Sejak Metta dan teman-temannya dekat dengan Amanda, hari ini untuk pertama kalinya mereka diundang ke pesta termewah yang belum pernah mereka hadiri sebelumnya. Pesta anniversary emas orangtua Amanda yang digelar di rumah super mewah keluarga Asmara Wiguna.
Devita, Rani, Revi, dan Ayu datang bersama pasangan masing-masing. Sementara Metta yang datang paling akhir disambut oleh Amanda yang sedari tadi tak sabar untuk memperkenalkan para sahabatnya itu pada orangtuanya. Seperti anak ABG yang sedang senang-senangnya menjalin sebuah persahabatan dengan teman sebayanya, Amanda begitu antusias saat memperkenalkan satu per satu wanita-wanita itu pada ayah dan ibunya. "Yang mana ini yang namanya Metta?" tanya Mira, ibunda Amanda, penasaran. Metta memang yang paling disebut-sebut oleh Amanda karena kesamaan nasib yang menimpa dua wanita itu. Ibunda Amanda pun jadi sangat hafal dengan nama itu. "SayaWanita itu terduduk lemas di pojokan rumah kontrakan. Sementara anak perempuannya menunggui di sebelahnya dengan tatapan bingung melihat sang ibu hanya terdiam melihat ke layar televisi yang menyala dari dini hari.Rex yang memandangi adegan itu dari atas kasur dengan jengkel bangkit, lalu mematikan televisi itu dengan kasar."Sudahlah, mandi sana. Lalu keluarlah cari sarapan! Aku sudah lapar," kata lelaki itu kesal. Lalu kembali membaringkan dirinya di atas kasur lagi.Sudah seminggu ini Rex tinggal di rumah kontrakan petak Linda. Linda yang awalnya mengira akan bisa hidup lebih baik dengan Rex, justru harus menerima perlakuan yang tidak menyenangkan selama lelaki itu berada di tempat tinggalnya.Linda memang sudah tidak perlu bekerja lagi karena lelaki itu memberinya uang untuk membayar sewa kontrakannya dan makanan mereka sehari-hari. Namun semua itu tidak membuat Linda senang. Pas
Sehari usai pemakaman orangtua Amanda, dua orang polisi datang untuk memberikan informasi. Amanda yang masih sangat shock karena kehilangan kedua orangtuanya yang mendadak, masih nampak enggan meninggalkan kamar. Sementara lima sahabatnya juga masih tetap setia mendampingi. Mereka bergantian menemani sahabat yang sedang dirundung duka itu.Saat seorang pembantu rumah tangga memberitahu kedatangan polisi ke rumah itu, keenam wanita itu pun segera bergegas menuju ke lantai bawah. Amanda yang masih merasa lemas pun akhirnya prnasaran ingin mengetahui apa yang sebenarnya telah menjadi penyebab meninggalnya kedua orangtuanya yang begitu mendadak itu.Saat mereka sampai di kamar tamu, Fabian nampak sedang berbincang dengan dua orang petugas dari kepolisian tersebut."Kemarin kami sudah menangkap seorang tersangka bernama saudari Linda. Kami menemukan keterlibatan saudari Linda dalam rekaman CCTV rumah yang diberikan pak
"Selamat siang, ini benar rumah saudara Bimo?"Bimo dan Norma kaget siang itu saat dua orang polisi mendatangi rumah mereka. Yang lebih mengagetkan lagi, karena dua polisi itu mengajak serta Tiara."Saya Bimo, ada apa ya, Pak?" Bimo segera menyalami para petugas polisi itu dan mempersilakan mereka untuk masuk. Sementara Norma sudah punya perasaan tak enak dengan ikut dibawanya anak dari Linda itu ke rumah mereka."Jadi begini pak Bimo. Ibunya anak ini, saudari Linda, saat ini sedang dalam pemeriksaan polisi terkait pembunuhan yang kemungkinan telah dia lakukan terhadap pasangan suami istri pengusaha Wiguna.""Apa? Linda membunuh orang, Pak? Apa bapak serius?" Bimo dan Norma benar-benar tak menyangka dengan kenyataan yang mereka dengar itu.Semenjak meninggalnya ibu mereka, Bimo dan Norma memang jarang sekali melihat berita di televisi atau media lainnya. Walaupu
"Cari siapa ya, Pak?"Bi Marsih mengurungkan niatnya menutup pagar rumah sehabis maghrib saat melihat sebuah mobil berhenti di jalanan depan rumah dan seorang lelaki gagah berpenampilan rapiturun dari mobil menghampirinya."Ini rumah ibu Metta?" tanya lelaki itu."Benar, bapak ini?""Ibu Mettanya ada? Saya temannya," kata lelaki itu kemudian."Oh, ada Pak. Silahkan masuk. Oya, nama bapak siapa?""Fabian, Bik.""Oh ya baik. Silahkan di tunggu dulu ya, Pak. Saya panggilkan bu Mettanya.""Terima kasih, Bik."Bi Marsih pun membuka pintu pagar kembali untuk mempersilahkan tamunya menunggu di teras. Sementara wanita itu bergagas ke dalam rumah untuk menemui majikannya."Ada tamu di luar, bu," lapornya pada Metta yang sedang mengambil gelas untuk membuat teh di dapurnya.&
Bimo memasukkan motornya ke dalam rumah kecilnya yang sederhana. Sudah beberapa hari ini Bimo menempati rumah yang dibelinya dengan harga lumayan murah itu dari seorang kenalannya.Rumah ibunya yang akhirnya dijual oleh Norma pada ketua RT di tempat tinggal ibunya dulu, uangnya telah dibaginya untuk dia dan dua kakak perempuannya.Dengan uang itu, Nani kini membuka warung kelontong dan warung makan kecil-kecilan di rumahnya. Sementara itu, Norma sudah beberapa minggu tak ada kabar. Dari ketiganya memang hanya Norma yang sepertinya masih belum punya tujuan pasti apa yang akan dilakukan setelah menjual rumah ibunya.Setelah menidurkan Tiara di kasurnya, Bimo pun ke belakang untuk membersihkan diri. Rasa lelahnya kali ini bukan saja karena berjualan di pinggir jalan semalaman, tapi juga rasa sesal yang seolah menghimpitnya dari sejak dia bertemu dengan Metta dan anaknya di tempatnya jualan tadi.
SATU BULAN KEMUDIAN ... "... Untuk mempersingkat waktu, kita mulai saja acara kita malam hari ini dan marilah kita sambut direktur utama kita yang baru sebagai penerus kerajaan Wiguna Coorporation, ibu Amanda Wiguna dan direktur pelaksana bapak Fabian Prasetya. ..." Tepuk tangan pun riuh rendah menyambut dua pimpinan baru mereka.Pesta pelantikan Amanda sebagai direktur utama sekaligus pewaris perusahaan menggantikan ayahnya, sementara Fabian sebagai direktur pelaksana berlangsung sangat meriah. Metta dan teman-temannya juga termasuk tamu yang diundang secara khusus malam itu.Usai acara, Metta yang selama beberapa hari ini sering sulit memejamkan mata karena selalu teringat dengan nasib anak semata wayang Linda yang kini berada dalam asuhan Bimo pun tak segera kembali ke rumahnya. Wanita yang kini terlihat lebih cantik dan anggun itu mengemudikan mobilnya menuju ke tempat mantan suaminya berjualan.Se
Nani berlari-lari kecil menuju rumah adik lelakinya setelah turun dari motor. Tangannya sebelah menenteng secarik kertas yang digulung. "Bim! Bimo!" teriaknya sambil terus berjalan memasuki rumah. "Ada apa, Nan? Kok teriak-teriak gitu?" Norma muncul dari arah dapur menyambutnya. "Mbak, Bimo mana?" tanyanya. "Sedang ke pasar, belanja. Ada apa sih?" tanya kakak perempuannya dengan keheranan. Nani menarik nafas panjang sebelum akhirnya mendudukkan diri di lantai rumah Bimo yang sempit itu. "Mbak Norma lagi ngapain sih? Sibuk?" Kepalanya langsung melongok ke arah dapur yang terlihat berantakan. "Enggak. Cuma lagi bikin adonan buat jualan nanti malam. Ada apa sih, Nan? Kamu sendiri nggak jualan, kok malah ngeluyur ke mari?" selidik kakaknya. "Jualan lah, mbak. Kalau nggak jualan mau makan apa anak-anakku? Udah selesai aku masak. Mas Dito sekarang lagi aku suruh nungguin dulu warungnya. Gara-gara ini nih aku ke mari!" Nani menepuk-nepuk kertas yang se
Malam itu Bimo, Norma, Nani dan suaminya sudah bersiap untuk pergi ke pesta pernikahan Metta. Bimo telah menyewa sebuah mobil untuk membawa rombongan itu ke sana. Saat akhirnya mereka berangkat, Norma tiba-tiba menyuruh Bimo untuk membelokkan mobil ke arah yang tak seharusnya. "Lhoh, jalannya itu ke arah sana mbak, kok minta belok?" tanya Bimo keheranan. "Udah belok dulu, sebentar aja kok, Bim. Nggak lama," sahut Norma. Nani juga jadi mengerutkan dahi melihat tingkah kakak sulungnya itu. "Mau kemana dulu sih kita memangnya, Mbak?" tanyanya kemudian dari kursi belakang. "Udaah jangan pada cerewet. Nanti juga tau." Lagi-lagi norma menyuruh adik-adiknya untuk diam.&n