"Al, tunggu," pekik Zahra menghentikan langkah kebut Aliya.
Wanita dengan rambut terikat satu itu seketika menghentikan langkahnya setelah mendengar panggilan dari Zahra."Aku bisa jelasin semuanya," ucap Zahra dengan pandangan yang terus memperhatikan Aliya dari belakang.Tampaknya sahabatnya itu enggan menatap wajahnya."Apa yang mau kamu jelasin Ra? ngga ada lagi yang perlu dijelasin, kamu bukan lagi sahabatku, aku ngga sudi bersahabat dengan penghianat sepertimu.""Al, aku mohon, dengerin dulu penjelasanku. Tujuh tahun yang lalu..."Kini Zahra pun menceritakan tentang awal pertemuannya dengan Roni. Saat dimana Zahra masih menjadi salah satu mahasiswi di sebuah Universitas di Jakarta.Begitu juga Roni, yang juga menjadi salah satu mahasiswa di universitas yang sama dengannya. Roni adalah laki laki yang dianggapnya baik hati, karena ia selalu membela dan melindungi Zahra dari dua orang laki laki bertubuh besar yang tia"Jadi kamu kenal sama Aliya?" tanya Roni setelah kini mereka kembali ke rumah.Mendengar jawaban itu membuat Zahra hanya mengangguk seraya menaruh segelas teh panas dihadapan Roni."Iya mas aku kenal sama Aliya. dia temen aku waktu SMA""Teman SMA, kenapa aku ngga pernah tau?""Memang Aliya ngga apapun tentang aku?""Engga, Terus kalau memang gitu, kenapa waktu aku mau ajak kamu ketemu dia, kamu ngga mau?" tambah Roni yang membuat Zahra terdiam.Belum sempat Zahra menjawab, tiba tiba Fatimah kembali hadir menyahut semua pertanyaan Roni."Mungkin dia takut kalah cantik dari Aliya kali Ron, dia takut kamu sadar kalau dia adalah istri ngga berguna, jadi dia ngga mau ketemu sama Aliya," ucap Fatimah yang membuat Roni dan Zahra mengarahkan pandangannya pada perempuan paruh baya yang kini terduduk disofa ruang tengah."Ron, mau sampai kapan sih kamu hidup dengan istri ngga berguna kamu itu? sudah ada Jesika loh yang j
Roni yang sedang duduk diruang kerjanya, dengan banyaknya berkas yang harus diperiksa, tiba tiba terlihat sebuah pintu yang perlahan terbuka, pandangannya kini tertuju pada siapa sosok dibalik pintu berwarna coklat itu? berani beraninya masuk keruangan CEO tanpa permisi.Seketika matanya melebar setelah ia melihat Jesika yang kini tampak jelas dipandangan matanya, wanita itu tersenyum bak kembali menggoda."Ngapain kamu kesini? bukankah urusan proyek itu sudah ditangani?" ucap Roni yang membuat Jesika kini mendekat."Aku ngga akan membahas proyek itu sekarang. aku kesini cuma mau ingetin kamu Ron, tentang malam itu, apa kamu bisa melupakannya?" ucap Jesika yang membuat emosi Roni kian memuncak.Dengan pandangan tajam Roni beranjak."Tutup mulutmu Jes.""Ron, aku hanya mengingatkanmu, bagaimana kalau aku hamil? karena malam itu kamu benar benar...""Stop, jangan dilanjutkan." sahut Roni memutuskan ucapan Jesika yang belum
Beberapa minggu kemudian.Jesika yang terus memandangi testpack yang sedari tadi ia genggam, namun sayang hasilnya tak sesuai harapannya, masih menunjukan hasil negatif.Ini adalah testpack kedua yang ia coba, setelah dua hari yang lalu ia mencobanya dan hasilnya negatif, dan hari ini kembali ia mencoba namun sama hasilnya pun negatif."Kenapa masih negatif sih? kalau gini caranya rencanaku ngga berjalan," gumam Jesika.Dengan cepat Jesika meraih ponselnya dan menghubungi Fatimah, ia mengajak bertemu disuatu tempat untuk membicarakan kembali rencana yang akan dijalani."Yasudah. tante kesana sekarang ya," ucap Fatimah sebelum akhirnya memutuskan panggilannya.Disebuah cafe. Jesika yang kini sudah menunggu kedatangan Fatimah. Tak lama kemudian."Hay Jes.""Tante, duduk tan. ini, hasilnya masih negatif tan," ucap Jesika seraya mengeluarkan benda kecil dari dalam tasnya."Kok bisa? dua kali tes negatif ter
Entah harus kemana lagi kaki Zahra melangkah. kali ini ia keluar rumah tanpa tujuan. Panas matahari tak lagi ia hiraukan, panasnya terasa membakar kulit, hingga dahaga kini menghampiri. beruntungnya Zahra yang pergi dengan mengantongi beberapa lembar uang yang sengaja ia bawa untuk bertahan hidup sebelum ia menemukan sebuah pekerjaan.Rasanya mulai hari ini ia harus mandiri, kembali lagi hidup seperti lima tabun yang lalu, hidup tanpa Roni, dan selalu sendiri. bahkan bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya tiap hari.Tak menyangka kondisi seperti ini akan kembali terjadi, kondisi dimana menjadi tumpuan terberat yang harus tetap dijalani. tak ada pilihan lain selain harus bersabar dan menerima cobaan, karena ini juga sebagai ujian yang diberikan Tuhan untuk hambanya yang disayang.Berulang kali menghela nafas, menahan tangis dan mencoba menenangkan diri, Zahra terus melangkah menyusuri jalan, niat awalnya hendak mencari sebuah rumah yang disewaka
Dipersimpangan jalan, Zahra yang kini berjalan. seorang diri, niatnya hendak mencari pekerjaan, namun sayang, rasanya takdir tak mengizinkan Zahra bekerja, hingga beberapa tempat yang ia kunjungi tak menerima lowongan.Dari arah barat, tampak dua orang bertubuh kekar, salah satunya memakai topi koboy. Pria paruh baya dengan penampilan dan bentuk tubuh tak asing dipandangan Zahra, nampaknya dulu ia sering melihat pria itu.Broto, ya dia adalah Broto laki laki rentenir yang enam tahun lalu menginginkan Zahra menjadi istrinya."Kau? kita bertemu lagi," ucap Broto setelah melihat wajah Zahra dengan jelas. Ekspresi wajah Zahra seketika berubah setelah melihat Broto dihadapannya, tak bisa dipungkiri rasa takut kini menghampirinya kembali."Rupanya kau makin cantik Zahra," ucap Broto berusaha mendekat."Stop, jangan mendekat. Mau apa lagi kamu? bukankah semua hutang ayahku sudah lunas?" ucap Zahra yang membuat Broto malah tertawa."Ya,
"Bagaimana hasilnya Jes?" tanya Fatimah pada Jesika yang baru saja keluar dari kamar mandi. membawa sebuah benda kecil, ya itu adalah testpack ia kembali menggunakan alat itu untuk mencari tahu hasil dari perbuatan malam di Surabaya itu.Tak menjawab, setelah ia melihat hasilnya, Jesika hanya bisa menggelengkan kepala dengan lemah."Masih negatif? apa yang sebenarnya terjadi? kenapa kamu ngga hamil hamil juga?" ucap Fatimah yang kini melangkah menjauh.Memikirkan kejanggalan yang terjadi atas rencananya. Setelah hampir satu bulan waktu itu berlalu, yang diyakini ini adalah saatnya Jesika mendapat hasil, namun nyatanya masih sama, hasilnya negatif, setelah sebelumnya sudah dua kali menggunakan alat yang sama."Kalau gini caranya, gimana aku bisa nuntut Roni buat nikahin aku?" gumam Jesika dengan pandangan yang terus tertuju pada benda test kehamilan tersebut."Kamu tenang aja, Roni taunya kan sekarang kamu hamil, kamu masih bisa gunain has
dreeet sebuah pesan masuk di ponsel Zahra malam ini. dari nomor tak dikenal mengirim satu video. Kini Zahra pun membukanya, dan memperhatikan Video itu dengan seksama. Seketika matanya terbelalak dan ponsel dalam genggamannya terjatuh setelah ia melihat ternyata itu adalah sebuah Video dimana Roni dan Jesika menikah.Mata serta mulutnya melebar, genangan air yang kini sudah tampak, dengan sekali kedip air itu tertumpah. hatinya remuk redam, sakit tak tertahankan, Laki laki yang sedari tadi ia tunggu ternyata sedang bahagia bersama wanita lain.Mengapa sebelumnya Roni tak menyampaikan apapun dengan Zahra? Fikiran Zahra kini kalut, hatinya berantakan, dan tubuh yang seketika tak bertenaga. Ia terjatuh terduduk dilantai kamarnya, dengan air mata yang terus mengalir.Tak menyangka setega itu, Roni mengkhianatinya. Ia berkata ingin kembali untuknya, namun nyatanya malah ia membuat sebuah kabar yang sungguh menyakitkan. Menikah? itu artinya ia dimadu. Tak pernah
"Mba, bangun mba. Mba, bangun," ucap seorang wanita yang hendak membuka toko.Zahra yang perlahan membuka matanya dan ia dapati hari sudah pagi. seketika ia beranjak dan merapikan penampilannya."Maaf bu," ucapnya pada pemilik toko, yang sudah memasang wajah sinis."Kalau mau tidur jangan didepan toko saya dong mba, akhirnya saya jadi kesiangan kan buka tokonya. gara gara mba yang dari tadi ngga bangun bangun," ucap wanita paruh baya itu dengan pandangan tajam."Sekali lagi saya minta maaf bu.""Yaudah pergi sana," tambah wanita itu yang membuat Zahra mengangguk.Wanita berpenampilan anggun itu kini melangkahkan kakinya pergi. Ditengah perjalanannya, Aliya yang kini melihat Zahra berjalan dengan lemah, dengan cepat ia pun menghampiri wanita cantik itu."Zahra," panggilnya yang membuat Zahra kini menoleh.Ia pun tersenyum kala ia dapati Aliya disana, ia bahagia dapat bertemu dengan sahabat Lamanya itu."
Hari ini adalah hari bahagia yang dinanti Rina dan Rizki tiba, hari pernikahan yang hendak mengubah status mereka menjadi menikah.Pagi ini, Zahra yang telah bersiap dengan penampilan elegannya, penampilannya cantik namun wajahnya tak berhias senyuman.Matanya meremang, penuh air mata yang seketika dapat menghapus make up di wajahnya."Kalau ini memang takdir kita, aku akan terima mas," ucap Zahra yang berusaha tegar.Sementara Rina dan Roni yang kini telah bersiap dengan penampilannya masing masing, sebuah gaun berwarna putih menghiasi tubuh mungilnya dengan sangat cantik.Bibir nya tersenyum, dan merona. Ekspresi wajah bahagia itu tak hilang dari wajah ayu gadis mungil yang akan segera mendapat gelas istri tersebut.Masalah akan Zahra, sementara terlupakan. Belum lagi memikirkan kemana pergi nya Zahra setelah kembali ke Jakarta?Dan Roni yang kini sudah siap menyambut kedatangan calon menantu yang tidak lain adalah sahabatn
"Gimana Jes, udah jadi kan? undangannya juga udah disiapkan?""Udah Ron, ini udah aku siapin semuanya," ucap Jesika seraya memberikan sejumlah undangan pada Roni.Lagi lagi perkara sakit hati, Zahra tak dapat menahan air mata kala melihat keakraban yang terjadi kepada Jesika dan suaminya.Meski mulut sudah mencoba mengucap iklas namun hati rasanya masih belum bisa. Berat dan sulit adalah rasa untuk mengikhlaskan cintanya."Lusa hari pernikahannya, akan kah aku sanggup?" batin Zahra dengan air mata yang kembali menetes."Jes, setelah ini kita cek gaun nya ya, kalau sudah siap langsung saja dibawa pulang, waktunya kan udah ngga lama lagi.""Iya Ron, mungkin lebih baik begitu. biar kita jadi lebih santai nantinya," jawab Jesika yang membuat Roni mengangguk.Entahlah, pemandangan yang terjadi rasanya mengarahkan pikiran Zahra pada pernikahan mereka, meski sebenarnya tidak ada hubungannya.Ditengah tengah perbincanga
Rina gadis mungil yang kini tersadar paska operasi, perlahan matanya terbuka. Penglihatannya tampak buram, orang pertama kali yang ia lihat tampak tersenyum padanya, namun entah siapa pemilik senyum manis itu.Berulang kali Rina mengerjap ngerjapkan matanya, agar penglihatannya tak lagi buram, setelah cukup jelas memandang, ternyata wajah manis itu milik Rizki.Laki laki yang tidak lain adalah calon suaminya. laki laki itu tersenyum membuat hati Rina tenang, dengan pandangan mata yang tertuju tajam menatapnya."Abang," ucapnya lemah.Alih alih menjawab, laki laki berkaca mata itu justru meneteskan air mata. Tanda bahagia karena melihat orang tersayangnya membuka mata.Tak berkata apa pun, Rizki yang seketika mendekap tubuh Rina, dengan sangat erat, berharap tak akan terjadi hal sama diantara mereka."Abang kenapa nangis?" tanya Rina setelah dekapan Rizki terlepas.Perlahan jari jari lentik itu mengusap air mata yang tamp
Kembali dengan aksi pengintaian nya, Zahra yang kembali ke rumah Roni untuk mengintai Roni yang sedang mengurus pernikahan. Pagi ini kembali ia melihat Roni memasuki mobilnya, Namun pandangan nya seketika tertuju pada Fatimah yang kini keluar dengan sebuah kursi roda. Matanya terbelalak, kala ia melihat sang mertua."Loh ibu kenapa? kenapa dia pake kursi Roda?" gumam Zahra dengan pandangan tak berkedip.Pandangannya terputus setelah melihat mobil Roni melaju, dengan cepat Zahra pun mengikutinya."Ikuti mobil didepan ya pak," ucap Zahra pada sopir taxy.Setelah diikuti, ternyata mobil Roni terhenti dihalaman perusahaan tempat nya bekerja."Ternyata mas Roni mau kerja," batinnya dengan pandangan tak berkedip memperhatikan tubuh Roni yang kini sudah memasuki gedung.Sementara Roni yang kini melangkah menuju ruangan Jesika. Mengetuk pintunya, dan lalu masuk."Ron, ada apa?""Jes, aku minta bantuan boleh?"
Keesokan harinya, Zahra yang kini sudah berpenampilan rapi, hendak kembali ke Jakarta dan bersua dengan keluarganya."Nek, nenek yakin mau disini sendiri? ikut aku aja yuk, biar aku rawat nenek dirumah ku.""Ngga usah nak, nenek lebih nyaman tinggal disini."Terdiam mendengar jawaban yang nenek Misni beri. Tak tega jika akan meninggalkan wanita tua itu sendiri, sementara sang suami yang sudah tak lagi ada disampingnya."Yaudah kalau gitu aku pamit ya nek. Makasih untuk semuanya atas kebaikan nenek dan almarhum kakek, nenek disini hati hati ya, jaga diri baik baik, dan jangan lupa jaga kesehatan," ucap Zahra menggenggam tangan keriput wanita tua dihadapannya tersebut."Iya nak, kamu juga hati hati ya, semoga sampai tujuan dengan selamat, sering sering main kesini ya, ke gubuk nenek ini.""Pasti nek, pasti, kebaikan nenek ngga akan pernah aku lupain. Yaudah kalau gitu aku berangkat ya, assalamualaikum.""Walaikum salam."
Hari demi hari berlalu, Zahra yang masih menanti kedatangan Roni kembali, ia selalu menunggu kedatangan Roni atau pun orang suruhan suaminya itu, diwarung sate, mau pun dirumahnya.Bahkan ia mewanti wanti nenek Misni, jika bertemu beberapa orang tersebut ia harus menjawabnya dan memberi tahu dimana Zahra saat ini.Namun setelah beberapa hari menunggu, Roni, Rina, Rizki atau pun anak buah Roni tak lagi datang, hingga membuat Zahra kembali bersedih, rasa penantiannya seakan tak berujung."Apa kamu mulai lelah mencari aku mas? kenapa kamu ngga datang lagi? aku disini mas, datang lah," batin Zahra dengan aktifitas mencuci piringnya.Sementara Roni, yang saat ini belum ada waktu untuk mencari sang istri kembali, karena sibuk dengan Fatimah yang saat ini juga sedang sakit.Sebenarnya, Roni ingin kembali ke Desa itu, desa dimana Zahra berada. Namun, fikirannya terlalu penuh dengan masalah masalah yang datang silih berganti.Kali ini Ron
"Aaa..."Suara teriakan itu terdengar ditelinga Rina, suara yang berasal dari kamar Fatimah itu dengan cepat ia hampiri. Setelah membuka pintu kamarnya, Rina tak menemukan Fatimah disana, namun kini pandangannya tertuju pada pintu kamar mandi yang tak tertutup rapat.Dengan cepat Rina pun masuk, seketika mata nya terbelalak kala ia dapati Fatimah yang telah tergeletak tak sadarkan diri disana. "Astagfirullah oma, oma bangun oma," ucap Rina menggoyang goyangkan lengan Fatimah.Melihat Fatimah yang sudah tak berdaya, dengan cepat Rina meraih ponselnya, menghubungi Rizki karena siapa lagi dapat membantunya saat ini kalau bukan dia?"Iya Rin, ada apa?""Bang, tolong dong. Ini oma pingsan bang, jatuh dari kamar mandi," ucap Rina yang membuat Rizki terbelalak."Yaudah saya kesana sekarang, jaga oma sebentar," ucap Rizki yang lalu dengan cepat beranjak meninggalkan cahaya resto.Setelah beberapa menit kemudian, kini R
"Ada apa Jes?""Ron, ada kerjaan ke luar kota, kamu bisa kan hadir?" ucap Jesika yang membuat Roni sejenak terdiam.Lalu bagaimana dengan pencarian Zahra selanjutnya? jika Roni harus pergi keluar kota."Ron aku tau kamu sedang sibuk mencari istrimu, tapi klien ini sangat penting Ron, demi nama perusahaan," tambah Jesika yang membuat Roni terdiam.Ia tampak berfikir keras, ingin menolak namun itu artinya ia tak bertanggung jawab akan pekerjaannya."Bagaimana Ron, bisa kan?"Perlahan Roni pun mengangguk."Ya saya bisa."Tersenyum dan menghela nafas lega setelah mendapat anggukan dari Roni."Di kota mana Jes?""Di Malang Ron, kamu ngga sendiri, Seto akan menemani mu," jawab Jesika yang membuat Roni mengangguk.Tak menunggu lama, dengan cepat Roni mempersiapkan semua berkas nya dan semua materi yang akan ia sampaikan di Malang nanti.Seakan tak ingin membuang waktu, lebih cepat le
"Apa, ayah merestui?""Ya, saya sudah bilang semuanya, kalau saya menyukai kamu," jawab Rizki yang membuat Rina mengerjap ngerjapkan matanya.Tak menyangka akan seserius ini."Itu tandanya sekarang kamu udah resmi," ucap Rizki terpotong, dengan pandangan tajam memperhatikan wajah gadis mungil dihadapannya ini."Resmi apa?""Resmi jadi pacar saya, dan saya akan sesegera mungkin menikahi kamu."Deg!Ucapan itu membuat jantung Rina seakan ingin terlepas, membuatnya bergidik ngeri, tak menyangka akan semengerikan ini. Namun, bagaimana pun Rina harus menyadari bahwa lawan nya saat ini memanglah laki laki matang, yang sudah jelas akan membawanya kearah sana.Ia tidak akan lagi bermain main atau mengulur ngulur sebuah hubungan, karena bagi laki laki berusia matang, lebih cepat lebih baik.Bibir Rina tersenyum, namun senyumnya tak sedap, rasa bahagia bercampur tak menyangka, Rina membutuhkan sedikit waktu lagi