Hari berganti hari, Sean sudah satu minggu tidak bertemu dengan Chef cantik yang sudah mencuri hatinya sejak pertemuan pertamanya. Secara diam-diam Sean memantau Greysie dari cctv yang ada di dalam cafe milik sang Mama. Itupun Sean meminta izin terlebih dulu pada sang Mama. Rencana Sean untuk pulang kerumahnya pun juga batal karena pertemuan mendadak yang dilakukannya dengan perusahaan sang Tante. Karena kerjasama yang dilakukan Sean dengan Arabelle, Perusahaan Sean semakin berkembang pesat dan merajai kerajaan bisnis di wilayah Eropa. Sean semakin bersemangat karena pencapaian yang ia dapat selama ini. Terlebih lagi sekarang Sean mempunyai keinginan untuk mendapatkan Greysie, meskipun masih belum dalam tahap pendekatan secara langsung kepada Greysie. Sean cuma ingin suatu saat jika Greysie menjadi miliknya, ia ingin Greysie mendapatkan kehidupan yang layak dari jerih payahnya selama ini. Karena menurut Sean, Greysie sangat istimewa karena tekad dan pecapaian yang selama ini ia dapatkan dari kerja kerasnya dalam mencukupi hidupnya selama ini.
“Kamu tetap terlihat cantik Grey, meskipun cuma memakai apround chef yang kamu pakai,” ucap Sean sambil memandang wajah Greysie di layar laptop miliknya. Sebagai obat rindu, di sela-sela pekerjaannya, Sean melihat aktifitas yang di lakukan Greysie dari cctv cafe. Untuk membantu Greysie mendapatkan tempat magangpun Sean meminta bantuan temannya yang menjadi salah satu dosen di Universitas yang tempat Greysie menempuh bangku kuliah saat ini. Dengan bantuan temannya, Sean menyuruh anak buahnya memberikan surat permohonan magang untuk Greysie di perusahaan miliknya di Zenobex Corporation.
“Apa yang sedang kau lakukan, Boy,” ucap Arabelle pada Sean. Semenjak Sean ada urusan bisnis di Milan, Sean tinggal di rumah Arabelle.
“Sedang melihat wanita yang aku suka,” ucap Sean pada Arabelle. Arabelle duduk di sebelah Sean sambil ikut menatap gadis yang sedang memasak di kitchen set cafe.
“Sepertinya aku tidak asing dengan gadis itu,” ucap Arabelle. Sean menganggukkan kepalanya.
“Pasti tahu siapa dia,” ujar Sean tetap fokus di layar laptop miliknya.
Arabelle mengingngat-ingat sosok gadis yang ada di layar laptop Sean. Tak berselang lama, Arabelle menemukan wajah gadis yang ada di layar milik Sean. Arabelle tersenyum simpul saat mengingat nama gadis itu.
“Greysie Natalie, seorang Chef di cafe Fidelidade no amor. Dengan sifatnya yang apa adanya, banyak orang-orang yang sangat menyayanginya. Termasuk adikku Naraya. Yang mengetahui latar belakang seorang Natalie. Tanpa sepengetahuan Greysie Natalie, Naraya mencari tahu tentang keluarga Greysie yang masih seorang bangsawan. Karena sebuah kekuasaan, antar keluarga tega membunuh keluarganya dengan kedok sebuah kecelakaan tunggal yang langsung merengut kedua orang tua Greysie pada saat itu juga. Sebenarnya Greysie bukan di buang, namun sebenarnya Greysie memang sengaja di buang oleh salah satu pembantu keluarganya yang sangat menyayangi Greysie. Greysie di buang jauh di New York, supaya keluarga besar sang ayah tidak bisa melacak keberadaan Greysie. Karena sebuah tahta yang seharusnya Ayah Greysie yang menduduki sebagai salah satu putra mahkota yang terpilih. Karena rasa iri dan dengki semua saudara-saudaranya, akhirnya terlaksana rencana keji untuk kedua orang tua Greysie. Setelah mengetahui keluarga Greysie, adikku yang jiwanya terlalu baik itu mengorbankan segalanya untuk menutup akses pencarian Greysie selama ini dari keluarga besarnya. Sampai saat ini keluarga besar ayahnya mencari tahu keberadaan Greysie dengan menyewa informan handal untuk mencari keberadaan Greysie,” jelas Arabelle.
“Memang Mama melakukan apa, sampai informan sulit untuk melacak Greysie?” tanya Sean penasaran.
“Dengan menyuruh para mafia Italy yang bekerjasama dengan para mafia di berbagai negara untuk menutup akses informasi tentang Greysie Natalie,” ucap Arabelle dengan santai.
“Bagaimana Mama mempunyai akses yang berhubungan dengan para mafia?” tanya Sean balik. Sean tak menyangka kalau Mamanya bisa berbuat yang tidak pada umumnya ia lakukan.
“Mamamu bisa memerintah para mafia yang masih tunduk pada merak pembunuh, karena dia adalah adikku, jadi dia mempunyai akses untuk memerintah para mafia yang masih menghormatiku selama ini. Meskipun sekarang yang memegang kekuasaanku adalah putraku sendiri Gabriel Vans Abraham. Pembunuh berdarah dingin yang tak kenal ampun, layaknya iblis Lucifer. Dengan kekuasaan Gabriel, Naraya semakin memperketat penjagaan untuk Greysie Natalie. Sang Chef kesayangannya,” jelas Arabelle. Sean berdecak kagum dengan ketulusan hati sang Mama yang tanpa pamrih membantu seseorang yang baru di kenalnya. Sampai ia harus menyelidiki persoalan yang sangat berbahaya. Sean tak habis pikir dengan jalan pikiran sang Mama yang mampu mengorbankan keselamatannya demi orang asing yang baru ia kenal.
“Apa dari dulu Mama memang seperti itu, mau berkorban demi orang yang baru dia kenal?” tanya Sean pada Arabelle. Arabelle yang mendengar pertanyaan Sean menyunggingkan senyum.
“Dari dulu memang Mamamu tidak tega jika orang yang di sekelilingnya kesusahan. Banyak teman-temannya yang sudah ditolong Mamamu sampai dia menjadi orang yang sukses. Seperti Edward, Edward bisa sesukses sekarang itu berkat jasa Mamamu. Terus anak-anak panti yang menjadi tanggung jawab Mamamu, sekarang menjadi orang-orang yang sukses. Ada yang menjadi dokter, ada yang menjadi pengusaha. Dan banyak juga yang di kuliahin sama Mamamu, Greysie pun juga seperti itu, karena melihat apa yang sudah terjadi pada Greysie Natalie, Mamamu membantu Greysie tanpa diketahui oleh Greysie, seperti tempat tinggal yang dibayar separuh sama Mamamu supaya tidak terlalu besar Greysie membayarnya, bayar sekolahnya Greysie pun juga seperti itu. Saat Greysie masih di bangku menengah atas, Kepala sekolah tempat Greysie belajar, disuruh bilang kalau Greysie mendapatkan Beasiswa. Padahal sekolah itu sekolah terbaik yang ada di Mahattan. Sampai sekarang pun juga seperti itu,” tutur Arabelle pada Sean yang mendengarkan cerita Arabelle dengan serius.
“Dapatkan hati Greysie, meskipun sedikit banyak rintangan pastinya kalau kau mau mendapatkannya,” ucap Arabelle berdiri dari duduknya dan meninggalkan Sean sendiri. Sean memikirkan perkataan Arabelle barusan. Dengan banyaknya yang mendukungnya, membuat Sean semakin semangat untuk mendapatkan hati Greysie.
“Mengetahui masa lalumu membuatku semakin ingin mengenalmu lebih dalam lagi,” ucap Sean dalam hati. Sean menatap layar laptopnya, melihat kembali apa yang sedang di lakukan Greysie di dapur cafe. Melihat Greysie tertawa terbahak-bahak, Sean ikut menyunggingkan senyum di wajahnya. Obat dikalah bosan melanda dirinya untuk saat ini adalah Greysie. Satu-satunya wanita yang bisa masuk ke hatinya karena pesona unik yang dia miliki.
“Semoga urusanku cepat selesai di Milan, supaya aku segera bisa balik ke Manhattan lagi. Aku merindukan masakanmu yang memanjakan lidahku,” ucap Sean lirih sambil tersenyum bahagia. Sean tinggal menunggu kepulangan Gabriel dari urusannya yang di Jerman. Jadi mau tidak mau Sean harus menunggunya pulang. Karena perusahaan Arabelle sekarang yang memegangnya adalah Gabriel. Sang playboy elite. Kebiasaannya bergonta ganti perempuan membuatnya enggan berumah tangga di umurnya yang hampir kepala tiga. Dia lebih mencintai hidupnya yang bebas tanpa di kekang oleh siapapun. Hobinya yang kencan satu malam membuat Gabriel terkenal di berbagai club yang ada di Milan. Terlebih lagi dia menjadi penguasa, sifat seenaknya sendiri sering kali menyusahkan para anak buah yang sedang bersama dengannya pada saat itu.
Kejeniusan Gabriel menurun dari kedua orang tuanya. Namun yang membuat Sean heran, Gabriel lebih menyayangi sang Mama yaitu Naraya. Jika Arabelle sudah tidak bisa memberitahu Gabriel, sering kali Arabelle meminta bantuan Naraya untuk mengatasi Gabriel. Gabriel sangat takut jika Naraya sampai marah padanya.
***
Zenobex Corporation, Manhattan Pagi ini adalah pagi yang sangat indah untuk seorang Sean. Karena pagi ini ia akan bertemu dengan gadis yang sudah
Tok...tok...tok… terdengar pintu diketuk dari luar.
Part 08Waktu pulang kerja pun telah tiba, Greysie dengan semangat membereskan alat-alat kerjanya yang berserakan di atas meja kerjanya. Greysie membereskan semuanya dengan tak
"Bapak juga mau ke cafe ini," ucap Greysie."Seperti yang kau lihat. Aku berhenti disini dan mau turun juga dari mobil. Aku juga ada perlu disini," ucap Sean."Baiklah pak. Terserah Bapak saja lah, kan itu urusan Bapak," ucap Greysie sambil terkekeh. Sean yang melihatnya ikut tersenyum.
Malam semakin larut, pengunjung cafe masih banyak yang berdatangan. Entah sekedar ngopi ataupun menikmati pasta terlezat yang dimiliki Fidelidade no amor. Cafe anak muda di Manhattan.
Greysie menatap langit kamar kostnya, memikirkan perkataan Sean yang memintanya menjadi istrinya. Greysie tidak habis pikir dengan jalan pikir Sean. Kenapa Sean harus memilih dia menjadi istrinya, bukan orang lain. Padahal masih banyak orang yang di luaran sana yang lebih cantik dan derajatnya sepadan dengan Sean.
Tuhan menakdirkan seseorang dalam hidupnya, tidak akan ada yang tahu kapan dan siapa seseorang itu. Seperti Greysie pun juga seperti itu, ia tak menyangka Tuhan mendatangkan Sean dalam hidupnya.“Kenapa melamun,” ucap Sean dengan halus. Greysie masih tetap memandang keluar jendela, menatap hamparan awan putih dengan pemandangan alam yang indah.“Aku masih tidak menyangka saja dengan apa yang t
Cinta yang tulus datang tanpa disangka, jodoh adalah takdir Tuhan, Tuhan mendatangkan jodoh dengan rencana Tuhan sendiri. Seperti Sean dan Greysie saat ini, disatukan dengan ikatan pernikahan yang sakral. “Bisa dimulai acara ijab qobulnya,” tanya sang penghulu.“Bisa,” ucap Sean dengan tegas.
Semenjak kepergian Greysie dan perceraian sepihaknya, Sean menjadi pribadi yang pendiam dan tidak terlalu banyak omong. Hari-harinya sekarang dia gunakan untuk fokus ke perusahaannya. Tidak ada lagi senyum ceria di wajah Sean. Yang ada hanya tatapan dingin yang terpancar dari matanya. Sosok yang berbeda dari Sean yang dulu. Sean seperti hidup dalam dunianya sendiri. Meskipun sekarang Naraya sering berkunjung ke tempat Sean. Melihat bagaimana keadaan sang putra.Sean menatap keluar gedung perusahaannya. Terlihat dengan jelas megahnya gedung pencakar langit yang dia lihat saat ini. Sudah hampir setahun Greysie meninggalkannya. Dan tidak ada kabar sama sekali. Semenjak Greysie meninggalkannya, Sean lebih memilih tinggal di apartemen dan fokus pada perusahaannya yang berbasis teknologi. Yang tidak lain adalah Zenobex Corporation. Perusahaannya yang dia bangun sendiri dari kerja kerasnya."Permisi, Boss," ucap Livedor pada Sean. Saya menatap Livedor yang ada d
Sebuah hubungan tidak bisa dikatakan baik-baik saja kalau tidak adanya kejujuran dalam sebuah hubungan. Seperti halnya hubungan Sean dan Greysie yang sudah berada di ujung tanduk tanpa adanya alasan yang pasti. Naraya memegangi Kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. Dia memikirkan tentang rumah tangga sang putra yang sekarang berada di ujung tanduk. Dia tidak pernah membayangkan bahwa putranya akan mengalami hal yang seperti ini. Naraya merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang ada di ruang tv sang putra. Pikirannya berkelana dan menerka-nerka akan jawaban pertanyaan yang ada di pikirannya saat ini. Naraya benar-benar bingung dengan keputusan yang diambil oleh Greysie. Saat dia menelepon sang putra, dia merasa kalau sang putra tidak mengetahui apa-apa. Naraya memang sedikit tahu akan kegundahan yang sedang dirasakan sang putra. Tapi dia tidak menyangka bahwasanya akan berujung seperti ini. Naraya menunggu informasi yang diberikan Orlando kepadanya. Dia begitu p
Dengan berjalannya waktu, semuanya mulai berubah. Manusia yang menjalankan, Tuhan yang menentukkan. Seperti halny Sean dan Greysie. Sean dengan dilemanya dan Greysie dengan kehancuran hatinya karena harapannya menjadi seorang ibu sudah sirna. Tanpa sepengetahuan Sean, Greysie melakukan operasi pengangkatan rahim. Keputusan berat yang harus dia ambil sendiri. Dia tidak ingin sampai Sean tahu apa yang terjadi dalam dirinya saat ini.“Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya dokter Amran pada Greysie.“Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja,” ucap Greysie pada dokter Amran. Dokter Amran duduk di depan Greysie. Menatap penuh kagum dengan wanita yang ada di depannya saat ini. Wanita kuat yang baru pertama kali dia temui.“Sepertinya aku akan menceraikan suamiku,” ucap Greysie pada dokter Amran.“Jangan gila. Itu bukan sebuah keputusan bijak yang kamu ambil. Bagaimana perasaan suamimu?” tanya dokter Amran pada Greysie.“Lebih baik seperti itu. Aku
Dentuman musik DJ di klub terbesar di Spanyol, menjadi hiburan pertama yang dilakukan Sean dan Gabriel. Sean menikmati wine yang disodorkan Gabriel kepadanya. Tanpa pikir panjang Sean meneguk wine itu dengan sekali tandas. Tak berhenti di situ. Sean tidak mau berhenti minum. Gabriel yang melihatnya cuma geleng-geleng kepala. Sean menikmati musik DJ sambil meminum wine yang ada di tangannya. Tiba-tiba kesenangannya sedikit terganggu karena ada yang menabraknya dari belakang. Saat Sean membalikan badan, Sean bertukar pandang dengan seorang gadis bermata coklat yang mempunyai wajah yang sangat cantik dan bodinya sangat proporsional. Terlebih lagi dia memakai pakaian yang sangat seksi. Siapapun yang melihatnya pasti akan tergoda. Dengan belahan dada yang menonjolkan dadanya yang terlihat penuh. Sean tersenyum sinis ke arah gadis tersebut. Dengan tatapan meremehkan yang diperlihatkan Sean. Gadis itu yang melihat tatapan Sean yang memandang rendah dirinya, secara refleks dia
Apartemen Gabriel, Spanyol Setelah menempuh perjalanan yang sedikit menyita waktu, akhirnya Sean sampai juga di apartemen Gabriel. Sean memasuki Gabriel tanpa harus permisi dulu dengan yang punya. Sean masuk ke dalam apartemen Gabriel dan merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang berada di ruang tamu apartemen Gabriel.Sean untuk saat ini benar-benar ingin melampiaskan kegundahan yang sedang dia rasakan untuk saat ini. Salah satunya seperti yang sekarang dia lakukan. Berbohong kepada istrinya untuk pergi ke Spanyol untuk menemui Gabriel.“Maafkan aku sudah berbohong kepadamu dengan alasan pertemuan bisnis,” ucap Sean bermonolog sendiri."Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?" tanya Gabriel mengagetkan Sean yang sedang berbaring di sofa. Sean menoleh ke asal suara yang tidak lain adalah Gabriel."Hubunganku dengan Greysie terasa hambar sekarang. Entah kena
Pernikahan Sean dan Greysie sudah berjalan hampir satu tahun. Namun mereka berdua masih belum diberi keturunan. Greysie sempat merasa putus asa. Karena dia tanpa sepengetahuan Sean juga sering konsultasi ke dokter kandungan. Greysie menatap nanar ke depan. Tatapannya kosong tanpa arah yang jelas.“Bagaimana kalau aku memang tidak bisa memberikan Sean keturunan? Apa Sean akan meninggalkanku?” batin Greysie. Tiba-tiba pundak Greysie ada yang menepuk dari belakang. Saat Greysie menoleh, dia begitu kaget melihat adik dari sang ayah ada di belakangnya saat ini.“Hai, keponakanku. Bagaimana kabarmu sekarang setelah menjadi istri dari Sean Aziel Lessham Wijaya,” ucap Carlos pada Greysie. Greysie mengerutkan dahi saat pamannya berbicara tentang sang suami. Greysie bertanya-tanya dalam benaknya.“Bagaimana dia bisa tahu tentangku?” batin Greysie. Carlos duduk di depan Greysie sambil menyunggingkan senyum di wajahnya.
Sudah waktunya Sean dan Greysie pamit untuk balik lagi ke Manhattan. Sean menggandeng tangan Greysie untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya. "Apa Jadi balik sekarang kamu, Boy?" tanya Naraya pada Sean. Sean menganggukkan kepalanya. "Iya, Mam. Sean harus balik sekarang karena mau ada rapat penting dengan semua divisi," ucap Sean pada Naraya. "Padahal mama masih kangen sama kamu. Setelah ini sering-seringlah pulang. Mama ingin ada Quality time dengan putra dan menantu mama," ucap Naraya penuh harap pada sang putra. "Akan diusahakan Sean, Ma. Kalau Sean tidak sibuk, Sean pasti akan pulang. Sean minta maaf. Karena masih belum bisa memberikan waktu kumpul bersama dengan mama dan papa," ucap Sean penuh rasa bersalah.&nbs
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Greysie dan Sean bersiap-siap untuk kembali ke Manhattan. Sebenarnya Sean sedikit berat meninggalkan rumahnya. Karena keluarga besarnya masih belum pulang ke Indonesia. Waktu yang langkah untuk bisa berkumpul seperti sekarang ini. Sean menatap istrinya yang masih belum selesai membereskan barangnya.“Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan doaku untuk mendapatkannya. Aku benar-benar sangat mencintai dan menyayanginya,” ucap Sean dalam hati.“Jangan melihatku seperti itu, dasar otak mesum,” ucap Greysie dengan asal.“Mesum ke istri sendiri itu tidak masalah. Yang bahaya itu kalau mesum sama istri orang, baru tidak boleh,” ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Greysie.Greysie yang mendengar perkataan Sean langsung mengerucutkan
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore. Greysie dan Sean bersiap-siap untuk kembali ke Manhattan. Sebenarnya Sean sedikit berat meninggalkan rumahnya. Karena keluarga besarnya masih belum pulang ke Indonesia. Waktu yang langkah untuk bisa berkumpul seperti sekarang ini. Sean menatap istrinya yang masih belum selesai membereskan barangnya.“Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan doaku untuk mendapatkannya. Aku benar-benar sangat mencintai dan menyayanginya,” ucap Sean dalam hati.“Jangan melihatku seperti itu, dasar otak mesum,” ucap Greysie dengan asal.“Mesum ke istri sendiri itu tidak masalah. Yang bahaya itu kalau mesum sama istri orang, baru tidak boleh,” ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Greysie.Greysie yang mendengar perkataan Sean langsung mengerucutkan