Zenobex Corporation
“Tuan muda, waktunya makan siang,” ucap Matias.
“Iya, sebentar lagi selesai,” ucap Sean sambil tetap memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya. Matias menyiapkan makanan yang akan di makan oleh Sean di meja. Makanan yang khusus di buatkan Chef cafe milik Naraya. Semenjak Sean tinggal berjauhan dengan Naraya, Naraya sering sekali mengingatkan masalah makan yang dimakan oleh Sean. Sampai-sampai Naraya menyuruh chef yang bekerja dengannya membuatkan makan siang untuk Sean setiap hari. Matias sering kali kena tegur karena Sean telat makan dan akhirnya jatuh sakit.
Setelah sedikit lama menunggu Sean selesai memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya, akhirnya waktu makan siang pun tiba. Matias dan Sean makan bersama. Karena setiap Sean dikirim makanan dari resto Mamanya, selalu di kirim dua porsi makanan.
“Apa habis makan siang ini kita rapat seluruh divisi perusahaan?” tanya Sean pada Matias yang masih menghabiskan makanannya
“Iya Tuan muda, habis selesai jam makan siang rapatnya,” jawab Matias.
“Oh, ya sudah kalau begitu. Minggu depan kosongkan waktuku selama tiga hari, karena aku ingin menjenguk Mama di San Fransisco,” ucap Sean. Sean berdiri dari tempat duduknya dan kembali ke meja kerjanya.
“Baik Tuan muda, akan saya bicarakan dengan Livedor tentang pengosongan jadwal anda untuk akhir pekan,” ucap Matias dengan sopan. Meskipun Matias lebih tua dari Sean, Matias sangat menghormati Sean.
****
“Udahlah Grey, berhenti sajalah kuliah. Semakin kesini biaya kuliah semakin mahal,” ucap Keren, teman kuliah Greysie.
“Kalau gue mau berhenti, udah dari dulu Ker, sayangnya gue pingin kuliah gue tamat, dan bisa lulus dengan hasil yang memuaskan. Paling engga, gue bisa punya kehidupan yang lebih baik lagi,” ucap Greysie penuh dengan semangat.
“Lo serius Grey?” tanya Keren tak percaya dengan jalan pikir Greysie.
“Ya serius lha Ker, ditambah lagi gue hidup sendiri. Kalau bukan gue sendiri yang mikirin hidup gue, terus siapa lagi,” ucap Greysie dengan santai.
“Lo hebat Grey, masih muda udah punya pikiran kayak gitu. Belum kesibukan kuliah, belum kesibukan kerja lo yang nuntut lo harus profesional.” Keren berdecak kagum dengan Greysie yang mau bekerja keras demi bisa kuliah dan mencukupi kehidupannya sehari-hari.
“Oh iya Grey, nanti magang rencananya lo mau magang dimana?” tanya Keren pada Greysie.
“Entahlah Ker, gue masih belum kepikiran soal hal itu, padahal sudah minggu depan harus di kumpulin permohonannya.” Greysie masih belum ada pandangan perusahaan sama sekali.
“Lo sendiri mau ngajuin di perusahaan mana , Ker?” tanya Greysie pada Keren.
“Paling ke perusahaan Om gue, Grey,” jawab Keren.
Greysie menatap nanar ke depan, dengan pikiran-pikiran yang bersarang di benaknya. Ia tidak mempunyai kenalan sama sekali. Yang ia kenal cuma orang-orang cafe tempatnya bekerja dan teman-temannya kuliah. Kalau kampus yang mencarikan tempat magang masih mending, Greysie tak akan pusing seperti sekarang ini.
***
Setelah jam makan siang telah usai, Sean bersiap-siap untuk rapat seluruh divisi perusahaan. Dengan gayanya yang santai dan tetap berwibawa, Sean berjalan menuju ruang meeting diikuti oleh Livedor dan Matias di belakangnya. Livedor membukakan pintu ruang meeting, dan Sean berjalan menuju ke dalam ruangan. Seluruh kepala divisi berdiri untuk menyambut Sean. Sean tersenyum hangat sangat ia duduk di kursi yang sudah disiapkan untuknya.
“Siang semuanya,” ucap Sean.
“Siang Pak,” ucap para kepala divisi serentak. Meeting pun di mulai dengan laporan bulanan setiap divisi. Sean mendengarkan setiap laporan dengan sangat teliti. Setelah semuanya melaporkan hasil kerjanya selama satu bulan, Sean mulai mengambil alih meeting. Sean memberikan banyak terobosan-terobosan terbaru untuk meningkatkan kwalitas perusahaan. Semua kepala divisi berdecak kagum akan jalan pikir Sean yang sangat modern dan mengikuti trand teknologi sekarang. Dengan inovasi-inovasinya yang baru. Setelah mengemukakan gagasannya, Sean menutup acara meetingnya kali ini dengan hasil yang sangat memuaskan. Sean berdiri dari tempatnya dan berjalan keluar meninggalkan ruang meeting yang di ikuti oleh Livedor dan Matias di belakangnya.
“Setelah ini aku ada jadwal lagi gak?” tanya Sean pada Livedor.
“Tidak ada lagi Bos, cuma nanti sore ada pertemuan dengan Tuan Edward di cafe milik Nyonya Naraya,” ucap Livedor. Sean menganggukkan kepalanya.
“Baiklah, aku pergi dulu kalau begitu,” ucap Sean meninggalkan Matias dan Livedor yang terheran-heran dengan tingkah Sean yang tidak seperti biasanya.
“Apa perlu saya ikut Tuan muda,” ucap Matias.
“Gak usah, aku pergi sendiri saja,” ucap Sean sambil berlalu masuk ke lift yang membawanya ke lantai bawah. Tak berselang lama, lift pun terbuka, Sean keluar dari lift dan berjalan menuju ke parkiran pribadinya. Sean membuka kunci mobilnya dan masuk ke bangku kemudi. Setelah menutup pintu mobilnya, Sean mulai melajukan mobilnya keluar dari pelataran perusahaan miliknya.
Mobil melaju dengan kecepatan standar menuju ke jalanan saat ia bertemu dengan Greysie. Entah kenapa saat berada di dekat gadis yang ia temui tadi pagi, Sean merasa senang. Terlebih lagi saat mendengarnya bicara ketus padanya. Terdengar lucu dan menggemaskan, wajahnya yang cantik dan iris matanya yang berwarna hijau, membuat wajah Greysie semakin bersinar meskipun tanpa polesan di wajahnya.
“Dia tadi bilang kalau dia kuliah di dekat sini,” ucap Sean sendiri. Sean mencari kampus yang dekat diwilayah itu. Sambil meilihat kiri kanan. Apa yang dicari Sean akhirnya ketemu. Gadis yang mencuri perhatiannya, sedang berjalan keluar dari kampusnya. Sean melihat dari dalam mobilnya. Ia merasa gadisnya sedang dirundung masalah. Karena ekspresi wajahnya yang tidak terlihat baik-baik saja. Sean mengerutkan dahi saat Greysie memasuki cafe milik sang Mama. Setelah agak lama menunggu Greysie masih belum keluar, Sean sedikit penasaran. Sean memarkirkan mobilnya di parkiran pengunjung, dan memasuki cafe dari pintu samping, mencari keberadaan Greysie. Sean saat berada di depan dapur, Sean mendengar obrolan Greysie dengan salah satu karyawan cafe.
“Kenapa lo kelihatan murung Grey?” tanya Rav pada Greysie.
“Lagi pusing mikirin tempat magang buat persyaratan aku wisuda, minggu depan surat permohonannya harus sudah jadi, dan dikirim ke perusahaan,” tutur Greysie dengan tetap memasang wajah murung.
“Grey, bukannya Nyonya Naraya mempunyai cabang perusahaan disini, putranya juga, kenapa lo gak minta bantuan saja sama Nyonya Naraya,” ucap Rav memberi saran. Greysie menghela nafas kasar, karena tak semudah itu bisa masuk ke perusahaan besar, meskipun dia bekerja di cafe milik Miss. Naraya sendiri.
“Tak semudah itu mendapatkan tempat magang, kalau tidak ada yang merekomendasikan. Mau minta tolong ke Miss. Naraya, seperti gue ini orang penting saja yang harus di bantu Miss. Naraya, aku saja cuma seorang Chef part time yang bekerja di cafe milik Miss. Naraya,” ucap Greysie dengan lemah. Sean yang mendengar obrolan Greysie, menyunggingkan senyum, karena paling tidak dia tahu kalau gadis yang mencuri perhatiannya bekerja di cafe milik sang Mama. Untuk membantu Greysie, Sean sudah memikirkan apa yang akan dia perbuat untuk mengatasi masalah Greysie. Paling tidak mengembalikan keceriaan Greysie kembali.
Sean berjalan menuju ruangan pemilik cafe, ruangan kecil yang khusus di buat sang Mama untuk memeriksa laporan keuangan cafe dan beristirahat. Sean membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan yang di dominasi cat berwarna hijau muda, Sean duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut sambil memainkan Macbook miliknya. Mencoba mencari tahu nama panjang Greysie dari data pekerja di cafe milik sang Mama. Tak menunggu lama, Sean mendapatkan semua informasi yang ia butuhkan. Sean tersenyum menang akan hasil kerjanya.
“Nama: Greysie Natalie, lahir di Sattel, umur 21 tahun, bekerja di cafe Fidelidade no amor mulai umur 15 tahun saat masih bersekolah di tingkat atas, Greysie hidup sebatang kara. Mempunyai cerita tragis dalam hidupnya. Di buang keluarga sang ayah setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan mobil saat di Whasington. Greysie kecil hidup sebatang kara di Manhattan. Nasib masih menolongnya, Greysie bertemu dengan Naraya saat ia sedang kelaparan. Berdiri tepat di depan cafe Fidelidade no amor. Karena rasa kasihan, Naraya menghampiri Greysie, mengajaknya ke dalam untuk makan. Sejak saat itu, Naraya membantu Greysie mencari kosan untuk tinggal dan menyekolahkan Greysie di tingkat atas. Greysie kecil tak ingin mempunyai hutang budi, jadi ia menawarkan diri untuk bekerja di cafe milik Naraya. Naraya menyetujui apa yang menjadi keputusan Greysie, yang terpenting untuk Naraya, Greysie bisa melanjutkan sekolah dan mendapatkan tempat tinggal yang layak. Sampai sekarang, Greysie bekerja pada Naraya, buat Greysie, Naraya adalah malaikat penolong untuknya.”
Sean merasa sesak saat mengetahui kisah hidup Greysie, hatinya terketuk untuk bisa membantunya. Meskipun dia ada kesan yang kurang baik saat pertama bertemu dengan gadis yang sudah mencuri perhatiannya. Sean semakin penasaran dengan sosok Greysie. Ingin mengenalnya lebih dekat lagi.
****
Cafe dan Resto Fidelidade no amor, Manhattan Sean keluar dari ruangan kerja sang Mama menuju ke area cafe, banyak pegawai cafe yang kaget dengan keberadaan Sean yang tidak biasanya. “Tuan Sean,” sapa Alex dengan hormat pada Sean. Se
Hari berganti hari, Sean sudah satu minggu tidak bertemu dengan Chef cantik yang sudah mencuri hatinya sejak pertemuan pertamanya. Secara diam-diam Sean memantau Greysie dari cctv yang ada di dalam cafe milik sang Mama. Itupun Sean meminta izin terlebih dulu pada sang Mama. Rencana Sean untuk pulang kerumahnya pun juga batal karena pertemuan mendadak yang dilakukannya dengan perusahaan sang Tante. Karena kerjasama yang dilakukan Sean dengan Arabelle, Perusahaan Sean semakin berkembang pesat dan merajai kerajaan bisnis di wilayah Eropa. Sean semakin bersemangat karena pencapaian yang ia dapat selama ini. Terlebih lagi sekarang Sean mempunyai keinginan untuk mendapatkan Greysie, meskipun masih belum
Zenobex Corporation, Manhattan Pagi ini adalah pagi yang sangat indah untuk seorang Sean. Karena pagi ini ia akan bertemu dengan gadis yang sudah
Tok...tok...tok… terdengar pintu diketuk dari luar.
Part 08Waktu pulang kerja pun telah tiba, Greysie dengan semangat membereskan alat-alat kerjanya yang berserakan di atas meja kerjanya. Greysie membereskan semuanya dengan tak
"Bapak juga mau ke cafe ini," ucap Greysie."Seperti yang kau lihat. Aku berhenti disini dan mau turun juga dari mobil. Aku juga ada perlu disini," ucap Sean."Baiklah pak. Terserah Bapak saja lah, kan itu urusan Bapak," ucap Greysie sambil terkekeh. Sean yang melihatnya ikut tersenyum.
Malam semakin larut, pengunjung cafe masih banyak yang berdatangan. Entah sekedar ngopi ataupun menikmati pasta terlezat yang dimiliki Fidelidade no amor. Cafe anak muda di Manhattan.
Greysie menatap langit kamar kostnya, memikirkan perkataan Sean yang memintanya menjadi istrinya. Greysie tidak habis pikir dengan jalan pikir Sean. Kenapa Sean harus memilih dia menjadi istrinya, bukan orang lain. Padahal masih banyak orang yang di luaran sana yang lebih cantik dan derajatnya sepadan dengan Sean.
Semenjak kepergian Greysie dan perceraian sepihaknya, Sean menjadi pribadi yang pendiam dan tidak terlalu banyak omong. Hari-harinya sekarang dia gunakan untuk fokus ke perusahaannya. Tidak ada lagi senyum ceria di wajah Sean. Yang ada hanya tatapan dingin yang terpancar dari matanya. Sosok yang berbeda dari Sean yang dulu. Sean seperti hidup dalam dunianya sendiri. Meskipun sekarang Naraya sering berkunjung ke tempat Sean. Melihat bagaimana keadaan sang putra.Sean menatap keluar gedung perusahaannya. Terlihat dengan jelas megahnya gedung pencakar langit yang dia lihat saat ini. Sudah hampir setahun Greysie meninggalkannya. Dan tidak ada kabar sama sekali. Semenjak Greysie meninggalkannya, Sean lebih memilih tinggal di apartemen dan fokus pada perusahaannya yang berbasis teknologi. Yang tidak lain adalah Zenobex Corporation. Perusahaannya yang dia bangun sendiri dari kerja kerasnya."Permisi, Boss," ucap Livedor pada Sean. Saya menatap Livedor yang ada d
Sebuah hubungan tidak bisa dikatakan baik-baik saja kalau tidak adanya kejujuran dalam sebuah hubungan. Seperti halnya hubungan Sean dan Greysie yang sudah berada di ujung tanduk tanpa adanya alasan yang pasti. Naraya memegangi Kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. Dia memikirkan tentang rumah tangga sang putra yang sekarang berada di ujung tanduk. Dia tidak pernah membayangkan bahwa putranya akan mengalami hal yang seperti ini. Naraya merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang ada di ruang tv sang putra. Pikirannya berkelana dan menerka-nerka akan jawaban pertanyaan yang ada di pikirannya saat ini. Naraya benar-benar bingung dengan keputusan yang diambil oleh Greysie. Saat dia menelepon sang putra, dia merasa kalau sang putra tidak mengetahui apa-apa. Naraya memang sedikit tahu akan kegundahan yang sedang dirasakan sang putra. Tapi dia tidak menyangka bahwasanya akan berujung seperti ini. Naraya menunggu informasi yang diberikan Orlando kepadanya. Dia begitu p
Dengan berjalannya waktu, semuanya mulai berubah. Manusia yang menjalankan, Tuhan yang menentukkan. Seperti halny Sean dan Greysie. Sean dengan dilemanya dan Greysie dengan kehancuran hatinya karena harapannya menjadi seorang ibu sudah sirna. Tanpa sepengetahuan Sean, Greysie melakukan operasi pengangkatan rahim. Keputusan berat yang harus dia ambil sendiri. Dia tidak ingin sampai Sean tahu apa yang terjadi dalam dirinya saat ini.“Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya dokter Amran pada Greysie.“Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja,” ucap Greysie pada dokter Amran. Dokter Amran duduk di depan Greysie. Menatap penuh kagum dengan wanita yang ada di depannya saat ini. Wanita kuat yang baru pertama kali dia temui.“Sepertinya aku akan menceraikan suamiku,” ucap Greysie pada dokter Amran.“Jangan gila. Itu bukan sebuah keputusan bijak yang kamu ambil. Bagaimana perasaan suamimu?” tanya dokter Amran pada Greysie.“Lebih baik seperti itu. Aku
Dentuman musik DJ di klub terbesar di Spanyol, menjadi hiburan pertama yang dilakukan Sean dan Gabriel. Sean menikmati wine yang disodorkan Gabriel kepadanya. Tanpa pikir panjang Sean meneguk wine itu dengan sekali tandas. Tak berhenti di situ. Sean tidak mau berhenti minum. Gabriel yang melihatnya cuma geleng-geleng kepala. Sean menikmati musik DJ sambil meminum wine yang ada di tangannya. Tiba-tiba kesenangannya sedikit terganggu karena ada yang menabraknya dari belakang. Saat Sean membalikan badan, Sean bertukar pandang dengan seorang gadis bermata coklat yang mempunyai wajah yang sangat cantik dan bodinya sangat proporsional. Terlebih lagi dia memakai pakaian yang sangat seksi. Siapapun yang melihatnya pasti akan tergoda. Dengan belahan dada yang menonjolkan dadanya yang terlihat penuh. Sean tersenyum sinis ke arah gadis tersebut. Dengan tatapan meremehkan yang diperlihatkan Sean. Gadis itu yang melihat tatapan Sean yang memandang rendah dirinya, secara refleks dia
Apartemen Gabriel, Spanyol Setelah menempuh perjalanan yang sedikit menyita waktu, akhirnya Sean sampai juga di apartemen Gabriel. Sean memasuki Gabriel tanpa harus permisi dulu dengan yang punya. Sean masuk ke dalam apartemen Gabriel dan merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang berada di ruang tamu apartemen Gabriel.Sean untuk saat ini benar-benar ingin melampiaskan kegundahan yang sedang dia rasakan untuk saat ini. Salah satunya seperti yang sekarang dia lakukan. Berbohong kepada istrinya untuk pergi ke Spanyol untuk menemui Gabriel.“Maafkan aku sudah berbohong kepadamu dengan alasan pertemuan bisnis,” ucap Sean bermonolog sendiri."Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?" tanya Gabriel mengagetkan Sean yang sedang berbaring di sofa. Sean menoleh ke asal suara yang tidak lain adalah Gabriel."Hubunganku dengan Greysie terasa hambar sekarang. Entah kena
Pernikahan Sean dan Greysie sudah berjalan hampir satu tahun. Namun mereka berdua masih belum diberi keturunan. Greysie sempat merasa putus asa. Karena dia tanpa sepengetahuan Sean juga sering konsultasi ke dokter kandungan. Greysie menatap nanar ke depan. Tatapannya kosong tanpa arah yang jelas.“Bagaimana kalau aku memang tidak bisa memberikan Sean keturunan? Apa Sean akan meninggalkanku?” batin Greysie. Tiba-tiba pundak Greysie ada yang menepuk dari belakang. Saat Greysie menoleh, dia begitu kaget melihat adik dari sang ayah ada di belakangnya saat ini.“Hai, keponakanku. Bagaimana kabarmu sekarang setelah menjadi istri dari Sean Aziel Lessham Wijaya,” ucap Carlos pada Greysie. Greysie mengerutkan dahi saat pamannya berbicara tentang sang suami. Greysie bertanya-tanya dalam benaknya.“Bagaimana dia bisa tahu tentangku?” batin Greysie. Carlos duduk di depan Greysie sambil menyunggingkan senyum di wajahnya.
Sudah waktunya Sean dan Greysie pamit untuk balik lagi ke Manhattan. Sean menggandeng tangan Greysie untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya. "Apa Jadi balik sekarang kamu, Boy?" tanya Naraya pada Sean. Sean menganggukkan kepalanya. "Iya, Mam. Sean harus balik sekarang karena mau ada rapat penting dengan semua divisi," ucap Sean pada Naraya. "Padahal mama masih kangen sama kamu. Setelah ini sering-seringlah pulang. Mama ingin ada Quality time dengan putra dan menantu mama," ucap Naraya penuh harap pada sang putra. "Akan diusahakan Sean, Ma. Kalau Sean tidak sibuk, Sean pasti akan pulang. Sean minta maaf. Karena masih belum bisa memberikan waktu kumpul bersama dengan mama dan papa," ucap Sean penuh rasa bersalah.&nbs
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Greysie dan Sean bersiap-siap untuk kembali ke Manhattan. Sebenarnya Sean sedikit berat meninggalkan rumahnya. Karena keluarga besarnya masih belum pulang ke Indonesia. Waktu yang langkah untuk bisa berkumpul seperti sekarang ini. Sean menatap istrinya yang masih belum selesai membereskan barangnya.“Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan doaku untuk mendapatkannya. Aku benar-benar sangat mencintai dan menyayanginya,” ucap Sean dalam hati.“Jangan melihatku seperti itu, dasar otak mesum,” ucap Greysie dengan asal.“Mesum ke istri sendiri itu tidak masalah. Yang bahaya itu kalau mesum sama istri orang, baru tidak boleh,” ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Greysie.Greysie yang mendengar perkataan Sean langsung mengerucutkan
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Greysie dan Sean bersiap-siap untuk kembali ke Manhattan. Sebenarnya Sean sedikit berat meninggalkan rumahnya. Karena keluarga besarnya masih belum pulang ke Indonesia. Waktu yang langkah untuk bisa berkumpul seperti sekarang ini. Sean menatap istrinya yang masih belum selesai membereskan barangnya.“Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan doaku untuk mendapatkannya. Aku benar-benar sangat mencintai dan menyayanginya,” ucap Sean dalam hati.“Jangan melihatku seperti itu, dasar otak mesum,” ucap Greysie dengan asal.“Mesum ke istri sendiri itu tidak masalah. Yang bahaya itu kalau mesum sama istri orang, baru tidak boleh,” ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Greysie.Greysie yang mendengar perkataan Sean langsung mengerucutkan