Dan sekarang... Setelah semuanya jadi begitu jelas, aku yakin aruni akan membutuhkan banyak usaha dan kebohongan untuk meyakinkan Mas Arman agar semua foto dan pernyataan yang lontarkan pada suamiku terdengar seperti sebuah setingan saja. Wanita itu harus berusaha keras mencari alasan atau bahkan mungkin dia harus effort membayar seorang ahli untuk menyatakan bahwa foto yang kuperlihatkan pada Arman hanya sebuah editan. Dia akan sulit untuk menutupi kebohongan, sungguh sangat sulit. Tak dipungkiri, mengingat Arman sendiri tahu sifat aruni dan bagaimana hubungan mereka telah berkembang sejauh ini. Aku rasa suamiku tak meragukan kalau apa yang kukatakan itu ada benarnya, aruni wanita yang centil, dia ambisius, licik, pandai menggoda dan dia akan lakukan apapun untuk dapatkan keinginannya. Arman pasti menyadari itu cepat atau lambat.*"Dan kenapa kau masih duduk di sini?" tanyaku pada lelaki berbaju batik itu, dilihat sekilas siluet wajahnya semakin tampan saja, hidung mancung denga
Ucapanku membuat orang-orang yang ada di sekitar situ tertawa, mereka langsung tertawa dan sontak saja gundik suamiku merasa sangat malu, dia mencengkram tangannya dan wajahnya terlihat merah padam menahan amarah. "Lalu kau yang menghina kesenangan kami, Apakah kau sedang menunjukkan kecemburuanmu? Kau dengki kan?" Suamiku sontak saja memasang badan untuk kekasihnya itu. Orang-orang yang kebetulan berada di depan toko emas yang berdampingan dengan ATM, berkerumun dan penasaran atas percakapan kami. "Apa? Buat apa dengki dengan wanita obralan?""Mas, ucapannya sangat keterlaluan," bisik wanita itu sambil bersembunyi di belakang punggung suamiku, dia mengadu dan meminta agar Arman menghukum diri ini dan membalas perkataanku dengan kejam. "Dasar wanita durhaka, tak akan kutinggalkan dirimu andai kau istri yang baik!""Wwwuuuuuu!" orang-orang yang berkerumun bersorak, mereka mencibir perkataan suamiku, tapi mas Arman malah acuh tak acuh saja, justru dia semakin merasa nyaman menunjuk
Aku menangis pilu melihat jemariku yang mengeluarkan cairan merah, aku memegangnya dengan gemetar, sementara lelaki itu menjambak jilbabku, dan mengancam diri ini."Kalau kau masih mengulangi kelancanganmu, maka bukan saja akan kuceraikan kau, tapi akan kusiksa dan kucabut seluruh pakaianmu di jalan raya! Agar kau tahu bagaimana buruknya dipermalukan!" desisnya sambil mendorong kepalaku dengan keras.Sikapnya yang telah begitu keterlaluan menciptakan pijar api di hatiku. Dengan teko keramik berisi susu dingin, tiba-tiba keinginan untuk membalas perbuatan terlintas seketika, keinginan untuk menjadikan benda keras itu sebagai senjata muncul kuat di hatiku hingga aku mengikutinya. Kuraih teko itu dengan tanganku, dan selagi lelaki itu bersiul sambil berjalan terseok menuju ke kamar, aku mengikuti di belakangnya dan...Pranggg!Teko itu pecah di kepalanya, pria it tersungkur dan langsung tak sadarkan diri.*Pukul dua malam.Perlahan lelaki itu mengedipkan mata, mulai bangun dari tidur pa
Tak lama setelah mengambil video Ibuku datang, terus aja dia kaget dan terkejut melihat menantunya dalam keadaan diikat dan tangannya berdarah. "Ada apa ini?"Pertanyaannya pada menantunya itu hanya ditanggapi dengan bungkam, Ayahku juga ada di sana dan melihat semua itu, beliau nampak tidak habis pikir tapi tidak memaksa diri ini untuk menjawab lalu menceritakan apa yang terjadi. "Kenapa kalian terlihat lusuh dan berantakan? Kenapa tangan kalian?" Ayah segera melepaskan ikatan suamiku dari kursi, mengajak menantunya untuk pindah sementara Mas Arman tetap diam saja. Memberitahu keadaan dan sebab sebenarnya Kenapa kami bertengkar akan mengeruhkan suasana. Perselingkuhannya dengan aruni akan terungkap, kekejaman yang terjadi selama ini juga akan terungkap. Aku tidak mau keluargaku ikut menderita, karena kisah hidupku yang penuh dengan kesedihan dan kesengsaraan. Ayah pasti akan sedih jika tahu putrinya telah dikhianati, selain dibohongi aku juga selalu dipukuli dianiaya secara fisik
Saat Mas Arman terbelalak aku hanya tersenyum tipis sambil melambai kecil lalu masuk ke lift bersama rombongan para petinggi kami, lelaki itu bahkan tidak berkedip sedikitpun saat aku sudah masuk dan berdiri di belakang bos dengan anggun lalu pintu liftnya tertutup.Suasana rapat berlangsung dengan ramah tidak menegangkan sedikitpun, bahkan cenderung santai tapi semua orang bebas mengemukakan pendapat. Kuperhatikan prosesnya dengan seksama, kudengarkan bagaimana mereka berinteraksi dan bagaimana cara mereka menyampaikan pendapatnya kepada pemilik perusahaan dan anaknya yang memegang tampuk kepemimpinan. Diskusi berjalan dengan santun, masing-masing manajer yang memegang divisi mereka, melaporkan progres bulanan dan apa yang akan mereka rencanakan berikutnya serta visi misi mereka dalam beberapa bulan ke depan. Bos kami yang berkharisma meski sudah di usianya tua itu bernama Indra Widyatmoko, Dia Lelaki sukses dengan beberapa anak cabang perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia,
"sombong sekali kau?" Desis suami laknatku itu. "Tidak, aku tidak sombong karena kenyataannya memang begitu. Kalau kau terus menantangku, maka akan kuajukan ke bagian personalia agar kau digantikan oleh orang yang lebih kompeten!" ancamku yang membuat dia langsung menjauh dari hadapanku, dia pergi begitu saja membawa kekesalannya yang memuncak. Tepat di jam istirahat kerja semua orang berkumpul dan aku mulai berkenalan dengan mereka, entah mereka akan baik atau tidak kedepannya tapi kurasa semua orang bersikap baik dan menjabat tangan ini dengan tulus. Mereka memperkenalkan diri dan menyebutkan nama-nama mereka, ada yang terlihat manis dari awal dan ramah senyum, ada yang terus menjelaskan tentang keadaan perusahaan dan di mana letak-letak ruangan penting, ada juga yang wajahnya jutek dan sedikit bicara. Nampak sangat sombong, tak suka dengan kedatangan orang baru, tapi tidak mengapa! Menemui orang dengan berbagai tingkah yang beragam, tak terlalu membuatku terganggu. Kurasa aku
Jadi setelah pulang belanja dan sempat bertemu dengan wanita sialan itu, aku kembali ke rumah dan melaksanakan aktivitas seperti biasa. Menyiapkan makan malam sambil membantu mereka membuat PR, TV menyala dan memutar drama yang kusukai, sore ku berjalan damai dan penuh ketentraman andai lelaki itu tidak segera pulang dari merusak segalanya. Brak! Pintu ditutup dengan kencang dan suara langkah kaki yang khas itu terdengar begitu jelas. Siapa lagi yang datang kalau bukan dia. Belakangan ini bertemu dengannya membuatku malas, andai bisa segera kusingkirkan, maka akan kusingkirkanlah dia secepatnya. "Jadi kau bilang pada aruni kalau kau hendak menjadikanku alas kakimu?"lelaki itu berdiri di seberangku, di seberang meja dapur sambil menatap diri ini dengan sinis dan berkacak pinggang."Oh, rupanya wanita itu mengadu," desisku sambil mengaduk oseng sayur dalam kuali. "Kenapa kau diam saja? Jawab aku!""Kalau tidak menjawab apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mendekatiku lalu membant
Mungkin ucapanku tadi telah membuat lelaki itu kesal. Jadi saat aku kembali dan membawakan segelas kopi hadiah nampak cemberut dan menatap diri ini serta cangkir kopi secara bergantian. "Apa ini?""Kopi?""Apa Saya minta americano?""Uhm, sa-saya pikir anda hanya ingin kopi hitam.""Kau tidak bertanya dulu kopi apa yang saya inginkan dan bagaimana kau akan meletakkan gulanya.""Kebetulan saya bawakan gula terpisah, untuk persiapan jangan-jangan kurang gula," ucapku sambil mengeluarkan dua bungkus kecil gula dari kantung blazerku. Lelaki itu tertawa melihat gula yang kupegang di tangan. "Kau cerdik sekali, tapi aku tidak ingin minum kopi hitam.""Jadi, mau kopi apa Pak?" Untungnya ada mesin pembuat kopi yang tidak jauh dari ruangan direktur jadi aku tidak perlu repot-repot meracik, tinggal mengarahkan gelas ke kran kopi saja. "Capuccino dengan cream!""Baik, Pak." Demi mempersingkat waktu dan percakapan aku segera mengambil cangkir kopi tersebut dan bersurut mundur sambil membungk