Beberapa minggu kemudian.
Jesika yang terus memandangi testpack yang sedari tadi ia genggam, namun sayang hasilnya tak sesuai harapannya, masih menunjukan hasil negatif.Ini adalah testpack kedua yang ia coba, setelah dua hari yang lalu ia mencobanya dan hasilnya negatif, dan hari ini kembali ia mencoba namun sama hasilnya pun negatif."Kenapa masih negatif sih? kalau gini caranya rencanaku ngga berjalan," gumam Jesika.Dengan cepat Jesika meraih ponselnya dan menghubungi Fatimah, ia mengajak bertemu disuatu tempat untuk membicarakan kembali rencana yang akan dijalani."Yasudah. tante kesana sekarang ya," ucap Fatimah sebelum akhirnya memutuskan panggilannya.Disebuah cafe. Jesika yang kini sudah menunggu kedatangan Fatimah. Tak lama kemudian."Hay Jes.""Tante, duduk tan. ini, hasilnya masih negatif tan," ucap Jesika seraya mengeluarkan benda kecil dari dalam tasnya."Kok bisa? dua kali tes negatif terEntah harus kemana lagi kaki Zahra melangkah. kali ini ia keluar rumah tanpa tujuan. Panas matahari tak lagi ia hiraukan, panasnya terasa membakar kulit, hingga dahaga kini menghampiri. beruntungnya Zahra yang pergi dengan mengantongi beberapa lembar uang yang sengaja ia bawa untuk bertahan hidup sebelum ia menemukan sebuah pekerjaan.Rasanya mulai hari ini ia harus mandiri, kembali lagi hidup seperti lima tabun yang lalu, hidup tanpa Roni, dan selalu sendiri. bahkan bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya tiap hari.Tak menyangka kondisi seperti ini akan kembali terjadi, kondisi dimana menjadi tumpuan terberat yang harus tetap dijalani. tak ada pilihan lain selain harus bersabar dan menerima cobaan, karena ini juga sebagai ujian yang diberikan Tuhan untuk hambanya yang disayang.Berulang kali menghela nafas, menahan tangis dan mencoba menenangkan diri, Zahra terus melangkah menyusuri jalan, niat awalnya hendak mencari sebuah rumah yang disewaka
Dipersimpangan jalan, Zahra yang kini berjalan. seorang diri, niatnya hendak mencari pekerjaan, namun sayang, rasanya takdir tak mengizinkan Zahra bekerja, hingga beberapa tempat yang ia kunjungi tak menerima lowongan.Dari arah barat, tampak dua orang bertubuh kekar, salah satunya memakai topi koboy. Pria paruh baya dengan penampilan dan bentuk tubuh tak asing dipandangan Zahra, nampaknya dulu ia sering melihat pria itu.Broto, ya dia adalah Broto laki laki rentenir yang enam tahun lalu menginginkan Zahra menjadi istrinya."Kau? kita bertemu lagi," ucap Broto setelah melihat wajah Zahra dengan jelas. Ekspresi wajah Zahra seketika berubah setelah melihat Broto dihadapannya, tak bisa dipungkiri rasa takut kini menghampirinya kembali."Rupanya kau makin cantik Zahra," ucap Broto berusaha mendekat."Stop, jangan mendekat. Mau apa lagi kamu? bukankah semua hutang ayahku sudah lunas?" ucap Zahra yang membuat Broto malah tertawa."Ya,
"Bagaimana hasilnya Jes?" tanya Fatimah pada Jesika yang baru saja keluar dari kamar mandi. membawa sebuah benda kecil, ya itu adalah testpack ia kembali menggunakan alat itu untuk mencari tahu hasil dari perbuatan malam di Surabaya itu.Tak menjawab, setelah ia melihat hasilnya, Jesika hanya bisa menggelengkan kepala dengan lemah."Masih negatif? apa yang sebenarnya terjadi? kenapa kamu ngga hamil hamil juga?" ucap Fatimah yang kini melangkah menjauh.Memikirkan kejanggalan yang terjadi atas rencananya. Setelah hampir satu bulan waktu itu berlalu, yang diyakini ini adalah saatnya Jesika mendapat hasil, namun nyatanya masih sama, hasilnya negatif, setelah sebelumnya sudah dua kali menggunakan alat yang sama."Kalau gini caranya, gimana aku bisa nuntut Roni buat nikahin aku?" gumam Jesika dengan pandangan yang terus tertuju pada benda test kehamilan tersebut."Kamu tenang aja, Roni taunya kan sekarang kamu hamil, kamu masih bisa gunain has
dreeet sebuah pesan masuk di ponsel Zahra malam ini. dari nomor tak dikenal mengirim satu video. Kini Zahra pun membukanya, dan memperhatikan Video itu dengan seksama. Seketika matanya terbelalak dan ponsel dalam genggamannya terjatuh setelah ia melihat ternyata itu adalah sebuah Video dimana Roni dan Jesika menikah.Mata serta mulutnya melebar, genangan air yang kini sudah tampak, dengan sekali kedip air itu tertumpah. hatinya remuk redam, sakit tak tertahankan, Laki laki yang sedari tadi ia tunggu ternyata sedang bahagia bersama wanita lain.Mengapa sebelumnya Roni tak menyampaikan apapun dengan Zahra? Fikiran Zahra kini kalut, hatinya berantakan, dan tubuh yang seketika tak bertenaga. Ia terjatuh terduduk dilantai kamarnya, dengan air mata yang terus mengalir.Tak menyangka setega itu, Roni mengkhianatinya. Ia berkata ingin kembali untuknya, namun nyatanya malah ia membuat sebuah kabar yang sungguh menyakitkan. Menikah? itu artinya ia dimadu. Tak pernah
"Mba, bangun mba. Mba, bangun," ucap seorang wanita yang hendak membuka toko.Zahra yang perlahan membuka matanya dan ia dapati hari sudah pagi. seketika ia beranjak dan merapikan penampilannya."Maaf bu," ucapnya pada pemilik toko, yang sudah memasang wajah sinis."Kalau mau tidur jangan didepan toko saya dong mba, akhirnya saya jadi kesiangan kan buka tokonya. gara gara mba yang dari tadi ngga bangun bangun," ucap wanita paruh baya itu dengan pandangan tajam."Sekali lagi saya minta maaf bu.""Yaudah pergi sana," tambah wanita itu yang membuat Zahra mengangguk.Wanita berpenampilan anggun itu kini melangkahkan kakinya pergi. Ditengah perjalanannya, Aliya yang kini melihat Zahra berjalan dengan lemah, dengan cepat ia pun menghampiri wanita cantik itu."Zahra," panggilnya yang membuat Zahra kini menoleh.Ia pun tersenyum kala ia dapati Aliya disana, ia bahagia dapat bertemu dengan sahabat Lamanya itu."
Beberapa bulan kemudian."Kenapa kamu belum bisa hamil juga Jes?" tanya Fatimah yang menatap tajam kearah sang menantu.Mengingat waktu sudah cukup lama, namun Jesika belum juga memberi kabar baik untuknya."Bagaimana mau hamil bu? mas Roni saja tak pernah menyentuhku," Jawab Jesika yang membuat Fatimah melebarkan mata."Lalu yang kalian lakukan di Surabaya juga belum menghasilkan kan? apa sebenarnya yang terjadi?" ucap Fatimah yang terdiam memikirkan permasalah yang sedang menganggu otaknya saat ini."Begini saja sekarang kamu siap siap, ibu mau ajak kamu ke dokter kandungan, apa mungkin kamu juga mandul sama seperti Zahra?" tambah Fatimah yang membuat Jesika melebarkan mata."Engga mungkin bu, aku baik baik saja, jangan samakan aku dengan wanita itu.""Yasudah lah jangan banyak bicara, sekarang kamu siap siap aja, kita berangkat sekarang," ucap Fatimah yang membuat Jesika dengan cepat melangkahkan kakinya.Ia
"Al, kayanya aku harus cari kerja deh, aku ngga mau ngerepotin kamu terus disini.""Maksudmu, kamu mau pergi dari rumah ini?""Iya Al, aku harus bangkit mau sampai kapan aku numpang hidup sama kamu?""Ra, jangan dong, kamu ngga aman diluar sana, Broto akan terus mengejar mu.""Tapi Al, aku ngerasa ngga tau diri banget, yang selalu numpang sama kamu, aku harus pergi, doain aku, semoga aku sukses diluar sana, dan kamu orang yang ngga akan pernah aku lupain," ucap Zahra dengan terus memasukan pakaiannya ke dalam ransel."Kalau sampai Zahra pergi dari rumah ini, Roni pasti bakal marah banget," batin Aliya dengan terus memperhatikan sibuknya Zahra."Ra, mendingan kamu cari kerjaan dulu aja, sebelum kamu keluar dari rumah ini. Dari pada kamu lontang lantung nanti, jadi lebih baik kamu dapat kerjaan dulu.""Aku ngga lontang lantung kok, aku udah punya tujuan mau kemana, dan aku bakal buka usaha kecil kecilan disana, buka warung makan misalnya," Jawab Zahra yang berusaha membuat Aliya tenang,
Di Boyolali, Pelosok desa dengan tumbuhan teh yang menjadi sumber pangan setiap warga. Ditempat yang asri ini Zahra melangkahkan kakinya menuju sebuah rumah tua yang tampak tak terawat, dedaunan kering memenuhi halamannya, rumput rumput hampir memasuki teras rumah dan debu tampak dimana mana.Betapa usang nya rumah tua ini, sebuah rumah yang dibangun dari setengah batu bata dan setengah papan, tampak mengingatkan masa dimana Zahra kecil. Dulu saat usiannya masih empat tahun, Zahra pernah mengunjungi tempat ini, disaat sang nenek belum meninggalkan dunia untuk selama lamanya.Perlahan Zahra pun membuka pintu yang sebelumnya meniup handle terlebih dulu, untuk menyingkirkan debu tebal yang membalut handle pintu. Zahra pandangi setiap sudut rumah yang hampir dipenuhi dengan debu, beberapa kursi dan lemari nampak masih berdiri kokoh, namun terbalut dengan debu dan banyaknya kotoran.Meski tak tau harus memulai dari mana, karena seluruh isi rumah kotor