“Il ragazzo della discoteca ha già pagato. Calmati. (Orang di klub malam sudah membayar. kamu tenang saja.)” Ujarnya.
Adrianna disambut oleh dua orang pelayan wanita yang diberitahu dari pos penjagaan kalau nona muda mereka pulang kerumah dalam keadaan mabuk berat. Dengan bergegas, dua pelayan wanita itu mengikuti nona majikan mereka yang diangkat oleh seorang penjaga bertubuh kekar masuk ke dalam kamarnya agar mempercepat proses pemindahannya. Supir taksi itu pun pergi setelah berhasil mengantarkan penumpang mabuknya pulang.
“Huh, untung saja nona pulang sebelum tuan dan nyonya sampai rumah.” Ujar salah seorang pelayan yang membantu melepaskan pakaian yang dikenakan nona muda mereka agar tidur lebih nyenyak.
“Tapi, kasihan juga karena tuan dan nyonya jarang dirumah. Nona Adrianna hampir tidak pernah mendapatkan perhatian.” Jawab pelana lainnya. Keduanya membersihkan sang nona cepat-cepat.
“Halo,” Namun tidak ada suara di ujung telpon.“Halo, siapa ini?” Tanya Mahreen lagi.“Armala? Ini aku Eve. Apa kabar kamu? Lama kita tidak bertemu.”“Eve? Senang mendengar suaramu lagi. Ada apa menghubungiku? Apakah ada sesuatu yang bisa aku bantu?” Mahreen yang sedang duduk di teras, langsung terbangun berdiri berjalan menuju ke dalam rumah.“Armala, apa kita bisa bertemu sekarang?” suara Eve terdengar bergetar.“Kamu tidak apa-apa, Eve? Suara kamu seperti …”“Aku tidak apa-apa. Aku akan kirimkan alamatnya ya. Ada sesuatu yang mau aku bahas mengenai desain ruangan kerja presdirku.” Jawab Eve.“Apa tanteku tidak bisa dihubungi?” Tanya Mahreen lagi.“Ini … berhubungan dengan pertama kali ruangan itu dirancang. Aku rasa aku lebih baik bicara langsung dengan kamu.” Ujar Eve sambil matanya melihat sesekali pria
“Aku mencarimu keman-mana seperti orang gila. Aku meninggalkan pekerjaanku di Italy demi untuk mencari dimana keberadaanmu. Beginikah cara kamu menyambut aku, suamimu sendiri?” Ujar Mateo dengan rahang mengeras dan mengukung Mahreen dibawah tubuhnya dengan jarak wajah mereka tidak lebih dari lima senti.“Kita tidak punya hubungan apa-apa lagi. Aku sudah menggugat cerai kamu jadi seharusnya kamu sudah menandatanganinya bukan? Aahhh lepaskan tanganku!” Kedua tangan Mahreen dicengkeram Mateo di samping tubuh sang perempuan hamil. Harum aroma maskulin dari Mateo terhirup jelas di indera penciuman Mahreen. Harum khas Mateo yang tidak pernah bisa dilupakannya.“Cerai? Kamu pikir kamu bisa bercerai begitu saja dariku? Hmm. Kamu harus menerima hukumannya karena berani melarikan diri dari aku.” Dengan seringai iblisnya, Mateo merobek pakaian yang dikenakan Mahreen. Spontan sang perempuan berteriak kencang karena ketakutan.
Perempuan hamil itu butuh untuk tinggal didalam apartemen yang sudah fully furnished (Fully furnished adalah kondisi isi sebuah hunian yang telah dilengkapi furniture dan perabot lengkap yang dibutuhkan oleh penghuni untuk hidup dengan nyaman.) karena semua perabotannya dirumah kontrakan lama membutuhkan waktu untuk dipindahkan.“Baiklah, saya ambil ini. Saya memang membutuhkan tempat tinggal tidak terlalu besar tapi memudahkan saya untuk bergerak kemana saja. Bisakah kita langsung menyelesaikan persyaratannya? Saya ingin segera tinggal disini sekarang juga.” Ucap Mahreen. Ya, dia tidak punya tempat tinggal lagi. Rumah lamanya sudah tidak nyaman lagi untuknya. Dari nomer ponsel yang berhasil pria itu dapatkan dan menemukan rumah bukanlah hal yang sulit. Mahreen yang sudah mengganti nomer ponselnya itu segera menghubungi tantenya untuk memberikan kabar terbaru.“Assalammualaikum, tante.” Suara Mahreen yang masih sangat lelah terdengar jelas oleh Maira dari ujung telpon.“Wa’alaikumussa
“Jangan-jangan, dia sudah menemukan istrinya dan mengajak istrinya tinggal bersama di rumah kak Mateo yang baru.” Perempuan yang menyukai kakak tidak sedarah itu berpikir keras. Otak jahatnya tidak bisa berpikir jernih setiap kali teringat Mahreen. Dengan menggigiti kukunya, Mischa mencari akal untuk mencari tahu dimana keberadaan perempuan yang telah merebut kakak tiri tersayangnya. Berbekal pertemanan yang dia miliki, perempuan itu pun mencari tahu dengan menghubungi beberapa temannya untuk mengorek informasi.“Segera beritahu aku di nomer ini. Aku akan membayarmu sangat tinggi kalau berhasil menemukannya.” Mischa pun mematikan ponselnya dan bersiap-siap untuk keluar dari penjara emas ini yang membuatnya sangat bosan.Sementara itu di tempat lain, Mahreen berdiri melongo tidak percaya melihat pria yang duduk di hadapannya. Tante Maira merekomendasikan pekerjaan untuknya sebagai seorang sekretaris. Mahreen pernah bekerja sebagai seorang sekretaris saat dia bekerja di perusahaan paman
“Bagaimana mungkin pria ini bisa mengetahui kalau aku sedang ada disini?” Gumamnya dalam hati.“Terima kasih,” Ucap Mateo pada kasir yang telah selesai menghitung belanjaan Mahreen dan pria itu pun tanpa sungkan mengangkat kantong yang terbuat dari bahan katun tersebut. Dengan santainya, pria Italia yang membiarkan bulu-bulu halus tumbuh di rahangnya itu mendekap pinggang sang istri dan mereka berjalan menuju mobil Mateo yang terparkir tidak jauh dari mobil Mahreen.“Berikan kunci mobilmu padaku. Kamu akan naik mobil bersamaku. Mobilmu akan diantarkan pulang oleh supirku.” Jawab Mateo sambil meletakkan belanjaan ke bagasi mobilnya. Mahreen terdiam entah kenapa dia tidak bisa melarikan diri lagi. Dia merasa kalau pelariannya kali ini akan sangat sia-sia karena posisinya yang sudah sangat dekat dengan Mateo dan tidka bisa berlari seperti saat dia didalam mobil.“Aku bisa pulang sendiri.”“Jangan keras kepala, Mahreen. Dan, jangan pernah menguji batas kesabaranku.” Jawab Mateo dengan rah
“Kamu boleh bekerja selama enam bulan kedepan. Atau, aku akan mengurungmu disini sampai kamu melahirkan. Tinggal pilih, mau yang mana?” Ujar Mateo memberi pilihan pada sang istri. Mahreen menelan saliva susah payah. Kehidupan penuh kekangan sudah ada di depan matanya.Mahreen terbangun di tengah malam karena kehausan. Disebelahnya, Mateo masih pulas dalam tidurnya. Seperti yang sudah Mahreen duga, pria itu meminta haknya setelah sekian lama memendam rasa. Perempuan hamil itu berjalan mengendap menuju dapur. Sebuah lemari pendingin menjadi tujuan utamanya. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari seperti yang ditunjukkan di jam dinding yang ada di dapur. Mahreen duduk di ruangan depan sambil menggenggam cangkir berisi air putih.Matanya mengedar ke seluruh ruangan yang ada di depan matanya. Sebuah hunian mewah yang aura Mateo melekat kuat disini. Berkali-kali Mahreen menarik napas lalu menghela napas panjang. Dia pun mencari posisi nyaman untuk selonjoran di sofa panjang warna putih bersih ya
Seorang perempuan mengenakan jilbab pashmina warna salem senada dengan kemeja dan roknya, menghirup segarnya udara negara tempat dimana dia dilahirkan namun sudah ditinggalkannya selama dua puluh tahun. Mahreen Fathiya, seorang perempuan muda yang baru saja bercerai dengan suaminya seorang pria berkewarganegaraan asli Italia.Mahreen tidak punya keluarga ataupun teman di Indonesia. Waktu dia berusia lima tahun, kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan mobil dan Mahreen saat itu kebetulan berada dirumah bersama pengasuhnya sehingga selamat dari kecelakaan mobil tersebut. Semua asset kekayaan mendiang ayahnya diambil alih oleh pamannya yang merupakan adik dari sang ayah. Sejak usia lima tahun itu pula, Mahreen dibawa ke Italia dan hidup disana sampai usianya menginjak dua puluh lima tahun.Perempuan cantik itu masih duduk di kursi setelah koper berhasil diambilnya dari mesin berjalan. Mahreen tidak tahu harus kemana. Dia tidak punya rumah
“Aku mandi dan istirahat dulu, tante. Kalau boleh. Aku sudah makan di dalam pesawat dan masih kenyang.” Jawab Mahreen dengan ramah.“Baiklah kalau begitu. Nayra, antarkan kakakmu kekamarnya ya.” Ujar Maira.“Iya ma,”“Sebelumnya, aku ingin mengucapkan terima kasih pada om dan tante yang masih mau menampung aku tinggal disini. Aku pasti akan membalas kebaikan om dan tante.” Jawab Mahreen sebelum meninggalkan ruangan tempat berkumpul tersebut.“Sudahlah, kita semua bersaudara. Itulah pentingnya untuk saling mengenal saudara satu sama lain jadi kita bisa saling membantu. Mami kamu sangat supel meskipun papi kamu super sibuk tapi mami kamu selalu rajin berkumpul dengan keluarga besar. Sekarang pergi istirahat. Nanti kita ngobrol lagi.” Ucap Maira lagi dengan senyum tulusnya.“Baik tante, aku permisi dulu kalau begitu.” Mahreen pun meninggalkan tiga orang yang ada diruangan tamu dan
“Kamu boleh bekerja selama enam bulan kedepan. Atau, aku akan mengurungmu disini sampai kamu melahirkan. Tinggal pilih, mau yang mana?” Ujar Mateo memberi pilihan pada sang istri. Mahreen menelan saliva susah payah. Kehidupan penuh kekangan sudah ada di depan matanya.Mahreen terbangun di tengah malam karena kehausan. Disebelahnya, Mateo masih pulas dalam tidurnya. Seperti yang sudah Mahreen duga, pria itu meminta haknya setelah sekian lama memendam rasa. Perempuan hamil itu berjalan mengendap menuju dapur. Sebuah lemari pendingin menjadi tujuan utamanya. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari seperti yang ditunjukkan di jam dinding yang ada di dapur. Mahreen duduk di ruangan depan sambil menggenggam cangkir berisi air putih.Matanya mengedar ke seluruh ruangan yang ada di depan matanya. Sebuah hunian mewah yang aura Mateo melekat kuat disini. Berkali-kali Mahreen menarik napas lalu menghela napas panjang. Dia pun mencari posisi nyaman untuk selonjoran di sofa panjang warna putih bersih ya
“Bagaimana mungkin pria ini bisa mengetahui kalau aku sedang ada disini?” Gumamnya dalam hati.“Terima kasih,” Ucap Mateo pada kasir yang telah selesai menghitung belanjaan Mahreen dan pria itu pun tanpa sungkan mengangkat kantong yang terbuat dari bahan katun tersebut. Dengan santainya, pria Italia yang membiarkan bulu-bulu halus tumbuh di rahangnya itu mendekap pinggang sang istri dan mereka berjalan menuju mobil Mateo yang terparkir tidak jauh dari mobil Mahreen.“Berikan kunci mobilmu padaku. Kamu akan naik mobil bersamaku. Mobilmu akan diantarkan pulang oleh supirku.” Jawab Mateo sambil meletakkan belanjaan ke bagasi mobilnya. Mahreen terdiam entah kenapa dia tidak bisa melarikan diri lagi. Dia merasa kalau pelariannya kali ini akan sangat sia-sia karena posisinya yang sudah sangat dekat dengan Mateo dan tidka bisa berlari seperti saat dia didalam mobil.“Aku bisa pulang sendiri.”“Jangan keras kepala, Mahreen. Dan, jangan pernah menguji batas kesabaranku.” Jawab Mateo dengan rah
“Jangan-jangan, dia sudah menemukan istrinya dan mengajak istrinya tinggal bersama di rumah kak Mateo yang baru.” Perempuan yang menyukai kakak tidak sedarah itu berpikir keras. Otak jahatnya tidak bisa berpikir jernih setiap kali teringat Mahreen. Dengan menggigiti kukunya, Mischa mencari akal untuk mencari tahu dimana keberadaan perempuan yang telah merebut kakak tiri tersayangnya. Berbekal pertemanan yang dia miliki, perempuan itu pun mencari tahu dengan menghubungi beberapa temannya untuk mengorek informasi.“Segera beritahu aku di nomer ini. Aku akan membayarmu sangat tinggi kalau berhasil menemukannya.” Mischa pun mematikan ponselnya dan bersiap-siap untuk keluar dari penjara emas ini yang membuatnya sangat bosan.Sementara itu di tempat lain, Mahreen berdiri melongo tidak percaya melihat pria yang duduk di hadapannya. Tante Maira merekomendasikan pekerjaan untuknya sebagai seorang sekretaris. Mahreen pernah bekerja sebagai seorang sekretaris saat dia bekerja di perusahaan paman
Perempuan hamil itu butuh untuk tinggal didalam apartemen yang sudah fully furnished (Fully furnished adalah kondisi isi sebuah hunian yang telah dilengkapi furniture dan perabot lengkap yang dibutuhkan oleh penghuni untuk hidup dengan nyaman.) karena semua perabotannya dirumah kontrakan lama membutuhkan waktu untuk dipindahkan.“Baiklah, saya ambil ini. Saya memang membutuhkan tempat tinggal tidak terlalu besar tapi memudahkan saya untuk bergerak kemana saja. Bisakah kita langsung menyelesaikan persyaratannya? Saya ingin segera tinggal disini sekarang juga.” Ucap Mahreen. Ya, dia tidak punya tempat tinggal lagi. Rumah lamanya sudah tidak nyaman lagi untuknya. Dari nomer ponsel yang berhasil pria itu dapatkan dan menemukan rumah bukanlah hal yang sulit. Mahreen yang sudah mengganti nomer ponselnya itu segera menghubungi tantenya untuk memberikan kabar terbaru.“Assalammualaikum, tante.” Suara Mahreen yang masih sangat lelah terdengar jelas oleh Maira dari ujung telpon.“Wa’alaikumussa
“Aku mencarimu keman-mana seperti orang gila. Aku meninggalkan pekerjaanku di Italy demi untuk mencari dimana keberadaanmu. Beginikah cara kamu menyambut aku, suamimu sendiri?” Ujar Mateo dengan rahang mengeras dan mengukung Mahreen dibawah tubuhnya dengan jarak wajah mereka tidak lebih dari lima senti.“Kita tidak punya hubungan apa-apa lagi. Aku sudah menggugat cerai kamu jadi seharusnya kamu sudah menandatanganinya bukan? Aahhh lepaskan tanganku!” Kedua tangan Mahreen dicengkeram Mateo di samping tubuh sang perempuan hamil. Harum aroma maskulin dari Mateo terhirup jelas di indera penciuman Mahreen. Harum khas Mateo yang tidak pernah bisa dilupakannya.“Cerai? Kamu pikir kamu bisa bercerai begitu saja dariku? Hmm. Kamu harus menerima hukumannya karena berani melarikan diri dari aku.” Dengan seringai iblisnya, Mateo merobek pakaian yang dikenakan Mahreen. Spontan sang perempuan berteriak kencang karena ketakutan.
“Halo,” Namun tidak ada suara di ujung telpon.“Halo, siapa ini?” Tanya Mahreen lagi.“Armala? Ini aku Eve. Apa kabar kamu? Lama kita tidak bertemu.”“Eve? Senang mendengar suaramu lagi. Ada apa menghubungiku? Apakah ada sesuatu yang bisa aku bantu?” Mahreen yang sedang duduk di teras, langsung terbangun berdiri berjalan menuju ke dalam rumah.“Armala, apa kita bisa bertemu sekarang?” suara Eve terdengar bergetar.“Kamu tidak apa-apa, Eve? Suara kamu seperti …”“Aku tidak apa-apa. Aku akan kirimkan alamatnya ya. Ada sesuatu yang mau aku bahas mengenai desain ruangan kerja presdirku.” Jawab Eve.“Apa tanteku tidak bisa dihubungi?” Tanya Mahreen lagi.“Ini … berhubungan dengan pertama kali ruangan itu dirancang. Aku rasa aku lebih baik bicara langsung dengan kamu.” Ujar Eve sambil matanya melihat sesekali pria
“Il ragazzo della discoteca ha già pagato. Calmati. (Orang di klub malam sudah membayar. kamu tenang saja.)” Ujarnya.Adrianna disambut oleh dua orang pelayan wanita yang diberitahu dari pos penjagaan kalau nona muda mereka pulang kerumah dalam keadaan mabuk berat. Dengan bergegas, dua pelayan wanita itu mengikuti nona majikan mereka yang diangkat oleh seorang penjaga bertubuh kekar masuk ke dalam kamarnya agar mempercepat proses pemindahannya. Supir taksi itu pun pergi setelah berhasil mengantarkan penumpang mabuknya pulang.“Huh, untung saja nona pulang sebelum tuan dan nyonya sampai rumah.” Ujar salah seorang pelayan yang membantu melepaskan pakaian yang dikenakan nona muda mereka agar tidur lebih nyenyak.“Tapi, kasihan juga karena tuan dan nyonya jarang dirumah. Nona Adrianna hampir tidak pernah mendapatkan perhatian.” Jawab pelana lainnya. Keduanya membersihkan sang nona cepat-cepat.
“Huh, kamu kenapa kaku begitu sih kak? Itulah mengapa kamu tidak punya pacar sampai usiamu sekarang karena semua perempuan takut padamu.” “MAYA!” Suara teriakan sang kakak yang menggelegar membuat nyali Maya ciut juga. Perempuan berjilbab itu menghentakkan satu kakinya ke lantai dan keluar begitu saja dari ruangan kerja sang kakak. Sebastian memijat pelipisnya yang tidak pusing dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh berat pria itu rasakan memimpin adik dan ibunya sejak kepergian sang ayah untuk selama-lamanya. Sebelum maya berhijab, adiknya itu bergaul dengan teman-temannya yang suka keluar masuk klub malam. Dengan beberapa teman wanitanya yang suka keluyuran di malam hari, dari situlah dia mengenal lelaki yang menjadi ayah dari anak-anaknya. Pernikahan mereka pun terjadi karena Maya mengandung lebih dahulu anak hasil perbuatan sembunyi-sembunyinya dengan lelaki itu. Selama mereka menikah, Maya dikuras habis-habisan oleh sang suami n
“MAHREEN! AAARGGHH!” Sang pria terduduk berlutut di atas lantai dengan kedua telapak tangannya mengusap wajah dan rambutnya. “Aku pasti menemukan kamu, sayang!” Geram Mateo dengan tangan terkepal. “TIMMY!” Suara menggelegar Mateo mampu menembus hingga keluar unit apartemen dan membuat ajudan setia sang bos mafia lari tergesa-gesa.“Siap tuan!”“Kamu cari tahu sampai dapat dimana istriku tinggal. CEPAT!” Teriakan Mateo sudah lama tidak didengar Timmy dan itu cukup membuat pria berbadan tegap itu langsung beranjak dari tempat dia berdiri untuk menemui anak buahnya dan Menyusun strategi demi mencari istri bos yang melarikan diri.“Mahreen, aku pasti akan menghukummu karena berani meninggalkan aku!” Dengan rahang mengeras dan tangan terkepal ditinju ke atas lantai, siapapun tidak akan berani mendekati pria yang sedang berada di puncak emosinya.Sementara itu di