Setelah tiba di rumah Amara menyandarkan tubuh nya di sofa untuk beberapa saat untuk melepas lelah nya dan kemudian ia bergegas menyiapkan makan malam nya, bagi sebagian orang mungkin kehidupan yang ia jalani benar-benar tidak menarik kehidupan yang monoton dengan rutinitas yang sama tiap hari nya. Setelah pulang kerja atau pada saat hari libur, Ia akan lebih senang menyendiri dirumah di banding harus berkumpul dengan orang lain untuk menghabiskan waktu.
Setelah makan malam dan saat ia hendak memejamkan mata ia teringat kartu nama sang Pemberi Informasi, ia pun bergegas bangun meraih tas nya mencari kartu nama itu.
"Gaung Sam!" Ucap nya, ia terdiam beberapa saat memegang erat kartu nama itu, ada rasa penasaran yang menganjal tentang sang Pemberi Informasi, ia pun mengirim pesan singkat pada nomor yang tertera pada kartu nama itu
"Bagaimana kau tau aku sedang menghadapi masalah dan bagaimana kau tau siapa nama ku?"
Sang Pemberi Informasi hanya mengirim balasan emo tersenyum tanpa ada kata
"Sudah lah jika kau tak ingin menjawab." Balas Amara kembali ia pun meletakan hp nya dan menggerutu pada dirinya sendiri
"Ya terus lah seperti itu, mungkin akan lebih baik."
Malam ini, ia sulit memejamkan mata, ia pun bangkit dan melangkah ke ruang kerja menghabiskan waktu sepanjang malam dengan membaca laporan keuangan TNcorp
***
Ke esokan hari nya Amara seperti biasa menjalan kan aktivitas nya. Hari terakhir kerja untuk minggu ini, situasi yang sama masih harus dihadapkan dengan tumpukan kertas dalam ruangan nya.
"Eva." Panggil Amara meminta sekretaris nya untuk masuk kedalam ruangan nya.
"Apa yang bisa saya bantu nona?" Tanya Eva saat telah berhadapan dengan Amara
"Tolong Atur jadwal pertemuan saya minggu depan. Awal minggu dengan sang Pemberi Informasi senin pagi dan kemungkinan akan diadakan rapat dengan para manajer. Selain dua pertemuan itu tolong, undur yang lain kecuali benar-benar mendesak." Ucap Amara menegaskan
"Sang Pemberi Informasi?" Tanya Eva tersenyum
"Ya." Jawab Amara singkat, melihat senyum Eva yang sedikit tidak biasa Amara lanjut bertanya "Ada apa?"
"Tidak non, apa ada yang lain? jika tidak ada yang masih ingin disampaikan saya permisi dulu." Ucap Eva bergegas pergi
Amara hanya menatap tingkah konyol Eva Lalu berkata "Apa yang membuatnya begitu bahagia dan penuh semangat?" Lalu Amara tersenyum sinis
Amara melanjutkan membaca laporan di meja kerjanya. Beberapa kali ia menghembus napas dalam dan memijat pelan pada tengah Alis nya. Sejam kemudian tiba-tiba Hp nya berdering, ia meraih Hp itu dan melihat ada pesan singkat dari Misterius nama yang ia gunakan untuk sang Pemberi Informasi.
"Jika kau sempat temui aku sore ini!" Bunyi pesan singkat dari sang Pemberi Informasi.
"Ya, dimana?" Jawab Amara
Sang Pemberi Informasi mengirim alamat dan waktu mereka akan bertemu.
Amara kembali meletakan Hp nya dan dengan penuh semangat melanjutkan menghabiskan waktu dengan membaca laporan.
Pukul 17:00 mobil Amara berhenti di depan sebuah rumah, sesuai alamat yang dikirimkan sang Pemberi Informasi pada nya, ia sedikit ragu untuk turun dari mobil nya saat melihat halaman rumah itu dipenuhi hiasan ulang tahun. Ia pun meraih Hp nya dan mulai menghubungi sang Pemberi Informasi.
"Saya telah tiba di alamat yang Anda kirim, tapi mungkin saya salah karena saya berhenti tepat didepan sebuah rumah yang halaman nya dipenuhi hiasan ulang tahun." Ucap Amara saat mendengar panggilan teleponnya terhubung.
"Tunggu sebentar aku akan menghampiri mu." Kata sang Pemberi Informasi mengakhiri panggilan nya
Tak berapa lama sang Pemberi Informasi menghampiri mobil Amara. Ia mengetuk kaca jendela dan Amara pun keluar dari dalam mobil nya.
"Ayo, silahkan masuk." Ucap Pemberi Informasi dengan santai dan tersenyum
"Bukan kah kita seharus nya membicarakan tentang masalah pekerjaan?" Tanya Amara memastikan
"Tidak. Aku meminta mu untuk menghadiri acara ini." Jawab Pemberi Informasi
"Maaf, saya tidak terbiasa dan sebaiknya saya tidak disini dan saya berharap Anda tidak melibatkan saya untuk masalah pribadi Anda." Kata Amara
"Aku harap kau menolong ku, keluarga ku menginginkan hari ini aku membawa seseorang, awal nya ku menolak. Tetapi kesehatan nenek tiba-tiba memburuk hingga terpaksa ku menghubungi mu." Kata Pemberi Informasi menjelaskan
"Saya tidak bertanggung jawab atas kehidupan pribadi Anda, sebaiknya Anda mencari orang lain." Ucap Amara ketus dan kembali membuka pintu mobil nya saat ia ingin masuk
"Jika Anda tidak menolong ku, maka lupakan kerja sama kita." Ucap Pemberi Informasi menegaskan. Perkataan sang Pemberi Informasi itu menghentikan langkah Amara
Amara kesal mendegar pernyataan sang pemberi informasi dan saat Amara hendak menjawab tiba-tiba seorang wanita datang menghampiri mereka dengan raut wajah kawatir
"Ga, cepat masuk nenek kembali menanggis histeris memanggil mu, nenek terus meminta bertemu dengan wanita mu." Ucap wanita itu menarik tangan Pemberi Informasi agar bergegas masuk
Amara yang melihat itu, menarik napas dalam mengingat perkataan sang Pemberi Informasi tadi. Ia pun menutup kembali pintu mobil nya dan mengikuti langkah Pemberi Informasi tiba di depan pintu Amara menghentikan langkah nya tak tahu apa yang harus ia perbuat sang Pemberi Informasi entah dimana.
Ia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah ketika mendengar suara teriakan seorang wanita.
" Pergi, aku hanya ingin bertemu wanita mu, jika ku mati jangan pernah menyentuh mayat ku kalau kau belum membawa wanita mu." Ucap seorang nenek di sela-sela tanggis nya
"Bu, ibu tenang Gaung pasti akan membawa wanita nya." Ucap wanita separuh bawa ingin menenangkan wanita di kursi roda itu
"Aku tak lama lagi, apa salah nya cucu ku yang keras kepala ini menuruti ke inginan ku untuk yang terakhir." Kata nenek itu pilu
Amara yang tak tega melihat nenek itu lalu mendekat dan duduk disamping nenek itu mengenggam tangan nya lalu berkata dan tersenyum.
"Nek, apa kabar? Aku Amara."
Semua mata menatap Amara heran, Gaung pun tak bisa berkata
"Siapa kamu, aku tidak mengenal mu kenapa kamu disini." Ucap nenek sewot
"Aku disini karena keinginan nenek, bukankah nenek yang meminta ku datang." Ucap Amara tenang dan kembali tersenyum.
"Kapan? Aku tak mengingat kapan aku mengatakan itu."
"Kalau begitu aku akan segera pergi, Tetapi aku harap nenek tidak lagi mempersulit Gaung." Ucap Amara berpamitan
Nenek menatap Gaung, meminta penjelasan dengan tatapan matanya
"Sudah lah, nenek tidak menginginkan kedatangan mu, ayo kita pergi." Kata sang Pemberi Informasi menghampiri Amara dan mengenggam tangan nya
"Apa Dia wanita mu?" Tanya nenek memastikan
Amara dan Pemberi Informasi hanya saling menatap tanpa kata. Tiba-tiba wanita yang memanggil Gaung berkata
"Hai, maaf tadi tidak mempersilahkan mu masuk."
"Ya tidak masalah, maaf aku masuk tanpa permisi." Balas Amara tersenyum
"Ayo, kita pergi." Kata sang Pemberi Informasi mulai menarik tangan Amara
"Kata siapa kau boleh membawa nya pergi! Apa dia milik mu?" Ucap nenek sewot dengan segera menarik tangan Amara
"Ya, dia milik ku." Kata Pemberi Informasi menegaskan dengan mengejek nenek
"Aku ingin bicara dengan nya, lepaskan tangan mu." Ketus nenek
Amara hanya terdiam, nenek mengenggam salah satu tangan nya dengan erat dan sang Pemberi Informasi juga melakukan hal yang sama. Ia benar-benar berada diantara keegoisan nenek dan cucu nya.
Tak lama setelah nenek dan Pemberi Informasi saling membalas kata, merekapun tertawa
"Sudah, kau hanya akan membuat nya binggung. Ajak dia makan dan biarkan nenek bicara pada nya setelah itu." Kata nenek di sela-sela tawanya melepas tangan Amara
Sang Pemberi Informasi tersenyum dan menarik tangan Amara keluar dari kamar nenek
"Terima kasih. Aku akan menjelaskan nya nanti." Bisik Pemberi Informasi
Amara hanya mengangguk dan mengikuti langkah Pemberi Informasi.
Beberapa saat setelah makan Amara kembali ke kamar nenek di dampingi sang Pemberi Informasi lalu mereka mulai mengobrol sebentar, nenek mengajukan beberapa pertanyaan yang membuat Amara binggung untuk menjawab melihat raut wajah Amara nenek akhirnya berkata dengan kecewa
"Sudah malam kau mungkin lelah, pulanglah nenek menunggu kedatangan mu besok untuk menjawab semua pertanyaan nenek."
Amara tersenyum dan berkata. "Iya nek." Lalu ia pun berpamitan pulang. Sang Pemberi Informasi mengantar nya ke depan saat ia hendak masuk ke dalam mobil sang Pemberi Informasi berkata
"Maaf dan terima kasih banyak Aku akan menghubungi mu dan menjelaskan pada mu nanti."
Amara hanya tersenyum dan bergegas pergi.
Tiba di rumah Amara membenamkan tubuh nya di sofa."Bodoh!" Gumamnya pelan pada dirinya sendiri sebelum akhirnya, ia bergegas membersih kan diri. Tak lama setelah itu Hpnya berdering ada nama Misterius disana dan stelah beberapa kali panggilan dengan enggan ia menjawab panggilan itu "Ya." Jawabnya singkat "Apa kau sudah tiba dengan selamat?" Tanya sang Pemberi Informasi dari seberang sana "Iya." Jawab Amara dingin "Maaf! Aku melibatkan mu, untuk urusan pribadiku. Jika kau ada waktu dan berkenan, aku ingin bertemu dan menjelaskan." Ucap Pemberi Informasi "Baiklah! Kapan dan dimana?" Tanya Amara memastikan "Aku sekarang di depan rumahmu, jika kau tak keberatan kita bicara sekarang!" Jawab sang Pemberi Informasi "Bagaimana kau tau alamatku?" Tanya Amara terkejut "Akanku jelaskan setelah kita bertemu." Ucap sang Pemberi Informasi "Baiklah, aku akan keluar setelah menganti pakaianku
Tiba di rumah Amara membenamkan tubuh nya di sofa."Bodoh!" Gumam nya pelan pada dirinya sendiri sebelum akhir nya, ia bergegas membersih kan diri.Tak lama setelah itu Hp nya berdering ada nama Misterius disana dan stelah beberapa kali panggilan dengan enggan ia menjawab panggilan itu"Ya." Jawab nya singkat"Apa kau sudah tiba dengan selamat?" Tanya sang Pemberi Informasi dari seberang sana"Iya." Jawab Amara dingin"Maaf! Aku melibatkan mu, untuk urusan pribadi ku. Jika kau ada waktu dan berkenan, aku ingin bertemu dan menjelaskan." Ucap Pemberi Informasi"Baik lah! Kapan dan dimana?" Tanya Amara memastikan"Aku sekarang di depan rumah mu, jika kau tak keberatan kita bicara sekarang!" Jawab sang Pemberi Informasi"Bagaimana kau tau alamat ku?" Tanya Amara terkejut"Akan ku jelaskan setelah kita bertemu." Ucap sang Pemberi Informasi"Baik lah, aku akan keluar setelah menganti pakaian
pagi yang segar, mentari yang tampak kekuningan baru terbangun dari balik malam sinarnya terasa hangat di badan dan angin pagi berhembus dengan sejuknya, awal hari yang sempurna bersama secangkir kopi panas dan seseorang sahabat yang sangat berarti bagiku, Cuing. kami duduk di beranda rumah bersama mengawali pagi dengan curahan hati tentang aku dan tentang cinta yang kejam, aku bertanya padanya cara melupakan orang yang di sayangi yang telah menghianati cinta, dan tentu aku selalu terpukul saat dipermainkan seseorang "Jangan berusaha melupakannya, kadang kita suka lupa dan seenaknya saja ingin melupakannya, padahal kita telah lama bersama dan menjalin cinta, lalu dengan sekejap mata memori itu ingin di hapus? sepertinya tidak semudah yang di bayangkan. Jangan berusaha untuk melupakannya, itu prinsipnya" jawabnya meyakinkanku aku tampak murung mendengar nasihatnya, tapi itu harus aku lakukan demi mengembalikan kembali semangat hidupku yang kembali hilang k
Pagi yang cerah di penghujung minggu, alam seakan-akan mendukung Amara untuk melakukan rutinitas yang sama diakhir pekan, Amara beranjak keluar dari rumah. Menikmati indahnya kota dan seraya menghirup segarnya udara kota di pagi hari. Beberapa langkah ia berlari meninggalkan rumah nya, tiba-tiba Amara terkejut, ia melihat sosok pria yang telah berlari sejajar dengan nya dan terus mengiringi langkah nya. Pria itu tak lain adalah Gaung Sam sang Pemberi Informasi. Mereka berlari kecil mengelilingi kompleks perumahan tempat tinggal Amara, tak ada kata yang terucap, hampir 30 menit Amara berlari kecil berkeliling lingkungan tempat tinggalnya di ikuti Gaung Sam. Beberapa saat setelah itu mereka pun tiba kembali di depan rumah Amara.Amara membuka pagar rumah ingin bergegas masuk. Namun saat ia hendak menutup kembali pintu gerbang, Gaung Sam sang Pemberi Informasi menahan pintu itu dan sedikit mendorong nya hingga terbuka."Aku ingin bicara dengan mu." Ucap
Amara tiba di kantor dengan penuh semangat, ia menyibukan diri dengan membaca laporan yang sudah tertumpuk di ruangan nya, ia tidak terlalu berharap sang Pemberi Informasi akan datang membantu nya menyelesaikan masalah TNcorp yang ia hadapi mengingat masalah pribadi di antara mereka. sesekali Amara menghela napas dalam dan memijit tengah kening nya.Tak seperti dugaan nya sang Pemberi Informasi tiba tepap waktu sesuai apa yang telah ia janji kan pada Amara. Amara menyambut nya" Saya berpikir Anda tidak akan datang dan saya tidak sabaran mendengar lebih banyak lagi bagaimana ketiga laporan satu halaman itu bisa membantu memecahkan masalah di TNcorp ini." Amara memulai obrolan tanpa berpikir masalah lain diluar masalah kerja"Ketiganya akan memecahkan masalah informasi Anda dengan memberi para manejer informasi kunciyang mereka butuhkan." Kata sang Pemberi Informasi"Tetapi bagaimana sistem penyaringnya mengetahui informasi apa saja yang dibutuhkan para ma
Tiba di rumah Amara Daft terkejut, saat melihat Gaung Sam yang telah menunggu nya di depan rumah. Namun, sikap Amara Daft sungguh berbeda saat mereka bertemu di kantor siang tadi. Bagaikan dua orang yang berbeda, yang satu mudah tersenyum dan tidak segan untuk berbicara yang sisi lain hanya menunjukan wajah dingin dan lebih banyak membisu. "Apa kau baru pulang?" Tanya Gaung Sam menyapa Amara Daft yang ingin membuka garasi nya. Tetapi tak ada jawaban yang ia dapat dari Amara.Amara seakan-akan tidak memperdulikan kehadiran Gaung Sam, ia hanya bergegas memarkir kan mobil nya."Aku akan membuat sampel laporan di sini melanjutkan pembicaraan sore tadi." Ucap Gaung Sam sang Pemberi Informasi"Ok! Silahkan Anda masuk jika tujuan Anda untuk melanjutkan pekerjaan." Jawab Amara dengan semangat dan masih tetap berbahasa formal"Ya, terima kasih!"Amara bergegas menutup pagar dan membuka pintu rumah mempersilahkan Gau
Rasanya memang menyakitkan ketika kita dilepaskan dan sudah terbuang dari pilihan. Namun, bagaimana sakitnya hidup harus tetap berjalan bukan? Aku terlalu sibuk memperbaiki diri di depan matamu. Hingga aku lupa bahwa aku juga memperburuk diri dengan keadaan rapuh seperti ini di depan matamu. Aku butuh waktu untuk melupakan hingga aku harus berdamai dengan ikatan yang benar-benar terputus. Tak ada yang salah memang ketika seseorang yang pernah berdebar pada perasaan kemudian harus terpisah karena suatu alasan harus bersikap layaknya orang tak kenal. Bukan karena masih cinta atau saling menyalahkan. Namun, memang di sudut hati yang paling absurd bernama kenangan terkadang seakan menjadi radius tersendiri untuk membentengi diri kita dengan pencipta kenangan. Sebenarnya terlepas dari Amara bukanlah perkara yang mudah. Gaung harus mengubur dalam-dalam. Menangis diam-diam. Gaung tahu rasanya mendapatkan sesuatu agar ikhlas melepaskan untuk orang lain. Kamu memang benar kita adalah
Awalnya semua berjalan sederhana, sesederhana pertemuan kita kala itu. Kita tertawa, bercanda, membicarakan hal-hal manis. Dengan sikapku yang masih dingin bahkan tak membuatmu menyerah begitu saja. Perhatian kecil darimu, pembicaraan manis kala itu hanya kuanggap sebagai hal yang tak perlu ku maknai dengan luar biasa. Karna dipertemuan kita yang pertama kala itu menurutku tidak memberikan kesan apapun. Aku hanya menganggapmu pria biasa yang ingin berkenalan, hanya ingin menambah teman, berbagi cerita apapun yang bisa dibagi denganku. Ya karena memang kita baru berkenalan. Kamu juga belum mengetahui banyak tentangku, kamu tau tentang aku pun juga dari cerita salah seorang temanmu.Aku masih saja bersikap dingin, acuh tak acuh semakin tak peduli. Namun kamu tak menyerah dan semakin gigih untuk mendekatiku, sampai pada akhirnya mata hatiku terbuka lebar akan perjuangan perjuangan kerasmu. Aku menerka-nerka kita dipertemukan untuk saling melengkapi satu sama lain. Ah.
Amara yang teburu-buru membuat para karyawan merasa heran, Amara Daft dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana juga disiplin, entah apa yang membuatnya tiba-tiba meninggalkan kantor tanpa memperdulikan meeting yang masih berlanjut dengan para manejer.Gaung Sam yang juga melihat tingkah aneh Amara Daft dengan wajah sedikit memuat bergegas mengejarnya, firasatnya mengatakan apa yang terjadi berhubungan dengan putri mereka. Saat keluar dari pintu kantor Amara Daft sudah berlalu dengan mobilnya, Gaung Sam segera menghubungi salah satu kenalannya yang bekerja di bandara untuk mengecek daftar penumpang untuk hari ini.Setelah itu Gaung Sam kembali keruang meeting untuk menyelesaikan pembahasan dengan para manejer***Pukul empat sore Amara tiba di kota A, kota dimana putri semata wayangnya melanjutkan studi, ia bergegas menuju klinik asrama Putrinya setelah menghubungi guru pembimbing akademi.Hampir sejam perjalanan Amara tiba di Klinik asrama d
Saat meeting Sang Pemberi Informasi sering kali mencuri pandang pada Amara Daft. Amara Daft sama sekali tifak memperdulikan kehadiran Sang Pemberi Informasi, ia hanya fokus pada pembahasan meeting saat itu dan berharap masalah TNcorp bisa cepat terselesaikan agar ia dapat segera mengakhiri kerjasama bersama Sang Pemberi Informasi.Waktu menunjukan pukul dua belas siang hari meeting bersama para manejer dan Sang Pemberi Informasi diakhiri dengan perjamuan makan siang bersama, Eva mempersilahkan semua untuk menyantap makan siang yang telah tersedia sebelum mereka melanjutkan kegiatan mereka pada saat itu. Amara Daft memilih kembali ke ruang kerjanya dan menyantap makan siangnya disana, ia ingin menghindari Sang Pemberi Informasi, namun tanpa ia sadari Sang Pemberi Informasi mengikuti langkahnya keruangan kerjanya dan membuat Amara Daft tudak bisa lagi menghindarinya."Apa kau harus seperti ini? Jika kau pikir kau dapat menghindari ku, maka ku pastikan pada mu, aku akan menca
Kisah pahit yang selalu ingin dilupakan Amara Daft, cerita dibalik perjalanan hidupnya yang membuat Amara berjuang keras menjalani hari-hari dengan menyibukan diri dengan larut dalam dunia kerjanya hingga ia melupakan semua kenangan pahit untuk kesalahan yang telah ia perbuat di masa lalu..Tok ... tok ...tok ...Suara ketukan dari balik pintu ruang kerja Amara membuatnya tersentak kaget dan tersadar akan lamunan pahit yang masa lalunya."Iya, silahkan masuk.""Maaf Non, rapat sepuluh menit lagi akan di mulai," ucap Eva saat tiba di hadapan meja Amara"Apa semua sudah berkumpul?" tanya Amara tersenyum pada Eva"Manejer pemasaran dan manejer keuangan belum hadir di ruang meeting, saya telah menghubungi mereka agar bisa segera hadir sebelum jadwal yang ditentukan untuk meeting hari ini," jawab Eva membalas pertanyaan Amara Daft"Baikla! Jika semua telah berkumpul tolong beritahukan pada ku agar aku juga bisa segera keruang meeting, sekarang kau boleh
Malam hari nya Amara mulai menelpon Gaung."Orang tua dan Kakak ku, telah mengetahui kehamilan ku dan mereka menginginkan aborsi. Aku akan menghubungi mu lagi setelah aborsi telah selesai dilakukan." Ucap Amara saat mengetahui panggilannya terhubung. Amara pun mengakhiri panggilan nya tanpa mendengar jawaban dari Gaung***Dua hari kemudian setelah waktu aborsi di jadwalkan Kakak sepupu. Kakak mengantar Amara kerumah Kakak sepupu untuk bersama-sama ke rumah bidan senior yang akan melakukan tindakan aborsi, pukul sepuluh mereka tiba di rumah bidan Jean. Saat bidan Jean melihat kedatangan kami, Amara di ajak masuk ke dalam ruang pemeriksaan dan diminta untuk berbaring diatas ranjang pemeriksaan. Semua telah di persiapkan, sepuluh menit kemudian bidan Jean, memasukan alat dan obat untuk melakukan tindakan aborsi, hampir setengah jam Amara berbaring diatas ranjang menahan rasa sakit." Sudah selesai, kita tunggu paling lambat dua kali dua puluh empa
Hari berlalu serasa cepat, usia kandungan Amara hampir lima bulan. Suara bising mulai sayup-sayup terdengar di telinganya tentang kehamilannya. Amara seakan-akan menjadi sorotan semua mata dan menjadi bahan gunjingan, saat ia berada di lingkungan sekolah, entah dari mana dan siapa yang menyebar tentang kehamilannya.Amara mulai merasa tidak nyaman, ia pun mulai aktif membolos dan menghindari semua teman-teman sekolah dan juga tiga sahabat yang sejak kelas satu selalu bersama nya. Timbul kecurigaan pada Cuing karena hanya Cuinglah yang mengetahui cerita tentang kehamilannya.Rasa kecewa membuat Amara memilih tidak ke sekolah, hampir sebulan sudah Amara memilih mengurung diri di rumah. Amara beralasan sedang masa tenang sekolah, kadang pula Amara berpura-pura berangkat dan kembali lagi ke kamarnya mengurung diri.***"Ra, nanti siang tolong ke bank, transfer uang bulanan kakak-kakakmu." Perintah mama pada Amara melihatnya keluar dari kamar"Jam berapa, M
Setelah tak lagi berkomunikasi Amara mulai kembali menghubungi Gaung. Saat ia mengetahui dirinya tak datang bulan, hanya dalam kurun waktu satu bulan, dalam dua kali berhubungan intim. Amara hamil, ia menyadari itu setelah selesai ujian semester."Malam ini kita harus bicara." Pesan singkat yang dikirim Amara pada Gaung"Apa masih ada yang perlu kita bicarakan!" Jawab singkat Gaung acuh tak acuh saat membalas pesan Amara "Ya, aku harap kau harus datang dan ini sangat penting." "Oke!"Pukul delapan malam Gaung sudah menunggu Amara di depan gang seperti janji mereka."Aku ada masalah." Ucap Amara saat telah berhadapan dengan Gaung."Masalah apa?" Tanya Gaung dengan raut wajah binggung tapi tetap cuek"Aku belum datang bulan.""Apa kau yakin dan apa hubungannya dengan ku?" Ucap Gaung seakan-akan tidak percaya untuk apa yang ia dengar dari bibir Amara"Sangat yakin, terakhir datang bulan dua minggu sebelum kit
Ini memang sakit. Sungguh sakit, aku dan sahabatku mencintai orang yang sama. Setiap kali sahabatku membicarakan tentang dirinya, ada rasa yang berkecamuk hebat dalam dada ini. Kadang hati kecilku berbisik lirih, aku juga mencintainya sobat. Sakit memang memendam rasa cemburu ini. Walaupun sakit, aku tetap jadi pendengar setianya. Rose selalu bercerita tentang Gaung. Pemuda bermata coklat dengan senyumnya yang bgitu manis."Ah, rasanya aku ingin memilikimu Gaung." Bisikku lirih dalam hati.Tapi, cinta ini terhalang oleh sahabat. Rose juga menyimpan rasa yang sama terhadap Gaung. Setiap ada waktu luang Rose selalu curhat tentang Gaung kepadaku juga Cuing. Awalnya memang perasaanku biasa saja. Aku nampak mendukung Rose pada masa itu. Namun kini, smuanya berubah menjadi rasa cemburu yang diam membisu.
Sore itu, di tepi pantai pada hamparan pasir. Yang Amara lakukan hanya duduk menatap lepas lautan tanpa batas, sejauh mata memandang. Ini adalah hal favorit yang selalu ku lakukan untuk mencari kedamaian. Rasanya ketika ku saksikan debur ombak yang beradu dengan karang, seperti meredam setiap gemuruh dalam dada. Sejenak menghempas masalah yang menjadi beban. Menikmati senja adalah alasan yang ku ciptakan. Meski sebenarnya, jika hanya menikmati langit jingga bisa ku lakukan dimana saja selama awan mendung tak menggelapkan. Namun seperti yang dikatakan banyak orang, menyaksikan matahari tenggelam kembali ke peraduannya di tepi pantai adalah hal indah yang sempurna. Aku menatap langit di ujung barat seperti penikmat senja lainnya. Untuk sepersekian detik, tanpa sengaja terputar satu memori dalam ingatan yang sudah mati-matian aku berusaha lupakan. Kupejamkan mata untuk menyadarkan diri, namun malah lebih terlarut didalamnya, menyelam jauh mengenang masa itu. Rasanya tak
Akhirnya aku sampai pada titik yang biasanya aku sendiri takuti. 'Titik jenuh'Mengingat perkataanmu kala itu, hatiku sakit teriris batu kerikik tajam. "Kadang yang berjuang malah tidak dapet apa-apa, justru yang tidak berjuang malah dapet banyak. Ya, sudah kalo gitu aku tidak usah berjuang aja biar dapet banyak." Ujar Gaung kesal "Kalo udah tau ga dapet apa-apa, ngapain masih ngejar-ngejar." dengan nada ketusku. seketika Gaung terdiam mendengar kata ketus yang keluar dari mulutku. Kamu tahu rasanya? Seperti ada yang menancapkan belati di nadiku. Aku terdiam. Nafasku berubah sesak. Dan mati. Lagi-lagi. Airmataku rasanya ingin luruh dengan derasnya. Tapi lagi-lagi aku hanya bisa menyembunyikan tangis dibalik tawa. Lagi-lagi aku selalu sok tegar dihadapan semua orang, semua teman-temanmu. Aku berusaha menyadarkan diriku sendiri bahwa kamu mungkin bukan milikku. Dan takkan pernah jadi milikku lagi.Kini aku telah berada