Cafe dan Resto Fidelidade no amor, Manhattan
Sean keluar dari ruangan kerja sang Mama menuju ke area cafe, banyak pegawai cafe yang kaget dengan keberadaan Sean yang tidak biasanya.
“Tuan Sean,” sapa Alex dengan hormat pada Sean. Sean tersenyum hangat ke arah Alex sambil menganggukkan kepala.
“Alex tolong bikinkan aku minuman yang paling segar, dan makanan yang paling enak di cafe ini,” perintah Sean.
“Baik Tuan Sean,” ucap Alex sambil berlalu pergi dari hadapan Sean. Sean berjalan ke tempat favoritnya duduk saat dia ke cafe. Sean menatap sekeliling cafe, banyak pengunjung yang berdatangan untuk makan, kebanyakan para anak-anak muda. Meskipun cafe Fidelidade no amor sudah sangat terkenal di Manhattan, harga yang di bandrol untuk makanan dan minuman tetap tidak berubah sama sekali. Tetap bisa di jangkau para anak-anak muda.
Sean mengambil ponselnya dan mengirimi Mamanya pesan. Ia sangat merindukan sang Mama.
Sean: “Mam”
Naraya: “Iya Boy, tumben kirim pesan ke Mama, Mama kira udah lupa kalau punya Mama”
Sean: “Pikiran macam apa itu, cuma anak bodoh yang melupakan ibunya”
Naraya: “Lagi ngapain Boy, di cafe Mama?”
Sean: “Tau dari mana Mama, Sean sekarang berada di cafe Mama,”
Naraya: “Kamu lupa Boy, itu cafe Mama. Mama bisa melihat perkembangan cafe Mama cukup dari rumah saja,”
Sean: “Hemmm...”
Naraya: “Bantulah dia kalau menurutmu itu baik, Mama kenal dia, dia anak baik dan pekerja keras,”
Sean: “Siapa Ma?”
Naraya: “Greysie Natalie,”
Sean: “Mama tahu dari mana?”
Naraya: “Jangan bercanda Boy, sistem keamanan cafe milik Mama sangat canggih. Meskipun ada yang membobol data cafe Mama, Mama bisa tahu karena notifikasi yang masuk ke ponsel Mama,”
Sean: “Baiklah Ma, iya aku tadi mencari tahu tentang Greysie Natalie. Satu-satunya wanita yang tidak tertarik kepadaku karena ketampananku,”
Naraya: “Hidupnya terlalu sulit Boy, dia tidak terpikirkan akan mencintai ataupun menyukai seorang laki-laki, yang dipikirkannya sekarang cuma nyelesaikan kuliahnya tepat waktu, dan memperbaiki kehidupannya, jika kelak dia bisa sukses. Itu yang pernah Grey bilang pada Mama, saat Mama main ke cafe.”
Sean: “Aku ada ketertarikan padanya Mam,”
Naraya: “Dapatkan dia dengan cara laki-laki yang terhormat, buat dia jatuh cinta padamu dengan berjalannya waktu, Mama mendukungmu, Boy,”
Sean: “Terima kasih, Ma,”
Naraya: “Sama-sama Boy, Kalau sudah tidak terlalu sibuk, Pulanglah! Mama merindukanmu,”
Sean: “Pasti Mam, tunggu kedatanganku pulang. Sean juga sangat merindukanmu Mam, salam ke Papa,”
Sean merasa sangat lega setelah berkirim pesan dengan sang Mama. Ada semangat baru untuk berusaha mendekati Greysie, meskipun pasti sangat susah, karena melihat bagaimana Greysie saat berbicara padanya. Tak berselang lama, makanan yang di pesan oleh Sean datang.
“Silahkan Tuan, ini menu baru yang diciptakan salah satu Chef cafe ini,” ucap salah satu pelayan cafe dengan sopan.
“Siapa nama Chef yang memasaknya?” tanya Sean.
“Chef Grey, Tuan. Salah satu Chef yang sudah lama bekerja di cafe ini,” jelas sang pelayan. Sean menyunggingkan senyum.
“Baiklah, terima kasih. Kamu boleh pergi,” ucap Sean. Pelayan yang bernama Merin itu sampai salah tingkah melihat Sean tersenyum padanya. Semakin bertambah kadar ketampanan Sean.
Sean mulai mencicipi resep baru yang dibikin oleh Grey, saat suapan pertama masuk kemulutnya, Sean begitu kaget dengan cita rasa yang ia dapat. Makanannya sangat memanjakan lidahnya, begitu lezat dan creamy. Sean memakannya begitu lahap sampai tak tersisa sedikit pun. Setelah perutnya kenyang, Sean mulai meminum minuman yang tadi ia pesan. Perpaduan dari kopi robusta dengan susu full cream dan caramel yang disajikan dengan es batu. Perpaduan yang unik yang baru Sean minum. Sean meminum minumannya dengan perlahan, mencoba menikmati cita rasa kopi robusta yang dipadukan dengan susu full cream dan caramel. Sean sangat menikmatinya. Moodnya semakin baik setelah makan dan minum buatan Greysie. Sean semakin berdecak kagum dengan kemampuan yang dimiliki oleh Greysie.
****
“Tuan Sean sangat menikmati menu baru buatanmu, Grey,” ucap Merin pada Greysie. Greysie yang mendengarnya tersenyum puas, karena menu baru yang ia masak di sukai oleh anak pemilik cafe.
“Apa benar yang lo bicarain, Mer?” tanya Greysie tidak percaya.
“Bener Grey, tadi aku lihat Tuan Sean memakannya dengan lahap, sampai habis tak tersisa di piringnya,” jelas Merin pada Greysie.
“Syukurlah kalau begitu, kita bisa memasukkan resep baru yang aku buat ke menu baru cafe,” ucap Greysie antusias.
“Siap, nanti aku bilang ke Alex untuk menambahkan menu baru di cafe ini,” ucap Merin yang ikut antusias juga dengan menu baru yang di buat oleh Greysie.
Greysie sangat senang hasil karyanya di terima dengan baik oleh para chef yang bekerja di cafe milik Naraya. Semua chef sangat senang dengan inovasi-inovasi yang di buat oleh Greysie. Karena berkat Greysie juga, cafe milik Naraya berkembang pesat karena memanjakan lidah para pelanggan dengan masakan-masakannya.
“Bisa-bisa di jadikan istri sama Tuan Sean kamu Grey, karena Tuan Sean selalu dimanjakan dengan masakan-masakanmu yang sangat lezat,” goda Rav pada Greysie. Greysie yang mendengarnya tidak bisa menahan tawanya.
“Upik abu yang bermimpi jadi seorang tuan putri,” ucap Greysie sambil tertawa. Para chef dan pelayan cafe yang berada di dapur ikut tertawa mendengar perkataan Greysie yang konyol.
“Seharusnya lo kan bahagia Grey, bisa menjadi istri Tuan Sean,” ucap Alex datang menimpali.
“Mimpi di siang bolong, bagaimana mungkin seorang chef rendahan sepertiku bisa bersanding dengan Tuan Sean yang derajatnya lebih tinggi dariku,” ucap Greysie balik.
“Jodoh gak ada yang tahu Grey, barangkali sama Tuhan lo dijodohin sama Tuan Sean, apa lo akan ngelak dengan takdir yang diberikan Tuhan,” ucap Rav dengan serius. Grey yang mendengarnya cuma bisa menghela nafas kasar. Bagaimana mungkin teman-temannya punya pikiran aneh kayak gitu. Membayangkannya saja Greysie tidak pernah, malahan harus bersanding dengan Tuan Sean, yang derajatnya lebih tinggi dari dirinya.
“Sudahlah, ngomong apa kalian ini. Jangan berpikir aneh-aneh,” ucap Greysie mengakhiri perdebatan kecilnya di dapur cafe bersama para pegawai cafe yang lain. Grey melanjutkan pekerjaannya membuat pesanan yang di pesan para pelanggan cafe. Grey sangat menikmati pekerjaannya, ia menganggap kalau teman-temannya yang berada di sini adalah keluarganya. Grey tak ingin mengingat-ingat keluarganya yang tega membuangnya cuma gara-gara kedua orang tuanya memberikan warisan pada Greysie berupa aset-aset berharga yang bisa menjamin hidup Greysie sampai dewasa. Kedua orang tua Greysie dulu adalah seorang Lawyer, kedua orang tuanya adalah panutan bagi Greysie. Sampai suatu ketika kejadian naas itu terjadi. Kecelakaan yang disengaja di lakukan oleh musuh kedua orang tua Greysie. Sampai akhirnya merenggut nyawa kedua orang tua Greysie, tepat di depan mata Greysie. Sejak saat itu Greysie membenci keluarga besarnya karena kematian kedua orang tuanya yang di rencanakan.
Greysie sangat bersyukur sekarang hidupnya dikelilingi orang-orang yang sangat menyayanginya, meskipun tidak ada ikatan keluarga sama sekali. Greysie bersyukur pada Tuhan akan keberkahan yang ia dapat dari kerja kerasnya selama ini. Greysie tidak pernah mengeluh akan apa yang terjadi pada hidupnya. Karena buat Greysie, masih diberi kesempatan untuk hidup dan menjalani kehidupannya dengan baik itu sudah lebih dari cukup untuk hidup Greysie.
***
Hari berganti hari, Sean sudah satu minggu tidak bertemu dengan Chef cantik yang sudah mencuri hatinya sejak pertemuan pertamanya. Secara diam-diam Sean memantau Greysie dari cctv yang ada di dalam cafe milik sang Mama. Itupun Sean meminta izin terlebih dulu pada sang Mama. Rencana Sean untuk pulang kerumahnya pun juga batal karena pertemuan mendadak yang dilakukannya dengan perusahaan sang Tante. Karena kerjasama yang dilakukan Sean dengan Arabelle, Perusahaan Sean semakin berkembang pesat dan merajai kerajaan bisnis di wilayah Eropa. Sean semakin bersemangat karena pencapaian yang ia dapat selama ini. Terlebih lagi sekarang Sean mempunyai keinginan untuk mendapatkan Greysie, meskipun masih belum
Zenobex Corporation, Manhattan Pagi ini adalah pagi yang sangat indah untuk seorang Sean. Karena pagi ini ia akan bertemu dengan gadis yang sudah
Tok...tok...tok… terdengar pintu diketuk dari luar.
Part 08Waktu pulang kerja pun telah tiba, Greysie dengan semangat membereskan alat-alat kerjanya yang berserakan di atas meja kerjanya. Greysie membereskan semuanya dengan tak
"Bapak juga mau ke cafe ini," ucap Greysie."Seperti yang kau lihat. Aku berhenti disini dan mau turun juga dari mobil. Aku juga ada perlu disini," ucap Sean."Baiklah pak. Terserah Bapak saja lah, kan itu urusan Bapak," ucap Greysie sambil terkekeh. Sean yang melihatnya ikut tersenyum.
Malam semakin larut, pengunjung cafe masih banyak yang berdatangan. Entah sekedar ngopi ataupun menikmati pasta terlezat yang dimiliki Fidelidade no amor. Cafe anak muda di Manhattan.
Greysie menatap langit kamar kostnya, memikirkan perkataan Sean yang memintanya menjadi istrinya. Greysie tidak habis pikir dengan jalan pikir Sean. Kenapa Sean harus memilih dia menjadi istrinya, bukan orang lain. Padahal masih banyak orang yang di luaran sana yang lebih cantik dan derajatnya sepadan dengan Sean.
Tuhan menakdirkan seseorang dalam hidupnya, tidak akan ada yang tahu kapan dan siapa seseorang itu. Seperti Greysie pun juga seperti itu, ia tak menyangka Tuhan mendatangkan Sean dalam hidupnya.“Kenapa melamun,” ucap Sean dengan halus. Greysie masih tetap memandang keluar jendela, menatap hamparan awan putih dengan pemandangan alam yang indah.“Aku masih tidak menyangka saja dengan apa yang t
Semenjak kepergian Greysie dan perceraian sepihaknya, Sean menjadi pribadi yang pendiam dan tidak terlalu banyak omong. Hari-harinya sekarang dia gunakan untuk fokus ke perusahaannya. Tidak ada lagi senyum ceria di wajah Sean. Yang ada hanya tatapan dingin yang terpancar dari matanya. Sosok yang berbeda dari Sean yang dulu. Sean seperti hidup dalam dunianya sendiri. Meskipun sekarang Naraya sering berkunjung ke tempat Sean. Melihat bagaimana keadaan sang putra.Sean menatap keluar gedung perusahaannya. Terlihat dengan jelas megahnya gedung pencakar langit yang dia lihat saat ini. Sudah hampir setahun Greysie meninggalkannya. Dan tidak ada kabar sama sekali. Semenjak Greysie meninggalkannya, Sean lebih memilih tinggal di apartemen dan fokus pada perusahaannya yang berbasis teknologi. Yang tidak lain adalah Zenobex Corporation. Perusahaannya yang dia bangun sendiri dari kerja kerasnya."Permisi, Boss," ucap Livedor pada Sean. Saya menatap Livedor yang ada d
Sebuah hubungan tidak bisa dikatakan baik-baik saja kalau tidak adanya kejujuran dalam sebuah hubungan. Seperti halnya hubungan Sean dan Greysie yang sudah berada di ujung tanduk tanpa adanya alasan yang pasti. Naraya memegangi Kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. Dia memikirkan tentang rumah tangga sang putra yang sekarang berada di ujung tanduk. Dia tidak pernah membayangkan bahwa putranya akan mengalami hal yang seperti ini. Naraya merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang ada di ruang tv sang putra. Pikirannya berkelana dan menerka-nerka akan jawaban pertanyaan yang ada di pikirannya saat ini. Naraya benar-benar bingung dengan keputusan yang diambil oleh Greysie. Saat dia menelepon sang putra, dia merasa kalau sang putra tidak mengetahui apa-apa. Naraya memang sedikit tahu akan kegundahan yang sedang dirasakan sang putra. Tapi dia tidak menyangka bahwasanya akan berujung seperti ini. Naraya menunggu informasi yang diberikan Orlando kepadanya. Dia begitu p
Dengan berjalannya waktu, semuanya mulai berubah. Manusia yang menjalankan, Tuhan yang menentukkan. Seperti halny Sean dan Greysie. Sean dengan dilemanya dan Greysie dengan kehancuran hatinya karena harapannya menjadi seorang ibu sudah sirna. Tanpa sepengetahuan Sean, Greysie melakukan operasi pengangkatan rahim. Keputusan berat yang harus dia ambil sendiri. Dia tidak ingin sampai Sean tahu apa yang terjadi dalam dirinya saat ini.“Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya dokter Amran pada Greysie.“Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja,” ucap Greysie pada dokter Amran. Dokter Amran duduk di depan Greysie. Menatap penuh kagum dengan wanita yang ada di depannya saat ini. Wanita kuat yang baru pertama kali dia temui.“Sepertinya aku akan menceraikan suamiku,” ucap Greysie pada dokter Amran.“Jangan gila. Itu bukan sebuah keputusan bijak yang kamu ambil. Bagaimana perasaan suamimu?” tanya dokter Amran pada Greysie.“Lebih baik seperti itu. Aku
Dentuman musik DJ di klub terbesar di Spanyol, menjadi hiburan pertama yang dilakukan Sean dan Gabriel. Sean menikmati wine yang disodorkan Gabriel kepadanya. Tanpa pikir panjang Sean meneguk wine itu dengan sekali tandas. Tak berhenti di situ. Sean tidak mau berhenti minum. Gabriel yang melihatnya cuma geleng-geleng kepala. Sean menikmati musik DJ sambil meminum wine yang ada di tangannya. Tiba-tiba kesenangannya sedikit terganggu karena ada yang menabraknya dari belakang. Saat Sean membalikan badan, Sean bertukar pandang dengan seorang gadis bermata coklat yang mempunyai wajah yang sangat cantik dan bodinya sangat proporsional. Terlebih lagi dia memakai pakaian yang sangat seksi. Siapapun yang melihatnya pasti akan tergoda. Dengan belahan dada yang menonjolkan dadanya yang terlihat penuh. Sean tersenyum sinis ke arah gadis tersebut. Dengan tatapan meremehkan yang diperlihatkan Sean. Gadis itu yang melihat tatapan Sean yang memandang rendah dirinya, secara refleks dia
Apartemen Gabriel, Spanyol Setelah menempuh perjalanan yang sedikit menyita waktu, akhirnya Sean sampai juga di apartemen Gabriel. Sean memasuki Gabriel tanpa harus permisi dulu dengan yang punya. Sean masuk ke dalam apartemen Gabriel dan merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang berada di ruang tamu apartemen Gabriel.Sean untuk saat ini benar-benar ingin melampiaskan kegundahan yang sedang dia rasakan untuk saat ini. Salah satunya seperti yang sekarang dia lakukan. Berbohong kepada istrinya untuk pergi ke Spanyol untuk menemui Gabriel.“Maafkan aku sudah berbohong kepadamu dengan alasan pertemuan bisnis,” ucap Sean bermonolog sendiri."Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?" tanya Gabriel mengagetkan Sean yang sedang berbaring di sofa. Sean menoleh ke asal suara yang tidak lain adalah Gabriel."Hubunganku dengan Greysie terasa hambar sekarang. Entah kena
Pernikahan Sean dan Greysie sudah berjalan hampir satu tahun. Namun mereka berdua masih belum diberi keturunan. Greysie sempat merasa putus asa. Karena dia tanpa sepengetahuan Sean juga sering konsultasi ke dokter kandungan. Greysie menatap nanar ke depan. Tatapannya kosong tanpa arah yang jelas.“Bagaimana kalau aku memang tidak bisa memberikan Sean keturunan? Apa Sean akan meninggalkanku?” batin Greysie. Tiba-tiba pundak Greysie ada yang menepuk dari belakang. Saat Greysie menoleh, dia begitu kaget melihat adik dari sang ayah ada di belakangnya saat ini.“Hai, keponakanku. Bagaimana kabarmu sekarang setelah menjadi istri dari Sean Aziel Lessham Wijaya,” ucap Carlos pada Greysie. Greysie mengerutkan dahi saat pamannya berbicara tentang sang suami. Greysie bertanya-tanya dalam benaknya.“Bagaimana dia bisa tahu tentangku?” batin Greysie. Carlos duduk di depan Greysie sambil menyunggingkan senyum di wajahnya.
Sudah waktunya Sean dan Greysie pamit untuk balik lagi ke Manhattan. Sean menggandeng tangan Greysie untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya. "Apa Jadi balik sekarang kamu, Boy?" tanya Naraya pada Sean. Sean menganggukkan kepalanya. "Iya, Mam. Sean harus balik sekarang karena mau ada rapat penting dengan semua divisi," ucap Sean pada Naraya. "Padahal mama masih kangen sama kamu. Setelah ini sering-seringlah pulang. Mama ingin ada Quality time dengan putra dan menantu mama," ucap Naraya penuh harap pada sang putra. "Akan diusahakan Sean, Ma. Kalau Sean tidak sibuk, Sean pasti akan pulang. Sean minta maaf. Karena masih belum bisa memberikan waktu kumpul bersama dengan mama dan papa," ucap Sean penuh rasa bersalah.&nbs
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Greysie dan Sean bersiap-siap untuk kembali ke Manhattan. Sebenarnya Sean sedikit berat meninggalkan rumahnya. Karena keluarga besarnya masih belum pulang ke Indonesia. Waktu yang langkah untuk bisa berkumpul seperti sekarang ini. Sean menatap istrinya yang masih belum selesai membereskan barangnya.“Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan doaku untuk mendapatkannya. Aku benar-benar sangat mencintai dan menyayanginya,” ucap Sean dalam hati.“Jangan melihatku seperti itu, dasar otak mesum,” ucap Greysie dengan asal.“Mesum ke istri sendiri itu tidak masalah. Yang bahaya itu kalau mesum sama istri orang, baru tidak boleh,” ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Greysie.Greysie yang mendengar perkataan Sean langsung mengerucutkan
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Greysie dan Sean bersiap-siap untuk kembali ke Manhattan. Sebenarnya Sean sedikit berat meninggalkan rumahnya. Karena keluarga besarnya masih belum pulang ke Indonesia. Waktu yang langkah untuk bisa berkumpul seperti sekarang ini. Sean menatap istrinya yang masih belum selesai membereskan barangnya.“Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan doaku untuk mendapatkannya. Aku benar-benar sangat mencintai dan menyayanginya,” ucap Sean dalam hati.“Jangan melihatku seperti itu, dasar otak mesum,” ucap Greysie dengan asal.“Mesum ke istri sendiri itu tidak masalah. Yang bahaya itu kalau mesum sama istri orang, baru tidak boleh,” ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Greysie.Greysie yang mendengar perkataan Sean langsung mengerucutkan