Beranda / Romansa / SCANDAL / BAB 48 - menua bersama

Share

BAB 48 - menua bersama

Penulis: Sally Diandra
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-19 13:08:53
Tsabitha lalu mengangkat kepalanya, setelah dirasa cukup untuk menumpahkan semua tangis dan kekesalan pada dirinya sendiri. Gadis itu lalu menyeka kedua pipi dan matanya yang sembab sambil menarik napas perlahan. Moreno yang saat itu masih duduk di sebelahnya, segera menyodorkan sekotak tissue, bergegas diterimanya kotak tissue itu sambil mengulas senyum manis, lalu menyeka matanya yang sembab. Tsabitha sudah siap untuk menerima apapun konsekwensi yang akan diterimanya, setelah menceritakan semua aib yang pernah dialaminya bareng Ricky.

“Bith, maafkan aku, nggak seharusnya aku membentakmu tadi.” Moreno mencoba membuka percakapan di antara mereka, setelah dilihatnya gadis itu sudah tenang dan tersenyum ke arahnya.

“Nggak papa, Mas. Kamu nggak salah,” sahut Tsabitha sambil tersenyum tipis. “Mas, ada sesuatu yang harus aku katakan ke kamu,” ujarnya lagi sambil menatap laki-laki itu lekat.

“Katakan saja, Bith. Aku siap mendengarkan,” sahut Moreno sambil membelai rambut panjang hitam itu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SCANDAL   BAB 49 - trauma masa lalu

    Hari pernikahan Tsabitha dan Moreno akhirnya tiba juga. Pernikahan yang dirancang dengan konsep sederhana tanpa adanya resepsi pernikahan yang besar-besaran seperti pernikahan Lidya dan Surya, akhirnya berjalan lancar. Dengan dandanan sanggul dan kebaya modern yang didesainnya sendiri, gadis itu tampak begitu cantik mempesona. Sang mempelai pria pun tampil memukau juga dengan mengenakan beskap berwarna putih, berbeda dengan gaun pengantin yang dulu mereka kenakan waktu menikah di Jenewa, Swiss.Kedua mempelai benar-benar bagaikan raja dan ratu sehari, semua tamu undangan yang hanya berasal dari keluarga dekat ikut merasakan kebahagiaan pasangan pengantin baru ini, meskipun pesta pernikahan mereka adalah pesta yang sangat sederhana untuk komunitas keluarga Moreno dan Tsabitha. Gadis itu memang sengaja meminta pesta pernikahannya hanya dengan konsep sederhana, hanya ijab dan pesta privat bersama keluarga dan teman terdekat. Moreno pun tidak keberatan, yang penting dia sudah sah

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • SCANDAL   BAB 50 - tersipu malu

    Keesokan hari … Pagi itu Tsabitha masih tidur dengan nyenyak dengan wajah yang polos tanpa dosa. Bau kopi yang menguar di udara bercampur dengan bau bunga melati dan daun pandan yang menghiasi ranjang pengantin mereka, mengusik tidur nyenyak pengantin baru ini, hingga memaksanya untuk membuka mata.“Selamat pagi,” sapa Moreno pagi itu sambil membawa cangkir yang berisi kopi panas, terlihat dari kepulan asap di atasnya.“Selamat pagi, jam berapa ini?” sahut Tsabitha dengan suara paraunya sambil mengulas senyum manis.“Baru jam 9 pagi. Mau kopi?” tanya laki-laki itu sambil menyodorkan cangkir kopi itu ke depannya. Tsabitha pun mengangguk sambil merenggangkan tangan ke atas, lalu duduk di atas tepi ranjang. Moreno menghampirinya dan ikut duduk di tepi ranjang.“Minumnya pelan-pelan, masih panas. Ini kopi buatanku sendiri, namanya kopi cinta,” ujar Moreno sambil menyodorkan cangkir kopi i

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • SCANDAL   BAB 51 - pacaran dulu

    “Jadi pada intinya, rasa depresi atau trauma umum itu sudah tidak ada dalam diri Anda, ya?” tanya Dokter Handy, dokter sexology yang dikenalkan istri teman Moreno. Siang itu pasangan pengantin baru tersebut menemui Dokter Handy, seorang pakar sexology yang merupakan teman Inez, istri Prayudha—rekan kerja Moreno. Seorang dokter paruh baya dengan penampilannya yang dandy dan trendy, sehingga meskipun sudah terlihat berapa kerut di sekitar wajahnya, tidak mengurangi sisi maskulinnya yang begitu kuat. Dengan rahang yang kuat dan wajah penuh senyum, plus matanya yang berkilat sempurna, membuat sisa ketampanannya di masa lalu masih terlihat dengan jelas di wajah tua itu yang bermahkota rambut yang telah memutih. Tsabitha merasa nyaman bertemu dengan dokter tua yang trendy ini. “Itu dulu, Dok!” sahut Tsabitha sambil mengangguk pelan. “Dulu itu, aku suka menyalahkan diri sendiri, sedih mulu, marah, putus asa dan merasa dunia ini nggak adil padaku! Bahkan aku sempat nyaris mau bunuh diri.” Mo

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • SCANDAL   BAB 52 - menunda

    Keesokan harinya … Hari ini Tsabitha ada meeting dengan kliennya di butik yang mau fitting baju keluarga pengantin, otomatis seluruh keluarga kedua belah pihak datang ke butik tersebut. “Kamu nggak papa nungguin aku ngurusin klienku nanti?” tanyanya sambil keluar dari mobil. Pagi itu Moreno memaksa mengantar ke butik dan ikut menemaninya di sana. “Kan aku udah bilang, kalau aku bakal nemenin kamu sampai acara kamu selesai. Nggak masalah, lagian di atas ada taman yang bisa buat kongkow, ‘kan?” tanya Moreno sambil menunjukkan jemarinya ke atas. Tsabitha pun mengangguk sambil tersenyum. “Tapi kamu ‘kan nggak usah nungguin juga, kamu bisa pulang dulu ke rumah, main sama Bian atau mungkin doing something di rumah, atau--…” “Aku tetep mau di sini, Nyonya Tsabitha!” sela Moreno dengan mimik wajahnya yang lucu, Tsabitha kembali tersenyum. “Percaya sama aku, kamu nggak usah khawatir, aku akan baik-baik saja. Aku setia nunggu kamu sampai urusan kamu selesai sama klienmu itu. Okee?” ujarnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • SCANDAL   BAB 53 - Dewi berulah

    Tiga hari tanpa Moreno di sisinya, membuat hati Tsabitha serasa hampa. Beberapa kegiatan yang sering dilakukannya bareng suaminya itu selama seminggu kemarin, rupanya membuat dia jadi terbiasa, seperti lari pagi, masak bareng di dapur, nonton film di ruang keluarga atau di kamar, juga main bareng Bian, membuat perempuan itu ingin melakukannya setiap hari. Namun, dia sadar, Moreno bukan sepenuhnya miliknya, ada Mabella yang juga ingin berbagi waktu bareng laki-laki itu, hal ini tentu saja membuatnya sedih. Untungnya Moreno senantiasa mengirimkan pesan-pesan mesra ke Tsabitha via ponsel, membuatnya semakin yakin kalau laki-laki itu sangat peduli dan perhatian padanya. “Apa, Mbok? Mas Reno pergi ke luar kota? Kapan?” tanya Tsabitha heran sore itu sepulang kantor, saat Mbok Nah mengabarkan perihal kepergian Moreno ke luar kota. “Yaa, siang tadi, Mbak! Mas Reno kelihatan buru-buru banget. Waktu itu Mbok lagi di depan lagi nyapu teras depan, pas Mas Reno pergi,” sahut Mbok Nah resah. “Pas

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21
  • SCANDAL   BAB 54 - cemburu tingkat dewa

    “Mbok Nah, di mana Bitha?” tanya Moreno dengan nada cemas, ketika sudah tiba di rumah. Mbok Nah yang baru saja kebingungan melihat sikap Tsabitha yang tidak biasa, jadi semakin bingung saat melihat tuan mudanya yang terlihat cemas dan terburu-buru. “Ada di kamar, Mas,” sahut Mbok Nah sambil menunjuk ke lantai atas. Moreno pun mengangguk dan bergegas naik ke lantai atas, menuju ke kamar sang istri. Setibanya di kamar, dilihatnya perempuan itu sedang terbaring di ranjang membelakangiya sambil menutupi wajah dengan bantal. Moreno lalu melepas jas, sepatu dan kaos kaki yang dikenakan, kemudian menggulung lengan kemeja hingga ke siku, ini sudah fix kalau Tsabitha ngambek. “Sayang, aku sudah pulang,” sapa Moreno sambil membelai rambut hitam itu dan duduk di tepi ranjang. Tsabitha yang baru menyadari kehadiran sang suami segera beringsut menjauh darinya, laki-laki itu pun tersenyum. “Kok malah menjauh sih?” ujarnya sambil naik ke atas ranjang dan mendekati sang istri lalu memegang bahunya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21
  • SCANDAL   BAB 55 - pick a poe

    “Mbok, siapa yang punya akses masuk ke kamar Tsabitha selain mereka berdua?” tanya Mabella yang semakin penasaran dengan apa yang dilakukan oleh kedua pasangan pengantin baru itu di dalam kamar, hingga sampai siang ini belum keluar juga. Mabella tahu betul kalau pintu kamar itu hanya akan terbuka kalau disentuh dengan finger prints atau sidik jari pemiliknya atau menggunakan kartu yang digesek, karena hal itu sudah menjadi kebiasaan Moreno yang suka menggunakan akses finger prints dan hanya Mbok Nah yang mempunyai akses kartu gesek tersebut.“Saya yang bawa akses kartu geseknya, . Kenapa, Mbak?” sahut Mbok Nah heran.“Aku pinjam! Aku mau masuk ke kamar Bitha!” sela Mabella tidak sabar.“Tapi, Mbak. Mereka berdua sedang ada di kamar. Pamali kalau Mbak Bella mau masuk ke sana, apa nggak sebaiknya Mbak Bella nunggu dulu di sini saja atau mungkin pintunya diketuk, biar mereka tahu kalau Mbak Bella datang?&r

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-22
  • SCANDAL   BAB 56 - pencarian

    “Makan siang apa kita hari ini?” tanya Mabella yang tiba-tiba muncul siang itu di ruang makan di rumah Tsabitha, saat sang adik dan suaminya sedang asyik menikmati makan siang bersama.“Heii, Kakak! Ayoo, sini! Makan bareng! Mbok Nah bikin rendang sama sayur nangka, enak bangeet!” ajak Tsabitha sambil melambaikan tangan padanya yang masih berdiri di ujung meja makan.“Ayoo, Bell! Jangan berdiri saja di situ, ayoo masuklah!” Moreno menimpali ucapan Tsabitha sambil menyeringai lebar.Perempuan itu hanya tersenyum sambil berjalan menghampiri mereka dan duduk di sebelah Moreno, sementara sang adik duduk di sisi lainnya. “Hmm … lihat dari bentuk dan aromanya saja, kelihatannya enak sekali rendang ini,” sahutnya sambil mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi dan rendang special buatan Mbok Nah. “Semua masakan Mbok Nah itu memang enak! Pantas aja Bitha minta Mbok Nah ikut dengannya, biar dimasakin yang e

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-22

Bab terbaru

  • SCANDAL   BAB 70 - pabrik anak

    Dua bulan kemudian … “Kamu ini kenapa sih, Bith? Dari tadi aku perhatikan, sepertinya kamu nggak begitu suka sama makanan itu?” tanya Moreno heran sambil memperhatikan perempuan itu yang mengorek-ngorek beef steak kesukaannya. “Iya, Mama ini! Biasanya lahap kalau makan beef steak! Masa kalah sama Bian! Bian aja makannya lahap, iya ‘kan, Pa?” Moreno mengangguk sambil menunjukkan ibu jarinya di depan putra tunggalnya ini. Malam ini, mereka bertiga sedang menikmati makan malam bersama di sebuah restaurant mewah, setelah selama 40 hari mereka berkabung atas kematian Mabella yang tidak bisa melewati masa kritisnya. Baru kali ini ayah, ibu dan anak ini keluar rumah untuk menghibur diri dan refreshing. Tsabitha pun tersenyum sambil mengusap-usap kepala putranya seraya berkata, “Iyaa, Sayang. Mama sendiri nggak tahu kenapa? Rasanya kok perut Mama penuh, yaa. Jadi rasanya malas untuk makan lagi,” sahutnya sambil meringis kecil. “Memangnya sebelum ke sini, kamu sudah makan?” sela Moreno her

  • SCANDAL   BAB 69 - kritis

    Semua orang tampak tegang dan serius saat melihat dan mendengar percakapan yang terekam di video yang direkam oleh Angga. Dewi semakin tidak nyaman dan berusaha mencari alasan yang tepat yang bisa menyangkal bukti dari Angga. Hingga akhirnya video itu pun berakhir, semua orang terlihat merasa lega setelah melihat video tersebut. “Bagaimana, Wie? Apa kamu mengakui bukti ini?” tanya Moreno sambil menoleh ke Dewi yang masih terlihat cemas dan bingung. Perempuan itu menghela napas dalam seraya berkata, “Baik, aku akui pagi itu aku memang datang ke apartemen Angga dan memergoki dia sama Vanka, seperti yang ada di video itu. Tapi kejadian itu bukan kejadian luka lebam yang aku derita kemarin, Pak!” Dewi berusaha mengelak, “kamu itu nggak usah mengada-ngada, ya, Ngga! Kejadian yang kamu rekam di ponselmu itu bukan kejadian luka lebam di pipiku ini!” Angga dan Vanka terbengong sejenak dan menatap ke Dewi dengan ekspresi tidak percaya. “Bagaimana mungkin, ini bukan ke

  • SCANDAL   BAB 68 - canggung

    Lagi-lagi harus menunggu, satu hal yang sangat menjemukan bagi Dewi saat harus menanti Moreno di rumah, karena sampai tujuh malam, laki-laki itu belum tampak juga, baik di rumah Mabella maupun di rumah Tsabitha. Sementara Tsabitha sudah terlihat di rumah, menemani Fabian mengerjakan PR dari sekolah. Dewi tampak berjalan mondar-mandir di kamar dengan perasaan cemas sambil sesekali melirik ke ponsel. Ada keinginan untuk menelpon Moreno dan menanyakan keberadaannya, tapi hati kecilnya melarang dan memintanya untuk sabar menunggu. Diliriknya ke tempat tidur, Farah—putrinya sudah tertidur lelap, wajahnya begitu polos dan menggemaskan. “Sabar, sabar, Dewi. Pikirkan anakmu. Jangan terburu-buru. Mungkin Pak Reno ada keperluan, hingga harus pulang malam,” batinnya menenangkan dirinya sendiri. Perempuan itu menghela napas dalam dan menghempaskan pantatnya di tepi ranjang, tepat pada saat itu terdengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar. “Bu Dewi, Bu. Bu Dewi.” Sua

  • SCANDAL   BAB 67 - suara itu

    “Pagi, Tika! Pak Reno ada?” tanya Dewi yang tiba-tiba muncul di depan meja Kartika. Perempuan itu kaget saat melihat Dewi. Wajahnya seketika itu juga pucat pasi, seperti baru saja melihat hantu, tubuhnya pun terpaku, kaku dan tidak bisa bergerak. Apalagi saat perempuan itu mendelik ke arahnya. “Eh, Bu Dewi. Selamat pagi, Bu! Bu Dewi sudah masuk kerja, ya? Kemarin, waktu cuti, jalan-jalan kemana saja selama ini, Bu? Oleh-olehnya mana?” “Udah nggak usah basa-basi, Tika! Mana Pak Reno?” ujar Dewi tegas dengan nada tidak suka saat sekretaris Moreno ini mulai bicara tidak penting dan berusaha mengulur-ulur waktu. “Maaf, Bu. Saat ini Pak Reno nggak ada di tempat. Pak Reno lagi keluar, tadi katanya ada kepentingan. Ada pesan?” “Pagi-pagi begini? Ini baru jam 10 pagi!” sela Dewi tidak percaya sambil menengok ke kanan dan ke kiri, “nggak biasanya Pak Reno keluar kantor jam segini? Kamu bohong, ‘kan?” lanjutnya sambil menjulurkan jari telunjuknya ke depa

  • SCANDAL   BAB 66 - aktifitas pagi

    “Jadi begini, Pak. Saya tahu kalau saat ini Dewi ada di rumah Pak Reno. Farah juga ada di sana, karena Dewi yang bilang ke saya.” Sebelah alis Moreno kembali naik ke atas, laki-laki itu tampak heran karena berkali-kali Dewi menangis meminta perlindungan padanya karena ditelpon oleh sang mantan suami yang mengancam akan mengambil putrinya. Moreno jadi kembali bertanya-tanya, setelah mendengar semua cerita dari Angga—mantan suami Dewi. Apalagi setelah laki-laki itu memberikan bukti video tersebut. “Asal Anda tahu, Dewi bilang ke saya kalau Anda yang menelpon dan mengancamnya akan mengambil Farah,” sela Moreno heran. “Itu nggak mungkin, Pak. Putusan hakim sudah jelas kalau hak asuh Farah ada pada Dewi dan lagi saat ini saya sudah merasa cukup bisa ketemu putri saya seminggu sekali, karena saat ini saya sedang merencanakan pernikahan saya yang kedua sama pacar saya itu. Jadi saya nggak mungkin mau ngambil Farah dari Dewi. Malah Dewi marah-marah kalau anaknya nggak dikasi

  • SCANDAL   BAB 65 - kebenaran yang lain

    Menikmati sarapan pagi bersama seluruh anggota keluarga, sudah lama tidak dirasakan oleh Dewi setelah brcerai dari sang suami, tapi kali ini setelah tinggal di rumah pimpinannya selama kurang lebih satu minggu dan menikmati sarapan pagi bersama di meja makan. Membuat perempuan itu bisa merasakan lagi kehangatan sebuah sarapan pagi yang menyenangkan. Dewi membayangkan, bagaimana sekiranya kalau dia menjadi istri ke tiga Moreno, pasti seru. Apalagi saat ini Mabella masih terkapar sakit di rumah sakit, rasanya tidak masalah untuk laki-laki itu menambah satu istri lagi, batinnya sambil tersenyum senang.“Kamu kenapa, Wie? Kok senyum-senyum terus, apa ada yang lucu?” tanya Tsabitha heran sambil menyuapkan nasi goreng ikan asin buatan Mbok Nah ke mulut.Dewi jadi canggung dan malu sendiri saat tertangkap basah sedang senyum-senyum sendiri. “Eeeh, anu, Bu. Saya tadi keinget sama kenangan masa lalu.”“Masa lalu sama mantan sua

  • SCANDAL   BAB 64 - berjanjilah padaku

    Jam enam pagi, saat sinar matahari masih terasa hangat di kulit dan burung-burung pun berkicau riang menyambut pagi, laki-laki itu masih bertahan di sana dengan baju casualnya—celana jeans dan kaos oblong dengan warna senada, biru. Sambil duduk di tepi ranjang, diperhatikannya wajah polos itu yang masih terlelap dalam tidur panjangnya.“Papa? Papa ada di sini?” tanya Fabian sambil menggeliat kecil dan menarik ke dua tangannya ke atas. Moreno hanya tersenyum sambil membelai rambut coklat putranya. Ya, dia memang putra kandungnya, laki-laki itu tidak ragu lagi, warna rambut mereka sama, bahkan kalau diperhatikan wajahnya memang mirip dengan bocah cilik ini.“Papa ngapain ada di sini?” tanya Fabian polos sambil membuka selimut yang menutupi tubuhnya lalu terduduk di atas tempat tidur. Moreno bergegas mengulurkan tangannya dan memeluk tubuh mungil itu erat. Laki-laki itu tidak pernah mengira kalau anak kandungnya ternyata bersamanya selama ini

  • SCANDAL   BAB 63 - sang buah hati

    “Wie, aku mau ke atas dulu. Thanks untuk kopi dan roti isinya, mumpung masih gelap, kamu bisa kembali tidur. Udah dulu ya.” Dewi hanya mengangguk saat Moreno berlalu meninggalkannya dan bergegas naik ke lantai atas.Laki-laki itu teringat kalau Tsabitha sedang tidur di kamar Fabian. Moreno segera beralih ke kamar putra angkatnya itu, dibukanya perlahan pintu kamar itu dan dilihatnya mereka masih tertidur lelap. Bergegas dihampirinya ibu dan anak yang sedang tertidur nyenyak. Laki-laki itu lalu duduk di tepi ranjang sambil membelai rambut Fabian. Bocah cilik itu menggeliat kecil, Moreno jadi teringat ucapan Dokter Burhan yang mengatakan kalau Fabian ini mirip sama dirinya.“Apa iya, Bian memang mirip sama aku? Apa aku perlu melakukan test DNA, untuk memastikan kalau dia adalah anakku dan Bitha?” batinnya penasaran sambil terus membelai rambut cokelat bocah itu, Fabian kembali menggeliat kecil, membuat Tsabitha terbangun dan hendak menena

  • SCANDAL   BAB 62 - kepo berat

    “Anak itu adalah anak kalian berdua! Hahaha … iyaa anak kalian berdua yang telah mati! Mati! Hahaha … kamu kira anak kamu mati ‘kan, Reno? Padahal anak kamu masih hidup! Masih hidup! Hahaha …!” Moreno bingung dan tidak tahu dimana dirinya berada, semuanya serba gelap, hitam pekat dan hanya suara perempuan itu saja yang bergema di telinganya yang menyebutkan tentang anaknya yang telah mati. Dia berusaha mencari-cari darimana suara itu berasal? “Anakku! Anakku! Di mana anakku? Katakan di mana anakku? Katakan!” Moreno tampak begitu gelisah dalam tidurnya, berkali-kali dia menanyakan keberadaan anaknya. Rupanya pengakuan Bu Shanty tentang buah hatinya masuk ke dalam alam bawah sadar laki-laki itu, hingga mengganggu tidurnya. Moreno pun akhirnya terbangun dengan napas yang memburu dan terengah-engah, peluh tampak membasahi wajahnya. “Mimpi apa aku tadi?” ujar Moreno sambil mengusap wajahnya dan berusaha mengingat-ingat mimpi itu. “Say--…” Suaranya terhenti saat menoleh ke samping, tern

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status