Sean menatap istrinya yang masih belum selesai membereskan barangnya.“Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan doaku untuk mendapatkannya. Aku benar-benar sangat mencintai dan menyayanginya,” ucap Sean dalam hati.“Jangan melihatku seperti itu, dasar otak mesum,” ucap Greysie dengan asal.“Mesum ke istri sendiri itu tidak masalah. Yang bahaya itu kalau mesum sama istri orang, baru tidak boleh,” ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Greysie.Greysie yang mendengar perkataan Sean langsung mengerucutkan
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Greysie dan Sean bersiap-siap untuk kembali ke Manhattan. Sebenarnya Sean sedikit berat meninggalkan rumahnya. Karena keluarga besarnya masih belum pulang ke Indonesia. Waktu yang langkah untuk bisa berkumpul seperti sekarang ini. Sean menatap istrinya yang masih belum selesai membereskan barangnya.“Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan doaku untuk mendapatkannya. Aku benar-benar sangat mencintai dan menyayanginya,” ucap Sean dalam hati.“Jangan melihatku seperti itu, dasar otak mesum,” ucap Greysie dengan asal.“Mesum ke istri sendiri itu tidak masalah. Yang bahaya itu kalau mesum sama istri orang, baru tidak boleh,” ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Greysie.Greysie yang mendengar perkataan Sean langsung mengerucutkan