SANTET CE_LA_NA DALAM 5
PINDAHKAN JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM! ***NANA SHAMSY***"Ning!" Aji menampik tangan Nining sehingga garbu yang ia pegang terlepas jatuh ke lantai. Namun, cecak itu sudah berada di mulut Nining. Saat ia mengunyahnya perlahan, cecak itu mengeluarkan cicit suara, kaki dan ekornya bergerak memberontak. Dengan lidahnya Nining memasukkan cecak itu ke dalam mulut.Yasmin membekap mulutnya, ia tak percaya akan apa yang dilihatnya. Seketika perut Yasmin terasa seperti diaduk-aduk., Ia bangkit dengan cepat, lalu berlari ke kamar mandi. Semua makanan dalam perutnya keluar seketika karena melihat Nining memakan cecak.Aji tak kalah kaget. Matanya melotot tajam ke arah Nining. Namun, Nining malah tertawa cekikikan. Aji berlari menyusul Yasmin ke kamar mandi, ia memijat tengkuk lehernya."Dek, kamu nggak papa?""Nggak papa, Mas. Aku hanya mual. Kamu jagain Nining saja," tutur Yasmin."Tapi-""Sana Mas!" tekan Yasmin.Saat Aji kembali, Nining sudah tidak berada di dapur. Pintu dapur yang terbuka membuat Aji yakin kalau Nining keluar lewat sana."Ning, Nining!" teriak Aji. Ia mencari Nining di kebun belakang rumahnya dengan menggunakan senter. Deru napas Aji saling berkejaran, ia takut Nining kembali berbuat bodoh.Krasak! Krasak!Aji menajamkan pendengarannya. menyorot ke semua arah."Ning!" teriaknya.Setelah hampir setengah jam mencari dan Nining belum diketemukan juga, terpaksa Aji meminta bantuan kepada para tetangga. Aji mengadu kepada Pak RT."Tolong bantu saya, Pak. Nining kabur.""Baiklah, ayo kita ke pos kampling." Gegas Aji dan Pak RT menuju ke pos kampling kemudian membunyikan kentongan, tak butuh waktu lama, warga pun berkumpul di pos kampling."Ada apa Pak RT?" tanya lelaki berbadan kurus."Begini, saya mendapat laporan dari Mas Aji, kalau adiknya kabur ke arah belakang rumah. Mas Aji sudah berusaha mencarinya, tetapi belum ketemu juga. Jadi, Mas Aji meminta bantuan untuk mencari Nining. Besar kemungkinan Nining pergi ke area kebun tebu belakang. Jadi, mari kita bantu Mas Aji, kita sisir area sawah dan kebun tebu," jelas Pak RT. Semua warga pun mengangguk mengerti, dengan cepat mereka melaksanakan perintah dari Pak RT."Ning! Nining!" Semua warga mulai mencari Nining. Kebun yang tadinya gelap menjadi berkelap-kelip karena sorot lampu senter. Beberapa tetangga yang tengah mencari belut pun ikut serta mencari Nining.Sementara itu di rumah Yasmin hanya bisa berdoa semoga adiknya segera diketemukan."Bagaimana Nining bisa kabur?" tanya Bude Sumi."Tadi aku di kamar mandi dengan Mas Aji, karena perutku mual, saat kembali ke dapur, Nining sudah pergi lewat pintu belakang Bude," terang Yasmin. Bude Sumi meremas jari tangannya, dalam hati wanita paruh baya itu tak lepas dari doa."Bukannya tadi sore Nining sudah baik-baik saja?""Iya, Bude. Bude lihat sendiri Nining tadi sudah membersihkan halaman, salat magrib, kemudian kami makan. Nah, di situlah awalnya Bude. Ada seekor cecak jatuh di meja dan Nining langsung memakannya.""Apa?!""Iya, Bude.""Innalilahi wainna ilaihi rojiun." ***Kbm***"Kuyaaaang!" teriak Lidya kencang.Gedebuk!Wanita bulat itu kemudian pingsan. Raga segera berlari kebelakang rumah menyusul ibunya karena mendengar teriakannya."Mak, ya elah Mak. Ngapain pakek pingsan di kandang ayam segala sih, mana Emak kayak ayam kalkun lagi, kan aku ndak kuat buat gendong masuk dalam kandang, eh, rumah. Bapak masih belom pulang dari warung lagi. Nyusahin bener dah Emak.""Mak, bangun Mak." Raga menepuk-nepuk pipi emaknya yang seperti bakpao. Tak lama kemudian wanita itu pun terbangun."Emak pingsan, Ga. Masa disuruh bangun. Gendong, angkat.""Pingsannya lanjut di dalam aja," gerutu Raga. "Buruan bangun, Mak." Raga membantu emaknya berdiri. Kemudian membantunya membersihkan bajunya yang kotor terkena tanah."Mak ngapain pingsan, kurang darah? Lagian malam-malam gini Emak ngapain dach, kebelakang rumah segala," protes Raga."Ssssttt. Tadi Emak denger suara berisik dari belakang. Ayam-ayam Emak pada ribut. Emak curiga ada maling ayam. Mangkanya Emak mau cari tahu, eh malah ketemu kunyang. Mangkanya Emak pingsan.""Mak, kuyang itu adanya di Kalimantan, di sini mana ada kunyang. Ngada-ngada aja, Mak.""Beneran, Ga. Rambutnya panjang, matanya merah, dia pakai baju gamis warna coksu, ada rendanya. Dia lagi makan ayamnya Emak, Ga.""Nah, nah, mana ada kuyang pakai gamis. Lagian kuyang itu makan wanita hamil, harusnya Emak yang di mangsa," kata Raga sambil menunjuk perut emaknya.Plak!Mak Lidya mengaplok kepala anaknya yang katanya paling tampan itu.Tok! Tok! Tok! Tok!Tiba-tiba Raga mendengar bunyi kentongan yang dipukul tanpa henti."Ada apa, ya?" tanya Raga. "Raga ke pos kampling dulu, ya, Mak," pamitnya. Lebih tepatnya kabur.Setelah dari Pos Kampling Raga tahu kalau Nining telah kabur. Ia bersama yang lainnya pun turut mencari Nining menyisir area sawah.Hingga larut malam mereka tidak juga menemukan Nining. Tiba-tiba Raga ingat selepas isya' tadi emaknya sempat pingsan karena melihat kuyang."Jangan-jangan ...."Raga pun langsung bergegas pulang."Eh, Ga, mau kemana?" teriak Bambang."Aku mau pulang dulu, kebelet!" ucapnya.Begitu sampai di rumahnya, Raga langsung menuju ke belakang menuju ke kandang ayam.Raga menelan ludah dengan susah payah. Ia melihat jeroan ayamnya berceceran di tanah. Kepala ayam yang terputus dan di buang begitu saja setelah dikoyak secara paksa. Seperti bekas dimakan tikus. Bangkai ayam yang tak utuh itu berserakan.Raga mengambilnya, "Ini bangkai baru." Raga mengedarkan pandangan ke seluruh kebun belakang rumahnya. Tiba-tiba matanya tertuju ke pojok belakang rumahnya. Raga melihat seseorang tengah duduk dengan posisi berjongkok. Kepalanya bergoyang-goyang, rambutnya terurai menutupi punggungnya."Jangan-jangan Emak tadi melihat Nining, tapi disangkanya kuyang.""Ning," panggil Raga pelan. Ia semakin mendekati wanita tersebut."Ning, itu kamu?" Raga menahan napas, ia membasahi bibirnya yang kering dengan lidahnya.Perlahan Raga mencoba memegang bahu wanita tersebut. Wanita itu pun membeku sesaat sebelum menoleh pelan."Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad." Raga terperanjat kaget mendapati Nining tengah mengigit si Jalu. Ayam kesayangan Raga. Darah segar meleleh dari sela-sela gigi Nining. Beberapa bulu ayam tersangkut pula di giginya. Hampir saja Raga memuntahkan isi perutnya saat Nining nyaris mengigit bagian tembelek Jalu."Tunggu!" kata Raga. Ia segera merebut ayam yang hampir habis bagian perutnya tersebut lalu melemparnya ke tanah. Ia mengusap mulut Nining dengan gamisnya. Membersihkan tangannya juga. Kemudian Raga memegang tangan Nining. Menggeretnya masuk ke dalam rumah sambil mengerutu."Kamu ngapain sih, Ning. Cosplay jadi jaranan segala." ***Bersambung***SANTET CE LA NA DALAM 6 PINDAHKAH JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM! ***Nana Shamsy***"Mak, aku bawa Kuyang!" teriak Raga. Mak Lidya pun tergopoh ke belakang. Di dapur Nining duduk dengan anteng. Wajahnya sudah bersih, tetapi bajunya penuh dengan darah. "Nining," pekiknya. "Iya, Mak. Ternyata yang Mak lihat tadi itu Nining. Mak, janji ya, jangan bilang sama siapa-siapa kalau Nining sudah makan ayam-ayam Emak." "Apa?" "Iya, Mak. Ayam-ayam Emak dimakan habis oleh Nining. Kalau orang-orang sampai tahu, aku takut Nining akan semakin menjadi bahan gunjingan," kata Raga. "Benar sekali, Emak setuju dengan kamu. Ya, sudah, Nining biar Emak yang urus, kamu urus bangkai ayam di belakang. Setelah itu kita kembalikan Nining ke rumahnya." Lidya memandikan Nining, menyisir rambutnya, memakaian baju bekasnya sewaktu ia masih kurus. Ya, Mak Lidya juga pernah kurus sebelum akhirnya ia mengembang sempurna. Raga sibuk mengumpulkan p
SANTET CELANA DALAM 7Sekitar sepuluh menit kemudian, Bu Sundari--istri dari Mbah Harjo datang. Penampilannya sedikit berbeda dengan Mbah Harjo, wanita itu tampak angun meski dengan pakaian sederhananya. Ia melempar senyum kepada tamu suaminya."Maaf, sudah lama?" sapanya sambil menyalami Aji dan keluarganya."Baru saja," jawab Sumi."Bapak?" tanya Sundari menanyakan keberadaan suaminya. "Di belakang, sedang meruwat keponakan saya," jawab Sumi lagi. "Oh, saya buatkan minum dulu," ujarnya. "Ndak usah repot-repot, Bu," kata Sumini. "Ndak repot, kok. Sudah selayaknya saya menjamu tamu," jawabnya dengan senyum ramah. "Maaf, Bu. Boleh numpang ke belakang?" tanya Ita. "Boleh, silakan." Sundari pun mengajaknya ke belakang, "Itu lurus saja, lalu belok kiri paling ujung," tukasnya memberi petunjuk. "Terima kasih, Bu," kata Ita sambil pura-pura memegangi perutnya. Rumah Mbah Harjo memang cukup besar, meski tergolong bangunan lama dengan ukuran jendela dan pintu yang cukup besar dan
SANTET CELANA DALAM 8 "Ta, kamu nggak papa?" tanya Erna kawatir, sedangkan Galih masih tertegun melihat lelaki Gila itu pergi."Gal." Raga menyentuh pundak Galih yang terdiam bak orang ketempelan. "Aku nggak papa, aku hanya heran, bagaimana lelaki itu bisa tahu kalau air yang kubawa tadi adalah air yang sudah aku ruqyah sebelumnya," terang Galih. "Jadi, beneran air itu mengandung doa?" tanya Raga. Galih mengangguk. "Kalian ini kok, malah gobrol berdua, tolongin Ita donk!" gerutu Erna yang sedari tadi membantu Ita mengeringkan wajahnya dengan tisu. Tak lama kemudian karyawan cafe memberikan handuk kecil kepada Ita, mereka juga merapikan meja dan kursi yang berantakan. Suasana pun kembali tenang. "Ta, sebaiknya kamu pulang duluan, kamu bisa masuk angin kerena bajumu basah. Aku akan mengantarmu," saran Galih. "Iya bener, besok kita ketemuan di sini lagi," kata Erna. "Baiklah," jawab Ita singkat. Ita dan Galih pun pulang bersama. ***Pagi harinya Galih menemui Ita di rumahnya,
SANTET CE LA NA DALAM 9"Masih jauh, Ga?" tanya Galih kerena sudah tak sabar ingin bertemu dengan keluarga Ambar. Gadis yang katanya menjadi korban Mbah Harjo. Lima tahun silam. "Nggak, tuh, udah kelihatan atap rumahnya yang gentengnya berwarna merah itu," tunjuk Raga. "Oh." Mereka masih harus melewati area persawanan. Meskipun begitu deretan rumah penduduk sudah kelihatan. Akhirnya Raga dan Galih sampai juga di depan rumah Ambar. Namun, keadaan rumahnya begitu sepi. "Semoga mereka ada di rumah," gumam Galih. Setelah memarkirkan motornya di samping rumah tersebut. Galih merapikan bajunya, kemudian mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengetuk pintu ber-cat cokelat tersebut.Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum." Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam," sahut seseorang dari dalam. Galih pun menunggu sampai pintu rumah itu terbuka."Ya, mau cari siapa, ya?" tanya wanita berkerudung navy tersebut."Maaf, apa benar ini rumah Ambarwati?" tanya Galih.Wajah Lidra
SANTET CELANA DALAM 10 "Aku nggak menyangka kalau nasib Ambar setragis itu. Tapi, kenapa dia bunuh diri?" Galih mencoba menelaah cerita Lidra."Hanya Ambar yang bisa menjawab, kenapa dia sampai nekad bunuh diri. Hari ini kita menginap di rumah Mas Rendra saja. Aku capek banget, besok baru kita pergi ke rumah Ustad Ilham, bagaimana?" Raga meminta pendapat pada Galih. "Boleh, aku juga capek. Kita cari makan dulu warung depan itu sepertinya ramai," tunjuk Galih. Mereka pun memutuskan untuk mampir ke warung tersebut. Perut mereka sudah keroncongan sejak tadi. Baru saja makanan Galih datang, ia melihat lelaki tua yang kemarin mengguyur Ita di cafe. Galih pun tak jadi makan, ia membawa piringnya lalu menghampiri lelaki gila itu yang sedang duduk sendirian di seberang jalan."Gal, mau kemana?" panggil Raga."Sebentar," jawabnya. Galih menengok ke kiri dan ke kanan sebelum menyeberang jalan. "Pak," panggil Galih, lelaki gila itu sama sekali tak menyahuti. Lelaki gila itu sedang men
SANTET PAKAIAN DALAM 11 Tepat tengah malam, Ita duduk di kursi menghadap jendela kamar Nining. Ia menaruh meja kecil di depan jendela kamarnya, menempelkannya ke tembok. Di atasnya Ita menaruh cawan yang telah ia isi dengan air, di atas permukaan cawan itu ia taburi bunga. Lalu dengan silet Ita melukai ujung jari telunjuk dan jari tengahnya. Darah menetes ke dalam cawan. Kemudian Ita mengaduk-aduk isi cawan tersebut, sehingga air yang tadinya bening seketika berubah warna menjadi merah. Secuil kemenyan ia bakar, baunya menguar menusuk indra penciuman. Asap itu meliuk-liuk disapu angin. Setelah Itu Ita menutup matanya, menangkupkan kedua tangannya di atas kepala. Mulutnya berkomat-kamit membaca mantra yang sudah diajarkan oleh Ki Darma. Ita memanggil prewangannya. Fuh! Ita meniup kepulan asap kemenyan ke arah jendela kamar Nining. Kemudian menciprat-cipratkan air bunga tadi ke sana. Karena jendela kamar mereka yang berjarak tak lebih dari dua meter membuat Ita mudah melakukannya.
SANTET PAKAIAN DALAM 12 Pagi-pagi setelah mandi dan sarapan Galih dan Raga langsung bersiap ke rumah Ustad Ilham. "Mas, kami permisi dulu," pamit Raga."Iya, hati-hati. Salam sama Emak dan Bapak," balas Rendra."Assalamualaikum.""Waalaikum salam." Setelah berpamitan mereka pun melanjutkan perjalanan. Di jalan Galih lebih banyak melamun. Di kepalanya hanya ada Ita, ia terus saja memikirkan Ita, Ita, dan Ita."Gal, kamu kenapa? Dari tadi diem aja, kesambet?" canda Raga karena sedari tadi ia melihat Galih senyam-senyum sendiri dari spion motornya."Apaan, sih." "Serius, kamu dari tadi tak lihatin kek, orang gila. Senyum-senyum sendiri, ngapain?" tukas Raga."Nggak tahu, Ga. Aku sendiri juga bingung. Percaya nggak sejak tadi malam aku terus kepikiran Ita. Aku melihat Ita di mana-mana. Kira-kira kenapa, ya? Apa iya, aku jatuh cinta padanya?" Uhuk! Uhuk! Raga seketika tersedak. "Yang bener aja kamu?!" "Beneran Ga, suer aku nggak bohong. Aku aja binggung dengan perasaanku sendiri. A
SANTET PAKAIAN DALAM 13 "Iman manusia itu naik turun. Kadang kenceng, kadang kendur, sedih, gelisah, malas, marah." Pak Ustad menarik napas, kemudian menyenderkan punggungnya ke kursi. "Sedangkan setan adalah makhluk Allah yang paling rajin. Rajin menghasut, rajin memprovokasi manusi dan paling sabar juga, setan akan menunggu dengan sabar sampai mendapatkan titik lemahnya manusia. Di situlah Setan itu kalau sudah mendapatkan celah, lewat mana saja dia akan masuk. Tidak tanggung-tanggung dan tidak mau gagal. Dia akan menembus semua lapisan keimanan manusia agar mereka terjerumus. Siapa saja bisa terkena santet. Karena Iblis itu nggak akan berhenti sampai berhasil merusak manusia." Kali ini Ustad Ilham tampak sangat serius. "Ke dua adalah ujian. Semua orang akan mendapatkan ujian dari Allah SWT. Jamila dan Nining adalah salah satunya, mereka wanita pilihan. Dunia adalah tempatnya ujian Allah. Seorang mukmin akan biasa diuji Allah baik dengan ujian berupa kesempitan hidup, atau kela