Share

BAB2

Author: Nana Shamsy
last update Last Updated: 2023-12-01 23:34:57

SANTET   CE_LA_NA   DALAM   2 

PINDAHKAN JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM!

                               ***NANA SHAMSY***

"Lepaaaaaas!" berontak Nining. Ia berteriak kencang dengan napas memburu di sepanjang jalan.

Aji berusaha tegar dengan mengabaikan tatapan sinis para tetangga yang berdiri sambil berbisik-bisik di sepanjang jalan menuju rumahnya. Aji bisa melihatnya dari sudut mata. Untuk pertama kalinya Aji merasa begitu hancur melebihi saat ia harus kehilangan ke dua orang tuanya tujuh tahun silam. Saat itu Nining masih berusia dua belas tahun. Orang tua mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis. Selama ini Aji tak pernah mengeluh, tetapi kali ini ia tak mampu menahan kesedihannya. Di sepanjang jalan Aji menahan air mata, ia menangis di dalam hati sambil membatin memanggil ke dua orang tuanya.

Ya Allah, Pak, Buk. Ujian macam apa ini?

Aji menuntun Nining masuk ke kamarnya. Ia memakaikan baju pada adiknya, meskipun Nining terus saja memberontak dengan memukul, mencakar, dan berteriak kepada Aji, ia diam saja. Nining bahkan tidak bisa mengenali Aji.

"Lepaaaaas! Mas jangan pergi! Mas tolong aku!" teriak Nining sembari mendorong kuat tubuh Aji agar menjauh darinya.

Aji tidak peduli dengan teriakan Nining, dia juga tidak perduli meski Nining terus memukulinya. Setelah berhasil memakaikan baju pada adiknya, Aji mengunci  Nining di kamarnya.

"Buka pintunya, lepasin aku. Mas! Tolong!"

Nining menjambak rambutnya sendiri. Ia bingung harus bagaimana cara menyalurkan has-ratnya.

"Aaahhhh!" teriaknya marah. Nining menggedor pintu kamarnya terus menerus sampai ia kehabisan tenaga, Nining pun ketiduran di lantai begitu saja.

Dari ruang tamu Aji bisa melihat kerumunan para tetangga yang sesekali melongok ke rumanhnya. Aji menutup korden kemudian duduk di kursi, ia mengepal kepalanya, menangis sendirian. Lelaki kekar itu tak mampu menahan sesak di dadanya.

Aaarrrrrg! teriaknya. Tanpa sadar Aji menendang meja kayu yang ada di hadapannya sehingga membuat suara gaduh.

"Nining," gumamnya dalam tangis.

Aji memijat kepalanya yang terasa berdenyut, mimpi apa dia semalam. Apa yang terjadi dengan adiknya? Kenapa tiba-tiba Nining melakukan hal yang tidak masuk akal itu. Kemarin Nining masih baik-baik saja, sore itu Nining masih mengajar ngaji anak-anak di musola, bahkan tadi malam Nining memasak nasi goreng untuknya. Lalu, apa yang terjadi pada adiknya? Banyak sekali pertanyaan melintas di kepala Aji membuatnya ingin berteriak kencang.

Tok! Tok! Tok!

"Le, Aji,  buka pintunya Le, Bude mau bicara," teriak Sumini dari luar.

Aji buru-buru mengusap air matanya, kemudian ia bangkit membukakan pintu untuk Bude nya 

"Bude," seru Aji.

"Le, ada apa? Apa yang terjadi pada Nining? Katanya tadi dia te-lan-jang di jalan, apa itu benar?" tanya Bude Sum.

"Iya, Bude, aku juga nggak tahu kenapa Nining bisa seperti itu. Kemarin semuanya masih baik-baik saja bahkan tadi malam Nining masih membuatkan aku nasi goreng dan kami makan bersama. Raga yang memberitahuku kalau Nining berlarian di jalan dengan kondisi te-lan-jang. Aku langsung mengejarnya sambil membawa selimut Bude. Pikiranku sangat kacau saat ini," terang Aji.

"Sekarang Nining di mana?" tanya Bude Sum khawatir. Saat peristiwa itu terjadi, Bude Sum sedang berada di sawah. Ia langsung pulang ketika mendengar kabar tak enak tentang Nining. Ingin memastikan apa yang terjadi kepada keponakannya itu.

"Nining aku kunci di kamarnya Bude," jelas Aji.

Bude Sum pun langsung memeriksa Nining di kamarnya, ia  membuka pintu kamar dan mendapati Nining tengah tertidur di lantai. Melihat itu, Aji lantas memindahkan Nining ke atas tempat tidur.

"Le, sepertinya ada yang tidak beres dengan Nining, ada yang sudah berbuat jahil padanya. Bude dengar, Nining sempat dilamar sama Galih, tapi Nining menolak lamaran itu, apa menurutmu kejadian ini tidak ada hubungannya dengan penolakan itu, Le?" Masih berdiri di depan ambang pintu kamar Nining, Bude Sum membahas tentang hal itu.

"Nggak tahu Bude, aku juga tidak berani menuduh Galih tanpa bukti."

"Tapi, Nining seperti ini setelah datangnya lamaran itu, kan, Le. Lagi pula hal seperti ini mana bisa dibuktikan,"  tekan Sumini.

"Iya, Bude,lalu aku harus bagaimana? Aku ndak mau Nining menjadi seperti ini." Aji terdiam, hatinya terus berusaha menampik bahwa itu adalah perbuatan Galih.

"Untuk masalah Nining ini, Bude sarankan kamu bertanya kepada  paranormal, Le. Kita tidak bisa membiarkan hal ini begitu saja, ini bener-bener sudah gak beres. Tadi Rofik memberitahuku tentang seorang paranormal di kampung sebelah, coba kamu datang ke sana, kalau tidak salah namanya Mbah Harjo, siapa tahu dia bisa membantumu, Le. Biar Bude yang menjaga Nining, kamu pergi saja sekarang," saran Bude Sum.

Tanpa membuang waktu, Aji  pun menuruti saran Budenya, dia pergi ke rumah Mbah Harjo berbekal alamat yang diberikan oleh budenya. Butuh waktu sekitar setengah untuk sampai ke rumah Mbah Harjo. Sesampainya di sana, Aji langsung menceritakan masalahnya kepada Mbah Harjo.

Dukun itu menyimak dengan serius cerita Aji. "Nanti sore aku akan ke sana, biar aku terawang langsung," ucap Mbah Harjo.

"Terima kasih, Mbah, kalau begitu saya pulang dulu," pamit Aji.

Di sepanjang perjalanan pulang Aji sempat berpapasan dengan beberapa tetangga. Aji menyapa mereka dengan menganggukan sedikit kepalanya, meski mereka membalas sapaan Aji, sangat ketara sekali kalau mereka menatap Aji dengan tatapan yang tak seperti biasanya. Begitu Aji berlalu, mereka pun lantas berbisik-bisik di belakang Aji.

                                        *** KBM***

Warung Maemunah mendadak menjadi sarang ghibah hari itu. Semuanya membicarakan tentang Nining, dengan cepat kabar mengenai Nining pun tersebar ke mana-mana. Dari mulut ke mulut pun juga dari media sosial. Semuanya heboh membicarakan Nining si kembang desa.

"Aku kaget banget ketika melihat Nining berlari tanpa memakai ba-ju," ujar seorang lelaki berkaos hitam dengan kumis tebal. Ia menghisap rokok dan menaikan satu kakinya ke kursi panjang yang terbuat dari bambu.

"Sama! Aku juga kaget, tadinya aku pikir Nining itu orang gila yang kebetulan lewat. Karena bodynya yang bo-hay dan mu-lus, aku pelototin terus, lumayan kan buat cuci mata pagi-pagi abis ngelihat bini yang udah kayak buntelan lemper. Eh, tahunya itu Nining. Mataku makin melek! Jakpot!" kata Parman-Bapak dari dua orang balita.

"Si-a-lan!" Anwar menonyor kepalanya dari belakang. Anwar yang kebetulan tidak tahu kejadian tadi pagi sedikit menyesal.  "Ngapain ya, tadi pagi aku pakai acara kebelet segala," sesalnya.

"Bener-bener rizki nomplok tadi pagi. Hadew, kapan Nining begitu lagi?" timpal Farid sambil melahap gorengan yang masih panas.

"Hssttt,  jangan bilang seperti itu. Kalau begitu sama saja artinya kamu itu mendoakan si Nining jadi orang sin-ting," sahut Maemunah.

"Apa mungkin Nining menjadi korban pelet, santet, atau semacam guna-guna. Karena kejadian ini sangat aneh, seperti yang kita semua tahu. Nining itu sangat baik dan cantik, banyak yang naksir sama dia. Apa mungkin ada salah satu orang sudah berbuat jahat pada Nining? Ya, istilahnya 'cinta ditolak, dukun bertindak," kata Agus.

"Bisa jadi," jawab lelaki berkaos hitam.

"Kasian Nining," gumam Farid, padahal tadinya ia ingin melihat Nining te-lan-jang lagi.

"Tapi Nining itu kan, baik banget. Apa ya ada yang tega berbuat seperti itu?" Anwar melempar tanya.

"Buktinya ada!" Maemunah ikut menimpali, sambil terus bekerja memasukkan adonan mendoan ke wajan. "Namanya juga pembenci, mau sebaik apapun kita, kalau orang itu udah benci ke kita, ya pasti kita selalu salah di matanya. Seorang pembenci itu nggak butuh alasan kenapa dan mengapa. Karena masalahnya itu bukan di Niningnya, tapi di hati si pembenci itu! Mungkin dia nggak mau Nining dimiliki oleh orang lain, mangkanya Nining dibuat seperti itu, kasian,"  terang Maemunah. Ia merasa iba akan musibah yang menimpa keluarga Aji.

"Benar juga, kasian Nining cantik-cantik jadi seperti itu."

Obrolan tentang Nining masih terus berlanjut. Mereka tak henti membicarakan topik tersebut. Pun juga Darsih. Mungkin hanya dia yang tertawa puas dengan kejadian yang menimpa Nining.

Syukurin! gumam Darsih, melihat Nining menjadi orbrola semua orang.

                                          ***Kbm***

Galih yang baru saja bergabung dengan teman-temannya di tempat tonkrongannya langsung disambut dengan kabar tak sedap tentang Nining.

"Ada apa?" tanya Galih ketika mendengar nama Nining disebut beberapa kali oleh teman-temannya.

"Kamu nggak tahu? Tadi pagi desa ini heboh, karena Nining keluar rumah nggak pakai ba-ju. Sudah begitu ia mengejar-ngejar cowok yang lewat di jalan," terang Genta membuat Galih tercengang.

"Itu nggak mungkin!" tampik Galih.

"Beneran, lihat ini." Genta memperlihatkan rekaman vidio amatir yang ada di WA nya kepada Galih.

"I-ini, nggak mungkin!" Galih masih tidak bisa percaya. Ia pun menghapus rekaman vidio tersebut. "Siapa saja yang merekam Nining?!" tanya Galih membuat Genta seketika menunduk dan melempar pandang ke arah lain. 

"Kamu nggak usah marah, Gal. Semua orang merekam kejadian tersebut. Kamu tahu sendiri bagaimana wajah seseorang ketika sudah dikuasai oleh HP. Mereka tak akan segan merekam dan meneyebarkan aib seseorang," sahut Raga. Dia adalah sahabat Galih, kebetulan ia tadi juga menyaksikan langsung saat Nining berlarian di jalan. Dia juga sempat marah saat semua orang justru mengambil vidio Nining tanpa berniat menolongnya. Raga lantas mencari Aji di  tempat kerjanya memberitahu tentang Nining. 

"Benar."

Galih yang sedari tadi belum sempat melihat HP nya pun langsung merogoh saku celananya. Di story WA teman-temannya sudah penuh dengan vidio Nining dengan berbagai versi,  bahkan ada yang tega dengan sengaja me--zoom bagian sen-si-tif nya sehingga membuat darah Galih mendidih. Galih menatap wajah teman-temannya satu persatu sebelum akhirnya pulang ke rumah. Meninggalkan tempat tongkrongan mereka.

Seketika itu juga Galih gegas pulang ke rumahnya mengambil kunci motor, berniat pergi ke rumah Nining untuk mencari tahu.

"Mau kemana kamu, Gal?" tanya Darsih ketika melihat Galih sudah berpakaian rapi.

"Mau ke rumah Nining, Mbak. Aku mau tahu bagaimana keadaan Nining," kata Galih sembari menggunakan jaketnya.

"Buat apa?!" potong Darsih, "Ingat Gal, kamu sudah ditolak oleh Nining, mungkin itu adalah balasan  yang pantas buat dia karena sudah sok cantik. Kalau udah gila seperti itu, siapa yang mau sama dia! Terbukti kan, siapa yang  bakal menyesal akhirnya!"

"Kenapa Mbak Darsih bilang seperti itu? Mbak Darsih bukan dalang di balik semua ini kan?" tuduh Galih.

                             ***Bersambung***

Related chapters

  • SANTET    BAB 3

    SANTET CE LA NA DALAM 3 PINDAHKAN JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM! ***Nana Shamsy***Bukan Darsih jahat. Memang ada sedikit trauma dalam dirinya sehingga membuat hatinya menjadi begitu keras. Darsih pernah mengalami penolakan yang begitu menyakitkan sehingga dirinya memutuskan untuk tidak menikah. Darsih hanya tak ingin Galih mengalami hal yang sama, oleh sebab itu Darsih berusaha keras untuk mengubah nasib keluarganya hingga tak memiliki waktu untuk istirahat. Darsih berjualan gorengan mulai dari pukul empat sore sampai larut malam. Ibunya sudah tiada, sedangkan Bapaknya hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur karena penyakit liver yang di deritanya dua tahun terakhir ini. ***KBM***"Nduk, ayo makan." Sumini membawa sepiring nasi, ia duduk di tepi ranjang Nining. Kerung mata Nining mulai menghitam, wajah ayunya berubah menjadi kusut, rambut panjangnya pun awut-awutan. Sumin

    Last Updated : 2023-12-01
  • SANTET    BAB 4

    SANTET CE LA NA DALAM 4 PINDAHKAN JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM! ***Nana Shamsy***Aji tertegun mendengar kata-kata Galih. Ia pun jatuh lemas ambruk ke tanah. "Mas!" Yasmin langsung berhambur memeluknya dengan erat, mereka berdua menangis di halaman rumah disaksikan oleh berpuluh mata. "Mas, kendalikan emosimu, jangan main hakim sendiri. Kalau terjadi apa-apa denganmu, bagaimana nasibku dan anak yanh ada dalam kandunganku ini, Mas? Aku tahu Mas Aji sedih, aku jugaa sedih. Nining bukan hanya adik iparku, tetapi ia sudah kuanggab sebagai adik kandungku sendiri. Apa yang Mas rasakan juga aku rasakan, Mas." Yasmin masih mengomel, ia benci dengan keadaan yang harus mereka hadapi. "Maaf." Hanya itu kata yang mampu keluar dari mulut Aji. Semua orang pun diam, membiarkan mereka meluapkan isi hatinya, setelah keduanya tenang, barulah Sumi mengajak Aji dan yasmin masuk. Kemudian mewakili Aji meminta maaf kepada semua ora

    Last Updated : 2023-12-01
  • SANTET    BAB 5

    SANTET CE_LA_NA DALAM 5PINDAHKAN JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM! ***NANA SHAMSY***"Ning!" Aji menampik tangan Nining sehingga garbu yang ia pegang terlepas jatuh ke lantai. Namun, cecak itu sudah berada di mulut Nining. Saat ia mengunyahnya perlahan, cecak itu mengeluarkan cicit suara, kaki dan ekornya bergerak memberontak. Dengan lidahnya Nining memasukkan cecak itu ke dalam mulut.Yasmin membekap mulutnya, ia tak percaya akan apa yang dilihatnya. Seketika perut Yasmin terasa seperti diaduk-aduk., Ia bangkit dengan cepat, lalu berlari ke kamar mandi. Semua makanan dalam perutnya keluar seketika karena melihat Nining memakan cecak. Aji tak kalah kaget. Matanya melotot tajam ke arah Nining. Namun, Nining malah tertawa cekikikan. Aji berlari menyusul Yasmin ke kamar mandi, ia memijat tengkuk lehernya. "Dek, kamu nggak papa?" "Nggak papa, Mas. Aku hanya mual. Kamu jagain Nining saja," tutur Yasmin."Tapi-" "Sana Mas

    Last Updated : 2023-12-01
  • SANTET    Bab 6

    SANTET CE LA NA DALAM 6 PINDAHKAH JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM! ***Nana Shamsy***"Mak, aku bawa Kuyang!" teriak Raga. Mak Lidya pun tergopoh ke belakang. Di dapur Nining duduk dengan anteng. Wajahnya sudah bersih, tetapi bajunya penuh dengan darah. "Nining," pekiknya. "Iya, Mak. Ternyata yang Mak lihat tadi itu Nining. Mak, janji ya, jangan bilang sama siapa-siapa kalau Nining sudah makan ayam-ayam Emak." "Apa?" "Iya, Mak. Ayam-ayam Emak dimakan habis oleh Nining. Kalau orang-orang sampai tahu, aku takut Nining akan semakin menjadi bahan gunjingan," kata Raga. "Benar sekali, Emak setuju dengan kamu. Ya, sudah, Nining biar Emak yang urus, kamu urus bangkai ayam di belakang. Setelah itu kita kembalikan Nining ke rumahnya." Lidya memandikan Nining, menyisir rambutnya, memakaian baju bekasnya sewaktu ia masih kurus. Ya, Mak Lidya juga pernah kurus sebelum akhirnya ia mengembang sempurna. Raga sibuk mengumpulkan p

    Last Updated : 2023-12-06
  • SANTET    BAB 7

    SANTET CELANA DALAM 7Sekitar sepuluh menit kemudian, Bu Sundari--istri dari Mbah Harjo datang. Penampilannya sedikit berbeda dengan Mbah Harjo, wanita itu tampak angun meski dengan pakaian sederhananya. Ia melempar senyum kepada tamu suaminya."Maaf, sudah lama?" sapanya sambil menyalami Aji dan keluarganya."Baru saja," jawab Sumi."Bapak?" tanya Sundari menanyakan keberadaan suaminya. "Di belakang, sedang meruwat keponakan saya," jawab Sumi lagi. "Oh, saya buatkan minum dulu," ujarnya. "Ndak usah repot-repot, Bu," kata Sumini. "Ndak repot, kok. Sudah selayaknya saya menjamu tamu," jawabnya dengan senyum ramah. "Maaf, Bu. Boleh numpang ke belakang?" tanya Ita. "Boleh, silakan." Sundari pun mengajaknya ke belakang, "Itu lurus saja, lalu belok kiri paling ujung," tukasnya memberi petunjuk. "Terima kasih, Bu," kata Ita sambil pura-pura memegangi perutnya. Rumah Mbah Harjo memang cukup besar, meski tergolong bangunan lama dengan ukuran jendela dan pintu yang cukup besar dan

    Last Updated : 2023-12-06
  • SANTET    Bab 8

    SANTET CELANA DALAM 8 "Ta, kamu nggak papa?" tanya Erna kawatir, sedangkan Galih masih tertegun melihat lelaki Gila itu pergi."Gal." Raga menyentuh pundak Galih yang terdiam bak orang ketempelan. "Aku nggak papa, aku hanya heran, bagaimana lelaki itu bisa tahu kalau air yang kubawa tadi adalah air yang sudah aku ruqyah sebelumnya," terang Galih. "Jadi, beneran air itu mengandung doa?" tanya Raga. Galih mengangguk. "Kalian ini kok, malah gobrol berdua, tolongin Ita donk!" gerutu Erna yang sedari tadi membantu Ita mengeringkan wajahnya dengan tisu. Tak lama kemudian karyawan cafe memberikan handuk kecil kepada Ita, mereka juga merapikan meja dan kursi yang berantakan. Suasana pun kembali tenang. "Ta, sebaiknya kamu pulang duluan, kamu bisa masuk angin kerena bajumu basah. Aku akan mengantarmu," saran Galih. "Iya bener, besok kita ketemuan di sini lagi," kata Erna. "Baiklah," jawab Ita singkat. Ita dan Galih pun pulang bersama. ***Pagi harinya Galih menemui Ita di rumahnya,

    Last Updated : 2023-12-06
  • SANTET    Bab 9

    SANTET CE LA NA DALAM 9"Masih jauh, Ga?" tanya Galih kerena sudah tak sabar ingin bertemu dengan keluarga Ambar. Gadis yang katanya menjadi korban Mbah Harjo. Lima tahun silam. "Nggak, tuh, udah kelihatan atap rumahnya yang gentengnya berwarna merah itu," tunjuk Raga. "Oh." Mereka masih harus melewati area persawanan. Meskipun begitu deretan rumah penduduk sudah kelihatan. Akhirnya Raga dan Galih sampai juga di depan rumah Ambar. Namun, keadaan rumahnya begitu sepi. "Semoga mereka ada di rumah," gumam Galih. Setelah memarkirkan motornya di samping rumah tersebut. Galih merapikan bajunya, kemudian mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengetuk pintu ber-cat cokelat tersebut.Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum." Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam," sahut seseorang dari dalam. Galih pun menunggu sampai pintu rumah itu terbuka."Ya, mau cari siapa, ya?" tanya wanita berkerudung navy tersebut."Maaf, apa benar ini rumah Ambarwati?" tanya Galih.Wajah Lidra

    Last Updated : 2023-12-06
  • SANTET    Bab 10

    SANTET CELANA DALAM 10 "Aku nggak menyangka kalau nasib Ambar setragis itu. Tapi, kenapa dia bunuh diri?" Galih mencoba menelaah cerita Lidra."Hanya Ambar yang bisa menjawab, kenapa dia sampai nekad bunuh diri. Hari ini kita menginap di rumah Mas Rendra saja. Aku capek banget, besok baru kita pergi ke rumah Ustad Ilham, bagaimana?" Raga meminta pendapat pada Galih. "Boleh, aku juga capek. Kita cari makan dulu warung depan itu sepertinya ramai," tunjuk Galih. Mereka pun memutuskan untuk mampir ke warung tersebut. Perut mereka sudah keroncongan sejak tadi. Baru saja makanan Galih datang, ia melihat lelaki tua yang kemarin mengguyur Ita di cafe. Galih pun tak jadi makan, ia membawa piringnya lalu menghampiri lelaki gila itu yang sedang duduk sendirian di seberang jalan."Gal, mau kemana?" panggil Raga."Sebentar," jawabnya. Galih menengok ke kiri dan ke kanan sebelum menyeberang jalan. "Pak," panggil Galih, lelaki gila itu sama sekali tak menyahuti. Lelaki gila itu sedang men

    Last Updated : 2023-12-06

Latest chapter

  • SANTET    Bab 48

    SANTET CELANA DALAM 48Di dalam mobil, Nining tak henti berdoa agar Galih baik-baik saja. "Tenang Ning. Galih pasti akan baik-baik saja," kata Erna. "Mbak Darsih juga tenang, ya. Sebaiknya kita semua berdoa untuk Galih," ujar Erna lagi. Meski ia juga sangat kawatir akan keadaan Galih, tetapi Erna tetap berusaha tenang.Keluarga Ustad Ilham pun turut serta di belakang mobil Arkan. Sesampainya di rumah sakit, Galih langsung dilarikan ke ruang UGD. Mereka semua menunggu di luar dengan perasaan cemas. Aji sejak tadi mondar-mandir berjalan ke kiri dan ke kanan.Yasmin terus berusaha menenangkan Darsih. Sementara itu, Erna dan Nazwa mengapit Nining yang terus menangis sejak tadi.Begitu pintu ruang UGD dibuka. Darsih segera bangkit dan berlari menghampiri Sang Dokter. "Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" "Adik Anda baik-baik saja, tapi ia mengalami luka bakar yang cukup serius. Kemungkinan besar separuh wajah adik Anda akan rusak akibat luka bakar tersebut. Ini saja yang bisa kami sampai

  • SANTET    Bab 47

    Santet Celana dalam 47"Galih?" "Iya," tegas Erna."Kamu jangan bercanda Er. Ini tidak mungkin." "Kalau tidak percaya, kamu bisa lihat sendiri," tentang Erna. Nining pun bangkit dari duduknya. Ia berjalan cepat dan mengintip ke arah ruang tamu. Terlihat Galih duduk di depan Pak Penghulu. Ia menjawab pertanyaan dari Abbah Udin dengan tenang. Namun, tiba-tiba tatapan mata mereka bertemu. "Dia sangat cantik, dia baik, dia tabah menghadapi takdir hidupnya yang pahit. Dia wanita paling kuat dan sederhana yang pernah ku kenal, Bah." "Galih ...." ucap Nining lirih. Di sebelahnya Arkan duduk dengan santainya sambil tersenyum ke arah Nining."Arkan." "Arkan tak mau mengambil kebahagianmu, Ning." Yasmin tiba-tiba muncul di belakang Nining memegang pundak kirinya.."Bagaimana ini bisa terjadi?" "Aku memberitahukan semuanya kepada Bu Aya dan Pak Ismu. Aku memang berjanji tak akan memberitahukan perihal kesalahpahaman itu kepada Galih dan Arkan, tapi aku nggak berjanji untuk diam kepada ke

  • SANTET    Bab 46

    SANTET CELANA DALAM 46"Mas. Kita harus bicara," kata Yasmin setelah keluarga Arkan pergi dan Budenya pulang. "Mbak Yas, sudah nggak papa," ucap Nining. Ia menarik lengan tangan kakaknya mengiba. "Ning.""Mbak Yas, sudahlah." "Ada apa?" tanya Aji tak mengerti melihat sikap adik dan istrinya. Yasmin melihat ke arah luar. Mobil Arkan sudah melaju pergi. "Mas, sebenarnya apa yang terjadi. Mas bilang sudah mendengar semua percakapanku dengan Nining. Kenapa Mas bisa salah begini?" protes Yasmin."Salah? Apanya yang salah?""Nining memilih Galih, bukan Arkan." Akhirnya Yasmin mengatakannya juga. Nining memejamkan matanya mencoba mengambil napas dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan. Nining takut akan terjadi masalah besar. "Bukankah kamu bilang kalau Arkan pasti akan senang dengan keputusan Nining. Dia sudah lama menunggu jawaban ini dari Nining?" ungkap Aji. "Iya, memang benar Arkan sudah menunggu lama jawaban dari Nining. Tapi apa Mas tahu apa jawaban Nining?!" "Arkan, kan?" "B

  • SANTET    Bab 45

    SANTET CELANA DALAM PART 45"Galih." "Galih?" "Iya, Galih. Menurutku ... dia yang lebih pantas menjadi ayahnya Gilang. Galih tanpa pamrih menjagaku selama ini meskipun aku pernah menolaknya. Ia juga tak pernah memaksakan kehendaknya padaku. Aku rasa, tak ada kata yang bisa kuungkapkan untuk mengambarkan bagaimana kebaikan Galih dan selain itu juga aku punya alasan lain." Nining pun tertunduk malu. "Apa itu?" "Kurasa ... aku mencintai Galih, Mbak," ucap Nining kemudian. Yasmin pun tersenyum, kemudian memeluk adik iparnya itu dengan gemas. "Mbak Bahagia banget mendengar keputusanmu ini, Ning. Aku yakin kamu akan bahagia bersamanya." "Benarkah, Mbak?" "Ya, Arkan pasti akan senang dengan keputusanmu ini. Mbak bahagia akhirnya kamu mau menikah juga. Dia sudah tak sabar menunggu jawaban darimu," ucap Yasmin. Di saat itulah secara tak sengaja Aji mendengar ucapan Yasmin ketika hendak kembali ke belakang usai mengambil dedak di samping rumah untuk campuran minum ternak kambing merek

  • SANTET    Bab 44

    SANTET CELANA DALAM PART 44Nining dirujuk ke rumah sakit bersama dengan bayinya. Hari bahagia itu seketika menjadi petaka. Entah apa yang terjadi mereka belum tahu pasti. Yang jelas detak jantung Nining semakin lemah. Sudah hampir satu jam Nining berada di dalam ruangan UGD. Yasmin menggendong putra Nining yang bahkan belum memiliki nama. Mereka semua menunggu kabar dari dokter dengan cemas. Begitu pintu dibuka. Aji langsung menghampiri Sang Dokter."Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" "Maaf, kami sudah berusaha." "Apa?! Apa maksud dokter dengan meminta maaf?" bentak Aji."Pasien sudah tiada, kami sudah melakukan segala upaya, tapi Tuhan berkehendak lain." Bagai disambar petir. Aji terpaku di depan ruang UGD. Ia berjalan pelan menuju pintu, lalu melonggok ke dalam. Kain putih sudah menutupi seluruh tubuh Nining. Yasmin membekab mulutnya. Ia menangis tanpa suara. Bayi yang ada dalam gendongannya pun menangis, seakan ia ikut merasakan apa yang terjadi. Betapa malang nasibnya, ia

  • SANTET    Bab 43

    SANTET CELANA DALAM PART 43Tak mendapatkan jawaban yang pasti dari Nining, Arkan pun tak ingin memaksanya. Dari tempat Dokter, Nining diajak Arkan ke baby shop. Begitu masuk, mereka disuguhkan berbagai macam keperluan bayi.. Mulai dari baju, sepatu, sampai acsesoris. Nining berjalan ke deratan baju-baju bayi bermotif otomotif, lalu mengambil setelan baju anak bergambar pesawat terbang berwarna biru. "Lucu, ya?" tanyanya pada Arkan."Ya." Nining pun memasukannya ke dalam keranjang belanja. Pertama satu, hingga tanpa sadar keranjang belanja itu mulai penuh. "Ini bagus, ya?" "Iya," jawab Arkan. Ia terus memandangi Nining dan buru-buru memalingkan wajah ketika Nining memandangnya. Seperti pasangan suami istri, Arkan dengan sabar menemaninya. Sepatu-sepatu lucu turut masuk ke dalam keranjang, topi, kaos kaki, sampai mainan. "Total semuanya empat juta tiga ratus enam puluh dua, Mas," kata Mbak Kasir. "Hah, yang benar? Coba hitung lagi, Mbak. Siapa tahu salah," ucap Nining kaget

  • SANTET    Bab 42

    SANTET CELALAN DALAM PART 42 "Om, Galih. Tolongin donk." Seoarang Gadis kecil tiba-tiba datang dan meminta bantuan kepada Galih meniup sebuah balon untuknya. Ia menyodorkan balon berwarna merah kepada Galih. "Sini." Galih mengambil balon tersebut kemudian meniupnya. Tak lama kemudian teman si gadis kecil itu datang. Tiba-tiba saja Galih dan Nining sudah di kerumuni oleh mereka yang meminta bantuan untuk meniup balon."Bu Nining, kenapa tidak mengajar ngaji lagi? Kan, Bu Nining sudah sembuh?" tanya Fredi salah satu murid mengaji Nining. "Nanti ya. Nanti Bu Nining pasti akan mengajar kembali. Fredi udah sampai mana ngajinya?" tanya Nining ramah."Aku sudah iqro lima, Bu." "Wah, hebat donk." "Nanti Bu Nining mengajar lagi ya? Kami kangen," kata Fredi kemudian. "Iya, nanti Bu Nining mengajar lagi." "Bu Nining nggak akan lari-larian di jalan tanpa pakai baju lagi, kan? Itu kan, aurat, Bu?" tanya fredi dengan polosnya. "Iya, benar. Itu kan nggak boleh, Bu," sahut Kanaya."Eh, kata a

  • SANTET    Bab 41

    SANTET CELANA DALAM PART 41"Ini." Galih melepas cincin pernikahannya dan memberikannya kepada Arkan. "Aku kembalikan Nining padamu dalam keadaan utuh. Tolong kamu jaga dia baik-baik karena dia sudah banyak menderita." "Aku pasti akan menjaganya," janji Arkan."Aku percaya padamu, semoga kalian berdua bahagia." "Terima kasih," jawab Arkan. Mereka berdua pun berpelukan. Meski berat rasanya harus melepas Nining untuk Arkan, tetapi itu tak mengapa. Galih hanya ingin melihat Nining bahagia hidup dengan lelaki pilihan hatinya. "Bisakah aku bicara empat mata dengan Nining," tanya Arkan sopan. "Silakan, tapi apa tidak sebaiknya kamu ajak Nining pulang saja. Akan lebih baik kalau kalian gobrol di rumah Mas Aji. Di sana kalian akan bisa bicara lebih santai dan tenang," kata Galih memberi ide. "Benar juga," jawab Arkan. Kurang sopan rasanya kalau ia harus membahas tentang masa depannya bersama Nining di rumah Galih. "Kalau begitu, aku izin mengajak Nining pulang. Ning, ayo," ajak Arkan.

  • SANTET    Bab 40

    SANTET CELANA DALAM PART 40 Kokok ayam jago menandakan hari sudah pagi. Galih mengerjabkan matanya, sesekali ia menguap karena kantuk. Dengan baju yang masih basah ia segera pulang. Seperti biasa, meski masih pagi buta lampu dapur rumahnya sudah menyala. Darsih pasti sudah ke pasar menjajakan dagangannya. Galih mengambil kunci yang tergantung di sudut belakang rumahnya. Ia dan kakaknya biasa menaruh kunci di sana. Galih masuk, kemudian segera mandi. Usai mandi, Galih langsung menuju ke kamarnya karena rasa ngantuk yang sudah tak bisa ia tahan. Hampir semalaman ia tidak tidur. Ia menjatuhkan diri di kasurnya, dalam sekejap saja ia sudah tertidur lelap dengan rambut yang masih basah. ***Di rumah Aji. Nining sudah bangun mendahului Yasmin. Ia memasak masakan kesukaan Aji, kebetulan stok bahan makanan itu ada di kulkas. "Dek, kamu mencium sesuatu nggak?" bisik Aji pagi itu. "Iya, sedep banget. Kayaknya dari dapur Mas," jawab Yasmin. Mereka berdua lantas turun dari tempat tidur.

DMCA.com Protection Status