Loreta meremas tangannya gugup sementara berada di ruang tunggu untuk menemui ratu Theodore. Ada beberapa hal yang ingin ia sampaikan dan Loreta sangat khawatir ratunya tidak akan setuju, apalagi senang mendengar berita yang akan diutarakan.
“Menteri Deiz, Yang Mulia siap menemuimu,” ucap sekretaris kerajaan, Tina Fey.
“Terima kasih,” ucap Loreta dengan senyum kikuk.
Begitu masuk ke ruangan tempat Theodore berada, Loreta disambut dengan sapaan hangat. Setelah duduk dan menunggu selama beberapa saat, akhirnya ratunya mempersilahkan Loreta bicara.
Dengan terbata-bata dan sedikit gugup, Loreta mengungkap siapa saja yang telah dicurigai menjadi komplotan yang akan melawannya.
Theodore menjatuhkan pulpen yang tadinya ia pegang dan wajahnya tampak syok.
“Weston? Daniel Weston?” Theodore bertanya seperti mencoba menyakinkan dirinya sendiri akan nama yang ia dengar.
“Betul, Yang Mulia. Daniel Weston.&
Semua terlihat tidak menyenangkan seperti sebelumnya. Swan menghela napas dengan mata terpejam. Matahari sudah cukup tinggi tapi ia masih bermalasan di sofa bulat di teras, sembari melipat kaki.Lexia sudah mulai menyiram kebun serta memberi makan ternak mereka. Swan seperti kehilangan semangat juga motivasi untuk bergerak.Matanya hanya memandang ke depan, menerawang dan termenung.Sebuah truk dengan bak datang dan parkir di depan pagar rumahnya. Susan keluar dengan menenteng keranjang tertutup.Tampak Lexia menyapa Susan dan keduanya menoleh ke arah Swan.Gadis itu baru menyadari jika mereka membicarakan dirinya. Namun tidak ada keinginan untuk menyembunyikan kondisi yang sekarang sedang ia rasakan.Sementara Lexia melanjutkan berkebun, Susan melanjutkan langkah dan mendekati Swan.“Selamat pagi, Nona Reinard!” seru Susan seraya meletakkan keranjang di meja.Sapaannya terkesan menyindir dan menyatakan pada Swan ba
Seandainya dunia ini seperti kisah drama, mungkin akan jauh lebih mudah menjalaninya. Karena dalam setiap cerita, yang jahat selalu mendapat hukuman dan peran protagonist selalu menang.Itu tidak terjadi dalam hidup Swan.Pemberitaan yang semakin menyudutkan ayahnya, membuat Swan dalam dilemma terbesar. Gejolak perasaan membuatnya kadang lelah memikirkan semuanya.Antara memaafkan semua perbuatan Hector dan kembali, atau membiarkan ayahnya tenggelam dalam kegagalan yang memalukan.“Dia semakin terlihat kacau dan menyedihkan,” cetus Lexia seraya membersihkan senapan yang baru saja ia beli dua hari lalu.“Jangan mengarahkan senjatamu ke arahku, Lex!” teriak Swan dengan kesal.“Senapan ini kosong! Tidak akan meletupkan peluru!” bantah Lexia dengan geli.Swan memberengut dan membuang muka seperti tidak percaya.“Kau tidak mendengar koemntarku tentang ayahmu?” Lexia meraih remot dan me
Tidak pernah ada yang menduga jika akhirnya ratu Theodore memanggil Loreta dan mengatakan mengenai rencana yang akan ia lakukan dalam minggu ini.“Adakan sebuah rapat akbar yang akan dihadiri oleh seluruh perwakilan rakyat dari berbagai organisasi yang mewakili suara mereka, termasuk Polin, orang kepercayaanmu.”Loreta terkesima dan setiap kalimat yang ratunya katakan terekam dengan baik dan tersusun rapi dalam benaknya.Theodore kemudian mengatakan tanggal dan tempat pertemuan tersebut dan berjanji akan hadir sebagai kejutan yang tidak pernah akan ia katakan pada siapa pun.“Sudah waktunya aku melangkah keluar dari pagar yang dibangun oleh parlemen untuk membatasi gerak gerikku sebagai ratu. Kate telah menyusun dan mengurus semuanya, kau tidak perlu khawatir akan Weston karena Kate juga telah koordinasi dengan pria yang ia sebut sebagai kepala keamanan orgnisasi Polin. Dusk Garcia, jika aku tidak salah mengingat.”Loreta mu
Swan melihat ke berita yang baru saja berlangsung, dan ia memekik memanggil Lexia yang ada di depan teras, sedang memetik buah strawberry.“Revolusi sedang dimulai!” seru Swan dengan antusias.Lexia hampir menjatuhkan mangkuk yang penuh dengan buah strawberry di tangannya.Keduanya menatap dengan mata tidak berkedip ke layar kaca dan setiap perkataan pembawa berita membuat hati mereka mengembang, penuh dengan kebahagiaan.Saat yang ditunggu oleh seluruh rakyat Northery akhirnya tiba. Kebebasan wanita dan perombakan pemerintahan yang jauh lebih adil karena mendengarkan aspirasi rakyat akan menjadi harapan bagi semuanya.“Jika semuanya telah kembali seperti semula, mungkin kita harus kembali ke Barner,” ucap Swan. Lexia tersenyum dan tidak menanggapinya. Baginya, kembali ke kota tersebut tidak lagi menarik minatnya.“Entahlah, Swan. Mungkin kita harus memikirkan ulang. Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan di sana
Hari yang ditunggu akhirnya tiba.Sedari pagi, seluruh petugas keamanan berjaga dan mengelilingi lokasi yang akan dijadikan pertemuan akbar tersebut. Dusk tidak berhenti memastikan semua anggotanya dalam koridor yang semestinya, sementara Lockey menunjukkan diri sebagai orang andalan yang bisa Dusk percayai sepenuhnya.Selama tiga jam lebih, pertemuan pun digelar.Ratu Theodore tampil dengan memukau dan kharismanya jelas terpancar. Ketika akhirnya mereka mendengar keputusan yang digaungkan dengan lantang oleh ratu mereka, gegap gempita terdengar memenuhi lapangan kota Barner.Dusk tersenyum dengan penuh kebanggaan dan ia melirik ke arah Rose yang juga menatapnya dengan tawa.Di balik senyum itu, Dusk berharap Swan bersamanya saat ini.Pernyataan ratu yang meniadakan beberapa peraturan yang memberatkan wanita seharusnya menjadi perayaan mereka berdua. Seandainya Swan ada di sampingnya, mungkin tawa bahagia ini akan jauh lebih sempurna.
Leon baru saja tertidur kembali. Dusk akhirnya bisa merebahkan diri di samping bayi mungil yang tampak terlelap dengan sesekali senyum.Meski lelah mendera tubuhnya, Dusk tidak memejamkan mata. Ia menikmati pemandangan yang ada di depannya saat ini.Leon. Bayi yang menjadi tanggung jawabnya tersebut mengisi hari-hari Dusk dengan cara yang dirinya sendiri tidak pernah bayangkan sebelumnya.Apakah dia siap akan hal ini?Keraguan itu sempat membuat Dusk hampir menarik diri dari janji yang terlanjur ia ucapkan pada Crane. Tapi Rose selalu mengingatkan dirinya akan hal tersebut dan Dusk kembali memperoleh kekuatan untuk berjuang mengatasi gejolak dalam dirinya.Bagaimana reaksi Swan nanti? Dusk tidak bisa membayangkan dan ia memilih untuk melupakan semua rasa khawatir dalam-dalam. Seandainya Swan tidak bisa menerima kondisinya sekarang, mungkin dia bukan perempuan yang menjadi pilihan tepat.Ponselnya bergetar dan pesan dari Polin yang mengabarka
Pukul sembilan pagi, ratu Theodore mengumumkan susunan parlemen yang baru setelah mengadakan rapat selama tiga hari penuh.Dari lima belas menteri, lima di antaranya adalah wanita. Loreta menjadi penasehat utama kerajaan dan Kate menjadi menteri pertahanan yang akan membawahi semua anggota polisi dan tentara.Sementara itu, Anne mendapat posisi sebagai menteri luar negeri. Koneksi ayah Anne yang bagus, bisa memperlancar hubungan dengan negara lain dan Theodore memilih orang yang tepat untuk itu.Polin mendapat tempat sebagai menteri pemberdayaan wanita dan pelayanan masyarakat, sementara Markus, kakak sulung Anne, menjadi Jaksa Agung tertinggi.Fabrice menggantikan Markus sebagai kepala imigrasi.Semua mendapat porsi dan bagian yang tepat juga adil.Swan masih menelusuri nama yang ada di layar kaca televisi, namun tidak menemukan nama ayahnya.“Tidak ada nama Hector Barnes Reinard,” gumam Swan dengan kecewa.Lexia b
Lexia membangunkan Swan dan gadis itu terbangun dengan tergagap.“Bangun, Swan!” seru Lexia dengan suara keras.Tubuhnya masih terasa lelah karena baru terlelap setelah berkemas untuk rencana kepulangan mereka siang nanti.“Ini masih gelap dan baru jam tiga pagi!” protes Swan sembari menyibak selimutnya.“Ayahmu mengadakan kudeta, Swan!” pekik Lexia dengan kalut.Swan hampir tersandung sandalnya sendiri.“Apa?!”Swan mengejar Lexia yang sedang mengangkat koper ke atas mobil.“Cepat ganti baju dan kita harus kembali ke Barner secepat mungkin!”“O-ok!”Dengan kalang kabut, keduanya membereskan semua dan berangkat dengan buru-buru. Tidak sempat berpamitan atau mengirim kabar pada Susan dan Hary. Situasinya sangat mencekam.Rose menelepon Lexia dan mengabarkan jika Hector menyerang istana dan hampir mencelakakan bibinya, ratu Theodore.
Dusk meletakkan lasagna ke dalam oven, lalu melepas sarung tangan tahan panas.Rose baru selesai menidurkan Leon dan kini waktunya menikmati masa santai dengan segelas wine. Sementara menunggu Dusk memasak untuk makan malam, Rose menyalakan televisi dan duduk dengan segelas wine di tangan.Tidak lama, tayangan berita mulai muncul dan Rose mengeraskan volume. Reporter memberitahu mengenai pengumuman penobatan ratu yang akan dilaksanakan dalam waktu tiga bulan dari sekarang.Dusk yang tadinya ada di dapur, berjalan dengan langkah pelan menuju ke ruang tengah. Sikapnya terlihat tertegun, begitu melihat Swan yang berada di layar televisi saat ini. Gadis yang tampak mulai menjadi seorang wanita sepenuhnya, mengenakan setelan jas celana panjang berwarna biru muda. Topi kecil yang menghiasi kepala, melengkapi penampilan penuh gaya Swan.Dusk menatap sepuasnya sosok tersebut. Rose menyadari jika tatapan mata itu masih menyimpan rasa yang sama. Kini dengan pandang
Lorong istana pagi itu sibuk dengan para pelayan dan pegawai istana. Hari senin pada minggu pertama tiap bulannya, adalah waktunya mengganti semua dekorasi. Dari tirai, taplak hingga pernak pernik terkecil.Swan melangkah dengan ayunan kaki mantap, menuju ke ruang neneknya. Meski riasan wajahnya menutupi kesan sembab yang disebabkan kejadian kemarin, tapi mata Swan tidak bisa disembunyikan.Semua menyapa Swan yang tidak peduli membalas sedikit pun. Gadis itu lurus berjalan tanpa menoleh atau melontarkan sapaan kembali.Kate baru saja keluar dari kantor Theodore ketika melihat Swan datang. Dengan tatapan mata nanar, Kate memandang Swan.Calon ratu Northery hanya melihatnya sekilas, tanpa menyapa, Swan segera mendorong pintu. Gadis itu melewati Kate tanpa sepatah kata pun terucap.“Putri Swan, tunggu!” tahan Kate menahan Swan untuk masuk.Sebagai pengawal pribadi ratu, Kate berhak menahan Swan untuk bertanya kepentingan bertemu The
Tempat duduk yang berbentuk ayunan di teras tersebut baru selesai diperbaiki oleh Dusk. Mereka menempati rumah bergaya country di sebuah desa yang jauh dari kota Barner. Menempuh sekitar sepuluh jam dengan menggunakan mobil.Di kota kecil inilah Dusk memilih tempat tinggal bersama Leon, putranya, dan Rose, yang ternyata bersedia menemani dirinya.Alasan Rose karena tidak ada hal lain yang ia lakukan di Barner, maka pilihannya adalah menempuh petualangan bersama Dusk. Mereka menyewa rumah yang tadinya hampir bobrok tersebut. Dusk tidak ingin menghamburkan banyak uang untuk tempat tinggal.Ia harus berhemat demi masa depan Leon nanti. Rose muncul dengan dua gelas wine dan sepiring pie hangat yang baru ia keluarkan dari oven. Dusk tersenyum samar dan menepuk ayunan untuk memastikan kokoh.“Pie yang memiliki rasa standar namun terbaik untuk saat ini,” goda Dusk sementara tangannya mencomot salah satu pie tersebut.Rose tertawa kecil dan men
Polin menatap Swan yang melesat dengan mobil porsche hitamnya, meninggalkan halaman losmen. Tidak ada yang bisa menebak kebahagian dalam hidup. Siapa pun yang berada dalam situasi Swan, pasti akan merasakan kehancuran yang mengubah segala pola pikir juga mental.Swan memacu mobil mahalnya melewati jalanan yang mulai sepi, di tengah guyuran hujan bulan September. Musim gugur baru saja dimulai dan angin bertiup cukup kencang, dengan suhu udara yang dingin dan kering. Air mata menguburkan pandangannya. Swan melihat jembatan di depan dan entah kenapa, mendadak ia menekan pedal rem.Gadis itu menepikan mobil dan untuk sesaat ia terdiam dengan pandangan ke luar. Hanya lampu jalanan yang menerangi sisi jalan. Trotoar yang biasa digunakan oleh pemakai sepeda juga pejalan kaki tampak sepi.Tidak ada satu orang pun yang ingin berkeliaran di malam musim gugur yang cukup dingin tersebut.Swan keluar dari mobil, melangkah menuju ke tempat ia hampir melompat turun untu
Gaun berwarna biru pastel selutut itu membalut tubuh Swan dengan sempurna. Pagi ini, ia baru saja selesai melakukan pertemuan resmi pertamanya dengan para anggota dewan kerajaan dengan menteri baru yang terpilih.Selama rapat berlangsung, Theodore, neneknya, menunjukkan bagaimana kiprah seorang ratu dalam memimpin rapat dan memutuskan beberapa hal penting yang mendesak.Sudah hampir seminggu lebih, Dusk tidak menemuinya lagi. Sempat Swan mendengar jika kini Dusk juga merawat bayi yang diadopsinya.Tidak banyak pembicaraan yang mereka lakukan sejauh ini. Minimnya waktu dan tuntutan pekerjaan juga tanggung jawabnya, menghalangi Swan untuk melakukan keperluan pribadi.Sementara mengganti baju dengan celana panjang dan kaos, Swan melihat Lexia masuk dan menyapanya dengan buru-buru. Rentetan kalimat yang meminta Swan membaca beberapa tugas dari Theodore, tidak ia indahkan.“Aku mau libur hari ini, Lexia!” tukas Swan dengan cepat memakai jake
Dusk memeluk Leon dengan dekapan erat penuh kerinduan. Bayinya tertawa senang seakan tahu jika pria yang ia selalu lihat dan dekat dengannya selama ini telah kembali.Leon membasahi seluruh wajah Dusk dengan ciuman penuh liur. Dusk terbahak geli sementara Leon memekik senang saat mendengar tawa ayahnya.“Kau benar-benar pencium yang buruk, Leon! Saat besar nanti, papa akan mengajari yang benar!” seru Dusk di antara derai tawa yang terlontar.Rose yang mendengar semua kelakar, tersenyum diam-diam. Siapa pun menginginkan untuk menjadi pendamping pria tampan yang ternyata bisa berperan sebagai ayah yang luar biasa penyayang.“Dia sempat rewel tidak mau tidur pada hari pertama. Aku sempat dibuat kalang kabut hingga menjelang dini hari. Ternyata Leon suka sekali tidur dengan memeluk salah satu kemejamu. Untung aku menemukannya di lemari,” tutur Rose dengan geli.Dusk terenyuh saat mendengar cerita Rose mengenai Leon sementara dir
Tiga hari berturut-turut Dusk melakukan penyelidikan dengan teliti dan cermat. Satu persatu ia bongkar dan selidiki. Segala kiprah Weston dan Newton tidak ada yang lepas dari pengamatannya.Data-data yang diberikan oleh Remmy, ahli teknologi kerjaan Northery yang notabene anak buah Kate, mampu memudahkan semua urusan yang Dusk tangani.Bahkan sector impor dan ekspor ternyata juga melibatkan mereka berdua. sejumlah kejahatan memang berhasil Dusk dapatkan melalui oknum yang ia bayar dengan mahal. Uang memang mampu menyelesaikan segala permasalahan saat ini.Orang yang pernah kedua penjahat itu tugaskan, ternyata tidak sepenuhnya melenyapkan barang bukti yang akan meringankan hukuman Hector.Secara teknis, Hector tetap saja akan menerima ganjaran atas keterlibatannya dalam aksi yang dilakukan oleh dua bekas pejabat negara tersebut.Namun tidak seperti ancaman yang akan ditimpakan pada Hector dengan tudingan makar.Sejauh ini, Kate cukup puas da
Life ChoicesLucu permainan orang dalam dunia ini. Ada yang beralasan demi kenyamanan hidup, seseorang sanggup melakukan hal yang tidak sesuai dengan hati nuraninya juga merugikan orang lain. Ambisi mengalahkan segalanya. Itulah yang terjadi pada sebagian manusia.Ambisi.Bagi Dusk sendiri, mendengar kisah Anne yang meninggalkan Hector adalah sesuatu yang sebenarnya tidak mengejutkan. Wanita itu berhak bahagia dan mencari tujuan hidupnya sendiri, setelah sekian lama mengalah dan mundur demi suami tercinta.Tapi Hector, seorang pahlawan negeri ini yang salah mengambil langkah, juga patut mendapat kesempatan kedua. Dia tidak pantas ditinggalkan oleh istrinya, walau Hector telah memperlakukan begitu buruk, juga tidak sepatutnya dihukum karena begitu banyak jasa untuk Northery tercinta.Hector melupakan semua urusan keluarga, mengorbankan hal-hal penting dalam hidupnya, demi negeri yang ia banggakan.Kil
Anne masih duduk dengan piring makan malam yang belum tersentuh sedikit pun. Moses duduk di seberangnya dengan raut prihatin.Ibunya masih belum mau mengunjungi ayahnya hingga detik ini.Alasan Anne cukup membuat Moses naik pitam tadinya, tapi kini ia hanya melihat seorang wanita kesepian yang masih ragu memaafkan.Hector adalah pria yang Anne cintai hampir seluruh hidupnya. Tapi kekecewaan terus Hector berikan selama dua tahun belakangan. Rasanya kembali pada pria yang membuat hidupnya berantakan adalah sulit. Bukan hanya rasa tidak percaya, tapi ada ketakutan jika masa itu akan terulang kembali.“Aku tahu, Ma. Tidak nyaman rasanya kembali pada titik yang kita tinggalkan. Tapi siapa tahu, kita bisa memulai ulang dan memperbaiki eror tersebut?”Mata Anne bergerak dan kini menatap Moses.“Kau tidak tahu, Nak. Mama terlanjur meletakkan harapan untuk kembali pada hari pergi dari rumah. Cinta dan keinginan menjalani hidup denga