🌹Aku mengatakan cinta padamu bukan agar kamu membalasnya. Tapi agar kamu mengetahui perasaanku. Itu saja. **Mendadak kepalanya menjadi pusing dan matanya berkunang-kunang.Rudi terduduk di bangku panjang depan ICU. Pikirannya sibuk mencari-cari cara untuk mengobati ibu dan kakaknya. "Ck, pusing sekali. Lebih baik aku pulang dulu. Siapa tahu aku bisa menemukan jalan keluar kalau sudah diskusi dengan Nilam."**"Gimana kondisi mama dan mbak Leni, Mas?" tanya Nilam sambil menyajikan teh pada Rudi. Rudi pun menghela nafas berat lalu menceritakan semua perkataan dokter pada Nilam. "Astaga, jadi resepsi kita diundur?"*Tentu saja diundur. Selain karena mama dan mbak Leni yang sakit, aku juga nggak punya biaya untuk mengadakan acara resepsi.""Tapi kamu ada uang untuk biaya operasi mama kan?""Nah, itu juga. Aku pun bingung memikirkannya."Rudi menoleh sesaat pada Nilam. "Nilam, kamu sekarang sudah sah kan menjadi istriku?" Nilam mengangguk. "Tentu saja. Walaupun kita hanya nikah siri
🌹Kalau ada kata-kata yang membuatmu sedih, menunduklah dan biarkan kata-kata itu melewatimu, agar tidak lelah hatimu. **"Jangan larang aku untuk menghajarnya! Apa kalian tahu kalau laki-laki itu yang telah membuat kakak dan mamaku kritis di ICU?" teriak Rudi yang masih diseret keluar dari restoran oleh teman-temannya. "Sst, jangan membuat keributan di sini, Rud! Kamu nanti bisa ditangkap polisi. Apa kamu tidak dengar ancaman satpam restoran tadi?" tanya temannya. "Rudi! Ayo masuk dulu ke dalam mobil. Kamu duduk di sebelah saya. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu!" seru kepala divisi. "Tapi Pak, saya harus bisa membuat mantan kakak ipar saya bertanggung jawab pada keluarga saya!" seru Rudi tak mau kalah. "Rudi, masuk ke dalam mobil atau saya laporkan kelakuan buruk kamu pada HRD agar memecat kamu!" ancam kepala divisi Rudi dengan nada dingin.Rudi pun mau tidak mau dengan bersungut-sungut masuk ke dalam mobil perusahaan. Suasana di mobil menjadi lengang. Beberapa teman R
Bungkus obat kosong itu bertulisan folav*t. Vitamin yang sama yang diminum Rani saat dia hamil dulu."Ini kan vitamin hamil? Siapa yang hamil di rumah ini?" batin Rudi.Rudi membawa bungkus vitamin itu ke dalam kamarnya. Lalu membangunkan Nilam dengan paksa. "Nilam, bangun!" Rudi menepuk-nepuk pipi Nilam.Nilam pun terpaksa membuka matanya meski masih mengantuk karena merasakan tepukan tangan Rudi yang dingin. "Ada apa sih, Mas? Ganggu orang tidur saja." Nilam menatap suaminya dengan mata setengah terpejam. "Kamu itu yang ada apa? Kamu hamil ya? Lihat ini!" Rudi mengulurkan bungkus obat yang sudah kosong ke hadapan Nilam. Wajah Nilam seketika memucat. Hilang sudah rasa mengantuk yang sedari tadi menggayuti matanya. "Apa kamu hamil?" tanya Rudi dengan ekspresi dingin. "Eng-gak, Mas.""Lalu obat ini punya siapa? Hanya tiga orang di rumah ini. Maya tidak mungkin hamil karena dia bahkan tidak punya pacar!""Obat itu sebenarnya ..," "Kamu kira aku tidak tahu kalau itu vitamin hamil?
🌹Jangan mau berperan seperti lampu hijau. Yang sudah ditunggu lama, tetapi lalu ditinggalkan.**Flash back on. [Gaess, aku membutuhkan bantuan.]Akhirnya Leni menurunkan harga dirinya dan menghubungi teman-teman satu gengnya untuk membantunya membalas dendam pada Agus. [Ada apa, Len?][Aku tidak bisa menceritakan pada kalian sekarang. Lebih baik kita ketemu langsung dan sharing. Tolong aku!][Oke. Baiklah. Share loct saja dimana dan kapan waktu pertemuannya.][Nanti sore jam 4 di kafe resto Red rose.]***"Jadi, ada apa Len? Sepertinya kamu tertimpa masalah berat?""Iya. Katakan saja masalah kamu dengan jujur. Kalau kami bisa bantu, kami pasti akan bantu.]Leni menatap ke arah teman-temannya. Sejenak merasa ragu untuk mengatakan secara jujur tentang masalahnya. Pasalnya selama ini dia selalu mencitrakan kehidupan pernikahan yang sempurna diantara kehidupan teman-temannya yang menjadi simpanan atau bahkan diselingkuhi oleh suaminya. "Aku ... ditalak oleh Mas Agus."Keempat teman
🌹Apa kamu tahu, kenapa pelangi hanya setengah lingkaran?Karena setengahnya lagi berada di matamu. **Flash back onRani menatap mbak Leni dan Agus bergantian dengan perasaan campur aduk. 'Maksudnya sabotase pernikahan itu apa? Jangan-jangan yang dimaksudkan mas Rudi adalah tentang Nilam? Apa mas Agus yang telah menyuruh Nilam untuk menggoda mas Rudi?'Rani menatap Leni yang sedang berorasi di panggung tanpa berkedip. 'Dia sungguh tak tahu malu. Sudah ditalak dan diceraikan, justru mengumbar aibnya dan menyerangku yang tidak berbuat apapun,' batin Rani kesal.'Tapi setelah kupikirkan lebih lanjut mas Agus juga keterlaluan. Dia menyuruh laki-laki untuk menjebak istrinya agar mereka bisa bercerai? Wah, benar-benar menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Lalu bagaimana kalau seandainya setelah menjadi istri mas Agus nanti, mendadak dia jatuh cinta pada perempuan lain?Bisa-bisa aku didepak dari kehidupannya. Atau bahkan dia akan menggunakan segala cara untuk menyingkirkanku d
🌹Wajah kamu emang seperti orang susah. Susah untuk dilupakan.**Rani tersenyum dan mengangguk. "Nama saya Rani, Mas.""Mbak Rani, terimakasih sudah menolong anak saya.""Sama-sama. Saya seperti pernah melihat Masnya."Toni terdiam dan mengerutkan keningnya. "Iya sih. Saya sepertinya juga pernah melihat Mbak Rani. Tapi di mana ya?""Mas Toni dulu bekerja dimana?""Di PT Fishdenia Frozen food."Mata Rani terbelalak saat dia mendengar nama pabrik tempat Rudi bekerja. "Mas Toni kerja di Fishdenia?"Toni mengangguk mantap. "Kenapa?""Itu tempat kerja mantan suami saya, Mas.""Mantan kerja suami Mbak Rani? Namanya siapa?""Mas Rudi," tukas Rani lirih. Selalu ada sakit yang terasa di dalam hatinya saat mendengar atau menyebutkan nama itu. Sakit yang tidak berdarah. Mata Rudi membulat mendengar nama temannya disebut. "Rudi? Rudi Hartono?"Kini giliran Rani yang tercengang. "Mas Toni kenal?""Kenal banget, Mbak. Dia salah seorang teman saya di divisi produksi. Bahkan meja kami berdampinga
🌹 Kadang orang jahat itu berawal dari orang baik yang tersakiti. **Flash back on."Ada apa lagi, Ran? Bukankah kamu sudah bertekad untuk tidak mau menerima lamaranku?""Ya Mas. Sekali lagi aku minta maaf.""Katakan saja apa yang ada di hatimu dan jangan buang-buang waktu!""Baik. Aku cuma ingin bertanya pada Mas Agus, apa mas tidak merasa sakit hati pada perbuatan mbak Leni yang dengan semena-mena mempermalukan orang tua mas Agus saat acara perayaan ulang tahun pernikahan?""Memang ada apa? Apa ada urusannya denganmu?""Mas Agus, kumohon. Jangan dendam seperti ini. Aku tahu mungkin mas Agus masih sakit hati karena aku tidak bisa menerima perasaanmu, tapi tak bisakah mas juga memperlakukanku sebagai adik seperti Mas memperlakukan Widuri?" tanya Rani dengan tatapan memohon. "Aku yakin dengan apa yang mas miliki sekarang, mas pasti akan mendapatkan pengganti yang lebih baik dariku. Aku mohon, Mas. Maafkan aku. Aku ingin kita bekerja sama."Mau tak mau Agus menjadi iba. "Sebenarnya a
Flash back on. Rani merenggangkan otot tubuhnya saat baru saja menyiapkan peralatan massagesnya di spa khusus perempuan. Dia memang mengambil mata kuliah khusus tata rias dan massages spa serta bekerja part time dalam bidang yang sama pula. Klinting. Suara denting lonceng berbunyi dan masuklah seorang perempuan setengah baya. "Silakan masuk. Ingin treatment apa?" tanya Rani ramah. Lalu beberapa saat kemudian, baik Rani maupun calon pelanggannya saling berpandangan. "Bu Dewi kan?""Lha kamu Rani kan?""Apa kabar, Ran? Kamu tambah cantik sekarang. Ya Tuhan, glowing!"Rani tersenyum. "Apa kabar, Bu? Kok di Malang? Sedang ada acara di kota ini?" tanya Rani pada tetangganya Rudi itu. "Iya. Aku sedang mengunjungi anak. Eh, sama anakku dibawa ke salon dan spa. Katanya di sini pelayanan bagus dan harga miring," tukas Dewi sambil mengulurkan nota pemilihan treatment. "Iya Bu. Bisa dicoba." Rani tersenyum dan membaca pilihan layanan treatmen lalu mulai menyiapkan peralatan. "Silakan k
Rani baru saja pulang dari kuliah dan melihat tivi sejenak, tapi tak lama kemudian dia tercengang. Sebuah kebakaran rumah yang dulu sangat dikenalnya terpampang dalam berita itu. Perempuan itu menelan ludah. 'Kebakaran itu berlangsung semalam. Berarti kejadiannya setelah pulang dari pernikahan Mas Agus,' batin Rani. Dan kamera tivi mengekspos wajah tiga bersaudara yang dulu pernah membuat hatinya sangat terluka."Kini aku sudah puas dengan apa yang terjadi pada kalian. Bukankah kehilangan itu sakit rasanya?" tanya Rani dengan tersenyum puas. *Rudi, Leni dan Maya menerima amplop dari beberapa tetangga dan bantuan dari pemerintah daerah dengan perasaan campur aduk. Selama tiga hari ini mereka tinggal di kos sederhana di dekat rumah yang terbakar itu. Mereka berjanji pada pemilik kos untuk membayar tepat waktu dengan uang yang didapat dari bantuan tetangga. Dan beberapa wartawan tivi mencarinya lalu menanyakan penyebab kebakaran di rumahnya. Walaupun sangat sedih, tapi Rudi menc
Rudi, Maya dan Leni terkejut mendengar penuturan Agus. "Mas, mbak Leni itu jauh seribu kali lipat daripada Nilam. Kok mau-maunya sih kamu menikah dengan Nilam. Dia itu mantan sugar baby lho. Anak dalam perutnya itu bukan anakku. Pasti anak haram, Mas. Sadar Mas Agus!" seru Rudi berapi-api. Agus hanya tersenyum. "Betul, kalau Nilam dulu memang sugar baby. Dia mengakui nya dan ingin bertobat. Selama ini dia menjadi lebih baik. Dan aku saksinya. Dia menjadi lebih terhormat. Lalu apa kamu yakin kalau Mbakmu lebih baik dari Nilam? Aku tidak ingin menjelekkan mantan istri. Tapi hatiku merasakan lebih nyaman saat bersama Nilam daripada bersama Leni. Dan yang terakhir, tidak ada yang namanya anak haram. Yang ada hanyalah perbuatan kedua orang tuanya yang haram. Semua anak sejak lahir dalam kondisi suci."Agus tersenyum lalu meletakkan undangan pernikahannya di atas meja tempat jualan milik ketiga bersaudara itu. Leni menatap tajam ke arah Agus. "Jadi kamu hanya bisa pamer seperti ini, Ma
🌹Kamu tahu enggak apa bedanya kamu dan hantu?Kalau hantu datang dan perginya nakutin, kalau kamu datang dan perginya nyakitin. *Pov Rudi Hari Sabtu pagi, dengan berbekal SIM C yang kebetulan kutinggal karena aku hanya membawa SIM B, aku bergegas ke polsek terdekat dan melaporkan tentang kehilanganku. Aku sedikit lega karena sudah mengantongi surat kehilangan dan polisi juga berjanji akan melacaknya. Hanya aku tidak bisa mengurus ke bank langsung, karena menunggu hari Senin dua hari lagi. Lagipula aku lupa nomor rekeningku kalau mau telepon CS. Selama dua hari itu, rasanya hidup segan mati tak mau. Aku benar-benar merasa tercekik dan seolah-olah akan ma ti esok hari. Ponselku yang ikutan hilang tidak bisa digunakan untuk mentransfer saldo ke rekening Maya ataupun mbak Leni.Ibarat kanker, sungguh aku sudah mengidap kanker stadium empat. Serba salah dan serba repot. "Mas, besok sudah hari Senin. Kamu seharusnya mulai mengurus kartu ATM dan buku tabungan kamu." Terdengar suara
🌹 Salah beli baju, bisa menyesal sehari. Salah potong rambut bisa menyesal seminggu. Salah memilih suami, bisa menyesal seumur hidup. **Flash back on. PV Rani"Ini bayaran kamu. Kerja bagus telah membuat Maya dipecat." Aku tersenyum puas pada sepasang suami istri yang terlihat glamor itu. Tak lupa kuulurkan amplop berisi sisa uang pembayaran. Suami istri di depanku melihat isi amplop coklat yang diberikan padaku dengan mata berbinar. "Terimakasih banyak, mbak Rani." Sang istri menerima amplop itu. "Jaga rahasia kita, Bu. Saya tidak mau ada keributan setelah ini.""Jangan khawatir, mbak. Kami profesional kok. Kami memang benar-benar membutuhkan uang ini untuk pengobatan anak kami."Suaminya lalu mengulurkan paper bag yang sedari tadi ada di pangkuannya. "Ini mbak, baju yang mbak belikan untuk kami. Kostum saat makan di restoran kemarin. Saya kembalikan pada Mbak. Saya kira, harganya pasti mahal."Lelaki itu lalu memberikan paper bag yang dipegangnya padaku. Aku mendesah. Kala
🌹 Aku memang manusia biasa. Tapi percayalah, cintaku untukmu itu luar biasa. **Pov Rani. Dering telepon membangunkanku dari tidur. Tanpa melihat nama penelepon, aku menekan layar hijau. "Halo.""Hei, pembunuh! Kamu sudah puas dengan apa yang terjadi?" Bukannya menjawab dengan baik, suara diseberang telepon terdengar nyolot. "Ini siapa sih?" tanyaku masih dengan rasa mengantuk. "Semudah itu kamu melupakan aku? Bagus ya? Lagipula aku juga tidak butuh untuk kamu inget lagi. Karena kamu lah yang membuat kondisi keluarga ku bangkrut dan mama harus kehilangan nyawa."Seketika rasa kantukku menghilang. Ini jelas suara Maya. "Mama mu meningga?" tanyaku. Tak munafik aku merasakan dua macam rasa. Senang dan prihatin dalam waktu yang bersamaan. "Sudah puas kamu membuat apes aku dan keluargaku?"Aku mengerutkan dahi. "Kamu," sahutku dingin. "Sudah puas kamu kalau anakku meninggal karena perbuatan ayah kandungnya sendiri?" "Apa maksud kamu?" tanya Maya. "Kamu jangan play victim."Aku t
🌹Aku mencintaimu seperti salat tarawih. Bukan siapa yang datang di awal, tapi siapa yang bertahan di akhir.**Rani melihat layar ponsel dengan puas. "Apa kamu sudah puas?" tanya Rudi saat melihat ekspresi wajah mantan istrinya. Rani hanya terdiam dan melihat wajah Rudi serta Maya dalam diam. "Jangan lupa, Mbak. Kamu harus menepati janji untuk mencabut laporan ke polisi."Rani tersenyum. "Tentu saja. Jangan khawatir. Aku bukan tipe orang yang suka mengingkari janji," sindir Rani. Rudi hanya mendengus kesal. "May, ayo kita pulang saja. Urusan kita sama dia sudah selesai.""Iya, Mas."Rudi dan Maya berdiri lalu tanpa berpamitan, mereka berlalu dari hadapan Rani. Rani menekan nomor telepon Nilam, dan tak lama kemudian langsung tersambung dengan sang empunya. "Halo, Nilam.""Ada apa, Ran?""Aku minta nomor rekening kamu dong.""Untuk apa?" Nada suara Nilam terdengar bingung. "Mas Rudi baru saja kesini dengan Maya. Tapi sekarang mereka sudah pulang.""Hah? Ke kos kamu? Ngapain? Apa
Rudi mendelik saat merasakan mamanya tidak lagi bernafas. "May, mama May!" seru Rudi panik."Kita bawa ke rumah sakit sekarang!""Tapi duitnya?""Duit kamu gadai sertifikat rumah kan masih ada?""Itu untuk usaha karena saat ini aku kan di PHK, May!""Jangan gila, Mas. Kamu mau mementingkan duit daripada Mama?""Ck, oke!""Bawa mobil mbak Leni saja!"Mendadak Rudi tersenyum saat teringat bahwa Leni masih mempunyai mobil. "Oke. Aku gendong mama dan kamu ambilkan kunci mobil ya?!"**"Ada masalah pada jantungnya. Pasien sempat mengalami apneu*. Untung cepat dibawa ke sini. Apa pasien jarang olahraga dan makannya selalu tinggi kolesterol?"Maya dan Rudi berpandangan. "I-iya, Dok. Mama suka santan dan jerohan ayam."Dokter di hadapan Maya dan Rudi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Pasien harus dirawat di ruang ICU dan melihat perkembangannya.""Ba-baik, Dok."Rudi dan Maya berjalan dengan gontai di koridor rumah sakit. "Mas, apa yang harus kita lakukan? Mama nggak pernah ikut
Flash back on. Rani merenggangkan otot tubuhnya saat baru saja menyiapkan peralatan massagesnya di spa khusus perempuan. Dia memang mengambil mata kuliah khusus tata rias dan massages spa serta bekerja part time dalam bidang yang sama pula. Klinting. Suara denting lonceng berbunyi dan masuklah seorang perempuan setengah baya. "Silakan masuk. Ingin treatment apa?" tanya Rani ramah. Lalu beberapa saat kemudian, baik Rani maupun calon pelanggannya saling berpandangan. "Bu Dewi kan?""Lha kamu Rani kan?""Apa kabar, Ran? Kamu tambah cantik sekarang. Ya Tuhan, glowing!"Rani tersenyum. "Apa kabar, Bu? Kok di Malang? Sedang ada acara di kota ini?" tanya Rani pada tetangganya Rudi itu. "Iya. Aku sedang mengunjungi anak. Eh, sama anakku dibawa ke salon dan spa. Katanya di sini pelayanan bagus dan harga miring," tukas Dewi sambil mengulurkan nota pemilihan treatment. "Iya Bu. Bisa dicoba." Rani tersenyum dan membaca pilihan layanan treatmen lalu mulai menyiapkan peralatan. "Silakan k
🌹 Kadang orang jahat itu berawal dari orang baik yang tersakiti. **Flash back on."Ada apa lagi, Ran? Bukankah kamu sudah bertekad untuk tidak mau menerima lamaranku?""Ya Mas. Sekali lagi aku minta maaf.""Katakan saja apa yang ada di hatimu dan jangan buang-buang waktu!""Baik. Aku cuma ingin bertanya pada Mas Agus, apa mas tidak merasa sakit hati pada perbuatan mbak Leni yang dengan semena-mena mempermalukan orang tua mas Agus saat acara perayaan ulang tahun pernikahan?""Memang ada apa? Apa ada urusannya denganmu?""Mas Agus, kumohon. Jangan dendam seperti ini. Aku tahu mungkin mas Agus masih sakit hati karena aku tidak bisa menerima perasaanmu, tapi tak bisakah mas juga memperlakukanku sebagai adik seperti Mas memperlakukan Widuri?" tanya Rani dengan tatapan memohon. "Aku yakin dengan apa yang mas miliki sekarang, mas pasti akan mendapatkan pengganti yang lebih baik dariku. Aku mohon, Mas. Maafkan aku. Aku ingin kita bekerja sama."Mau tak mau Agus menjadi iba. "Sebenarnya a