Pagi yang cerah di penghujung minggu, alam seakan-akan mendukung Amara untuk melakukan rutinitas yang sama diakhir pekan, Amara beranjak keluar dari rumah. Menikmati indahnya kota dan seraya menghirup segarnya udara kota di pagi hari. Beberapa langkah ia berlari meninggalkan rumah nya, tiba-tiba Amara terkejut, ia melihat sosok pria yang telah berlari sejajar dengan nya dan terus mengiringi langkah nya. Pria itu tak lain adalah Gaung Sam sang Pemberi Informasi. Mereka berlari kecil mengelilingi kompleks perumahan tempat tinggal Amara, tak ada kata yang terucap, hampir 30 menit Amara berlari kecil berkeliling lingkungan tempat tinggalnya di ikuti Gaung Sam. Beberapa saat setelah itu mereka pun tiba kembali di depan rumah Amara.
Amara membuka pagar rumah ingin bergegas masuk. Namun saat ia hendak menutup kembali pintu gerbang, Gaung Sam sang Pemberi Informasi menahan pintu itu dan sedikit mendorong nya hingga terbuka.
"Aku ingin bicara dengan mu." Ucap Gaung Sam sang Pemberi Informasi kembali menutup pintu pagar.
"Apa yang Anda ingin bicarakan?" Tanya Amara ketus
Gaung Sam sang Pemberi Informasi tak memperdulikan perkataan Amara, ia berjalan dengan santai dan duduk di kursi teras. Amara menatap nya penuh kekesalan. Amara pun mengikuti langkah Gaung sam dan melepaskan sepatu nya lalu ia bergegas masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan Gaung Sam sang Pemberi Informasi yang masih duduk menatap nya dan dengan sedikit kasar Amara sengaja membanting pintu berharap agar Gaung Sam Sang Pemberi Informasi segera pergi.
Amara duduk di meja makan dengan segelas air di tangan nya, baru beberapa teguk ia minum tiba-tiba Gaung Sam sang Pemberi Informasi telah berdiri dihadapan nya dan mengambil gelas di tangan Amara lalu meneguk air di gelas itu tanpa tersisa sedikit pun.
"Apa sebenar nya yang Anda inginkan?" Tanya Amara benar-benar kesal dan menatap Gaung Sam penuh kebencian
"Aku ingin melanjutkan pembicaraan kita yang belum selesai." kata nya santai yang masih berdiri dihadapan Amara"Jika itu terkait informasi yang saya butuhkan untuk menyelesaikan masalah TNcorp, iya silahkan Anda bicara. Namun, jika Anda ingin membicarakan hal lain saya rasa tidak ada lagi yang perlu kita bicara kan." Amara mempertegas
"Ini tentang kita dan selama kau tidak ingin bicara menyelesaikan masalah diantara kita, aku tidak akan pergi dari sini." kata Gaung Sam sang Pemberi Informasi yang juga bersikeras
"Masalah , masalah diantara kita? Apa Anda sedang bermimpi, semua telah selesai saat Anda putuskan untuk pergi meninggalkan semua tanpa penelasan 19 tahun lalu." ucap ketus Amara dengan tersenyum sinis
"Apa kau telah mengingat semua nya kembali? Maaf, aku tau aku tak pantas mendapat maaf dari mu, jika boleh aku hanya ingin mengetahui seperti apa dia, apa jenis kelaminnya dan ijinkan aku melihat foto nya walaupun hanya sekali saja." kata Gaung Sam sang Pemberi Informasi penuh pengharapan dan tertunduk lemas.
"Sebaik nya Anda tak perlu tau, Apa yang telah Anda buang dalam masa waktu yang lama tak kan bisa Anda dapat kan kembali."
"Aku mohon izinkan aku membayar semua kesalahan masa lalu ku." Ucap sang Pemberi Informasi dengan mata yang mulai berkaca-kaca
"Tidak!" Jawab Amara tegas
"Aku akan melakukan semua ingin mu, kumohon izinkan aku melihat anak ku sekali saja." Ucap Gaung Sam dengan tatapan penuh pengharapan
"Apa, Anak mu? Apa saya tidak salah dengar, jangan pernah mengatakan dia anak Anda setelah sekian lama Anda membuang nya." Ucap Amara dengan nada merendahkan
"Iya aku tau aku salah, aku memang tak pantas. tapi kumohon pada mu sekali saja izinkan aku mengetahui bagaimana wajah nya."
"Pergi lah, ku lelah!" Ucap Amara berdiri dan hendak melangkah dan saat Amara melangkah beberapa langkah tiba-tiba Gaung dengan sigap memeluk erat tubuh Amara dari belakang hingga membuat Amara tak bisa bergerak dan menghetiknan langkah nya.
"Apa yang Anda lakukan? semua telah berakhir." Ucap Amara ingin melepas dekapan Gaung Sam
Gaung sam hanya terdiam, air mata nya menetes dan membasahi pundak Amara, kemudia Gaung Sang berkata tersendak
"Maaf, aku telah bersalah pada kalian, maaf meninggalkan mu saat ku tau kau telah mengandung, maaf telah membuat mu harus menanggung penderitaan sendiri. Aku salah." Ucap Gaung Sam dengan suara serak dan air mata nya mengalir deras, ia pun lebih mempererat dekapan nya pada tubuh Amara.
mendengar perkataan Gaung Sam Amara pun hanya menutup rapat bibir nya tanpa kata. tubuh nya tak dapat bergerak karena dekapan Gaung Sam yang semakin erat
"Izinkan aku membayar semua kesalahan ku di masa lalu, aku lelah harus hidup didalam penyesalan yang terus menghantui ku selama ini." Gaung Sam kembali berucap dengan nada penuh penyesalan
"Lepas kan dan hentikan omong kosong mu." Ucap Amara dengan keras
"Aku tau kau membenci ku, tetapi ku mohon izinkan aku membayar semua kesalahan ku, pada mu juga pada nya agar aku tak lagi hidup dalam penyesalan."
"Dengan cara apa Anda akan membayar nya? Saya sudah terlalu muak dengan omong kosong Anda dan Saya rasa sampai Anda mati pun, Anda tak akan pernah bisa membayar semua itu." Kata Amara sinis
"Aku akan membayar nya sekali pun aku harus kehilangan nyawa ku."
Amara hanya terdiam membisu kemudian ia menghembus napas dalam dan berkata. "Baik lah, kalau itu yang kau inginkan, akan saya pertimbang kan. sekarang saya mohon pada Anda lepaskan dekapan Anda, saya terlalu lelah dan muak, saya harap Anda bisa segera pergi dari sini dan ingat jika Anda masih berhutang janji untuk menyelesaikan masalah TNcorp.
Gaung Sam sang Pemberi Informasi hanya membisu tanpa kata, ia merasa kehilangan semua harapan mendengar semua perkataan Amara Daft, tubuh nya merasa lemas hingga membuat dekapan nya mengendor dan saat itu dengan segera Amara melepaskan dekapan Gaung dan bergegas masuk ke kamar meninggalkan Gaung Sam yang terduduk lemas dalam derai air mata nya.
***
saat Amara dikamar ia pun menghempas kan tubuh nya di kasur dan mulai menanggis meratapi kenangan yang dulu telah ia kubur dan terlupakan, kini semua kenangan itu kembali lagi dan membuat hati nya kembali terluka
"Kenapa semua luka ini harus kembali tersayat? kenapa dia harus kembali hadir dalam kehidupan ku? kenapa takdir mempertemukan kami kembali, kenapa. kenapa dan kenapa semua harus seperti ini? Apa yang harus aku lakukan?" bisik Amara disela-sela tanggis nya, ia terus menerus mempertanyakan dan menyalahkan diri atas semua kepedihan yang ia rasakan, kemudian ia pun berhenti berkeluh kesah pada dirinya setelah mendengar suara Gaung Sam dari balik pintu
"Tau kah kau 19 tahun ini aku sedikit pun tak melupakan mu, aku selalu mencari tahu tentang keberadaan mu, aku tahu aku tak pantas mendapat kesempatan membayar semua rasa sakit di hati mu karena perbuatan ku, penyesalan selalu menghantui ku karena telah meninggalkan mu dan anak kita, aku selalu terbayang bagaimana rupa nya, kapan dia lahir, aku tak tau apapun tentang nya, tiap tahun yang bisa kulakukan hanya merayakan ulang ahun nya bersama anak-anak yang kurang beruntung di panti, aku takut kau akan membuang dan menelantarkan nya sama seperti anak- anak di panti yang ku datangi." Ucap Gaung Sam di depan pintu sambil duduk menunduk dan menanggis menceritakan semua yang ia rasa kan selam 19 tahun berpisah dari amara.setelah mengeluarkan isi hatinya, Gaung Sam kemudian beberapa kali menghembus kan napas dalam dan lanjut berkata. "mungkin kau tak ingin mendengar semua yang kuceritakan tadi, tapi ku harap kau bisa mengetahui apa yang ku rasa selama 19 tahun ini, kau adalah bahagia ku tapi kau uga adalah luka ku, aku menyesal telah menyakiti mu, aku pergi dan akan ku buktikan pada mu untuk semua perkatan ku pada mu, maaf kan aku!"
Gaung Sam pun berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Amara yang masih terus menanggis mendengar semua perkataan Gaung Sam."Ya, kau adalah bahagia ku dan juga luka ku." Ucap Amara mulai menatap kosong pada langit-langit kamar nya,
Amara tiba di kantor dengan penuh semangat, ia menyibukan diri dengan membaca laporan yang sudah tertumpuk di ruangan nya, ia tidak terlalu berharap sang Pemberi Informasi akan datang membantu nya menyelesaikan masalah TNcorp yang ia hadapi mengingat masalah pribadi di antara mereka. sesekali Amara menghela napas dalam dan memijit tengah kening nya.Tak seperti dugaan nya sang Pemberi Informasi tiba tepap waktu sesuai apa yang telah ia janji kan pada Amara. Amara menyambut nya" Saya berpikir Anda tidak akan datang dan saya tidak sabaran mendengar lebih banyak lagi bagaimana ketiga laporan satu halaman itu bisa membantu memecahkan masalah di TNcorp ini." Amara memulai obrolan tanpa berpikir masalah lain diluar masalah kerja"Ketiganya akan memecahkan masalah informasi Anda dengan memberi para manejer informasi kunciyang mereka butuhkan." Kata sang Pemberi Informasi"Tetapi bagaimana sistem penyaringnya mengetahui informasi apa saja yang dibutuhkan para ma
Tiba di rumah Amara Daft terkejut, saat melihat Gaung Sam yang telah menunggu nya di depan rumah. Namun, sikap Amara Daft sungguh berbeda saat mereka bertemu di kantor siang tadi. Bagaikan dua orang yang berbeda, yang satu mudah tersenyum dan tidak segan untuk berbicara yang sisi lain hanya menunjukan wajah dingin dan lebih banyak membisu. "Apa kau baru pulang?" Tanya Gaung Sam menyapa Amara Daft yang ingin membuka garasi nya. Tetapi tak ada jawaban yang ia dapat dari Amara.Amara seakan-akan tidak memperdulikan kehadiran Gaung Sam, ia hanya bergegas memarkir kan mobil nya."Aku akan membuat sampel laporan di sini melanjutkan pembicaraan sore tadi." Ucap Gaung Sam sang Pemberi Informasi"Ok! Silahkan Anda masuk jika tujuan Anda untuk melanjutkan pekerjaan." Jawab Amara dengan semangat dan masih tetap berbahasa formal"Ya, terima kasih!"Amara bergegas menutup pagar dan membuka pintu rumah mempersilahkan Gau
Rasanya memang menyakitkan ketika kita dilepaskan dan sudah terbuang dari pilihan. Namun, bagaimana sakitnya hidup harus tetap berjalan bukan? Aku terlalu sibuk memperbaiki diri di depan matamu. Hingga aku lupa bahwa aku juga memperburuk diri dengan keadaan rapuh seperti ini di depan matamu. Aku butuh waktu untuk melupakan hingga aku harus berdamai dengan ikatan yang benar-benar terputus. Tak ada yang salah memang ketika seseorang yang pernah berdebar pada perasaan kemudian harus terpisah karena suatu alasan harus bersikap layaknya orang tak kenal. Bukan karena masih cinta atau saling menyalahkan. Namun, memang di sudut hati yang paling absurd bernama kenangan terkadang seakan menjadi radius tersendiri untuk membentengi diri kita dengan pencipta kenangan. Sebenarnya terlepas dari Amara bukanlah perkara yang mudah. Gaung harus mengubur dalam-dalam. Menangis diam-diam. Gaung tahu rasanya mendapatkan sesuatu agar ikhlas melepaskan untuk orang lain. Kamu memang benar kita adalah
Awalnya semua berjalan sederhana, sesederhana pertemuan kita kala itu. Kita tertawa, bercanda, membicarakan hal-hal manis. Dengan sikapku yang masih dingin bahkan tak membuatmu menyerah begitu saja. Perhatian kecil darimu, pembicaraan manis kala itu hanya kuanggap sebagai hal yang tak perlu ku maknai dengan luar biasa. Karna dipertemuan kita yang pertama kala itu menurutku tidak memberikan kesan apapun. Aku hanya menganggapmu pria biasa yang ingin berkenalan, hanya ingin menambah teman, berbagi cerita apapun yang bisa dibagi denganku. Ya karena memang kita baru berkenalan. Kamu juga belum mengetahui banyak tentangku, kamu tau tentang aku pun juga dari cerita salah seorang temanmu.Aku masih saja bersikap dingin, acuh tak acuh semakin tak peduli. Namun kamu tak menyerah dan semakin gigih untuk mendekatiku, sampai pada akhirnya mata hatiku terbuka lebar akan perjuangan perjuangan kerasmu. Aku menerka-nerka kita dipertemukan untuk saling melengkapi satu sama lain. Ah.
Akhirnya aku sampai pada titik yang biasanya aku sendiri takuti. 'Titik jenuh'Mengingat perkataanmu kala itu, hatiku sakit teriris batu kerikik tajam. "Kadang yang berjuang malah tidak dapet apa-apa, justru yang tidak berjuang malah dapet banyak. Ya, sudah kalo gitu aku tidak usah berjuang aja biar dapet banyak." Ujar Gaung kesal "Kalo udah tau ga dapet apa-apa, ngapain masih ngejar-ngejar." dengan nada ketusku. seketika Gaung terdiam mendengar kata ketus yang keluar dari mulutku. Kamu tahu rasanya? Seperti ada yang menancapkan belati di nadiku. Aku terdiam. Nafasku berubah sesak. Dan mati. Lagi-lagi. Airmataku rasanya ingin luruh dengan derasnya. Tapi lagi-lagi aku hanya bisa menyembunyikan tangis dibalik tawa. Lagi-lagi aku selalu sok tegar dihadapan semua orang, semua teman-temanmu. Aku berusaha menyadarkan diriku sendiri bahwa kamu mungkin bukan milikku. Dan takkan pernah jadi milikku lagi.Kini aku telah berada
Sore itu, di tepi pantai pada hamparan pasir. Yang Amara lakukan hanya duduk menatap lepas lautan tanpa batas, sejauh mata memandang. Ini adalah hal favorit yang selalu ku lakukan untuk mencari kedamaian. Rasanya ketika ku saksikan debur ombak yang beradu dengan karang, seperti meredam setiap gemuruh dalam dada. Sejenak menghempas masalah yang menjadi beban. Menikmati senja adalah alasan yang ku ciptakan. Meski sebenarnya, jika hanya menikmati langit jingga bisa ku lakukan dimana saja selama awan mendung tak menggelapkan. Namun seperti yang dikatakan banyak orang, menyaksikan matahari tenggelam kembali ke peraduannya di tepi pantai adalah hal indah yang sempurna. Aku menatap langit di ujung barat seperti penikmat senja lainnya. Untuk sepersekian detik, tanpa sengaja terputar satu memori dalam ingatan yang sudah mati-matian aku berusaha lupakan. Kupejamkan mata untuk menyadarkan diri, namun malah lebih terlarut didalamnya, menyelam jauh mengenang masa itu. Rasanya tak
Ini memang sakit. Sungguh sakit, aku dan sahabatku mencintai orang yang sama. Setiap kali sahabatku membicarakan tentang dirinya, ada rasa yang berkecamuk hebat dalam dada ini. Kadang hati kecilku berbisik lirih, aku juga mencintainya sobat. Sakit memang memendam rasa cemburu ini. Walaupun sakit, aku tetap jadi pendengar setianya. Rose selalu bercerita tentang Gaung. Pemuda bermata coklat dengan senyumnya yang bgitu manis."Ah, rasanya aku ingin memilikimu Gaung." Bisikku lirih dalam hati.Tapi, cinta ini terhalang oleh sahabat. Rose juga menyimpan rasa yang sama terhadap Gaung. Setiap ada waktu luang Rose selalu curhat tentang Gaung kepadaku juga Cuing. Awalnya memang perasaanku biasa saja. Aku nampak mendukung Rose pada masa itu. Namun kini, smuanya berubah menjadi rasa cemburu yang diam membisu.
Setelah tak lagi berkomunikasi Amara mulai kembali menghubungi Gaung. Saat ia mengetahui dirinya tak datang bulan, hanya dalam kurun waktu satu bulan, dalam dua kali berhubungan intim. Amara hamil, ia menyadari itu setelah selesai ujian semester."Malam ini kita harus bicara." Pesan singkat yang dikirim Amara pada Gaung"Apa masih ada yang perlu kita bicarakan!" Jawab singkat Gaung acuh tak acuh saat membalas pesan Amara "Ya, aku harap kau harus datang dan ini sangat penting." "Oke!"Pukul delapan malam Gaung sudah menunggu Amara di depan gang seperti janji mereka."Aku ada masalah." Ucap Amara saat telah berhadapan dengan Gaung."Masalah apa?" Tanya Gaung dengan raut wajah binggung tapi tetap cuek"Aku belum datang bulan.""Apa kau yakin dan apa hubungannya dengan ku?" Ucap Gaung seakan-akan tidak percaya untuk apa yang ia dengar dari bibir Amara"Sangat yakin, terakhir datang bulan dua minggu sebelum kit
Amara yang teburu-buru membuat para karyawan merasa heran, Amara Daft dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana juga disiplin, entah apa yang membuatnya tiba-tiba meninggalkan kantor tanpa memperdulikan meeting yang masih berlanjut dengan para manejer.Gaung Sam yang juga melihat tingkah aneh Amara Daft dengan wajah sedikit memuat bergegas mengejarnya, firasatnya mengatakan apa yang terjadi berhubungan dengan putri mereka. Saat keluar dari pintu kantor Amara Daft sudah berlalu dengan mobilnya, Gaung Sam segera menghubungi salah satu kenalannya yang bekerja di bandara untuk mengecek daftar penumpang untuk hari ini.Setelah itu Gaung Sam kembali keruang meeting untuk menyelesaikan pembahasan dengan para manejer***Pukul empat sore Amara tiba di kota A, kota dimana putri semata wayangnya melanjutkan studi, ia bergegas menuju klinik asrama Putrinya setelah menghubungi guru pembimbing akademi.Hampir sejam perjalanan Amara tiba di Klinik asrama d
Saat meeting Sang Pemberi Informasi sering kali mencuri pandang pada Amara Daft. Amara Daft sama sekali tifak memperdulikan kehadiran Sang Pemberi Informasi, ia hanya fokus pada pembahasan meeting saat itu dan berharap masalah TNcorp bisa cepat terselesaikan agar ia dapat segera mengakhiri kerjasama bersama Sang Pemberi Informasi.Waktu menunjukan pukul dua belas siang hari meeting bersama para manejer dan Sang Pemberi Informasi diakhiri dengan perjamuan makan siang bersama, Eva mempersilahkan semua untuk menyantap makan siang yang telah tersedia sebelum mereka melanjutkan kegiatan mereka pada saat itu. Amara Daft memilih kembali ke ruang kerjanya dan menyantap makan siangnya disana, ia ingin menghindari Sang Pemberi Informasi, namun tanpa ia sadari Sang Pemberi Informasi mengikuti langkahnya keruangan kerjanya dan membuat Amara Daft tudak bisa lagi menghindarinya."Apa kau harus seperti ini? Jika kau pikir kau dapat menghindari ku, maka ku pastikan pada mu, aku akan menca
Kisah pahit yang selalu ingin dilupakan Amara Daft, cerita dibalik perjalanan hidupnya yang membuat Amara berjuang keras menjalani hari-hari dengan menyibukan diri dengan larut dalam dunia kerjanya hingga ia melupakan semua kenangan pahit untuk kesalahan yang telah ia perbuat di masa lalu..Tok ... tok ...tok ...Suara ketukan dari balik pintu ruang kerja Amara membuatnya tersentak kaget dan tersadar akan lamunan pahit yang masa lalunya."Iya, silahkan masuk.""Maaf Non, rapat sepuluh menit lagi akan di mulai," ucap Eva saat tiba di hadapan meja Amara"Apa semua sudah berkumpul?" tanya Amara tersenyum pada Eva"Manejer pemasaran dan manejer keuangan belum hadir di ruang meeting, saya telah menghubungi mereka agar bisa segera hadir sebelum jadwal yang ditentukan untuk meeting hari ini," jawab Eva membalas pertanyaan Amara Daft"Baikla! Jika semua telah berkumpul tolong beritahukan pada ku agar aku juga bisa segera keruang meeting, sekarang kau boleh
Malam hari nya Amara mulai menelpon Gaung."Orang tua dan Kakak ku, telah mengetahui kehamilan ku dan mereka menginginkan aborsi. Aku akan menghubungi mu lagi setelah aborsi telah selesai dilakukan." Ucap Amara saat mengetahui panggilannya terhubung. Amara pun mengakhiri panggilan nya tanpa mendengar jawaban dari Gaung***Dua hari kemudian setelah waktu aborsi di jadwalkan Kakak sepupu. Kakak mengantar Amara kerumah Kakak sepupu untuk bersama-sama ke rumah bidan senior yang akan melakukan tindakan aborsi, pukul sepuluh mereka tiba di rumah bidan Jean. Saat bidan Jean melihat kedatangan kami, Amara di ajak masuk ke dalam ruang pemeriksaan dan diminta untuk berbaring diatas ranjang pemeriksaan. Semua telah di persiapkan, sepuluh menit kemudian bidan Jean, memasukan alat dan obat untuk melakukan tindakan aborsi, hampir setengah jam Amara berbaring diatas ranjang menahan rasa sakit." Sudah selesai, kita tunggu paling lambat dua kali dua puluh empa
Hari berlalu serasa cepat, usia kandungan Amara hampir lima bulan. Suara bising mulai sayup-sayup terdengar di telinganya tentang kehamilannya. Amara seakan-akan menjadi sorotan semua mata dan menjadi bahan gunjingan, saat ia berada di lingkungan sekolah, entah dari mana dan siapa yang menyebar tentang kehamilannya.Amara mulai merasa tidak nyaman, ia pun mulai aktif membolos dan menghindari semua teman-teman sekolah dan juga tiga sahabat yang sejak kelas satu selalu bersama nya. Timbul kecurigaan pada Cuing karena hanya Cuinglah yang mengetahui cerita tentang kehamilannya.Rasa kecewa membuat Amara memilih tidak ke sekolah, hampir sebulan sudah Amara memilih mengurung diri di rumah. Amara beralasan sedang masa tenang sekolah, kadang pula Amara berpura-pura berangkat dan kembali lagi ke kamarnya mengurung diri.***"Ra, nanti siang tolong ke bank, transfer uang bulanan kakak-kakakmu." Perintah mama pada Amara melihatnya keluar dari kamar"Jam berapa, M
Setelah tak lagi berkomunikasi Amara mulai kembali menghubungi Gaung. Saat ia mengetahui dirinya tak datang bulan, hanya dalam kurun waktu satu bulan, dalam dua kali berhubungan intim. Amara hamil, ia menyadari itu setelah selesai ujian semester."Malam ini kita harus bicara." Pesan singkat yang dikirim Amara pada Gaung"Apa masih ada yang perlu kita bicarakan!" Jawab singkat Gaung acuh tak acuh saat membalas pesan Amara "Ya, aku harap kau harus datang dan ini sangat penting." "Oke!"Pukul delapan malam Gaung sudah menunggu Amara di depan gang seperti janji mereka."Aku ada masalah." Ucap Amara saat telah berhadapan dengan Gaung."Masalah apa?" Tanya Gaung dengan raut wajah binggung tapi tetap cuek"Aku belum datang bulan.""Apa kau yakin dan apa hubungannya dengan ku?" Ucap Gaung seakan-akan tidak percaya untuk apa yang ia dengar dari bibir Amara"Sangat yakin, terakhir datang bulan dua minggu sebelum kit
Ini memang sakit. Sungguh sakit, aku dan sahabatku mencintai orang yang sama. Setiap kali sahabatku membicarakan tentang dirinya, ada rasa yang berkecamuk hebat dalam dada ini. Kadang hati kecilku berbisik lirih, aku juga mencintainya sobat. Sakit memang memendam rasa cemburu ini. Walaupun sakit, aku tetap jadi pendengar setianya. Rose selalu bercerita tentang Gaung. Pemuda bermata coklat dengan senyumnya yang bgitu manis."Ah, rasanya aku ingin memilikimu Gaung." Bisikku lirih dalam hati.Tapi, cinta ini terhalang oleh sahabat. Rose juga menyimpan rasa yang sama terhadap Gaung. Setiap ada waktu luang Rose selalu curhat tentang Gaung kepadaku juga Cuing. Awalnya memang perasaanku biasa saja. Aku nampak mendukung Rose pada masa itu. Namun kini, smuanya berubah menjadi rasa cemburu yang diam membisu.
Sore itu, di tepi pantai pada hamparan pasir. Yang Amara lakukan hanya duduk menatap lepas lautan tanpa batas, sejauh mata memandang. Ini adalah hal favorit yang selalu ku lakukan untuk mencari kedamaian. Rasanya ketika ku saksikan debur ombak yang beradu dengan karang, seperti meredam setiap gemuruh dalam dada. Sejenak menghempas masalah yang menjadi beban. Menikmati senja adalah alasan yang ku ciptakan. Meski sebenarnya, jika hanya menikmati langit jingga bisa ku lakukan dimana saja selama awan mendung tak menggelapkan. Namun seperti yang dikatakan banyak orang, menyaksikan matahari tenggelam kembali ke peraduannya di tepi pantai adalah hal indah yang sempurna. Aku menatap langit di ujung barat seperti penikmat senja lainnya. Untuk sepersekian detik, tanpa sengaja terputar satu memori dalam ingatan yang sudah mati-matian aku berusaha lupakan. Kupejamkan mata untuk menyadarkan diri, namun malah lebih terlarut didalamnya, menyelam jauh mengenang masa itu. Rasanya tak
Akhirnya aku sampai pada titik yang biasanya aku sendiri takuti. 'Titik jenuh'Mengingat perkataanmu kala itu, hatiku sakit teriris batu kerikik tajam. "Kadang yang berjuang malah tidak dapet apa-apa, justru yang tidak berjuang malah dapet banyak. Ya, sudah kalo gitu aku tidak usah berjuang aja biar dapet banyak." Ujar Gaung kesal "Kalo udah tau ga dapet apa-apa, ngapain masih ngejar-ngejar." dengan nada ketusku. seketika Gaung terdiam mendengar kata ketus yang keluar dari mulutku. Kamu tahu rasanya? Seperti ada yang menancapkan belati di nadiku. Aku terdiam. Nafasku berubah sesak. Dan mati. Lagi-lagi. Airmataku rasanya ingin luruh dengan derasnya. Tapi lagi-lagi aku hanya bisa menyembunyikan tangis dibalik tawa. Lagi-lagi aku selalu sok tegar dihadapan semua orang, semua teman-temanmu. Aku berusaha menyadarkan diriku sendiri bahwa kamu mungkin bukan milikku. Dan takkan pernah jadi milikku lagi.Kini aku telah berada