Share

#7 'Mama'

Author: Olivia Atmodjo
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah melalui awal LDR yang sedikit drama, kini Diana sudah mulai terbiasa dengan hubungan jarak jauh yang untuk pertama kali berbeda pulau. Meskipun tiap malam dihabiskannya dengan video call, namun tetap tidak bisa mengurangi rasa rindunya.

Setya banyak menceritakan tentang keluarganya yang saat ini tengah dilanda masalah. Alasan Setya ke Makassar sesungguhnya adalah perusahaan Papa – nya mengalami kerugian besar akhir – akhir ini, sehingga kakak lelakinya lah yang men – support keuangan di rumah. Setya memiliki seorang keponakan lucu berusia lima tahun yang bernama Arga.

“Di, kemarin aku cerita ke Mama kalau aku punya kamu” cerita Setya di malam itu.

“Apa kata Mama – mu mas?” tanya Diana cemas.

Diana pernah memiliki trauma berpacaran namun tidak direstui menyababkannya sedikit khawatir. Apalagi dengan latar belakang keluarga Setya yang ‘berada’ sangat menciutkan nyali Diana.

“Mama seneng lah tau aku punya pacar, beliau pengen ketemu kamu malahan. Apalagi pas aku kirimin foto kamu ke Mama”

Lagi – lagi Diana kaget dan hanya terdiam mendengarkan Setya. ‘Bukannya ini semua terlalu cepat?’ ‘Kita kan baru jalan satu bulan” gumam Diana dalam hati.

“Di? Kok diem? Besok kalau cuti main ke rumah ya? Ketemu Mama?”

Diana masih terdiam.

“Sekalian main sama Arga. Kemarin – kemarin kan kalian Cuma bercanda lewat video call” Setya masih melanjutkan. “Mau ya Di?”

Diana akhirnya luluh dengan desakan Setya yang tak ada hentinya.

“Lihat besok deh ya mas. Tapi aku ga bisa janji.” Jawab Diana pasrah kali ini.

---

“Di, jadi kan ketemu Mama sore ini? Mama nanyain terus tuh.” Pesan dari Setya mengagetkan Diana siang itu. Ia melihat jam sudah pukul sebelas siang.

Diana sudah janji akan bertemu dengan Mama Setya sore ini melalui kakak ipar Setya yang sekaligus Ibu dari Arga. Diana memanggilnya Mba Novia.

“Iya mas. Udah janjian kok sama Mba Novia nanti sore jam tiga aku ke rumahmu.” Balas Diana singkat. Diana beranjak dari tempat tidurnya, kini ia hanya duduk terdiam di meja makan.

“Dek, kok ngelamun. Kesambet loh kamu nanti” Ibu tiba – tiba sudah berdiri di belakang Diana.

“Eh Ibu sudah pulang. Nanti sore Adek ke tempat temen ya Bu.” Diana berharap untuk kali ini saja Ibu melarangnya pergi di sisa cutinya yang akan berakhir besok.

“Yaudah, jangan pulang malem ya.” Jawab Ibu sedikit mengecewakan Diana.

Diana sangat berharap untuk tidak menemui keluarga Setya hari ini. Entah kenapa, keraguan menyelimuti Diana.

Dengan berat hati, Diana menyalakan mobilnya dan berajak menuju ke Vila Bukitsari. Kompleks perumahan yang setahu Diana cukup elit di Semarang.

Diana berhenti di depan rumah dengan pagar hitam yang menjulang tinggi.

“Mba Novia, aku udah di depan rumah Bukitsari Raya IV Nomor 56 ya” Diana menelepon dari dalam mobil.

“Masuk dulu ya Di, Mama belum selesai. Bentar aku bukain pintu” jawab Mba Novia dari ujung telephone.

Ketika Diana melewati pagar, tak henti Diana kagum dengan rumah dua lantai bercat putih dengan pilar – pilar di depannya. ‘Ini mah istana, bukan rumah’ gumamnya.

Belum selesai Diana terheran – heran, dua wanita dan satu anak kecil datang menghampirinya.

“Hai Diana, aku Novia. Ketemu juga kita akhirnya. Ini Mama” Mba Novia memperkenalkan dirinya lalu mengenalkan Diana pada ‘Mama’ yang hanya tersenyum tipis menjabat tangan Diana.

Di perjalanan menuju restoran Jepang yang tidak terlalu jauh dari rumah Setya, Diana masih merasa canggung dan hanya berani melirik sedikit ke sebelah kirinya.

Mustika Chandra Kirana, Wanita yang Diana ketahui dahulu adalah sosok ketua Yayasan Sosial Kasih Bunda yang cukup ternama di Semarang, kini duduk di sebelah kirinya, dan yang masih Diana tidak percaya, kini ia adalah pacar dari anak bungsu Ibu Mustika yang terkenal itu.

‘Mesti ngobrolin apa ya nanti’

Comments (1)
goodnovel comment avatar
anindianthi
thor lanjutin lagi ceritanya dong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rumah yang Semu   #8 Bimbang

    Kini Diana tak lagi heran kenapa Setya memintanya untuk ‘sedikit’ berdandan ketika menemui Mamanya. Setya tidak pernah memberitahunya kalau dia anak Bu Mustika. “Diana ya namanya?” Bu Mustika memecahkan lamunan Diana. “Iya Tante, panggil Diana aja” “Udah berapa lama kamu jalan sama anak Tante? Kok kamu mau sih sama anak Tante?” Diana tersenyum bingung harus menjawab apa. Ini kali pertama ia menghadapi Ibu dari pacarnya sendirian. Mulutnya terasa sulit untuk berucap. “Udah Ma, kasihan ini udah sampai keringat dingin anaknya” beruntung sekali mba Novia menyelamatkan Diana kali ini. Bu Mustika Nampak puas mengisengi Diana yang kikuk. Diana sendiri masih bingung dengan situasi saat ini sampai akhirnya Arga merengek untuk bermain ke playzone di lantai tiga. “Sering – sering aja Di main ke rumah. Aku sama Mama di rumah terus kok.” Mba Novia Kembali menenangkan pikiran Diana yang masih blank sedari tadi. “Seb

  • Rumah yang Semu   #1 Diana

    Tidak seperti hari – hari biasanya, rutinitas di proyek hari ini sedikit melambat karena hujan yang tak kunjung reda sedari pagi membuat kantor ramai. Semua orang berkumpul di assembly point karena kegiatan kerja tidak mungkin dilanjutkan.Sudah sebulan ini semangat Diana hilang entah kemana setelah mengakhiri hubungan dengan Malik, lelaki yang sudah setahun ini menemani hari – harinya. Jangankan tersenyum, untuk membuka mata dan mengawali hari pun enggan rasanya.“Kayaknya gue ga bisa LDR lagi, Di. Gue minta pengertian lu ya. You deserve someone better than me.” Kata – kata Malik sebulan lalu kembali terngiang di kepala.Awalnya Diana terkejut mendengarkan kata yang keluar dari mulut Malik, namun akhirnya Diana menyadari hubungan jarak jauh Kediri – Jakarta bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan pasangan muda seperti dirinya dan Malik.Ketika Diana tahu lelaki yang sangat ia sayangi ingin me

  • Rumah yang Semu   #2 Halo

    Pukul sebelas pagi, suara telephone masuk membangunkan Diana dari tidurnya. Rencananya untuk terbangun jam dua belas siang gagal. Momen cuti yang ia dapatkan hanya tujuh hari dalam tiga bulan sangatlah berharga baginya untuk membayar jam tidurnya yang selalu berantakan saat on site, hancurlah di hari pertama. “Woooyyyy, Princess Diana udah bangun belum looooo” suara teriakan khas dari sahabatnya mau tak mau membuatnya membuka mata. “Jangan lupa janji kita sore ini ya. Jam 15.00 gue jemput. Inget Diana. JANGAN LUPA” Renata masih saja berteriak dari ujung telephone. “Baik tuan putri.” Jawab Diana sambil menutup telephonenya dan kembali memejamkan mata. Ia mengingat Kembali janji apa yang dibuatnya dengan Renata. Renata Alierfan, sahabat Diana yang lebih tua tiga tahun darinya. Dari hobi Diana bermain basket, bertemulah mereka di sebuah perlombaan antar sekolah, dimana Diana mewakili SMPnya dan Renata menjadi asisten pelatihnya

  • Rumah yang Semu   #3 Kabar

    Sudah satu bulan sejak pertemuan Diana dan Setya namun tak kunjung ada kabar dari Setya. Diana berpikiran bahwa Setya tidak tertarik dengannya dan sudah dekat dengan perempuan lain. Karena sejak awal niatnya hanya untuk menambah teman, Diana berusaha merasa biasa saja walaupun di dalam hatinya ia menunggu respon dari Setya.“Gimana Di ketemuan sama Setya kemarin? Sukses ga?” Raka menepuk bahu Diana dari belakang.“Ga ada kabar mas. Ngilang aja orangnya abis ketemu kemarin. Gue kurang oke kali ya” jawab Diana.“Elunya sendiri gimana? Oke ga sama dia?” tanya Raka“Sebenernya oke aja kalo mau dilanjut mas. Tapi orangnya kayaknya ga mau tuh. Ga ada kabar sampai sekarang” ucap Diana pasrah kali ini. Sedikit heran ia melihat Raka terus mendesaknya dengan pertanyaan tentang Setya secara tiba – tiba.“Denger sendiri kan lu apa jawabannya. Udah ya gue matiin dulu mau kerja” tiba – tiba

  • Rumah yang Semu   #4 Sore

    “Adek belum berangkat ke proyek baru kan hari ini? Nanti siang tolong antar Ibu ke Salatiga ya. Mau kirim titipan barang buat Pakdhe.” Ibu membangunkan Diana pagi sebelum berangkat ke kantor.“Masih pagi banget Bu, masih ngantuk” Diana menjawab ogah – ogahan ajakan Ibunya.“Nanti siang sepulang kerja, Dek. Engga sekarang. Itu sarapan dimakan ya, nanti sebelum pulang Ibu telepon kamu.” Lanjut Ibu memandangi anaknya yang terlihat malas membuka mata. “Ibu sampai rumah harus udah siap ya.”Ketika Ibu berangkat, Diana masih berbaring di kasurnya. Sudah tiga hari ia hanya makan – tidur – makan lagi – tidur lagi tanpa keluar dari rumah.Ketika ia benar – benar beranjak tempat tidurnya, ia melihat jam sudah menunjukkan pukul satu siang, sudah ada dua missed calls dari Ibu. Bergegas Diana meraih handuk dan berlari ke kamar mandi. Terbayang omelan Ibu kalau sampai Diana belum sia

  • Rumah yang Semu   #5 Tanya

    Sejak pertemuannya dengan Setya sore itu, kini Diana mulai perlahan bisa membuka hatinya untuk Setya. Dia mulai terbiasa mendengarkan cerita – cerita Setya setiap harinya sepulang kerja. Setya tak henti membuat Diana tertawa akan hal – hal konyol yang dilalui sehari – hari ataupun ikut merasakan cerita – cerita sedih tentang beberapa job nya yang akhir – akhir ini sepi. Kini Diana mulai mencari – cari Setya jika sehari tak ada kabar darinya. Di tengah kesibukan akhir bulan membuat laporan pekerjaan, Diana mendapatkan pesan yang cukup mengejutkan dari Setya. “Di, awal bulan aku ke Makassar Di. Ninggalin kerjaan disini.” “Bakal ga balik untuk waktu yang lama kayaknya” Dua pesan itu membuat Diana cukup terkejut dan menghentikan pekerjaannya sejenak. “Mendadak banget mas. Berapa lama?” “Nanti malem aja ya aku cerita Di. Bingung banget. I need your advice” Setya mengakhiri chat sore itu meninggalkan Diana dengan pe

  • Rumah yang Semu   #6 Jarak

    “Maksudnya mas?” Diana tercengang dengan pertanyaan dari Setya. “Mau apa nih?” ia masih bingung dengan apa yang Setya maksud.“Okey, aku ulang sekali lagi. Jangan minta aku buat ulangin lagi ya.” Raut wajah kesal Setya terlihat lucu bagi Diana.“Meidiana Sarasvati, maukah kamu menemani hari – hariku mulai saat ini sampai kita tua nanti?”Diana masih terdiam tidak percaya. Perempuan yang dibicarakan Setya sedari tadi ternyata adalah dirinya.“Kok kamu diem Di? Kamu ga mau ya?” ucap Setya lirih.Kini Diana tak lagi dapat menahan air matanya. Kali inii air matanya berubah menjadi tangis bahagia.“Di, kok kamu yang nangis? Harusnya aku dong” Setya panik dan bingung melihat Diana menangis.Diana masih tidak percaya dengan ucapan Setya barusan. Perasaannya bercampur aduk. Setelah sedikit tenang, Diana memandang Setya dari layarnya.“Makasih ya mas. Ma

Latest chapter

  • Rumah yang Semu   #8 Bimbang

    Kini Diana tak lagi heran kenapa Setya memintanya untuk ‘sedikit’ berdandan ketika menemui Mamanya. Setya tidak pernah memberitahunya kalau dia anak Bu Mustika. “Diana ya namanya?” Bu Mustika memecahkan lamunan Diana. “Iya Tante, panggil Diana aja” “Udah berapa lama kamu jalan sama anak Tante? Kok kamu mau sih sama anak Tante?” Diana tersenyum bingung harus menjawab apa. Ini kali pertama ia menghadapi Ibu dari pacarnya sendirian. Mulutnya terasa sulit untuk berucap. “Udah Ma, kasihan ini udah sampai keringat dingin anaknya” beruntung sekali mba Novia menyelamatkan Diana kali ini. Bu Mustika Nampak puas mengisengi Diana yang kikuk. Diana sendiri masih bingung dengan situasi saat ini sampai akhirnya Arga merengek untuk bermain ke playzone di lantai tiga. “Sering – sering aja Di main ke rumah. Aku sama Mama di rumah terus kok.” Mba Novia Kembali menenangkan pikiran Diana yang masih blank sedari tadi. “Seb

  • Rumah yang Semu   #7 'Mama'

    Setelah melalui awal LDR yang sedikit drama, kini Diana sudah mulai terbiasa dengan hubungan jarak jauh yang untuk pertama kali berbeda pulau. Meskipun tiap malam dihabiskannya dengan video call, namun tetap tidak bisa mengurangi rasa rindunya. Setya banyak menceritakan tentang keluarganya yang saat ini tengah dilanda masalah. Alasan Setya ke Makassar sesungguhnya adalah perusahaan Papa – nya mengalami kerugian besar akhir – akhir ini, sehingga kakak lelakinya lah yang men – support keuangan di rumah. Setya memiliki seorang keponakan lucu berusia lima tahun yang bernama Arga. “Di, kemarin aku cerita ke Mama kalau aku punya kamu” cerita Setya di malam itu. “Apa kata Mama – mu mas?” tanya Diana cemas. Diana pernah memiliki trauma berpacaran namun tidak direstui menyababkannya sedikit khawatir. Apalagi dengan latar belakang keluarga Setya yang ‘berada’ sangat menciutkan nyali Diana. “Mama seneng lah tau aku punya pacar,

  • Rumah yang Semu   #6 Jarak

    “Maksudnya mas?” Diana tercengang dengan pertanyaan dari Setya. “Mau apa nih?” ia masih bingung dengan apa yang Setya maksud.“Okey, aku ulang sekali lagi. Jangan minta aku buat ulangin lagi ya.” Raut wajah kesal Setya terlihat lucu bagi Diana.“Meidiana Sarasvati, maukah kamu menemani hari – hariku mulai saat ini sampai kita tua nanti?”Diana masih terdiam tidak percaya. Perempuan yang dibicarakan Setya sedari tadi ternyata adalah dirinya.“Kok kamu diem Di? Kamu ga mau ya?” ucap Setya lirih.Kini Diana tak lagi dapat menahan air matanya. Kali inii air matanya berubah menjadi tangis bahagia.“Di, kok kamu yang nangis? Harusnya aku dong” Setya panik dan bingung melihat Diana menangis.Diana masih tidak percaya dengan ucapan Setya barusan. Perasaannya bercampur aduk. Setelah sedikit tenang, Diana memandang Setya dari layarnya.“Makasih ya mas. Ma

  • Rumah yang Semu   #5 Tanya

    Sejak pertemuannya dengan Setya sore itu, kini Diana mulai perlahan bisa membuka hatinya untuk Setya. Dia mulai terbiasa mendengarkan cerita – cerita Setya setiap harinya sepulang kerja. Setya tak henti membuat Diana tertawa akan hal – hal konyol yang dilalui sehari – hari ataupun ikut merasakan cerita – cerita sedih tentang beberapa job nya yang akhir – akhir ini sepi. Kini Diana mulai mencari – cari Setya jika sehari tak ada kabar darinya. Di tengah kesibukan akhir bulan membuat laporan pekerjaan, Diana mendapatkan pesan yang cukup mengejutkan dari Setya. “Di, awal bulan aku ke Makassar Di. Ninggalin kerjaan disini.” “Bakal ga balik untuk waktu yang lama kayaknya” Dua pesan itu membuat Diana cukup terkejut dan menghentikan pekerjaannya sejenak. “Mendadak banget mas. Berapa lama?” “Nanti malem aja ya aku cerita Di. Bingung banget. I need your advice” Setya mengakhiri chat sore itu meninggalkan Diana dengan pe

  • Rumah yang Semu   #4 Sore

    “Adek belum berangkat ke proyek baru kan hari ini? Nanti siang tolong antar Ibu ke Salatiga ya. Mau kirim titipan barang buat Pakdhe.” Ibu membangunkan Diana pagi sebelum berangkat ke kantor.“Masih pagi banget Bu, masih ngantuk” Diana menjawab ogah – ogahan ajakan Ibunya.“Nanti siang sepulang kerja, Dek. Engga sekarang. Itu sarapan dimakan ya, nanti sebelum pulang Ibu telepon kamu.” Lanjut Ibu memandangi anaknya yang terlihat malas membuka mata. “Ibu sampai rumah harus udah siap ya.”Ketika Ibu berangkat, Diana masih berbaring di kasurnya. Sudah tiga hari ia hanya makan – tidur – makan lagi – tidur lagi tanpa keluar dari rumah.Ketika ia benar – benar beranjak tempat tidurnya, ia melihat jam sudah menunjukkan pukul satu siang, sudah ada dua missed calls dari Ibu. Bergegas Diana meraih handuk dan berlari ke kamar mandi. Terbayang omelan Ibu kalau sampai Diana belum sia

  • Rumah yang Semu   #3 Kabar

    Sudah satu bulan sejak pertemuan Diana dan Setya namun tak kunjung ada kabar dari Setya. Diana berpikiran bahwa Setya tidak tertarik dengannya dan sudah dekat dengan perempuan lain. Karena sejak awal niatnya hanya untuk menambah teman, Diana berusaha merasa biasa saja walaupun di dalam hatinya ia menunggu respon dari Setya.“Gimana Di ketemuan sama Setya kemarin? Sukses ga?” Raka menepuk bahu Diana dari belakang.“Ga ada kabar mas. Ngilang aja orangnya abis ketemu kemarin. Gue kurang oke kali ya” jawab Diana.“Elunya sendiri gimana? Oke ga sama dia?” tanya Raka“Sebenernya oke aja kalo mau dilanjut mas. Tapi orangnya kayaknya ga mau tuh. Ga ada kabar sampai sekarang” ucap Diana pasrah kali ini. Sedikit heran ia melihat Raka terus mendesaknya dengan pertanyaan tentang Setya secara tiba – tiba.“Denger sendiri kan lu apa jawabannya. Udah ya gue matiin dulu mau kerja” tiba – tiba

  • Rumah yang Semu   #2 Halo

    Pukul sebelas pagi, suara telephone masuk membangunkan Diana dari tidurnya. Rencananya untuk terbangun jam dua belas siang gagal. Momen cuti yang ia dapatkan hanya tujuh hari dalam tiga bulan sangatlah berharga baginya untuk membayar jam tidurnya yang selalu berantakan saat on site, hancurlah di hari pertama. “Woooyyyy, Princess Diana udah bangun belum looooo” suara teriakan khas dari sahabatnya mau tak mau membuatnya membuka mata. “Jangan lupa janji kita sore ini ya. Jam 15.00 gue jemput. Inget Diana. JANGAN LUPA” Renata masih saja berteriak dari ujung telephone. “Baik tuan putri.” Jawab Diana sambil menutup telephonenya dan kembali memejamkan mata. Ia mengingat Kembali janji apa yang dibuatnya dengan Renata. Renata Alierfan, sahabat Diana yang lebih tua tiga tahun darinya. Dari hobi Diana bermain basket, bertemulah mereka di sebuah perlombaan antar sekolah, dimana Diana mewakili SMPnya dan Renata menjadi asisten pelatihnya

  • Rumah yang Semu   #1 Diana

    Tidak seperti hari – hari biasanya, rutinitas di proyek hari ini sedikit melambat karena hujan yang tak kunjung reda sedari pagi membuat kantor ramai. Semua orang berkumpul di assembly point karena kegiatan kerja tidak mungkin dilanjutkan.Sudah sebulan ini semangat Diana hilang entah kemana setelah mengakhiri hubungan dengan Malik, lelaki yang sudah setahun ini menemani hari – harinya. Jangankan tersenyum, untuk membuka mata dan mengawali hari pun enggan rasanya.“Kayaknya gue ga bisa LDR lagi, Di. Gue minta pengertian lu ya. You deserve someone better than me.” Kata – kata Malik sebulan lalu kembali terngiang di kepala.Awalnya Diana terkejut mendengarkan kata yang keluar dari mulut Malik, namun akhirnya Diana menyadari hubungan jarak jauh Kediri – Jakarta bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan pasangan muda seperti dirinya dan Malik.Ketika Diana tahu lelaki yang sangat ia sayangi ingin me

DMCA.com Protection Status