Hari yang menjanjikan dan menyenangkan bagi Amara. Saat ia tiba di kantor dengan antusias ingin membaca semua laporan yang akan di serahkan oleh Ken dan Luck
Ken datang lebih awal dan telah menunggu nya dengan 20 map laporan
"Kalau non menginginkan laporan lebih detail dari tiap pabrik, ada ratusan laporan seperti ini diruangan saya, saya akan meminta orang untuk membantu saya memindahkan nya ke sini dan akan saya bawakan laporan operasi nya sebentar lagi." Ucap Ken meletakan tumpukan map di atas meja rapat di ruang kerja Amara lalu ia keluar dan kembali lagi membawa satu troli tumpukan laporan dan meletakan dengan hati-hati di meja rapat Amara.
Amara shock, ia terdiam melihat banyak nya laporan yang di bawa Ken karena tidak mungkin ia membaca seluruhnya dengan cepat
"Tidak mungkin aku mencari fakta-fakta yang ku butuhkan diantara tumpukan data ini," kata nya dalam hati. Amara menyadari rencana nya tidak lah efektif, ia akan menghabiskan waktu berbulan-bulan hanya untuk membaca tumpukan laporan itu. Ia hanya menyempatkan membuka beberapa data dan akhir nya menyerah. Ia duduk dan menghela napas dalam-dalam dan melihat komputer di samping meja tulis nya.
"Eva, bisakah kau kesini!" Panggil Amara
Saat Eva menghampiri nya ia bertanya "Apa anda bisa mengunakan komputer ini?"
"Tidak non, saya belum pernah mengunakan nya." Ucap Eva terkejut
"Siapa yang bisa membuka kode nya?" Tanya Amara
"Ada orang di bagian pemprosesan data yang memasang nya delapan bulan lalu. Tetapi ia sudah tidak bekerja di sini. Nanti saya cek dulu siapa yang bisa membuka kode nya." Ucap Eva
"Lalu siapa yang biasa mengunakan komputer ini selama terpasang?"
"Tidak ada. Mantan presiden yang lalu tidak suka mengunakan komputer pribadi."
"Mengapa di pasang dikantor nya, jika ia tidak menyukai nya?"
"Awal nya hanya sebagai demontrasi dan kemudian di wajibkan semua eksekutif harus memiliki satu."
"Siapa yang mengambil keputusan?"
"Bagian pengendalian komputer."
Amara menghubungi nomor Ken
"Tolong utus seseorang kemari untuk membuka kode komputer di ruangan ini, mungkin saya bisa mengambil informasi dari komputer ini." Kata Amara saat telepon nya terhubung
"Segera non. Saya senang non tertarik dengan komputer." Kata Ken
Setengah jam kemudian Ken bersama seorang pemuda tiba di ruangan Amara, asisten muda itu mencoba membuka kode di komputer itu untuk mendemontrasikan keistimewaan nya.
Amara tidak tertarik dengan penjelasan asisten muda itu. Melihat raut wajah Amara Ken mulai berucap
"Komputer ini terhubung dengan jaringan informasi perusahaan. Lewat komputer ini non bisa melihat informasi yang sama seperti laporan yang tadi saya bawa dan bisa mengakses ratusan laporan dengan cepat."
Amara tidak merasa lega dengan apa yang di dengar nya. Ia sadar bahwa laporan di meja kerja nya hanya duplikasi data yang tersimpan dalam memory komputer. Entah ia harus membaca datanya atau dalam bentuk kertas, tetap saja tetap saja tidak akan menemukan apa yang ia cari.
Sementara Amara masih berpikir , Ken melanjutkan kata-katanya. "Kami akan dengan senang hati memberikan pelayan pada non untu mengakses informasi yang tersedia dan mengajari cara mengakses data."
"Mungkin nanti saja. Masalah saya bukan tidak bisa mengakses data. Namun, saya rasa di komputer ini, saya tidak akan menemukan apa pun yang saya cari. Kalian boleh pergi." Kata Amara
Amara merasa kecewa, ia sadar bahwa rencana nya untuk menemukan penyebab masalah tidak ke sampaikan. Beberapa saat ia larut dalam pikiran nya. Terdengar ketukan dari pintunya.
"Saya bawakan laporan yang non minta." Kata nya Luck dari balik pintu
"Silahkan masuk dan duduk." Ucap Amara
Luck memandangi Amara
"Sepertinya ada yang membebani pikiran non, apa ada yang tidak beres?" Tanya Luck
"Ya, tetapi saya masih belum tau apa masalahnya?" Kata Amara kecewa
"Ijinkan saya menyampaikan ini terlebih dahulu bahwa tidak semua informasi yang non minta itu ada, telah saya kumpulkan informasi sebisa saya, ke empat map ini mungkin hanya bisa menjawab beberapa pertanyaan non kemarin. Silahkan hubungi saya lagi jika non Amara butuh bantuan saya. Saya rasa keberadaan saya saat ini disini tidak akan bisa membantu nona." Ucap Luck meletakkan keempat map yang dibawa nya dan bergegas pergi.
Setelah kepergian Luck, Amara berdiri dan mondar-mandir dalam ruangan nya. Ia pandangi tumpukan laporan serta map yang sangat banyak dalam ruangan itu, lalu ia duduk memejamkan mata nya.
Ia ingin menemukan informasi kunci, tetapi bagaimana cara nya? Ketika ia membuka mata ia melihat susunan organisasi TNcorp di yang terpajang di dinding. Namun, itu pun tak memberinya informasi, dengan menarik napas dalam Amara memutuskan kembali membaca korespondensi yang telah diterimanya. Ia tiba-tiba kembali menemukan sebuah surat yang sama dengan surat yang telah ia buang kemarin, luar biasa singkat tanpa alamat atau nomor telepon. Bunyi nya, " Yang terhormat nona Amara Daft : jangan menyerah. Saya bisa membantu Anda memecahkan masalah Anda." Tertanda, "Pemberi Informasi."
Amara ingin mengetahui lebih lanjut. "Pemberi Informasi, yang benar saja! Bagaimana orang ini bisa tau bahwa aku mempunyai masalah dan aku sudah mulai menyerah? Apa ia adalah tokoh misterius?" Kata nya dalam hati lalu ia panggil Eva untuk bertanya pada nya
Saat Eva telah berada di hadapan nya
"Eva, apa kau tau seseorang yang di sebut Pemberi Informasi?" Tanya Amara memastikan
"Siapa?" Eva balas bertanya dengan raut wajah binggung
"Pemberi Informasi." Jawab Amara
"Rasa nya belum pernah saya dengar dan tidak pernah ada." Jawab Eva menahan tawa
"Ya sudah lah, kau boleh pergi. Mungin ini adalah keajaiban." Ucap Amara dan kembali ia menyibukkan diri membaca tumpukan laporannya
Siang itu telepon ruangan Eva berdering saat Amara sedang keluar makan siang
"Bisa saya bicara Nona Amara?" Terdengar suara yang ramah
"Maaf, non Amara masih makan siang. Boleh saya tau dari mana dan ada perlu apa?" Tanya Eva ingin memastikan
"Katakan pada nya dari Pemberi Informasi,"
Eva pun tertawa. " Kau ini bercanda, rasa nya Anda tidak akan menemui Nona Amara dalam keadaan positif sekarang ini."
"Saya tau, itu lah sebabnya saya menelpon, saya ingin memberitahukan pada nya kebetulan kamis pagi saya ke daerah sana dan saya mau mampir untuk berjumpa dengan non Amara. Apa Anda berwenang mengatur janji bagi Non Amara?" Tanya nya
"Ya." Jawab Eva, sedikit terkejut mendengar ketegasan orang misterius ini, ia pun periksa jadwal Amara dan ternyata kosong. Jadi Eva menambahkan Pemberi Informasi dalam buku janji nya.
"Apa Anda telah membuat janji temu untuk kami? Tanya Pemberi Informasi memastikan
"Ya." Jawab Eva singkat
"Pukul berapa saya bisa bertemu dengan nya?"
"Sekitar pukul 10:00." Jawab Eva
"Ok! Terima kasih, atas bantuan Anda." Ucap Pemberi Informasi mengakhiri panggilan nya
"Lihat bagaimana nya nanti." Ucap Eva dalam hati
Setelah makan siang Amara kembali ke ruangan nya, Eva menghampiri nya dan berkata
"Non tadi ada telepon dari seseorang yang mengaku dia adalah Pemberi Informasi."
"Apa kata nya?" Tanya Amara masih membaca laporan di tangan nya
"Ia ingin bertemu Anda hari kamis pagi."
Amara menatap Eva lalu bertanya. "Apa jawaban mu?"
"Ya, telah saya jadwalkan pertemuan untuk non dan Pemberi Informasi sekitar pukul 10:00. Apa non tidak keberatan?" Tanya Eva
"Tidak masalah, saya akan berjumpa dengan nya, saya hanya ingin tau dan pastikan siapa Pemberi Informasi yang misterius ini? Pasti kan saat dia datang, persilahkan untuk segera bertemu saya." Ucap Amara
"Ya. Akan saya atur." Jawab Eva meninggalkan ruangan Amara
Setelah Eva pergi, Amara melanjutkan membaca beberapa laporan sebelum habis waktu jam pulang, sama seperti kemarin. Hari ini ia pun tidak menemukan informasi yang ia butuh kan untuk masalah TNcorp.
Kamis pagi tepat pukul 10, seorang Pria tampan berpakaian rapih datang memperkenalkan diri nya pada Eva. Sosok pria berkarisma, sosok yang menjadi impian para gadis, kesempurnaan yang hanya dimiliki orang terpilih, Ia terlihat mempesona."Selamat pagi, saya Pemberi Informasi. Apa nona Amara ada?""Selamat pagi, Pemberi Informasi, nona Amara sudah menanti kedatangan Anda, silahkan ke ruangan nya." Jawab Eva sambil tersenyum manis mempersilahkan Pemberi Informasi menuju ruang Amara, ada kekaguman dalam benak EvaSang Pemberi Informasi balas tersenyum." Saya senang bertemu Anda dan bisa datang ke sini." Katanya. Ia tampak bermartabat, tenang dan percaya diri membuat wajah tampan nya semakin mempesona. Sang Pemberi Informasi pun mengetok pintu ruang Amara lalu masuk.Amara sedang duduk di meja nya, ia sibuk membaca surat-surat yang masuk hari ini yang menambah tumpukan laporan hari kemarin. Ia pun berdiri dan menyambut sang Pemberi Informa
Setelah tiba di rumah Amara menyandarkan tubuh nya di sofa untuk beberapa saat untuk melepas lelah nya dan kemudian ia bergegas menyiapkan makan malam nya, bagi sebagian orang mungkin kehidupan yang ia jalani benar-benar tidak menarik kehidupan yang monoton dengan rutinitas yang sama tiap hari nya. Setelah pulang kerja atau pada saat hari libur, Ia akan lebih senang menyendiri dirumah di banding harus berkumpul dengan orang lain untuk menghabiskan waktu.Setelah makan malam dan saat ia hendak memejamkan mata ia teringat kartu nama sang Pemberi Informasi, ia pun bergegas bangun meraih tas nya mencari kartu nama itu. "Gaung Sam!" Ucap nya, ia terdiam beberapa saat memegang erat kartu nama itu, ada rasa penasaran yang menganjal tentang sang Pemberi Informasi, ia pun mengirim pesan singkat pada nomor yang tertera pada kartu nama itu"Bagaimana kau tau aku sedang menghadapi masalah dan bagaimana kau tau siapa nama ku?"Sang Pemberi Informasi
Tiba di rumah Amara membenamkan tubuh nya di sofa."Bodoh!" Gumamnya pelan pada dirinya sendiri sebelum akhirnya, ia bergegas membersih kan diri. Tak lama setelah itu Hpnya berdering ada nama Misterius disana dan stelah beberapa kali panggilan dengan enggan ia menjawab panggilan itu "Ya." Jawabnya singkat "Apa kau sudah tiba dengan selamat?" Tanya sang Pemberi Informasi dari seberang sana "Iya." Jawab Amara dingin "Maaf! Aku melibatkan mu, untuk urusan pribadiku. Jika kau ada waktu dan berkenan, aku ingin bertemu dan menjelaskan." Ucap Pemberi Informasi "Baiklah! Kapan dan dimana?" Tanya Amara memastikan "Aku sekarang di depan rumahmu, jika kau tak keberatan kita bicara sekarang!" Jawab sang Pemberi Informasi "Bagaimana kau tau alamatku?" Tanya Amara terkejut "Akanku jelaskan setelah kita bertemu." Ucap sang Pemberi Informasi "Baiklah, aku akan keluar setelah menganti pakaianku
Tiba di rumah Amara membenamkan tubuh nya di sofa."Bodoh!" Gumam nya pelan pada dirinya sendiri sebelum akhir nya, ia bergegas membersih kan diri.Tak lama setelah itu Hp nya berdering ada nama Misterius disana dan stelah beberapa kali panggilan dengan enggan ia menjawab panggilan itu"Ya." Jawab nya singkat"Apa kau sudah tiba dengan selamat?" Tanya sang Pemberi Informasi dari seberang sana"Iya." Jawab Amara dingin"Maaf! Aku melibatkan mu, untuk urusan pribadi ku. Jika kau ada waktu dan berkenan, aku ingin bertemu dan menjelaskan." Ucap Pemberi Informasi"Baik lah! Kapan dan dimana?" Tanya Amara memastikan"Aku sekarang di depan rumah mu, jika kau tak keberatan kita bicara sekarang!" Jawab sang Pemberi Informasi"Bagaimana kau tau alamat ku?" Tanya Amara terkejut"Akan ku jelaskan setelah kita bertemu." Ucap sang Pemberi Informasi"Baik lah, aku akan keluar setelah menganti pakaian
pagi yang segar, mentari yang tampak kekuningan baru terbangun dari balik malam sinarnya terasa hangat di badan dan angin pagi berhembus dengan sejuknya, awal hari yang sempurna bersama secangkir kopi panas dan seseorang sahabat yang sangat berarti bagiku, Cuing. kami duduk di beranda rumah bersama mengawali pagi dengan curahan hati tentang aku dan tentang cinta yang kejam, aku bertanya padanya cara melupakan orang yang di sayangi yang telah menghianati cinta, dan tentu aku selalu terpukul saat dipermainkan seseorang "Jangan berusaha melupakannya, kadang kita suka lupa dan seenaknya saja ingin melupakannya, padahal kita telah lama bersama dan menjalin cinta, lalu dengan sekejap mata memori itu ingin di hapus? sepertinya tidak semudah yang di bayangkan. Jangan berusaha untuk melupakannya, itu prinsipnya" jawabnya meyakinkanku aku tampak murung mendengar nasihatnya, tapi itu harus aku lakukan demi mengembalikan kembali semangat hidupku yang kembali hilang k
Pagi yang cerah di penghujung minggu, alam seakan-akan mendukung Amara untuk melakukan rutinitas yang sama diakhir pekan, Amara beranjak keluar dari rumah. Menikmati indahnya kota dan seraya menghirup segarnya udara kota di pagi hari. Beberapa langkah ia berlari meninggalkan rumah nya, tiba-tiba Amara terkejut, ia melihat sosok pria yang telah berlari sejajar dengan nya dan terus mengiringi langkah nya. Pria itu tak lain adalah Gaung Sam sang Pemberi Informasi. Mereka berlari kecil mengelilingi kompleks perumahan tempat tinggal Amara, tak ada kata yang terucap, hampir 30 menit Amara berlari kecil berkeliling lingkungan tempat tinggalnya di ikuti Gaung Sam. Beberapa saat setelah itu mereka pun tiba kembali di depan rumah Amara.Amara membuka pagar rumah ingin bergegas masuk. Namun saat ia hendak menutup kembali pintu gerbang, Gaung Sam sang Pemberi Informasi menahan pintu itu dan sedikit mendorong nya hingga terbuka."Aku ingin bicara dengan mu." Ucap
Amara tiba di kantor dengan penuh semangat, ia menyibukan diri dengan membaca laporan yang sudah tertumpuk di ruangan nya, ia tidak terlalu berharap sang Pemberi Informasi akan datang membantu nya menyelesaikan masalah TNcorp yang ia hadapi mengingat masalah pribadi di antara mereka. sesekali Amara menghela napas dalam dan memijit tengah kening nya.Tak seperti dugaan nya sang Pemberi Informasi tiba tepap waktu sesuai apa yang telah ia janji kan pada Amara. Amara menyambut nya" Saya berpikir Anda tidak akan datang dan saya tidak sabaran mendengar lebih banyak lagi bagaimana ketiga laporan satu halaman itu bisa membantu memecahkan masalah di TNcorp ini." Amara memulai obrolan tanpa berpikir masalah lain diluar masalah kerja"Ketiganya akan memecahkan masalah informasi Anda dengan memberi para manejer informasi kunciyang mereka butuhkan." Kata sang Pemberi Informasi"Tetapi bagaimana sistem penyaringnya mengetahui informasi apa saja yang dibutuhkan para ma
Tiba di rumah Amara Daft terkejut, saat melihat Gaung Sam yang telah menunggu nya di depan rumah. Namun, sikap Amara Daft sungguh berbeda saat mereka bertemu di kantor siang tadi. Bagaikan dua orang yang berbeda, yang satu mudah tersenyum dan tidak segan untuk berbicara yang sisi lain hanya menunjukan wajah dingin dan lebih banyak membisu. "Apa kau baru pulang?" Tanya Gaung Sam menyapa Amara Daft yang ingin membuka garasi nya. Tetapi tak ada jawaban yang ia dapat dari Amara.Amara seakan-akan tidak memperdulikan kehadiran Gaung Sam, ia hanya bergegas memarkir kan mobil nya."Aku akan membuat sampel laporan di sini melanjutkan pembicaraan sore tadi." Ucap Gaung Sam sang Pemberi Informasi"Ok! Silahkan Anda masuk jika tujuan Anda untuk melanjutkan pekerjaan." Jawab Amara dengan semangat dan masih tetap berbahasa formal"Ya, terima kasih!"Amara bergegas menutup pagar dan membuka pintu rumah mempersilahkan Gau
Amara yang teburu-buru membuat para karyawan merasa heran, Amara Daft dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana juga disiplin, entah apa yang membuatnya tiba-tiba meninggalkan kantor tanpa memperdulikan meeting yang masih berlanjut dengan para manejer.Gaung Sam yang juga melihat tingkah aneh Amara Daft dengan wajah sedikit memuat bergegas mengejarnya, firasatnya mengatakan apa yang terjadi berhubungan dengan putri mereka. Saat keluar dari pintu kantor Amara Daft sudah berlalu dengan mobilnya, Gaung Sam segera menghubungi salah satu kenalannya yang bekerja di bandara untuk mengecek daftar penumpang untuk hari ini.Setelah itu Gaung Sam kembali keruang meeting untuk menyelesaikan pembahasan dengan para manejer***Pukul empat sore Amara tiba di kota A, kota dimana putri semata wayangnya melanjutkan studi, ia bergegas menuju klinik asrama Putrinya setelah menghubungi guru pembimbing akademi.Hampir sejam perjalanan Amara tiba di Klinik asrama d
Saat meeting Sang Pemberi Informasi sering kali mencuri pandang pada Amara Daft. Amara Daft sama sekali tifak memperdulikan kehadiran Sang Pemberi Informasi, ia hanya fokus pada pembahasan meeting saat itu dan berharap masalah TNcorp bisa cepat terselesaikan agar ia dapat segera mengakhiri kerjasama bersama Sang Pemberi Informasi.Waktu menunjukan pukul dua belas siang hari meeting bersama para manejer dan Sang Pemberi Informasi diakhiri dengan perjamuan makan siang bersama, Eva mempersilahkan semua untuk menyantap makan siang yang telah tersedia sebelum mereka melanjutkan kegiatan mereka pada saat itu. Amara Daft memilih kembali ke ruang kerjanya dan menyantap makan siangnya disana, ia ingin menghindari Sang Pemberi Informasi, namun tanpa ia sadari Sang Pemberi Informasi mengikuti langkahnya keruangan kerjanya dan membuat Amara Daft tudak bisa lagi menghindarinya."Apa kau harus seperti ini? Jika kau pikir kau dapat menghindari ku, maka ku pastikan pada mu, aku akan menca
Kisah pahit yang selalu ingin dilupakan Amara Daft, cerita dibalik perjalanan hidupnya yang membuat Amara berjuang keras menjalani hari-hari dengan menyibukan diri dengan larut dalam dunia kerjanya hingga ia melupakan semua kenangan pahit untuk kesalahan yang telah ia perbuat di masa lalu..Tok ... tok ...tok ...Suara ketukan dari balik pintu ruang kerja Amara membuatnya tersentak kaget dan tersadar akan lamunan pahit yang masa lalunya."Iya, silahkan masuk.""Maaf Non, rapat sepuluh menit lagi akan di mulai," ucap Eva saat tiba di hadapan meja Amara"Apa semua sudah berkumpul?" tanya Amara tersenyum pada Eva"Manejer pemasaran dan manejer keuangan belum hadir di ruang meeting, saya telah menghubungi mereka agar bisa segera hadir sebelum jadwal yang ditentukan untuk meeting hari ini," jawab Eva membalas pertanyaan Amara Daft"Baikla! Jika semua telah berkumpul tolong beritahukan pada ku agar aku juga bisa segera keruang meeting, sekarang kau boleh
Malam hari nya Amara mulai menelpon Gaung."Orang tua dan Kakak ku, telah mengetahui kehamilan ku dan mereka menginginkan aborsi. Aku akan menghubungi mu lagi setelah aborsi telah selesai dilakukan." Ucap Amara saat mengetahui panggilannya terhubung. Amara pun mengakhiri panggilan nya tanpa mendengar jawaban dari Gaung***Dua hari kemudian setelah waktu aborsi di jadwalkan Kakak sepupu. Kakak mengantar Amara kerumah Kakak sepupu untuk bersama-sama ke rumah bidan senior yang akan melakukan tindakan aborsi, pukul sepuluh mereka tiba di rumah bidan Jean. Saat bidan Jean melihat kedatangan kami, Amara di ajak masuk ke dalam ruang pemeriksaan dan diminta untuk berbaring diatas ranjang pemeriksaan. Semua telah di persiapkan, sepuluh menit kemudian bidan Jean, memasukan alat dan obat untuk melakukan tindakan aborsi, hampir setengah jam Amara berbaring diatas ranjang menahan rasa sakit." Sudah selesai, kita tunggu paling lambat dua kali dua puluh empa
Hari berlalu serasa cepat, usia kandungan Amara hampir lima bulan. Suara bising mulai sayup-sayup terdengar di telinganya tentang kehamilannya. Amara seakan-akan menjadi sorotan semua mata dan menjadi bahan gunjingan, saat ia berada di lingkungan sekolah, entah dari mana dan siapa yang menyebar tentang kehamilannya.Amara mulai merasa tidak nyaman, ia pun mulai aktif membolos dan menghindari semua teman-teman sekolah dan juga tiga sahabat yang sejak kelas satu selalu bersama nya. Timbul kecurigaan pada Cuing karena hanya Cuinglah yang mengetahui cerita tentang kehamilannya.Rasa kecewa membuat Amara memilih tidak ke sekolah, hampir sebulan sudah Amara memilih mengurung diri di rumah. Amara beralasan sedang masa tenang sekolah, kadang pula Amara berpura-pura berangkat dan kembali lagi ke kamarnya mengurung diri.***"Ra, nanti siang tolong ke bank, transfer uang bulanan kakak-kakakmu." Perintah mama pada Amara melihatnya keluar dari kamar"Jam berapa, M
Setelah tak lagi berkomunikasi Amara mulai kembali menghubungi Gaung. Saat ia mengetahui dirinya tak datang bulan, hanya dalam kurun waktu satu bulan, dalam dua kali berhubungan intim. Amara hamil, ia menyadari itu setelah selesai ujian semester."Malam ini kita harus bicara." Pesan singkat yang dikirim Amara pada Gaung"Apa masih ada yang perlu kita bicarakan!" Jawab singkat Gaung acuh tak acuh saat membalas pesan Amara "Ya, aku harap kau harus datang dan ini sangat penting." "Oke!"Pukul delapan malam Gaung sudah menunggu Amara di depan gang seperti janji mereka."Aku ada masalah." Ucap Amara saat telah berhadapan dengan Gaung."Masalah apa?" Tanya Gaung dengan raut wajah binggung tapi tetap cuek"Aku belum datang bulan.""Apa kau yakin dan apa hubungannya dengan ku?" Ucap Gaung seakan-akan tidak percaya untuk apa yang ia dengar dari bibir Amara"Sangat yakin, terakhir datang bulan dua minggu sebelum kit
Ini memang sakit. Sungguh sakit, aku dan sahabatku mencintai orang yang sama. Setiap kali sahabatku membicarakan tentang dirinya, ada rasa yang berkecamuk hebat dalam dada ini. Kadang hati kecilku berbisik lirih, aku juga mencintainya sobat. Sakit memang memendam rasa cemburu ini. Walaupun sakit, aku tetap jadi pendengar setianya. Rose selalu bercerita tentang Gaung. Pemuda bermata coklat dengan senyumnya yang bgitu manis."Ah, rasanya aku ingin memilikimu Gaung." Bisikku lirih dalam hati.Tapi, cinta ini terhalang oleh sahabat. Rose juga menyimpan rasa yang sama terhadap Gaung. Setiap ada waktu luang Rose selalu curhat tentang Gaung kepadaku juga Cuing. Awalnya memang perasaanku biasa saja. Aku nampak mendukung Rose pada masa itu. Namun kini, smuanya berubah menjadi rasa cemburu yang diam membisu.
Sore itu, di tepi pantai pada hamparan pasir. Yang Amara lakukan hanya duduk menatap lepas lautan tanpa batas, sejauh mata memandang. Ini adalah hal favorit yang selalu ku lakukan untuk mencari kedamaian. Rasanya ketika ku saksikan debur ombak yang beradu dengan karang, seperti meredam setiap gemuruh dalam dada. Sejenak menghempas masalah yang menjadi beban. Menikmati senja adalah alasan yang ku ciptakan. Meski sebenarnya, jika hanya menikmati langit jingga bisa ku lakukan dimana saja selama awan mendung tak menggelapkan. Namun seperti yang dikatakan banyak orang, menyaksikan matahari tenggelam kembali ke peraduannya di tepi pantai adalah hal indah yang sempurna. Aku menatap langit di ujung barat seperti penikmat senja lainnya. Untuk sepersekian detik, tanpa sengaja terputar satu memori dalam ingatan yang sudah mati-matian aku berusaha lupakan. Kupejamkan mata untuk menyadarkan diri, namun malah lebih terlarut didalamnya, menyelam jauh mengenang masa itu. Rasanya tak
Akhirnya aku sampai pada titik yang biasanya aku sendiri takuti. 'Titik jenuh'Mengingat perkataanmu kala itu, hatiku sakit teriris batu kerikik tajam. "Kadang yang berjuang malah tidak dapet apa-apa, justru yang tidak berjuang malah dapet banyak. Ya, sudah kalo gitu aku tidak usah berjuang aja biar dapet banyak." Ujar Gaung kesal "Kalo udah tau ga dapet apa-apa, ngapain masih ngejar-ngejar." dengan nada ketusku. seketika Gaung terdiam mendengar kata ketus yang keluar dari mulutku. Kamu tahu rasanya? Seperti ada yang menancapkan belati di nadiku. Aku terdiam. Nafasku berubah sesak. Dan mati. Lagi-lagi. Airmataku rasanya ingin luruh dengan derasnya. Tapi lagi-lagi aku hanya bisa menyembunyikan tangis dibalik tawa. Lagi-lagi aku selalu sok tegar dihadapan semua orang, semua teman-temanmu. Aku berusaha menyadarkan diriku sendiri bahwa kamu mungkin bukan milikku. Dan takkan pernah jadi milikku lagi.Kini aku telah berada