Manhattan, New York
Tahun berganti tahun, Sean sekarang menjadi sosok yang sangat berwibawa, di usianya yang menginjak 26 tahun. Sean menjelma menjadi laki-laki yang mapan yang di elu-elukan para wanita muda. Tak jarang banyak wanita yang rela menjadi teman tidur Sean, meskipun tak dibayar. Namun Sean tidak tergoda sedikitpun oleh para wanita-wanita yang mendekatinya. Semenjak kejadian Mamanya dulu, Sean sangat overprotektif terhadap sang Mama, buat Sean Mamanya adalah satu-satunya wanita di hatinya. Dari keamanan sampai gerak gerik sang Mama selalu ia pantau. Sampai sang Mama dibuat kesal dengan perilakunya. Tak ayal Mamanya sering ngambek karena kelakuannya. Dan ujung-ujungnya sang Papa yang menjadi pelampiasannya. Tiba-tiba ponselnya bergetar di atas meja kerjanya, saat ia melihat siapa yang menghubunginya, Sean menyunggingkan Senyum.
"Sean, apa yang kamu lakukan ini, Mama bukan tawanan yang puluhan tahun harus terus-terusan kamu awasi," ucap Naraya. Naraya menahan geram dengan kelakuan sang putra.
"Mama seharusnya tahu alasan Sean sampai melakukan semua ini buat Mama, Sean gak ingin lagi kejadian dulu terulang lagi. Sudah cukup waktu 7 tahun Mama koma. Tidak menemani hari-hari Sean," ucap Sean dengan lembut. Meskipun ia sudah dewasa, Mamanya sangat dihormati, berbicara kasar pun Sean tidak pernah, karena ia masih ingat bagaimana Mamanya mendidiknya dengan kelembutan, tanpa adanya kekerasan sedikit pun.
"Sudah cukup Sayang, Mama tahu bagaimana khawatirnya Sean ke Mama, cukup awasi Mama dari jauh. Kalau Sean tidak mendengarkan perkataan Mama, Mama akan pergi sejauh mungkin dari Sean dan Papa," ucap Naraya penuh ancaman.
"Mama mengancamku?" tanya Sean. Sean tahu ancaman Mamanya bukan main-main.
"Iya benar sekali Sean Aziel Lessham Wijaya, perkataan Mama tidak main-main," ucap Naraya penuh penekanan. Arsenio yang mendengar perkataan sang istri cuma bisa menahan tawa. Ia tahu kalau putranya kali ini memang benar-benar keterlaluan. Sampai membuat istrinya marah seperti sekarang ini.
"Huft, Baiklah kalau itu permintaan Mama, aku tetap memantau Mama, tanpa harus terlihat," ucap Sean mengalah. Sean tidak bisa membayangkan kalau Mamanya marah, dan harus pergi meninggalkannya.
"Good Boy, cepat pulang, Mama merindukanmu," ucap Naraya mengakhiri panggilannya.
"Aku juga sangat merindukanmu, Mam," ucap Sean.
Sean semenjak diberikan tanggung jawab oleh sang Mama memegang perusahaan sang Mama, Sean semakin sibuk, ia tak mengira kalau seberat ini pekerjaannya, meskipun sudah dibantu oleh orang kepercayaan sang Mama, yang tak lain adalah Orlando. Perusahaannya dan perusahaan sang Mama sangat bertolak belakang. Jika disuruh memilih, ia cuma ingin memegang perusahaannya saja yang sudah berkembang. Perusahaan berbasis teknologi hardware dan software yang sudah terkenal.
"Mama begitu hebat bisa mengembangkan perusahaan ini sampai sukses seperti sekarang ini," Sean berdecak kagum dengan kemampuan sang Mama.
"Tok...tok...tok…" terdengar pintu diketuk dari luar ruangannya.
"Masuk," ucap Sean. Saat melihat siapa yang datang, Sean berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan menghampiri sang tamu.
"Paman," ucap Sean sambil memeluk Orlando. Sean sangat menyayangi Orlando seperti orang tuanya sendiri. Sean mempersilahkan Orlando untuk duduk di sofa yang ada di ruangannya.
"Anak nakal, kenapa kamu menyuruh Paman datang ke Manhattan buru-buru, tanpa menghubungi Mamamu terlebih dahulu, dia pasti mencari Paman," ucap Orlando pada Sean. Sean yang mendengar perkataan sang Paman tidak bisa menahan tawa.
"Mama sudah duluan marah padaku Paman," ucap Sean sambil tersenyum.
"Kenapa Mamamu sampai marah, apa kamu melakukan perbuatan yang sudah keterlaluan, karena sepengetahuan Paman, Mamamu tidak pernah marah padamu," ucap Orlando penasaran. Karena tidak biasanya Naraya sampai marah dengan Sean, di mata Naraya, Sean adalah segalanya dalam hidupnya.
"Gara-gara anak buahku memata-matai Mama, sampai akhirnya Mama marah kepadaku," ujar Sean. Orlando yang mendengar perkataan Sean, tidak bisa menahan tawanya.
"Iya pantas saja Mamamu marah, kamunya seperti itu, dulu Mamamu juga pernah mengalami hal serupa," ucap Orlando.
"Maksudnya, Paman?" ucap Sean penasaran.
"Dulu Miss. Arabelle pernah melakukan hal yang sama sepertimu, malahan lebih parah, sampai Miss. Arabelle memasang sebuah alat pelacak di tubuh Miss. Naraya. Sebenarnya Miss. Naraya sudah tahu kalau di tubuhnya dipasang alat pelacak, tapi dirinya diam saja. Sampai akhirnya Miss. Naraya melepas alat yang terpasang di tubuhnya dengan bantuan kenalan dokter Miss. Naraya. Saat Miss. Naraya hamil kamu, Miss. Naraya sempat pergi dari rumah karena ingin menjagamu sampai kamu lahir didunia. Karena terlalu banyak orang-orang yang mengincar nyawa Miss. Naraya. Miss. Naraya pergi jauh dari keluarganya, ia cuma ingin kamu kuat di rahimnya. Sekitar 5 bulan, Miss. Naraya bersembunyi di San Fransisco. Sampai dia hamil tua, baru ia menghubungi Tuan. Arsenio. Mungkin karena cinta sejati, tanpa direncanakan, Tuan. Arsenio juga menetap di San Fransisco," jelas Orlando. Sean tak habis pikir Mamanya bisa berbuat seperti itu. Sekarang dia tahu, alasan kenapa Mamanya tidak terlalu suka diawasi.
"Aku tak menyangka Paman, Mama sampai punya pikiran seperti itu, tahu seperti itu, aku benar-benar harus waspada," ucap Sean pada Orlando, Orlando yang mendengarnya menyunggingkan senyum.
"Mamamu orang yang sangat baik, banyak orang yang sangat menyayangi Mamamu, semua orang yang mengenal Mamamu, mereka berani mempertaruhkan nyawa mereka demi Mamamu," ucap Orlando.
"Salah satunya, Paman," tebak Sean. Orlando menganggukkan kepalanya. Sean terdiam setelah mendengar penuturan Orlando.
"Ok Boy, sekarang jelaskan pada Paman, kenapa kamu memanggil Paman kemari?" tanya Orlando.
"Tentang Nc. Corporation, Paman," ucap Sean.
"Memang kenapa dengan Nc. Corporation?" tanya Orlando, Orlando berpikir keras, karena seingat Orlando, Nc. Corporation tetap stabil selama ini, tidak ada masalah.
"Gak kenapa-kenapa Paman, aku bingung dengan sistem kerja Nc. Corporation. Jujur sangat bertolak belakang dengan perusahaanku selama ini," ucap Sean santai.
"Pletak" satu pukulan mendarat di kepala Sean.
"Sakit Paman," ucap Sean sambil mengusap kepalanya yang habis di pukul oleh orang kepercayaan sang Mama.
"Sean, cuma masalah kecil seperti ini, kamu menyuruh Paman ke Manhattan, Paman kira kamu kenapa-kenapa, dasar anak nakal," ucap Orlando menahan geram.
"Maaf Paman," ucap Sean sambil tertawa.
"Mamamu memberikan tanggung jawab kepadamu itu sudah benar-benar ia pikirkan dengan matang, sistem yang dipakai Nc. Corporation itu berbeda dengan perusahaan lain. Nc. Corporation itu benar-benar memberikan kesempatan pada karyawan untuk membuktikan keunggulannya. Karena kerjasama yang bagus antara pemimpin dan karyawan, Nc. Corporation bisa sesukses sekarang. Kamu tinggal mengikuti alur yang sudah dibuat Mamamu. Banyak orang kepercayaan Mamamu yang ditugaskan di masing-masing cabang perusahaan miliknya. Setiap satu bulan sekali selalu ada rapat semua kepala cabang, mulai dari perusahaan, swalayan, hotel dan resort milik Mamamu. Teknologi yang dipakai di Nc. Corporation adalah gabungan dari empat kepala. Miss. Arabelle, Miss. Naraya, Tuan Arsenio dan Paman sendiri," jelas Orlando panjang lebar.
Sean berdecak kagum dengan sistem perusahaan sang Mama, ia tak menyangka ada perusahaan yang seperti itu.
"Kamu seharusnya sudah memikirkan pasangan Sean, diumur kamu yang sudah 26 tahun, supaya gak terlalu memikirkan Mamamu." Goda Orlando.
"Nantilah Paman, Sean masih belum punya pikiran memiliki pasangan," ucap Sean dengan santainya. Orlando cuma geleng-geleng kepala dengan kelakuan Sean.
"Ya sudah kalau tidak ada masalah, Paman balik dulu, Mamamu pasti nyari Paman," ucap Orlando sambil berdiri dari duduknya.
"Paman langsung balik ke San Fransisco?" tanya Sean.
"Iya," ucap Orlando singkat.
"Ya Tuhan Paman, baru saja, datang sekarang udah mau balik lagi," ucap Sean.
"Daripada Paman dimarahi Mamamu, lebih baik Paman balik sekarang," ucap Orlando sambil memeluk Sean. Setelah berpamitan, Orlando langsung berjalan menuju pintu, dan keluar dari ruangan Sean. Sean yang masih terbengong karena Orlando. Sampai ia tak sadar kalau Orlando sudah pergi dari ruangannya.
"Ya Tuhan aku dikelilingi orang-orang yang serba unik," desis Sean. Sean duduk kembali di kursinya, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
***
Di sebuah cafe yang sangat populer di Manhattan, yang bernama Fidelidade no Amor, yang menjual pasta yang sangat lezat dengan cita rasa yang unik, yang mana sangat memanjakan lidah sang penikmatnya, yang tak lain adalah cafe dan resto milik Naraya.
Seorang gadis cantik berambut panjang, dengan iris mata hijau, yang bernama Greysie Natalie, seorang Chef part time di cafe Fidelidade no amor. Karena Grey masih kuliah, Grey Cuma bekerja part time di cafe milik Naraya. Naraya sangat mengenal Greysie, karena Greysie bekerja di cafe milik Naraya mulai dia masih bersekolah di tingkat atas. Karena untuk membiayai hidupnya yang seorang diri, Greysie bekerja paruh waktu setelah sekolah.
“Grey, pasta special 2, chocolate float 1, lemon tea 1,” teriak Alex.
“Aye...aye...laksanakan,” teriak Greysie.
Greysie mulai memasak pesanan dengan dibantu Chef yang lain. Grey memasak sambil menyanyikan lagu kesukaannya. Para pelayan yang mendengar nyanyian Grey ikut terhibur, karena suara merdu yang dimiliki Grey.
Tak menunggu lama, Grey membuat pesanan yang di pesan oleh pelanggan dengan tetap semangat, karena memasak adalah salah satu hobi dan pekerjaan yang sangat di cintai oleh Grey. Dengan memasak, Grey bisa mengeksplor resep-resep yang ia ciptakan sendiri.
“Ya Tuhan, aku telat berangkat ke kampusnya, gara-gara tadi malam pelanggan cafe membeludak, jadi cafe tutupnya malam,” desis Greysie sambil berjanan kaki menuju kampusnya. Greysie sudah terbiasa berangkat kuliah dengan berjalan kaki, salah satu alasannya adalah menghemat ongkos. Terlebih lagi kosan Greysie dekat dengan tempatnya kuliah. Saat di perjalanan, Greysie harus menahan geram, karena ada mobil yang melaju kencang, ada genangan air tetap di lewati. Sialnya lagi saat itu Greysie sedang berada didekat genangan air itu.
Zenobex Corporation “Tuan muda, waktunya makan siang,” ucap Matias. “Iya, sebentar lagi selesai,” ucap Sean sambil tetap memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya. Matias menyiapkan makanan yang akan di makan oleh Sean di meja. Makanan yang khusus di buatka
Cafe dan Resto Fidelidade no amor, Manhattan Sean keluar dari ruangan kerja sang Mama menuju ke area cafe, banyak pegawai cafe yang kaget dengan keberadaan Sean yang tidak biasanya. “Tuan Sean,” sapa Alex dengan hormat pada Sean. Se
Hari berganti hari, Sean sudah satu minggu tidak bertemu dengan Chef cantik yang sudah mencuri hatinya sejak pertemuan pertamanya. Secara diam-diam Sean memantau Greysie dari cctv yang ada di dalam cafe milik sang Mama. Itupun Sean meminta izin terlebih dulu pada sang Mama. Rencana Sean untuk pulang kerumahnya pun juga batal karena pertemuan mendadak yang dilakukannya dengan perusahaan sang Tante. Karena kerjasama yang dilakukan Sean dengan Arabelle, Perusahaan Sean semakin berkembang pesat dan merajai kerajaan bisnis di wilayah Eropa. Sean semakin bersemangat karena pencapaian yang ia dapat selama ini. Terlebih lagi sekarang Sean mempunyai keinginan untuk mendapatkan Greysie, meskipun masih belum
Zenobex Corporation, Manhattan Pagi ini adalah pagi yang sangat indah untuk seorang Sean. Karena pagi ini ia akan bertemu dengan gadis yang sudah
Tok...tok...tok… terdengar pintu diketuk dari luar.
Part 08Waktu pulang kerja pun telah tiba, Greysie dengan semangat membereskan alat-alat kerjanya yang berserakan di atas meja kerjanya. Greysie membereskan semuanya dengan tak
"Bapak juga mau ke cafe ini," ucap Greysie."Seperti yang kau lihat. Aku berhenti disini dan mau turun juga dari mobil. Aku juga ada perlu disini," ucap Sean."Baiklah pak. Terserah Bapak saja lah, kan itu urusan Bapak," ucap Greysie sambil terkekeh. Sean yang melihatnya ikut tersenyum.
Semenjak kepergian Greysie dan perceraian sepihaknya, Sean menjadi pribadi yang pendiam dan tidak terlalu banyak omong. Hari-harinya sekarang dia gunakan untuk fokus ke perusahaannya. Tidak ada lagi senyum ceria di wajah Sean. Yang ada hanya tatapan dingin yang terpancar dari matanya. Sosok yang berbeda dari Sean yang dulu. Sean seperti hidup dalam dunianya sendiri. Meskipun sekarang Naraya sering berkunjung ke tempat Sean. Melihat bagaimana keadaan sang putra.Sean menatap keluar gedung perusahaannya. Terlihat dengan jelas megahnya gedung pencakar langit yang dia lihat saat ini. Sudah hampir setahun Greysie meninggalkannya. Dan tidak ada kabar sama sekali. Semenjak Greysie meninggalkannya, Sean lebih memilih tinggal di apartemen dan fokus pada perusahaannya yang berbasis teknologi. Yang tidak lain adalah Zenobex Corporation. Perusahaannya yang dia bangun sendiri dari kerja kerasnya."Permisi, Boss," ucap Livedor pada Sean. Saya menatap Livedor yang ada d
Sebuah hubungan tidak bisa dikatakan baik-baik saja kalau tidak adanya kejujuran dalam sebuah hubungan. Seperti halnya hubungan Sean dan Greysie yang sudah berada di ujung tanduk tanpa adanya alasan yang pasti. Naraya memegangi Kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. Dia memikirkan tentang rumah tangga sang putra yang sekarang berada di ujung tanduk. Dia tidak pernah membayangkan bahwa putranya akan mengalami hal yang seperti ini. Naraya merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang ada di ruang tv sang putra. Pikirannya berkelana dan menerka-nerka akan jawaban pertanyaan yang ada di pikirannya saat ini. Naraya benar-benar bingung dengan keputusan yang diambil oleh Greysie. Saat dia menelepon sang putra, dia merasa kalau sang putra tidak mengetahui apa-apa. Naraya memang sedikit tahu akan kegundahan yang sedang dirasakan sang putra. Tapi dia tidak menyangka bahwasanya akan berujung seperti ini. Naraya menunggu informasi yang diberikan Orlando kepadanya. Dia begitu p
Dengan berjalannya waktu, semuanya mulai berubah. Manusia yang menjalankan, Tuhan yang menentukkan. Seperti halny Sean dan Greysie. Sean dengan dilemanya dan Greysie dengan kehancuran hatinya karena harapannya menjadi seorang ibu sudah sirna. Tanpa sepengetahuan Sean, Greysie melakukan operasi pengangkatan rahim. Keputusan berat yang harus dia ambil sendiri. Dia tidak ingin sampai Sean tahu apa yang terjadi dalam dirinya saat ini.“Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya dokter Amran pada Greysie.“Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja,” ucap Greysie pada dokter Amran. Dokter Amran duduk di depan Greysie. Menatap penuh kagum dengan wanita yang ada di depannya saat ini. Wanita kuat yang baru pertama kali dia temui.“Sepertinya aku akan menceraikan suamiku,” ucap Greysie pada dokter Amran.“Jangan gila. Itu bukan sebuah keputusan bijak yang kamu ambil. Bagaimana perasaan suamimu?” tanya dokter Amran pada Greysie.“Lebih baik seperti itu. Aku
Dentuman musik DJ di klub terbesar di Spanyol, menjadi hiburan pertama yang dilakukan Sean dan Gabriel. Sean menikmati wine yang disodorkan Gabriel kepadanya. Tanpa pikir panjang Sean meneguk wine itu dengan sekali tandas. Tak berhenti di situ. Sean tidak mau berhenti minum. Gabriel yang melihatnya cuma geleng-geleng kepala. Sean menikmati musik DJ sambil meminum wine yang ada di tangannya. Tiba-tiba kesenangannya sedikit terganggu karena ada yang menabraknya dari belakang. Saat Sean membalikan badan, Sean bertukar pandang dengan seorang gadis bermata coklat yang mempunyai wajah yang sangat cantik dan bodinya sangat proporsional. Terlebih lagi dia memakai pakaian yang sangat seksi. Siapapun yang melihatnya pasti akan tergoda. Dengan belahan dada yang menonjolkan dadanya yang terlihat penuh. Sean tersenyum sinis ke arah gadis tersebut. Dengan tatapan meremehkan yang diperlihatkan Sean. Gadis itu yang melihat tatapan Sean yang memandang rendah dirinya, secara refleks dia
Apartemen Gabriel, Spanyol Setelah menempuh perjalanan yang sedikit menyita waktu, akhirnya Sean sampai juga di apartemen Gabriel. Sean memasuki Gabriel tanpa harus permisi dulu dengan yang punya. Sean masuk ke dalam apartemen Gabriel dan merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang berada di ruang tamu apartemen Gabriel.Sean untuk saat ini benar-benar ingin melampiaskan kegundahan yang sedang dia rasakan untuk saat ini. Salah satunya seperti yang sekarang dia lakukan. Berbohong kepada istrinya untuk pergi ke Spanyol untuk menemui Gabriel.“Maafkan aku sudah berbohong kepadamu dengan alasan pertemuan bisnis,” ucap Sean bermonolog sendiri."Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?" tanya Gabriel mengagetkan Sean yang sedang berbaring di sofa. Sean menoleh ke asal suara yang tidak lain adalah Gabriel."Hubunganku dengan Greysie terasa hambar sekarang. Entah kena
Pernikahan Sean dan Greysie sudah berjalan hampir satu tahun. Namun mereka berdua masih belum diberi keturunan. Greysie sempat merasa putus asa. Karena dia tanpa sepengetahuan Sean juga sering konsultasi ke dokter kandungan. Greysie menatap nanar ke depan. Tatapannya kosong tanpa arah yang jelas.“Bagaimana kalau aku memang tidak bisa memberikan Sean keturunan? Apa Sean akan meninggalkanku?” batin Greysie. Tiba-tiba pundak Greysie ada yang menepuk dari belakang. Saat Greysie menoleh, dia begitu kaget melihat adik dari sang ayah ada di belakangnya saat ini.“Hai, keponakanku. Bagaimana kabarmu sekarang setelah menjadi istri dari Sean Aziel Lessham Wijaya,” ucap Carlos pada Greysie. Greysie mengerutkan dahi saat pamannya berbicara tentang sang suami. Greysie bertanya-tanya dalam benaknya.“Bagaimana dia bisa tahu tentangku?” batin Greysie. Carlos duduk di depan Greysie sambil menyunggingkan senyum di wajahnya.
Sudah waktunya Sean dan Greysie pamit untuk balik lagi ke Manhattan. Sean menggandeng tangan Greysie untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya. "Apa Jadi balik sekarang kamu, Boy?" tanya Naraya pada Sean. Sean menganggukkan kepalanya. "Iya, Mam. Sean harus balik sekarang karena mau ada rapat penting dengan semua divisi," ucap Sean pada Naraya. "Padahal mama masih kangen sama kamu. Setelah ini sering-seringlah pulang. Mama ingin ada Quality time dengan putra dan menantu mama," ucap Naraya penuh harap pada sang putra. "Akan diusahakan Sean, Ma. Kalau Sean tidak sibuk, Sean pasti akan pulang. Sean minta maaf. Karena masih belum bisa memberikan waktu kumpul bersama dengan mama dan papa," ucap Sean penuh rasa bersalah.&nbs
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Greysie dan Sean bersiap-siap untuk kembali ke Manhattan. Sebenarnya Sean sedikit berat meninggalkan rumahnya. Karena keluarga besarnya masih belum pulang ke Indonesia. Waktu yang langkah untuk bisa berkumpul seperti sekarang ini. Sean menatap istrinya yang masih belum selesai membereskan barangnya.“Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan doaku untuk mendapatkannya. Aku benar-benar sangat mencintai dan menyayanginya,” ucap Sean dalam hati.“Jangan melihatku seperti itu, dasar otak mesum,” ucap Greysie dengan asal.“Mesum ke istri sendiri itu tidak masalah. Yang bahaya itu kalau mesum sama istri orang, baru tidak boleh,” ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Greysie.Greysie yang mendengar perkataan Sean langsung mengerucutkan
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Greysie dan Sean bersiap-siap untuk kembali ke Manhattan. Sebenarnya Sean sedikit berat meninggalkan rumahnya. Karena keluarga besarnya masih belum pulang ke Indonesia. Waktu yang langkah untuk bisa berkumpul seperti sekarang ini. Sean menatap istrinya yang masih belum selesai membereskan barangnya.“Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan doaku untuk mendapatkannya. Aku benar-benar sangat mencintai dan menyayanginya,” ucap Sean dalam hati.“Jangan melihatku seperti itu, dasar otak mesum,” ucap Greysie dengan asal.“Mesum ke istri sendiri itu tidak masalah. Yang bahaya itu kalau mesum sama istri orang, baru tidak boleh,” ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Greysie.Greysie yang mendengar perkataan Sean langsung mengerucutkan