"Nggak tau. Sudah lama Nisa tidak keluar rumah," jawabnya tanpa ada bias khawatir sedikitpun. Aku heran dengan adik ku satu ini. Enteng sekali fia menjawab. Apa tak ada sedikitpun rasa khawatir untuk Nisa dan Kang Sabar. Mata hatinya benar benar sudah tertutup oleh harta dunia." Lel, apa kamu tidak khawatir dengan Nisa ?" ucapku sehalus mungkin." Ngapain khawatir ? Apa saudara saudara ku juga akan mengkhawatirkanku ? Pasti mereka juga sibuk dengan urusan mereka sendiri sendiri. Yang terpenting sekarang itu mencari uang yang banyak. Agar tidak bergantung pada orang lain. Kayak Mbak Narti. Oppss keceplosan," ucapnya kembali menyinyiriku." Maksudmu ?"" Ya mbak Narti jadi kaya kan bukan karena usaha. Karena kebetulan saja," Aku mendengkus kesal." Rezeki sudah ada yang mengatur Lel," ucapku tegas. Seraya meninggalkanya masuk kedalam mobil.Kadang terlintas di pikiranku menyesal akan keputusanku meninggalkan kampung ini. Kedua saudara ku Kang Sabar dan Nisa tak jelas keadaanya. Berib
Kenapa menyangkut urusan bisnis juga ? Menjadi orang kaya tidak seindah yang aku bayangkan. Selama nafas berhembus pasti disitu ujian juga menerpa." Saya bahkan bersedia kembali ke kampung lagi dan meninggalkan Arifandi Group ini," ucap suamiku tegas. Tampak ibu mertua yang mulai berkaca kaca.Semua hanya terdiam." Bagaimana Tina kalau aku kembali hidup miskin di kampung lagi, apa kamu mau dijodohkan dengan ku ?"Tina melengos kesal." Ku kira wanita seperti kau tak pantas untuk ku nikahi. Bahkan kau hanya mengincar harta dan hingar bingar kehidupan dunia," lanjut suamiku.Pak Burhan mulai tersulut emosi dengan semua perkataan suamiku. Dia kemudian berdiri." Lancang kau Fandi. Jaga ucapanmu,"" Saya tidak takut pak. Apa yang saya lakukan ini adalah untuk menjaga keutuhan rumah tangga saya. Silahkan bawa perkara ini ke ranah hukum, saya siap," ucap suami ku tegas." Maya tunggu pembalasanku. Astri, Tina ayo kita pulang," ucapnya dengan wajah merah padam. " Bersiaplah akan ku geser
" Lalu ayah bagaimana Aliya ?" tanyaku penuh harap ia mau memberi tahu keadaan ayahnya." Ayah tidak tau ada dimana, bulik," ucapnya menunduk.Ya Allah kenapa keluarga Kang Sabar harus tercerai berai begini." Aliya bahkan juga tidak tau keberadaan ibu. Waktu Aliya pulang, rumah sudah dijual. Kata nya adik adik ayah tidak ada yang mau merawat nya lalu ayah pergi dari kampung bulik. Sebelumnya ibu sudah pergi dahulu meninggalkan ayah. Aliya bingung bulik sudah tidak punya keluarga. Belum tentu keluarga bulik Leli dan bulik Nisa mau menerima Aliya. Pun saudara saudara ibu karena kami sekarang miskin. Nenek juga sudah meninggal,"Aku trenyuh dengan jawaban Aliya. Kasian dia harus terpontang panting sendiri di kehidupan kota yang keras ini. Andai aku tau lebih awal." Bulik, Aliya mau bertemu pemilik restoran ini, apakah bulik tau yang mana ?" tanya Aliya menelisik setiap sudut restoran.Aku tersenyum. " Pemiliknya ada di depan kamu Aliya," " Hah ? Serius bulik ? Bulik sudah sukses seka
" Kakakmu jadi gelandangan," ujar Mbak Lastri enteng.Degg..Dunia seakan runtuh. Pria yang aku anggap sebagai pengganti almarhum bapak menjadi gelandangan. Dimanakah dia ? Apa mungkin lelaki yang ku temui tempo hari benar Kang Sabar ? Kalau iya, aku mohon pertemukan lagi aku denganya Tuhan." Kenapa mbak tega sekali dengan Kang Sabar. Salah dia apa ?" ucapku menahan selaksa air mata." Salahnya dia itu miskin. Sakit sakitan,"" Bukankah semua tidak ada yang sempurna mbak. Miskin kan karena Mbak Lastri sendiri yang punya hutang bank," ucapku bersungut." Lah kamu kira gaji kakakmu dulu banyak gitu ? Kebutuhan rumah tangga itu banyak. Eh susah ya ngomong sama yang dulu orang miskin jadi tidak tau bahkan mungkin tidak pernah shopping," ucapnya mengejek ku sambil melengang pergi.Aku tak peduli ucapan Mbak Lastri yang mengejek ku atau bagaimana lah. Aku paham tentang gaya hidupnya. Tak heran jika dia tak bisa mengatur keuangan rumah tangga. Aku hanya sakit hati karena dia menelantarkan K
Ya Tuhan apakah lelaki itu Kang Sabar. Buru buru aku menghampiri. Aku takut kehilangan jejaknya lagi. Tubuhku bergetar hebat mendekati mereka." Aliya," panggilku lirih.Mereka mendongak bersama. Allohuakbar ternyata benar Kang Sabar. Aku menyalaminya dan ingin memeluknya. Tetapi dia menghindar." Jangan Narti sekarang kamu orang kaya. Dan aku hanya gelandangan. Tak pantas orang sepertimu menghormati gelandangan sepertiku," ucapnya menunduk.Mendengar penuturanya, aku malah menangis sejadi jadinya. Kakak ku yang dulu gagah dan sehat. Sekarang lusuh dan terlihat kurus." Jangan menangis Narti. Sudah cukup air matamu dulu habis untuk menangisi saudara saudara mu yang tak punya hati. Sekarang saatnya engkau bertepuk tangan. Menyoraki saudara saudaramu,"Aku semakin tidak tahan mendengar perkataanya." Sudah Kang. Ayok masuk dulu kita bicara di dalam," ajak ku menggandeng tangan beliau.Kembali dia melepaskan tanganku dengan lembut." Tidak Narti. Apa kamu tidak malu punya kakak menjadi g
" Bulik, tadi Aliya bertemu ibu," ucap Aliya kirih di telingaku.Aku kaget bukan main. Aku isyaratkan untuk mengajaknya bicara diluar kamar." Bagaimana Aliya ?" tanyaku penuh selisik khawatir. Aku takut Aliya terluka." Aliya tadi bertemu ibu bersama laki laki lain yang mengaku menjadi pacar Ibu bulik. Kata nya ibu akan mengajukan gugatan cerai ke ayah. Ku kira ibu pergi untuk mencari nafkah menggantikan posisi ayah," kata Aliya di iringi tangisnya yang mulai tidak bisa ditahan. Ku peluk lembut dia. Suatu rahasia besar yang ingin aku sembunyikan dari dia, agar dia tak sakit hari, kini Aliya tau dengan sendirinya. Semoga waktu mampu meyembuhkan luka hatinya." Aliya sakit hati bulik. Bukan karena ibu pergi meninggalkan kami. Tapi ibu menghianati laki laki baik seperti ayah,"" Bulik mengerti, Aliya. Ayah adalah cinta pertama anak gadisnya. Jadi wajar jika kamu begitu menyayangi ayahmu. Tapi alangkah sebaiknya ayahmu jangan tau tentang hal ini dulu Aliya ? Bulik takut memperparah sakit
Tiba tiba Kang Sabar mengalami sesak nafas yang luar biasa. Kami yang ada di ruangan itu seketika panik. Tapi tidak tau dengan Mbak Lastri. Aliya memanggil dokter. Dan dokter bersama beberapa perawat menyuruh kami menunggu diluar.Aku benar benar harap harap cemas diluar. Mengaoa Mbak Lastri datang disaat keadaan kesehatan Kang Sabar belum pulih. Percuma juga saling menyalahkan, semua sudah terlanjur terjadi. Yang bisa dilakukan hanyalah berdo'a agar Kang Sabar baik baik saja." Kalau sampai ada apa apa dengan ayah, Aliya tidak akan mema afkan ibu sampai kapan pun," kata Aliya di iringi isak tangisnya.Aku berusaha menenangkan Aliya yang diguncang berbagai macam cobaan dari berbagai sisi." Kenapa salah ibu ? Memang ayahmu itu penyakitan kok."" Tapi tidak sekarang mestinya ibu menuntut gugat cerai ayah. Kasihani ayah yang sedang berjuang melawan sakitnya bu"Pengunjung rumah sakit yang lewat sekilas memandangi kami yang terlihat adu mulut. Ada rasa sungkan dan malu disitu." Aliya su
Geram sekali aku denganya...Apakah hati Leli benar benar mati ? Apa tak ada celah sedikit pun dia memikirkan saudara saudaranya ? Apalagi Nisa adalah adik yang paling dekat denganya." Lel, apa sudah hilang nalurin kamu ? Nisa dan Kang Sabar adalah saudara kandungmu. Tolonglah buka celah hatimu sedikit saja. Jangan terus menerus kamu memikirkan harta duniawi,"" Jangan sok menasihati mbak. Orang kaya kemarin sore saja belagu. Ingat mbak kekayaan mbak itu hanya kebetulan. Lagian mungkin Kang Sabar itu sudah mau mati,"" Jaga ucapan kamu Lel. Kang Sabar tetap saudara mu walau kondisi yang tidak lagi sama. Mbak menasihatimu bukan karena mbak kaya atau apalah. Karena semua yangbkita punya hanyalah titipan Nya. Tapi mbak menasihatimu karena kamu adik mbak,"" Lah emang Leli mengakui kalau mbak Narti itu kakak ku ? Sudah cukup kehidupan mbak Narti dulu selalu dilimpahi kasih sayang emak dan bapak,"" Astagfirulloh Leli. Emak dan bapak mengasihi mbak, bukan karena pilih kasih atau apa la
Lima belas tahun kemudian..." Fandi, perkenalkan ini Fania. Anak dari rekan bisnis, ibu," kata ibu seraya memperkenalkan seorang wanita cantik, berkulit putih, tinggi semampai.Fandi hanya membalas uluran tanganya. Disertai senyum yang sedikit dipaksakan.Sudah puluhan kali mungkin, ibu mengenalkan Fandi pada wanita yang bisa di bilang cantik untuk ukuranya, tetapi sama sekali tidak ada satupun yang bisa mengetuk pintu hatinya." Ibu, sudah jangan terus menerus membawa wanita di hadapanku. Umurku juga sudah semakin tua. Aku muak," keluh Fandi pada ibunya." Ibu hanya ingin anak ibu punya pendamping itu saja. Ibu ingin ada yang menemani masa tua mu. Tidak seperti ibu yang kesepian." Ada Yumna bu. Dia kelak yang menemani ku,"Bu Maya menghembuskan nafas dengan kasar. Membuang pandangan ke luar jendela. Sedikitpun ia tidak dapat menyelami pikiran putranya itu." Kamu sadar kan Fandi. Yumna diasuh oleh Narti. Jadi kemungkinan besar ia juga akan dekat dengan ibunya. Untuk merebut hak asu
POV USMAN ARI FANDIAku tak menyangka bahwa langkahku berbakti pada surga ku benar benar menggores hati separuh jiwaku. Bukan segera mengharap kepergian Tina. Tetapi ku kira setelah kepergian Tina, semua akan berjalan kembali normal. Namun nyatanya Narti memiliki hati yang kokoh. Pernah suatu waktu dia berkata bahwa dia bukanya tidak menuruti suami. Tetapi dia lebih takut bahwa suaminya tak mampu berbuat adil.Ya aku harus akui. Karena dialah cinta sejatiku. Bahkan kebersamaan dengan Tina yang kata oramg memiliki kecantikan bak bidadari pun namun nyatanya cinta ini tetap tidak mau berbagi." Aku telah berhijrah. Aku telah berubah. Tidakah sedikit saja engkau mengatakan sayang padaku, bang ?" tanya Tina suatu malam." Kalau kamu berhijrah demi manusia, itu salah Tin,"" Permata indah memang tidak dilihat dari harta dan kecantikan raga. Tetapi dari keikhlasan dan ketulusan seorang wanita. Dan itu bagimu hanya ada pada Mbak Narti,"" Ma afkan aku Tin. Tapi memang itulah kenyataanya. Seki
" Aku sama sekali tidak tahu, neng. Jangan menuduh sembarangan tanpa bukti. Nanti bisa jadi fitnah." kata Bang Usman." Aku telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Ada nama Tante Mira. Apa salah jika saya bertanya ?"Bang Usman menyuruh asisten rumah tangga untuk memanggilkan Tante Mira. Dan selalu dengan wajah yang angkuh ia melangkah. Tatapan sinis tak pernah lepas dari pandanganya saat menatapku." Mau apa lagi kamu kesini ?" tanyanya ketus." Saya kesini bertanya secara baik baik. Apa Bu Mira mendoktrin Yuli agar membenci saya ?"" Bisa dijaga mulut kamu itu ? Jangan asal tuduh," " Saya bertanya bukan menuduh,". Aku berusaha menenangkan diri agar tidak larut dalam emosi." Sama saja,"" Ma af Bu Mira. Saya telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Terakhir tertera nama anda. Maka dari itu saya bertanya. Letak salahnya dimana ?"Bu Mira melengos menatap arah lain. Aku yakin ada yang tidak beres dengan nya. Dari bahasa tubuhnya. Dari mimik wajahnya." Kenapa Bu
" Ma afkan aku, Nis,". Leli langsung menjatuhkan diri di hadapan Nisa.Nisa diam mematung. Dia melirik ke arahku seolah penuh tanda tanya. Aku hanya mengangguk." Siapa ?" tanya Nisa seraya mengangkat Leli dari kaki nya. Dengan malu sekaligus takut, Leli memberanikan diri mendongakan wajahnya. Ku lihat wajah Nisa memerah tanganya mengepak. Aku pegang tangan itu. Aku takut Nisa berbuat nekat. " Kenapa setelah semuanya hancur baru berujar ma af ?" " Aku bertaubat Nis. Ma afkan aku,"" Andai ma af mbak berguna,"jawab Nisa singkat. Seraya meninggalkan Leli yang masih diam mematung di tempatnya.Aku terhenyak dengan perkataan Nisa. Sakit itu terlalu dalam." Nis, coba kamu fikirkan. Leli sudah menuai karmanya. Tolong ma afkan dia Nis. Kasihan dia,"" Mbak, mau dia menuai karma,mau dia mati pun tidak bisa menggantikan apa yang sudah hilang kan,"" Nis,mbak tau. Mbak juga belum pernah berada di posisimu. Tetapi kita sama nis.Sama sama pernah di khianati dalam ikatan suci pernikahan. Tetapi
" Leli," panggilku. Tidak salah dia Leli. Aku mengenalinya walaupun dengan penampilan yang berbanding terbalik dengan yang terakhir aku temui tempo hari.Wanita yang ku panggil hanya melengos masuk kedalam lagi dengan menelangkupkan tangan ke wajah. Seolah enggan menemui ku. Karena rasa penasaran yang tinggi, ku kejar dia. Kalau memang dia bukan Leli, kenapa harus lari.Ku buka tirai tanpa pintu itu dengan hati hati. Kepala ku menyembul kedalam. Wanita itu menangis di ujung ranjang yang reyot. Bahunya terguncang. Aku duduk di sampingnya. Ku pegang pelan ujung tanganya." Benar. Ini Leli adik mbak ?" tanya ku sehalus mungkin.Dia histeris. Berdiri dengan berlinangan air mata." Mau apa mbak kesini ? Mau menghinaku sekaligus mengusirku ? Hancurkan aku sekalian mbak," ucapnya pilu.Ku genggam tanganya. Ku dudukan lagi dia di sisiku. Tanganya masih bergetar. Tangisnya belum reda." Lel, mau seperti apapun aku ini adalah kakakmu. Setiap orang pasti punya salah dan masa lalu,"Serta merta L
" Sombong kamu Narti. Berapa sih uang mu dari hasil kerjamu menjadi babu di negara orang ? Paling tidak sampai setahun juga sudah habis," hina Tante Mira." Itu urusan saya Tante. Mau berapapun, setelah ini saya akan rebut hak asuh anak anak dari kalian,"" Apa bisa kamu menghidupi anak mu dengan layak hah ?" Seorang anak tidak perlu orang tua yang kaya. Tapi orang tua yang bahagia. Permisi,"Aku berpamit ke kamar Yuli. Putri ku tergolek lemah di ranjang. Badan kurusnya semakin membuat hatiku menjadi miris. Kupegang tanganya. Ku ciumi berulang ulang. Tak henti hentinya aku meminta ma af karena telah meninggalkanya.Mata itu terbuka perlahan." Bu, Yuli tidak tahan. Tolong belikan Yuli bu," ucapnya memelas. Tetapi air mataku semakin tumpah ruah. Permintaan yang tidak mungkin akan aku turuti." Yuli lawan ya nak. Itu haram. Yuli harus bisa," " Hanya dengan itu Yuli tenang bu. Tolong," kata Yuli bergetar.Ya Tuhan apa yang selama ini dialami Yuli. Hingga dia mengharapkan ketenangan. A
"Stop. Yuli tidak akan ikut siapa siapa,". Yuli akhirnya membuka suara setelah orang tuanya terlibat debat tak berujung. Tetapi jawabanya membuat hatiku mendesir. Apakah dia benci kepada ke egoisan orang tua nya ini. " Yuli punya istana sendiri," lanjutnya. Aku menyipitkan mata. Menautkan alis. Bertemu tatap dengan Nisa. Nisa mengisyaratkan terjadi sesuatu yang tidak beres dengan Yuli. Yuli melangkah pergi meninggalkan kami. Dengan refleks aku mengejar nya. Tetapi naas tangan Tante Mira berhasil menahanku." Mau kemana kamu ? Ini bukan rumah kamu. Tolong bersikap sopan."Ku hempaskan tangan Tante Mira yang mencengkram erat tanganku. Ini adalah reflek seorang ibu yang merasa bahwa putri kandungnya bermasalah. " Kang, tidakah kamu merasa aneh dengan Yuli ?"" Tidak ada yang aneh. Justru Yuli menikmati kehidupan ini,"Aku hanya menggeleng kepala dengan pemikiranya saat ini. Apa dia hanya disibukan dengan pekerjaan tanpa memperhatikan anaknya." Ma af ya semunaya. Ini cuma pendapat s
Yuli mana Nis ?"" Emm ma afkan saya mbak," Nisa menunduk. Raut mukanya berubah menjadi gelisah. " Yuli kenapa Nis ?"" Yuli dibawa Kang Usman mbak. Aku sudah mempertahankanya. Tapi mereka mengancam menjebloskan ke penjara tentang penculikan. Bagaimanapun bapak mereka masih ada mbak. Ma afkan aku mbak. Aku gagal menjaga mereka,". Nisa bersujud di kaki ku.Aku menangis. Bukan untuk menyalahkan Nisa. Tapi aku muak dengan perlakuan keluarga Kang Usman. Padahal dulu jelas jelas Yuli yang bersikeras ikut denganku. Dan Tante Mira mengatakan bahwa anak anak ku tidak ada disitu. Bahkan mengataiku tak becus menjaga anak anak. Betapa munafiknya mereka." Bangunlsh, Nis. Kamu tidak bersalah,"" Tapi aku gagal menjaga amanat dari Mbak Narti,"" Setiap kesulitan pasti ada ada jalan keluar yang menyertai Nis. Nanti kita bicarakan ya," kataku mengajaknya untuk masuk.Rumah Nisa tergolong mewah. Furniture nya menambah asri dan cantiknya rumah ini. Ruman dengan gaya eropa pasti membuat bangga pemilik
" Mbak boleh pinjam uang mu Nis ? Mbak ingin mengadu nasib di luar negeri. Mbak janji akan menggantinya,"Sebenarnya aku malu sekaligus takut dikira mengincar hasil penjualan rumah Nisa. Juga aku bingung bagaimana bicaranya untuk menitipkan anak anak ku pada Nisa.Nisa terdiam. Aku benar benar takut ia tersinggung. Lalu sejurus kemudian ia justru tersenyum." Tidak usah pinjam mbak. Ini adalah hak mba Narti. Dulu kami menjual rumah emak tanpa memberi hak yang seharusnya mbak Narti peroleh. Ini uang mbak Narti yang pernah Nisa pakai,"Air mataku luruh seketika. Keadaan yang mengguncang jiwa raga serta psikis Nisa nyatanya benar benar membuatnya berubah haluan. Membuatnya benar benar berubah ke arah yang lebih baik." Terimakasih banyak ya Nisa," ucapku terharu." Kenapa harus pergi keluar negeri mbak ? Apa tidak ada jalan keluar yang lain ? Kasian anak anak mbak. Apalagi Yumna masih kecil,"" Kalau aku terus terusan disini, entah kapan bisa membuat bahagia mereka. Aku tidak mau kehidup