Butuh dua puluh tahun untuk kembali ke kota ini, waktu yang sangat lama dengan perjalanan yang sangat panjang tapi ia yakin ini akan sangat sebanding. Leo menatap rumah lamanya yang dulu ia tinggali bersama ibunya. Wanita cantik bermata teduh yang telah menghembuskan nafasnya lebih dulu.Rumah itu kembali ditatapnya, rumah yang sudah terbengkalai dengan banyak semak belukar yang mengelilinginya. Pagar besinya yang sudah berkarat berderit ketika ia mendorong untuk membukanya.Pagar besi itu mungkin berumur sama dengan Leo, atau bahkan lebih tua sedikit karena rumah ini merupakan rumah warisan nenek Leo dari ibunya. Mereka terpaksa pindah ke sini ketika ayahnya resmi menjadi tahanan.Walaupun ayah dan ibunya tidak pernah bercerai namun mereka juga tidak pernah tinggal dalam satu atap. Dan meski ia tidak tinggal dengan ayahnya, Leo tidak pernah merasa kekurangan dalam materi. Ayahnya selalu memberikan Leo semua yang terbaik. Hadiah-hadiah selalu diantarkan untuk Leo ketika ia berulang ta
"Apa kau yakin telah mendapatkan persetujuan dad mu Becca?" Reina membenarkan kacamata hitamnya yang bertengger di hidungnya yang mancung."Of course, sangat nggak mungkin aku pergi tanpa persetujuan mereka silly!" Becca menertawai Reina yang sedang duduk di sebelahnya."Lalu apa mereka tahu kita akan pergi ke pantai selama beberapa hari?" tanya Reina lagi."Yap mereka tahu dan setuju. Semua perizinan telah beres. Sekarang berkonsentrasilah dalam mengemudi kalau tidak kita tidak akan pernah sampai ke pantai Rei!" Becca menolehkan wajah sahabatnya ke depan untuk menyetir dengan benar."Okey bos! Let's go, beach we are coming!" Reina berteriak dan menambah kecepatan mobilnya mengantarkan mereka ke rumah pantai tujuan mereka.Sesampainya mereka ke rumah pantai milik keluarga Rebecca, Reina menurunkan tas dan barang-barang bawaannya."Aku tidak sabar untuk berjemur dan bermain di pantai." ucap Reina membantu Rebecca menurunkan tas dan bawaan sahabatnya."Ya asal kau jangan komplain lagi se
"Terima kasih telah menolongku!" ucap Rebecca dengan tulus."Ya untung saja aku sedang berada di sana." jawab Leo dengan tenang."A-aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak datang tadi." isakan kecil membuat tubuh Rebecca bergetar. Membuat Leo menoleh ke arahnya. "Kamu boleh tenang, sekarang kamu aman." Leo menaruh tangannya di bahu Rebecca bermaksud menenangkan namun yang terjadi malahan Rebecca seperti tersetrum aliran listrik dan membuat nya terkejut."Apa kamu baik-baik saja?" tanya Leo ketika merasa bahu Rebecca tiba-tiba menengang. "O-oh nggak apa-apa, aku baik-baik saja hanya saja..." karena terlalu gelisah tersentuh tangan Leo, Rebecca menggeser duduknya dan membuat lututnya yang terluka tergesek celana denimnya sendiri."Aw...." dahi Rebecca berkerenyit menahan perih. Membuat Leo menoleh ke arah lutut Rebecca dan berkata dengan cepat. "Kita harus mengobati itu dulu, tempatku lebih dekat dari sini. Kita ke sana untuk mengobati itu!" tunjuk Leo dengan sedikit miri
Secara refleks Rebecca menutup pintu beach house itu. Senyuman di wajah Leo telah membuat Rebecca hilang akal. Rebecca terlalu gugup melihat pria yang baru saja ia bicarakan dengan Reina datang sehingga tangannya menjadi dingin dan tubuhnya menjadi kaku. Ia berdiri diam di depan pintu. Membuat Reina bingung melihat sikapnya yang aneh."Siapa tamunya Becca? Kok kamu malahan tutup pintunya sih?" tanya Reina merasa ada sesuatu yang janggal dengan sikap sahabatnya yang tiba-tiba diam.Rebecca hanya diam sambil menatap pintu di depannya. Membuat Reina gregetan dan menghampirinya segera."Hey kenapa? Siapa yang datang? Kenapa kamu seperti habis melihat hantu?" Reina menepuk bahu sahabatnya dengan sedikit keras. Berusaha untuk menyadarkan Rebecca dalam lamunannya."O-oh itu, itu dia Rei! Itu dia!" Rebecca berbisik gugup, seolah-olah ia takut suaranya dapat didengar oleh seseorang."Siapa? Dia itu siapa?" tanya Reina ikut-ikutan penasaran sekarang."Dia pria yang kita bicarakan tadi, penolon
Adrian baru saja hendak pulang dari kantornya ketika ia mendapatkan telepon dari putrinya yang sedang berlibur di salah satu beach house milik keluarga mereka."Dad, are you busy?" tanya Rebecca dengan suara senang yang tidak bisa ia sembunyikan."No, actually dad baru mau pulang dari kantor. I guess something good happen to you baby? do you want to tell me about it?""Hmmm actually you are right dad! Ada sesuatu yang ingin aku ceritakan tapi kurasa aku akan langsung cerita sendiri padamu saat aku pulang nanti.""Okay princess, aku tidak sabar menunggumu pulang dan bercerita.""Okey dad, take care and see you next week."Adrian tersenyum ketika menutup telepon putrinya. Ia merapikan tas kerjanya dan meraih jasnya. Ia sudah menyuruh pulang supirnya dan menyetir mobilnya sendiri. Malam ini ia memiliki janji kencan dengan istri tercintanya. Adrian mengarahkan mobilnya menuju tempat lokasi syuting Sarah dan menjemputnya di sana. Adrian mengajak Sarah untuk dinner di salah satu restoran d
Meski sudah menikah cukup lama namun Sarah tidak bisa mencegah wajahnya merasa panas terbakar ketika suaminya menunjukkan kejantanannya yang sudah menegak keras. Senyum nakal yang menghiasi wajah Adrian, membuat Sarah tahu apa yang sedang dipikirkan suaminya. Adrian jelas suka dengan apa yang dilihatnya di depannya.Wajah Sarah yang bersemu merah dengan tubuhnya yang seksi telanjang di ataa ranjang. Serta kedua stocking hitam yang membuat Sarah tampak semakin seksi membuat gairah Adrian meledak-ledak. Ide kencan di Penthouse barunya malam ini sungguh membuatnya merasa seperti baru pertama kali bercinta dengan Sarah di King's club malam itu. Ia tidak tahan lagi untuk menahan gairahnya sehingga dengan kedua tangannya ia melebarkan kedua kaki Sarah dan mengangkatnya. Adrian menekuk kedua kaki Sarah dan mengambil posisi di antara kedua kakinya."Fuck Sarah, you always make me so horny! Aku sangat menginginkanmu sayang!" Nafas Sarah seperti tertahan ketika Adrian membuka kakinya semakin le
Leo tiba tepat waktu di depan pintu beach house Rebecca. Dengan wajahnya yang tampan ia tersenyum menyambut gadis yang menjadi kekasihnya."Apa kamu sudah siap?" tanya Leo sambil melihat tas Rebecca yang berada di dekat pintu."Sebentar lagi, Reina masih mengecek apakah ada barangnya yang masih tertinggal di dalam kamarnya.Leo mengangguk lalu masuk ke dalam ketika Rebecca mempersilahkannya untuk menunggu di dalam."Okay, all set Becca. I check two times dan aku nggak menemukan ada barang kita yang tertinggal di sana." Reina berlari turun memberi kabar pada Rebecca yang sedang berada di ruang bawah."Kalau begitu biarkan aku membantu membawakan barang-barang kalian! Sepertinya tas kalian tampak berat, jadi aku tidak akan membiarkan kekasihku membawa tas-tas berat sementara aku berada di dekatnya!" Leo mulai mengangkat dua tas Rebecca dan memasukkannya ke dalam mobilnya. Sementara tas Reina ia masukkan ke dalam mobil Reina. Mereka akan berkendara beriringan sampai ke rumah Reina lalu L
"Cek kembali Henri, mengapa kita bisa kehilangan lima tender besar dalam sebulan ini! Dan mengapa beberapa patner dari perusahaan lain berusaha melepaskan diri dari perusahaan kita. Cek apa ada saingan bisnis kita yang bermain kotor! Saya tunggu laporannya secepat mungkin!" Adrian menutup panggilannya pada Henri. Pria yang sudah menjadi tangannya sejak sebelum ia bertemu Sarah sampai ia memiliki putri yang beranjak dewasa.Rebecca yang tidak sengaja menguping pembicaraan papanya dengan seseorang di telepon bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Mengapa papanya terdengar tidak senang tadi. Ia pun jadi ragu untuk menceritakan apa yang telah terjadi selama ia berlibur di rumah pantai mereka. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Rebecca menyapa papanya dengan riang."I miss you so much daddy!" Rebecca menghambur ke pelukan papanya dan mencium kedua pipinya."I miss you too princess!" Adrian menepuk-nepuk kepala putri tersayangnya."Kamu pulang larut malam kemarin malam?" tanya Adrian