Akhirnya, Tiara memilih untuk pulang ke rumahnya dulu.
Kata orang-orang, semarah-marahnya orang tua, ujung-ujungnya pasti memaafkan anak mereka juga, 'kan?Inilah yang ada di benak Tiara saat ini. Dia lebih baik pulang dulu ke rumah, lalu berterus-terang pada orang tuanya. Mungkin kebanyakan orang yang berada di posisi Tiara akan memilih untuk menyembunyikannya terlebih dahulu, tetapi Tiara lebih memilih langsung jujur. Semua ini agar dirinya bisa mendapatkan pendukung dalam menyelesaikan masalah ini. Toh, cepat atau lambat akan ketahuan juga. Tiara sudah siap menanggung caci dan maki kedua orang tuanya, tidak apa-apa, memang salah sendiri sudah merusak masa depan.Hari itu hari Minggu, Vandam tidak pergi ke kantor. Dia sedang duduk di teras dan melihat Tiara pulang dalam keadaan mata merah dan sembab."Nak, kamu kenapa? Cerita sama Ayah." Vandam cepat-cepat menghampiri Tiara dan memeluknya.Tiara tak mampu menjawab pertanyaan Vandam. dengan suara penuh tangis, Tiara berkata kepada ayahnya, "Ayah maafin Tiara ya."Vandam merasa ada yang tidak beres dengan putrinya. Jadi dia cepat-cepat membawa Tiara masuk ke dalam rumah. Vamdam pikir, Tiara baru saja kecopetan. Ternyata .... Masalahnya begitu besar.Tiara berkata kepada ayah dan ibunya, "Ibu Ayah maafin Tiara ya. Tiara nggak bisa membanggakan Ayah dan Ibu."Pandam lebih dulu angkat bicara untuk merespon Tiara, "Tiara, kami berdua selalu bangga pada Tiara. Apa pun yang terjadi, kamu harus cerita pada kami."setelah sedikit menenangkan dirinya, Tiara mulai berbicara, "Ayah ibu, maafin Tiara. Dia sudah melakukan dosa terbesar dan kesalahan terbesar pada kalian berdua yang sudah mendidik Tiara selama ini dengan baik."Tiara menarik napas dalam lalu melanjutkan perkataannya lagi, "Waktu perpisahan di Villa hari itu, Tiara dan Kevin melakukan hal yang sama terlarang. Lalu hari ini, Tiara baru tahu kalau Tiara ternyata hamil.""Bangs*t! Dasar anak tidak tahu diuntung! Selama ini kamu kami didik, Kami sekolahkan, tapi apa ini balasan untuk kami?" ujar ibu.Saat itu Tiara hanya bisa menundukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan Sepatah kata pun. Dari awal dia sudah pasrah apabila sampai dicacimaki oleh kedua orang tuanya."Sekarang kita telepon aja dulu orang tuanya Kevin, ajak mereka ketemu. Pokoknya pihak Kevin harus bertanggung jawab atas semua masalah ini," ujar Carla.
"Ibu, aku sudah coba untuk obrolin ini sama Kevin, tapi aku nggak paham kenapa Kevin sangat berubah. Kevin benar-benar nggak mau tanggung jawab, Kevin nggak mau bertanggung jawab untuk menikahi aku. Dia cuma bisa kasih pilihan gugurkan anak ini atau dia akan memberikan uang bulanan."Carla jelas naik pitam mendengarnya. Dia ingin bentuk pertanggungjawaban atas masalah ini berbentuk pernikahan. Bagaimanapun, calon cucunya ini sangat membutuhkan sosok ayah."Yah, sekarang ayo kita pergi ke rumah Kevin. Ibu mau masalah ini beres seberes-beresnya dengan Kevin bertanggung jawab."Orang tua Kevin adalah salah satu tokoh terkemuka di kota Cendrawasih ini. Ayah Kevin yang bernama Dirga Ferdiawan, adalah pemilik dari Ferdiawan grup. Ferdiawan Grup menguasai semua industri toko bangunan di kota ini dan beberapa kota lainnya. Jika dibandingkan dengan Vandam yang hanya memiliki perusahaan kecil, perbedaan di antara keduanya jelas seperti bumi dan langit. Ibu Kevin, Lesti Christian berprofesi sebagai seorang pengacara di kota ini yang memiliki firma hukum terkenal. Tidak heran kenapa Kevin sangat terkenal dan orang tuanya sangat disegani.Sesampainya di rumah Kevin, Vandam dan Carla langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Kebetulan saat itu Ferdi dan Lesti sedang berada di rumah, jadi mereka segera menyambut kedatangan Vandam dan Carla."Saya mau langsung terus-terang saja, Tiara putri kami hamil anak Kevin. Tapi dari penuturan Tiara, Kevin malah mengancam akan menggugurkan anak dalam kandungan ini daripada bertanggung jawab. Kami tidak mau tahu, Kevin harus menikahi Tiara!" teriak Carla.Perdebatan alot pun tak bisa dihindari. Kedua orang tua Kevin tidak menyutujui bentuk pertanggungjawaban dengan pernikahan itu. Mereka bersedia memberikan uang tunai sebesar 5 miliar untuk ganti rugi kerugian telat kuliah seperti yang akan dialami oleh Tiara. Namun, kedua orang tua tiara tidak terima dengan tawaran tersebut. Mereka merasa masa depan Tiara tidak sebanding dengan uang 5 miliar.Hingga terjadi satu kesepakatan baru yang ditawarkan oleh kedua orang tua Kevin yaitu biarkan Tiara dirawat oleh mereka, setelah Tiara melahirkan, Tiara akan dibiayai kuliah di mana pun itu.Karena kesepakatan tidak mencapai kesepakatan bersama, orang tua Tiara pun menyuruh kedua orang tua Kevin untuk mempertimbangkan masalah pernikahan itu. Vandam merasa, di masa depan Kevin tidak akan terganggu jika pernikahan itu dilaksanakan juga. Akan tetapi kedua orang tua Kevin sama sekali tidak bersedia. Semua itu karena mereka sudah mempersiapkan Jodoh untuk Kevin nikahi suatu hari nanti. Namun, soal perjodohan ini tidak diketahui oleh Kevin sendiri.Satu minggu berlalu, selama satu minggu ini juga orang tua Tiara tiada hentinya mengacau ke rumah Kevin. Akhirnya, keluarga Kevin benar-benar sudah tidak tahan lagi. Padahal, mereka sudah mengancam balik orang tua Tiara akan memenjarakan mereka. Namun, orang tua Kevin merasa hal ini akan memengaruhi masa depan Kevin. Mereka tidak mau masalah ini menyebar ke banyak pihak.Setelah berunding, Dirga akhirnya menelepon orang tua Tiara dan mengajak mereka bertemu di sebuah restoran.
Restoran Burung Dara
"Kita nggak usah basa-basi, saya ingin menawarkan tawaran bagus. Kita nikahkan Tiara dan Kevin, tapi setelah itu Tiara harus meninggalkan Kevin, yang penting dokumen mereka resmi demi kebaikan anak mereka. Kami sudah berunding, akan memberikan uang 10 miliar untuk kalian, 10 miliar untuk Tiara. Ini surat perjanjiannya." Dirga menyodorkan secarik surat.
Melihat isi surat itu, Carla jelas langsung keberatan. Dia berkata, "Nominal itu terlalu sedikit. Saya minta total 30 miliar. Ada 30 miliar, saya nggak akan menyebarkan berita ini."
"Pemerasan," sahut Lesti.
"Maksimal total 25 miliar, tidak lebih, terserah kalau kalian masih bersikeras. Kami nggak akan peduli," sahut Dirga.
Vandam pun terkejut mendengarnya, orang tua Kevin cukup loyal juga. Alhasil, Vandam segera menjawab, "Baiklah, 25 miliar deal."
Sepulang dari restoran itu, Vandam dan Carla pulang ke rumah dan menceritakan hasil perundingan ini pada Tiara. Bagian soal uang itu tentu saja tidak mereka ceritakan pada Tiara.
Begitu pun dengan Dirga dan Lesti, mereka pulang dan membicarakan ini dengan Kevin. Mulanya Kevin keberatan, tetapi Dirga bersikap jauh lebih keras, mengatakan bahwa Kevin tetap harus belajar tanggung jawab.
Meskipun Kevin sudah begitu dingin pada Tiara, mereka berdua tetap bertemu untuk membahas pernikahan itu. Tiara masih begitu percaya diri bahwa Kevin pasti akan kembali seperti dulu lagi.
"Terima kasih." Tiara lebih dulu bicara pada Kevin.
Kevin hanya diam saja, dia sangat enggan menjawab ucapan Tiara.
Hari pernikahan pun tiba, mereka cepat-cepat menikah karena takut perut Tiara yang kian membesar. Setelah prosesi pernikahan yang hanya dihadiri orang tua Kevin dan Tiara selesai, Tiara dibawa Kevin ke sebuah hotel bintang lima di kota Cendrawasih.
Tiara masih trauma dengan kejadian saat itu, dia takut sekali dengan Kevin yang sangat agresif.
Jadi, Tiara pun berkata, "Kevin, malam ini ...."
"Malam ini malam resmi kamu dibeli 25 miliar oleh orang tuaku," ujar Kevin dengan dingin ....
Masih membahas masa lalu, malam pertama yang seharusnya menjadi malam terindah bagi pasangan mana pun, justru berubah menjadi malam paling menyakitkan bagi Tiara. Tiara sangat bingung dengan maksud ucapan Kevin."Apa? 25 miliar? Maksud kamu apa?" tanya Tiara.Kevin melepas jas pernikahannya ke atas kursi, kemudian melepaskan kemejanya juga. Setelah itu, dia menjawab pertanyaan Tiara, "Orang tua kamu itu sudah memeras orang tuaku. Orang tua kamu sudah diberi 25 miliar oleh orang tuaku, pernikahan kita hanya pernikahan kilat. Mulai besok, kita tinggal masing-masing lagi."Tiara makin bingung dengan perkataan Kevin. Jadi, maksud Kevin, orang tua Tiara menerima uang dan menyetujui pernikahan kilat ini? Orang tua biadab. Bukankah ini sama saja dengan menjual anak sendiri?Mendengar itu, Tiara langsung bergegas untuk pergi dari hotel itu. Meskipun tidak tahu harus ke mana, yang paling penting dirinya bisa pergi dan terbebas dari orang-orang palsu itu. Namun, belum sempat berhasil pergi, Kev
"Kota Santana? Tapi ... aku nggak mungkin kuliah. Aku malu, aku nggak mau repotin kamu juga. Aku keluaran SMA, bukan SMK, aku nggak punya skill apa pun, Din." Tiara sangat berkecil hati dengan nasib masa depannya."Aduh kamu ini, selama ini kamu berprestasi, public speaking kamu juga bagus banget. Kebetulan ayah aku kasih 1 unit apartemen di sana. Kamu bisa tinggal dulu sama aku. Soal kerjaan, nanti aku bantu cari-cari," ujar Andin.Tiara tertegun. Dia benar-benar bingung dengan masa depannya. Kembali kepada Kevin dan orang tuanya bukanlah solusi.Setelah merenung sejenak, Tiara pun akhirnya mengambil keputusan mutlak, "Oke, aku ikut sama kamu. Kalau dokter sudah izinin aku pulang, aku mau diam-diam pulang ke rumah bawa semua dokumen penting aku. Sehabis itu, aku bisa ikut kamu ke Kota Santana. Tenang saja ya Din, aku nggak akan lama-lama repotin kamu."Satu minggu kemudian, Tiara mengikuti Andin pergi ke Kota Santana yang berjarak kurang-lebih 400 kilometer dari Kota Cendrawasih. Di
Tiara tidak berpikir negatif begitu mendengar ucapan Renan. Bagaimanapun juga, Kevin ayahnya Renan masih hidup.Jadi, Tiara pun berkata, "Kamu kangen banget sama papi, ya?"Selain dewasa, Renan adalah anak yang sensitif juga. Begitu mendengar ucapan Tiara, Renan tak kuasa menahan tangisnya lagi."Renan kangen papi, Renan kangen banget huhuhuhu ...."Air mata Tiara tanpa terasa mulai membasahi pipi, dia segera memeluk Renan dan berkata, "Sabar, ya, sayang. Mami juga kangen banget sama papi. Yang penting Mami selalu ada buat Renan, itu sudah cukup, 'kan?""Cukup Mami, maafin Renan ya Mami, Renan sudah membuat Mami menangis," ujar Renan sambil memeluk Tiara.Tiara mengelus kepala Renan sambil berkata, "Khusus malam ini, kamu boleh tidur sama Mami. Oh ya, lusa hari Sabtu, 'kan? Kamu mau jalan-jalan ke kebun binatang, nggak?"Mendengar itu, Renan pun langsung tersenyum lagi, "Mau Mami! Malam ini aku mau tidur sama Mami, lusa nanti Renan juga mau ke kebun binatang! Sekalian ajak Tante Andin
Beginikah nasib seorang janda di usia muda? Begitu direndahkan oleh teman kerja, bahkan sampai ada yang menawarkan dirinya untuk menjadi sugar baby?'Aku harus kuat, aku harus kuat demi Renan. Nggak apa-apa, semuanya pasti berlalu,' gumam Tiara dalam hati.Tiara masih berada di toilet, dia berusaha tegar dan menghapus air matanya.Saat kembali ke ruang kerjanya, Tiara mengubah sikapnya yang dulu. Dulu, dia selalu bersikap cuek saat ada orang yang membicarakannya. Namun, kini dirinya harus tegas, bagaimanapun dirinya adalah kepala Departemen Penjualan, dirinya memiliki wewenang lebih tinggi daripada mereka.Selama ini juga, kinerja rekan kerjanya sangat jauh dari kata maksimal, oleh karena itu, Tiara mempertegas semuanya, "Teman-teman, mulai sekarang, kalian harus mengikuti semua peraturan yang saya buat. Kalau sampai ada yang ketahuan bergosip di dalam kantor, baik itu jam kerja atau bukan akan langsung saya pecat. Kalau target bulanan tidak tercapai, orang tersebut akan dimutasikan k
Perusahaan Darma"Bu Tiara mau pulang dulu ke kantor?" tanya Reni.Tiara sedari tadi sangat sibuk, begitu melihat ponselnya, dia melihat waktu sudah menunjukan jam 4 sore."Ya ampun, ternyata sudah jam 4, saya harus jemput anak saya dulu. Kamu naik taksi saja, ya? Ini ongkosnya, saya pamit pergi duluan." Tiara cepat-cepat memberikan ongkos untuk Reni lalu mengendarai mobilnya menuju TK Tunas Mekar.Sesampainya di sekolah, hati Tiara seolah tercekit. Mobil siapa itu? Siapa pria berjas itu? Mungkinkah Kevin datang? Entah kenapa, Tiara sangat takut tiba-tiba Kevin datang dan mengambil Renan dari sisinya.Harus diketahui pula, Anton baru saja ganti mobil. Dia tidak pernah membawa mobil BMW hitam ini ke kantor, jadi wajar saja Tiara begitu terkejut melihatnya."Renan!" ujar Tiara dengan panik."Eh ...." Tiara langsung tertegun begitu melihat sosok itu dari dekat."Aduh Pak Anton, bikin saya kaget saja. Bapak kok bis
"Maksud kamu apa? Hubungan aku sama Pak Anton?" Tiara keheranan, kenapa Andin bisa mengajukan pertanyaan ini.Kemudian, Andin pun menceritakan apa yang sedang terjadi hari ini. "Yang pasti, aku nggak ada hubungan apa pun sama Pak Anton. Andin, aku titip Renan semalam ya. Aku harus dirawat, demamku tinggi sekali setelah pengambilan sampel tadi," ujar Tiara."Hah? Dirawat?" Andin kaget.Mendengar Andin kaget, Tiara buru-buru berkata, "Andin, jangan beri tahu Renan. Bilang saja urusanku belum selesai.""Oke, kamu jaga diri baik-baik."Andin menutup teleponnya. Dia sedih sekali, Tiara sudah biasa menghadapi semuanya sendiri selama 5 tahun ini. Makanya, dia bisa begitu santai dirawat di rumah sakit sendirian. Namun, Andin tidak akan tinggal diam saja.Andin segera menemui Anton dan berbisik, "Pak, hari ini Tiara melakukan pengambilan sampel untuk donor sumsum tulang belakang. Lalu dia demam tinggi setelah prosedur itu, dia harus dirawat dulu. Baiknya bagaimana ya? Tiara bilang jangan beri
Sesampainya di rumah, Tiara merasa seolah mendapatkan kembali kebugaran sebelumnya. Tulang punggungnya tidak sesakit kemarin lagi, demamnya pun sudah turun.Saat Andin, Tiara dan Renan sedang asyik membahas laptop baru Renan, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu rumah Tiara."Siapa, ya?" tanya Tiara."Ini saya," ucap orang itu."Eh, Bu Tina, ada apa Bu pagi-pagi kemari?" tanya Tiara pada Bu Tina yang merupakan tetangga rumahnya."Kemarin Mbak nggak di rumah ya?" ucap Bu Tina.Bu Tina adalah satu-satunya tetangga Tiara yang tidak pernah ikut campur urusan Tiara, seperti bertanya kapan bersuami lagi. Karena itulah, Tiara agak heran ada apa Bu Tina datang ke rumah pagi-pagi."Iya nih Bu," jawab Tiara singkat.Bu Tina memberikan satu set rantang berisikan makanan kepada Tiara sambil berkata, "Mbak, pagi ini saya masak sup ayam. Saya lihat mobil Mbak Tiara sudah ada, jadi saya datang. Takutnya Mbak Tiara belum sempat masak."Tiara langsung merasa bersalah mendengarnya, dia kira Bu Tina akan
Tiara menerima tissue itu, dia menghapus air mata yang tiada hentinya mengucur deras. Tok! Tok! Tok! Seorang suster masuk dan berbisik pada Dokter Tommy, "Dok, pasien selanjutnya sudah menunggu." Dokter Tommy hanya mengangguk pada suster itu lalu berkata pada Tiara, "Kita bisa bahas lebih dalam mengenai strategi pengobatan Renan ke depannya. Bu Tiara apa ada waktu malam nanti? Kita bisa bertemu di rumah sakit atau di luar pun boleh. Barangkali Bu Tiara butuh suasana baru." Tiara pun mengangguk dan menjawab, "Baik Dok, saya beri tahu pas saya pulang kerja nanti." .... Kota Cendrawasih Sudah enam tahun lamanya Tiara tidak pulang ke Kota Cendrawasih, sudah enam tahun pula Vandam dan Carla tidak bertemu dengan putri mereka, Tiara. Pagi itu, Vandam dan Carla sedang menonton TV sebelum pergi ke kantor. Saat hendak berangkat, seseorang mengetuk pintu dan menyerahkan sebuah surat. Carla membuka surat itu dan teriak, "Yah, cepat ke sini!" "Ayah, bukannya Ayah bilang jatuh tempo pinja