Sejak diusir dari rumah , hidup Rexyano semakin sulit. Semakin hari perusahaannya semakin tak bisa lagi diselamatkan. Setelah ditinggalkan oleh investornya satu per satu, Rex juga tak lagi bisa mendapatkan investor baru. Namanya sudah terlanjur tercoreng dengan pemberitaan buruk yang terus menerus didengungkan tentang dirinya.
Bukan hanya uangnya yang sekarang makin lama makin menipis karena dia harus membayar sewa mahal untuk kamar hotel yang ditempatinya, mengingat segala aset yang dimiliki olehnya dan Amanda selama ini ternyata sudah diamankan oleh istrinya yang tak lama lagi akan menjadi mantan itu. Amanda ternyata lebih cerdas dari dugaannya. Tak hanya rumah mereka, namun villa, apartemen, bahkan tabungan emas mereka pun tak bisa lagi disentuhnya. Rex sangat tahu bahwa Amanda tidak bekerja sendirian. Ayahnya yang seorang pengusaha terkenal itu pasti ikut andil dalam membantu putri semata wayangnya untuk memberi Rex pelajaran.&nbLinda telah memiliki rencana, dalam waktu dekat dia akan menemui Rex. Sebangkrut-bangkrutnya Rex pastilah dia masih lebih kaya dibanding Bimo.Mengetahui Rex telah dibuang oleh istrinya, Linda berharap akan bisa menggantikan posisi wanita itu sebagai pendamping Rex. Setidaknya lelaki itu pasti masih punya harta yang bisa membuat dia tak harus bekerja menjadi tukang bersih-bersih seperti sekarang ini.'Seorang mantan pengusaha, meskipun perusahaannya bangkrut, tidak mungkin dia akan jadi gelandangan,' pikir Linda."Kamu lagi ngapain sih? Ngepel apa ngelamun?" Linda kaget dengan tepukan di sebelah bahunya saat dia ternyata sedang tak fokus dengan kerjaannya. Wanita itu mengepel lantai tanpa memperhatikan sekeliling hingga akhirnya jadi mengepel alas kaki pelanggan yang sedang melakukan pendaftaran."Eh, ma-maaf, Bu," ucapnya dengan penuh sesal.Sementara rekan kerjany
"Kamu ngapain ke sini?" sentak lelaki itu.Dua hari memantau Rex di kantor polisi, akhirnya Linda berhasil menemuinya juga saat lelaki itu akhirnya dibebaskan bersyarat dan kembali ke hotel tempatnya tinggal sementara.Linda merasa terusik melihat wajah Rex yang dulu biasanya bersih kini nampak tak terawat. Ditambah lagi lebam-lebam di sana sini bekas amukan massa di depan klinik Irfan tempo hari.Rex kaget ada yang memanggilnya saat dia baru saja turun dari mobil di parkiran hotel tempatnya menginap.Linda dengan penampilan yang menggoda sore itu merasa senang mengetahui Rex ternyata masih bisa tinggal di hotel. Artinya lelaki itu pasti masih punya banyak uang simpanan.Rex kaget dengan kemunculan Linda sebenarnya bukan karena dia tak senang dengan wanita itu. Lelaki itu hanya merasa munculnya Linda bukan pada saat yang tepat. Kondisinya begitu kacau sekarang karena baru saja
Sejak Metta dan teman-temannya dekat dengan Amanda, hari ini untuk pertama kalinya mereka diundang ke pesta termewah yang belum pernah mereka hadiri sebelumnya. Pesta anniversary emas orangtua Amanda yang digelar di rumah super mewah keluarga Asmara Wiguna.Devita, Rani, Revi, dan Ayu datang bersama pasangan masing-masing. Sementara Metta yang datang paling akhir disambut oleh Amanda yang sedari tadi tak sabar untuk memperkenalkan para sahabatnya itu pada orangtuanya.Seperti anak ABG yang sedang senang-senangnya menjalin sebuah persahabatan dengan teman sebayanya, Amanda begitu antusias saat memperkenalkan satu per satu wanita-wanita itu pada ayah dan ibunya."Yang mana ini yang namanya Metta?" tanya Mira, ibunda Amanda, penasaran. Metta memang yang paling disebut-sebut oleh Amanda karena kesamaan nasib yang menimpa dua wanita itu. Ibunda Amanda pun jadi sangat hafal dengan nama itu."Saya
Wanita itu terduduk lemas di pojokan rumah kontrakan. Sementara anak perempuannya menunggui di sebelahnya dengan tatapan bingung melihat sang ibu hanya terdiam melihat ke layar televisi yang menyala dari dini hari.Rex yang memandangi adegan itu dari atas kasur dengan jengkel bangkit, lalu mematikan televisi itu dengan kasar."Sudahlah, mandi sana. Lalu keluarlah cari sarapan! Aku sudah lapar," kata lelaki itu kesal. Lalu kembali membaringkan dirinya di atas kasur lagi.Sudah seminggu ini Rex tinggal di rumah kontrakan petak Linda. Linda yang awalnya mengira akan bisa hidup lebih baik dengan Rex, justru harus menerima perlakuan yang tidak menyenangkan selama lelaki itu berada di tempat tinggalnya.Linda memang sudah tidak perlu bekerja lagi karena lelaki itu memberinya uang untuk membayar sewa kontrakannya dan makanan mereka sehari-hari. Namun semua itu tidak membuat Linda senang. Pas
Sehari usai pemakaman orangtua Amanda, dua orang polisi datang untuk memberikan informasi. Amanda yang masih sangat shock karena kehilangan kedua orangtuanya yang mendadak, masih nampak enggan meninggalkan kamar. Sementara lima sahabatnya juga masih tetap setia mendampingi. Mereka bergantian menemani sahabat yang sedang dirundung duka itu.Saat seorang pembantu rumah tangga memberitahu kedatangan polisi ke rumah itu, keenam wanita itu pun segera bergegas menuju ke lantai bawah. Amanda yang masih merasa lemas pun akhirnya prnasaran ingin mengetahui apa yang sebenarnya telah menjadi penyebab meninggalnya kedua orangtuanya yang begitu mendadak itu.Saat mereka sampai di kamar tamu, Fabian nampak sedang berbincang dengan dua orang petugas dari kepolisian tersebut."Kemarin kami sudah menangkap seorang tersangka bernama saudari Linda. Kami menemukan keterlibatan saudari Linda dalam rekaman CCTV rumah yang diberikan pak
"Selamat siang, ini benar rumah saudara Bimo?"Bimo dan Norma kaget siang itu saat dua orang polisi mendatangi rumah mereka. Yang lebih mengagetkan lagi, karena dua polisi itu mengajak serta Tiara."Saya Bimo, ada apa ya, Pak?" Bimo segera menyalami para petugas polisi itu dan mempersilakan mereka untuk masuk. Sementara Norma sudah punya perasaan tak enak dengan ikut dibawanya anak dari Linda itu ke rumah mereka."Jadi begini pak Bimo. Ibunya anak ini, saudari Linda, saat ini sedang dalam pemeriksaan polisi terkait pembunuhan yang kemungkinan telah dia lakukan terhadap pasangan suami istri pengusaha Wiguna.""Apa? Linda membunuh orang, Pak? Apa bapak serius?" Bimo dan Norma benar-benar tak menyangka dengan kenyataan yang mereka dengar itu.Semenjak meninggalnya ibu mereka, Bimo dan Norma memang jarang sekali melihat berita di televisi atau media lainnya. Walaupu
"Cari siapa ya, Pak?"Bi Marsih mengurungkan niatnya menutup pagar rumah sehabis maghrib saat melihat sebuah mobil berhenti di jalanan depan rumah dan seorang lelaki gagah berpenampilan rapiturun dari mobil menghampirinya."Ini rumah ibu Metta?" tanya lelaki itu."Benar, bapak ini?""Ibu Mettanya ada? Saya temannya," kata lelaki itu kemudian."Oh, ada Pak. Silahkan masuk. Oya, nama bapak siapa?""Fabian, Bik.""Oh ya baik. Silahkan di tunggu dulu ya, Pak. Saya panggilkan bu Mettanya.""Terima kasih, Bik."Bi Marsih pun membuka pintu pagar kembali untuk mempersilahkan tamunya menunggu di teras. Sementara wanita itu bergagas ke dalam rumah untuk menemui majikannya."Ada tamu di luar, bu," lapornya pada Metta yang sedang mengambil gelas untuk membuat teh di dapurnya.&
Bimo memasukkan motornya ke dalam rumah kecilnya yang sederhana. Sudah beberapa hari ini Bimo menempati rumah yang dibelinya dengan harga lumayan murah itu dari seorang kenalannya.Rumah ibunya yang akhirnya dijual oleh Norma pada ketua RT di tempat tinggal ibunya dulu, uangnya telah dibaginya untuk dia dan dua kakak perempuannya.Dengan uang itu, Nani kini membuka warung kelontong dan warung makan kecil-kecilan di rumahnya. Sementara itu, Norma sudah beberapa minggu tak ada kabar. Dari ketiganya memang hanya Norma yang sepertinya masih belum punya tujuan pasti apa yang akan dilakukan setelah menjual rumah ibunya.Setelah menidurkan Tiara di kasurnya, Bimo pun ke belakang untuk membersihkan diri. Rasa lelahnya kali ini bukan saja karena berjualan di pinggir jalan semalaman, tapi juga rasa sesal yang seolah menghimpitnya dari sejak dia bertemu dengan Metta dan anaknya di tempatnya jualan tadi.
Hari itu rumah pengusaha Fabian Wiguno terlihat sangat ramai. Pesta kecil sengaja digelar khusus untuk menyambut kedatangan saudara perempuan serta dua anaknya yang rencananya akan kembali dari Amerika untuk berlibur.Amanda Wiguna dengan dua anaknya, Darryl dan Hannah memang telah lama menetap di America. Anak-anak Amanda meminta untuk dipindahkan sekolahnya ke luar negeri setelah ketok palu pengadilan memutuskan hukuman untuk ayah mereka. Amanda sendiri awalnya hanya bermaksud menemani dua buah hatinya menimba ilmu sekaligus ingin melupakan segala permasalahan yang terjadi di masa lalu mereka. Namun rupanya Amanda terlanjur nyaman berada di negeri paman Sam itu.Metta yang melakukan semua persiapan untuk menyambut kedatangan saudara perempuan suaminya. Dia sendiri juga begitu rindu ingin bertemu dengan sang ipar. Tak lupa, Metta juga mengundang ke empat sahabat mereka; Devita, Ayu, Rani, dan Revi. Bagi Metta, kepulangan Amanda kali in
"Sudah siap?" Fabian melongok dari arah pintu kamar.Metta yang sedang menyelesaikan dandanannya di deoan meja rias pun menoleh."Bentar lagi, Mas. Sini deh, Mas." Dilambaikannya jari-jari lentiknya ke arah sang suami."Kenapa, Sayang?""Sebenarnya mas mau ajak aku kemana sih? Dati kemarin nggak mau cerita ih." Metta membalikkan badan menghadap sang suami. Namun Fabian hanya tersenyum penuh misteri, seolah membiarkan istrinya dihantui rasa penasarannya sendiri.Semalam tiba-tiba saja Fabian mengatakan ingin mengajak Metta ke suatu tempat. Anehnya lelaki itu tidak mau mengatakan akan kemana."Kalau kukasih tahu jadinya nggak surprise dong," selalu begitu jawab suaminya."Hmmm baiklah. Daripada penasaran, kita berangkat sekarang aja kalau gitu."Dengan raut pura-pura kesal, Metta pun bangkit dan berjalan ke luar kamar sembari menggandeng
Berhari-hari Bimo selalu teringat pertemuannya dengan Linda di penjara. Tentang bagaimana nampak tertekannya wanita itu, juga pertanyaan Linda tentang pernikahan.Di banding kondisi Linda sekarang, Bimo merasa jauh lebih beruntung. Linda memang telah salah langkah. Terpuruknya kehidupan mereka di masa lalu tak membuat Linda jadi insyaf dan mengambil hikmah dari semua itu. Justru wanita itu semakin gila dengan harta dan kemewahan.Seandainya saja dulu Linda tidak meninggalkannya untuk lelaki kaya bernama Rexiano itu karena silau dengan hartanya, mungkin saat ini mereka berdua masih menjadi sepasang suami istri meskipun hidup dalam kesederhanaan.Tapi nasi memang telah menjadi bubur. Semua yang telah dilakukan Linda harus dipertanggung jawabkan di dalam penjara.Entah kenapa, pertanyaan Linda tentang apakah dia sudah menikah adalah yang paling membekas di hati Bimo beberapa hari terakhir. Seolah i
"Papa pulang!" teriak Tiara seperti biasa saat melihat Bimo datang dengan menggunakan ojek online. Lelaki itu memang sengaja pergi dan pulang kantor menggunakan transportasi umum agar sepeda motornya tetap bisa dipakai oleh kakaknya berjualan.Norma yang sedang menyuapi Tiara sore itu pun ikut girang. Sudah dua bulan ini Bimo bekerja di kantor Wiguna Group dengan gaji yang lumayan menurut mereka."Kok sore gini udah pulang, Bim?" tanyanya seketika setelah melirik jam di dinding yang baru menunjuk pukul 4 sore."Iya, Mbak. Kebetulan hari ini kerjaannya yidak begitu banyak. Tapi mungkin besok malah lembur sampai malam.""Oooh gitu. Ya sudah sana bersihin badan kamu dulu. Habis itu makanlah, aku sudah masak tadi.""Pa, Tiara boleh minta sesuatu nggak?" Tiara yang melihat Bimo akan beranjak, tiba-tiba langsung meraih tangannya lelaki itu."Boleh dong. Tiara mau minta ap
"Kamu serius, Bim?" Norma membelalakkan mata usai mendengar cerita adiknya."Serius, Mbak. Aku juga kaget tadi waktu dia mengatakan itu."Norma menggeleng-gelangkan kepalanya dan berkali-kali berdecak."Kok ada ya Bim, orang sebaik pak Fabian itu. Metta benar-benar wanita yang sangat beruntung bisa jadi istri lelaki seperti itu. Trus ... trus, kamu jawab apa waktu dia nawarin itu? Kamu menerimanya kan?""Aku belum mengatakan apa-apa, Mbak. Aku masih bingung. Aku sudah lama sekali nggak kerja kantoran. Aku nggak yakin aku masih bisa.""Jadi kamu nolak tawaran pak Fabian? Ya ampun Bimoooo. Kamu itu gimana sih?""Belum, Mbak. Aku belum bilang menolak. Aku bilang masih bingung. Tapi besok kalau aku bersedia, aku disuruh datang langsung ke kantornya."
"Titip Ibas ya, Mas. Minggu siang nanti kita jemput," ucap Metta saat akhirnya dia dan suaminya berpamitan pada Bimo."Jangan siang, Ma. Sore aja," sahut Ibas. Metta agak melebarkan mata pada anak lelakinya mendengar itu. Namun bibirnya tetap saja harus menampakkan senyum."Kalau Ibas pulangnya kesorean nanti gak cukup istirahatnya, Sayang. Kan senin sudah harus masuk sekolah lagi. Mama jemput siang aja ya?""Iya deh kalau gitu, Ma.""Jangan khawatir, Met. Bimo nggak akan pergi kemana-mana kok hari ini. Nanti biar aku sendiri aja yang jualan. Biar Ibas bisa puas maen sama papanya." Norma seolah tahu kekhawatiran Metta."Iya, Met. Jangan khawatir. Ibas akan baik-baik saja di sini," lanjut Bimo."Ya udah. Makasih ya, mbak Norma, Mas Bimo. Kami pamit dulu kalau gitu. Ibas baik-baik ya. Jangan rewel dan ngrepoti
Kehidupan Metta bersama Fabian masih sangat hangat sebagai sepasang pengantin baru walaupun ini adalah pernikahan kedua bagi keduanya.Di hari-hari awal pernikahan mereka, Metta bahkan sedikit kaget karena ternyata keseharian Fabian agak jauh dari bayangannya. Fabian yang seorang pengusaha, dalam bayangan Metta adalah orang yang sangat sibuk dan mungkin tak akan bisa memiliki banyak waktu untuk dirinya dan Ibas. Namun ternyata, dugaan Metta keliru. Fabian bahkan jauh lebih perhatian dibanding dulu saat dirinya menjalani awal pernikahannya dengan Bimo.Fabian sangat jauh berbeda dengan Bimo. Rupanya statusnya sebagai pengusaha sukses tak lantas membuatnya menomorduakan keluarga. Metta dan Ibas tetap menjadi prioritas utama bagi pria itu saat ini.Hari demi hari mereka lalui dengan kehangatan sebuah keluarga. Mungkin kegagalan keduanya dalam pernikahan sebelumnya menjadi pelajaran ya
Usai hari pernikahan, Fabian memboyong Metta ke sebuah rumah besar nan mewah. Rupanya lelaki itu sudah menyiapkan sebuah istana untuk sang istri. Metta bahkan belum pernah menginjakkan kaki di rumah semegah itu sebelumnya, selain rumah sahabatnya yang sekarang jadi adik iparnya, Amanda. Bik Marsih yang ikut diboyong Metta ke rumah barunya sampai terbengong kala mobil yang membawa mereka memasuki gerbang yang baru saja dibukakan oleh seorang satpam. Halaman yang luas dengan taman indah, air mancur di tengah-tengah halaman, persis seperti rumah-rumah yang hanya pernah dilihatnya di dalam tayangan sinetron di televisi lokal. Berulang kali wanita baya itu berdecak kagum. Tak jauh beda dengan bik Marsih, Ibas pun nampak seperti sedang dibawa jalan-jalan ke nengeri dongeng. "Ini ru
Malam itu Bimo, Norma, Nani dan suaminya sudah bersiap untuk pergi ke pesta pernikahan Metta. Bimo telah menyewa sebuah mobil untuk membawa rombongan itu ke sana. Saat akhirnya mereka berangkat, Norma tiba-tiba menyuruh Bimo untuk membelokkan mobil ke arah yang tak seharusnya. "Lhoh, jalannya itu ke arah sana mbak, kok minta belok?" tanya Bimo keheranan. "Udah belok dulu, sebentar aja kok, Bim. Nggak lama," sahut Norma. Nani juga jadi mengerutkan dahi melihat tingkah kakak sulungnya itu. "Mau kemana dulu sih kita memangnya, Mbak?" tanyanya kemudian dari kursi belakang. "Udaah jangan pada cerewet. Nanti juga tau." Lagi-lagi norma menyuruh adik-adiknya untuk diam.&n