"Sudah beres semuanya Pak! Kasino dan klub terbesar Antonio akan segera ditutup pak. Laporan dari pihak kita tentang bisnis ilegal terbesarnya dan dukungan yang kita janjikan kepada gubernur di kampanye mendatang membuat pejabat itu mengerahkan sekua aparat untuk melakukan penutupan bisnis ilegal itu dan menjadikan Antonio tersangka kasus ini.""Bagus, tapi pastikan semua stasiun televisi, media online dan para buzzer melakukan tugasnya dengan baik. Agar pejabat itu tidak berkhianat pada Antonio atau takut akan ancaman Antonio kita harus membuat kasus ini menjadi viral secepat mungkin. Agar pejabat atau oknum korup tidak bisa ditekan atau diancam oleh Antonio baik dengan uang maupun kekerasan." Adrian memandang ke luar gedung-gedung tinggi dari balik jendela ruangannya. "Tenang saja pak, kami sudah pastikan Antonio akan terpojok sehingga ia tidak bisa membebaskan dirinya kali ini." Henri kembali meyakinkan atasannya yang sedang merasa gundah itu."Baik setelah ini Henri aku yakin, di
Adrian tahu bahwa ada sesuatu yang salah ketika teleponnya berdering. Polisi mengabarinya kalau rumahnya telah dibobol dan telah terjadi baku tembak antara pengawalnya dan para penjahat. Jantung Adrian langsung berdetak kencang, ia tahu itu adalah perbuatan Antonio dan Sarah dalam keadaan bahaya. "Istri saya, istri saya apakah ia baik-baik saja?" Adrian bertanya pada inspektur polisi yang meneleponnya untuk memberikan kabar."Sayangnya istri anda tidak bisa kami temukan di mana pun pak Adrian. Tapi kami sedang mencari jejaknya sekarang dan...." belum sempat inspektur polisi menyelesaikan kata-katanya, Adrian sudah menutup panggilan itu dan segera melesat mengambil jasnya."Hendri kumpulkan anak buahmu sebanyak-banyaknya. Rumah diserang dan Sarah menghilang. Ini pasti perbuatan mafia itu.""Baik pak..." sambil menelepon semua anak buahnya yang tersisa, Henri dan satu pengawalnya ikut berlari ke dalam mobil Adrian.Mobil Adrian melesat begitu cepat membelah jalanan. Mobil itu bahkan me
Mobil Adrian menerobos ganas masuk ke dalam properti Antonio. Ia menekan gasnya lebih cepat dari pada ia menarik nafasnya. Menggila. Ya Adrian menggila karena khawatir keselamatan istrinya. Ia tidak lagi berpikir apa yang akan menantinya di dalam sana. Ia tidak lagi ingin berpikir, ia hanya ingin segera membuat kesempatan agar Henri bisa menyelamatkan Sarah. Ia sudah membuat Henri berjanji agar menyelamatkan Sarah bagaimana pun cara dan resikonya. Ia tahu Antonio begitu sinting hingga bisa melakukan semua cara untuk memiliki Sarah dan Adrian takut jika Sarah menolak maka pria sinting itu akan mencelakainya. Darah mengalir deras di pembuluh darahnya, jantungnya berdebar keras dan tangan di kemudinya basah oleh keringat ketika ia kembali menekan pedal gas dengan tekanan penuh. Adrian tidak melihat siapapun di tanah Antonio dan ia yakin Henri dan anak buahnya sudah bergerak mencari jalan masuk yang aman untuk memback-up kegilaan Adrian untuk menerobos masuk. Bukan sekali dua kali Henri
Anak buah Henri sudah berada di depan pintu pondok ketika bunyi tembakan dari pistol Bernard meletus. Dengan sigap kedua anak buah Henri bersembunyi dan meletuskan amunisi balasan. Saat Bernard dan anak buah Henri terlibat baku tembak, Henri mengirim lagi satu anak buahnya untuk berlari menuju batu besar. Ia berencana mengepung Bernard di batu besar."Sial Bernard bisa terpojok kalau terus begini!" seru Antonio kesal melihat baku tembak di bawah bukit. "Kalian berdua! Cepat turun lindungi Bernard." ucap Antonio sambil memaki."Lalu siapa yang akan melindungimu bos!" tanya si anak buah banyak mulut."Saya bukan anak balita yang harus dijaga! Cepat bantu Bernard amankan wanita itu tetap di pondok! Antonio melihat kedua anak buahnya turun dengan lincah membantu Bernard.Henri melihat dua mafia turun untuk membantu Bernard, ia segera meletuskan pistolnya dan mengenai dada satu anak buah Antonio."Sial!" ucap Antonio melihat anak buahnya rubuh, ia lalu memutar untuk turun ke area baku temb
"Sarah melihat d tengah kamar itu sebuah ranjang besar dan seorang laki-laki bertubuh indah seperti patung-patung Dewa Yunani sedang berbaring di situ. Sarah mendekati ranjang itu dan mendekati laki-laki bertubuh Dewa itu. Ia mengenali pria itu. Wajah tampan itu dan tubuhnya yang menggairahkan.Mata laki-laki tampan itu terbuka ketika tubuh Sarah mendekat. "Adrian...." ya pria itu Adrian, Sarah ingat ini adalah dimana malam di mana mereka bertemu dan bercinta pertama kali.Dorongan membuat Sarah menyentuh dada bidang itu dan mencium bibir laki-laki itu. "Ya ciuman ini, harum nafas dan rasa bibir yang melesak melumatnya dengan kuat benar-benar melekat di ingatanku.""Aaarrrggh..." satu geraman kasar terlontar dari mulut pria yang masih melumatnya. Tubuh Sarah kini terbakar gairah. Gairah yang siap melahap seluruh tubuh seksinya.Keduanya saling berpautan. Lidah mereka saling merasai. Mencicipi api gairah di tubuh keduanya. Ciuman mereka semakin intens ketika tangan laki-laki itu m
Butuh dua puluh tahun untuk kembali ke kota ini, waktu yang sangat lama dengan perjalanan yang sangat panjang tapi ia yakin ini akan sangat sebanding. Leo menatap rumah lamanya yang dulu ia tinggali bersama ibunya. Wanita cantik bermata teduh yang telah menghembuskan nafasnya lebih dulu.Rumah itu kembali ditatapnya, rumah yang sudah terbengkalai dengan banyak semak belukar yang mengelilinginya. Pagar besinya yang sudah berkarat berderit ketika ia mendorong untuk membukanya.Pagar besi itu mungkin berumur sama dengan Leo, atau bahkan lebih tua sedikit karena rumah ini merupakan rumah warisan nenek Leo dari ibunya. Mereka terpaksa pindah ke sini ketika ayahnya resmi menjadi tahanan.Walaupun ayah dan ibunya tidak pernah bercerai namun mereka juga tidak pernah tinggal dalam satu atap. Dan meski ia tidak tinggal dengan ayahnya, Leo tidak pernah merasa kekurangan dalam materi. Ayahnya selalu memberikan Leo semua yang terbaik. Hadiah-hadiah selalu diantarkan untuk Leo ketika ia berulang ta
"Apa kau yakin telah mendapatkan persetujuan dad mu Becca?" Reina membenarkan kacamata hitamnya yang bertengger di hidungnya yang mancung."Of course, sangat nggak mungkin aku pergi tanpa persetujuan mereka silly!" Becca menertawai Reina yang sedang duduk di sebelahnya."Lalu apa mereka tahu kita akan pergi ke pantai selama beberapa hari?" tanya Reina lagi."Yap mereka tahu dan setuju. Semua perizinan telah beres. Sekarang berkonsentrasilah dalam mengemudi kalau tidak kita tidak akan pernah sampai ke pantai Rei!" Becca menolehkan wajah sahabatnya ke depan untuk menyetir dengan benar."Okey bos! Let's go, beach we are coming!" Reina berteriak dan menambah kecepatan mobilnya mengantarkan mereka ke rumah pantai tujuan mereka.Sesampainya mereka ke rumah pantai milik keluarga Rebecca, Reina menurunkan tas dan barang-barang bawaannya."Aku tidak sabar untuk berjemur dan bermain di pantai." ucap Reina membantu Rebecca menurunkan tas dan bawaan sahabatnya."Ya asal kau jangan komplain lagi se
"Terima kasih telah menolongku!" ucap Rebecca dengan tulus."Ya untung saja aku sedang berada di sana." jawab Leo dengan tenang."A-aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak datang tadi." isakan kecil membuat tubuh Rebecca bergetar. Membuat Leo menoleh ke arahnya. "Kamu boleh tenang, sekarang kamu aman." Leo menaruh tangannya di bahu Rebecca bermaksud menenangkan namun yang terjadi malahan Rebecca seperti tersetrum aliran listrik dan membuat nya terkejut."Apa kamu baik-baik saja?" tanya Leo ketika merasa bahu Rebecca tiba-tiba menengang. "O-oh nggak apa-apa, aku baik-baik saja hanya saja..." karena terlalu gelisah tersentuh tangan Leo, Rebecca menggeser duduknya dan membuat lututnya yang terluka tergesek celana denimnya sendiri."Aw...." dahi Rebecca berkerenyit menahan perih. Membuat Leo menoleh ke arah lutut Rebecca dan berkata dengan cepat. "Kita harus mengobati itu dulu, tempatku lebih dekat dari sini. Kita ke sana untuk mengobati itu!" tunjuk Leo dengan sedikit miri