Mendengar pernyataan Hanggoro, Adrian dengan cepat melumpuhkan pemulung yang berusaha lari. Clara terus melihat dengan seksama pria paruh baya yang ada di hadapannya, ia tak menyangka sama sekali, bahwa pemulung yang sering di tolongnya ternyata orang yang menyebabkan ayahnya di penjara.“Siapa nama bapak, dan apa benar, tiga puluh tahun yang lalu terlibat perampokan di toko emas dan menyebabkan pemilik toko tewas?” tanya Clara menatap lekat lelaki tua yang selalu di tolongnya itu.Laki-laki tua dengan pakaian lusuh itu, menatap Clara ragu, tergambar jelas rasa malu, dan takut di wajahnya.“Iya, Neng. Waktu itu aku dan temanku, merampok toko emas, siang itu toko sepi, hanya ada pemilik toko dan Bapak ini {tangannya sambil menunjuk Hanggoro}, lalu aku dan pemilik toko terlibat perkelahian, hingga pisauku terjatuh, lalu saat itu aku melihat dari cermin yang ada di dinding, kalau Bapak itu mau menusuk pisau ke punggungku, dengan segera aku menghindar dan yang terjadi pemilik toko yang
Atik cemas, sambil mengendong Jose. Ia takut jika keluarga Bram, akan menyakiti Clara dan Jose. Tiba-tiba mobil jeep milik Adrian, berhenti di di depan pagar, lalu terlihat Clara turun dari mobil, di ikuti Adrian. Atik bergegas membukakan pintu dan menyuruh Clara dan Adrian cepat masuk“Ada apa Bi, kelihatan cemas?” tanya Clara, melangkah memasuki rumah, di ikuti Adrian.“Tadi Fandi ke sini,” jawab Atik.“Fandi suami Dinda,” Clara berucap, sambil menatap serius Bibinya itu.“Iya Clara, semula aku tidak tahu kalau Dia itu, menantu keluarga Himawan, dia ingin bertemu denganmu, aku tidak curiga apapun, sampai akhinya Fandi melihat Jose dan ia mempertanyakan tentang kehidupanmu dan Jose,” jelas Bi Atik.Mendengar penuturan Atik, Clara terlihat cemas ia menghempaskan pelan tubuhnya di atas sofa, Adrian pun ikut duduk di sebelahnya.“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Adrian.“Ada maksud apa Fandi ingin menemuiku. Dan jika dia tahu Jose adalah anak Bram, apa yang akan ia perbuat?” gumam Clar
Pikiran Clara tertuju pada Adrian dan Bramastio, dua pria yang ada di hatinya. Bramastio mantan suami dan ayah dari Jose. Yang tidak dapat di pungkiri masih ada cinta yang tersisa di sudut hatinya. Dan sisi lain Adrian, yang 3 tahun ini selalu di sampingnya, mendukungnya dan mencintainya. “Aku, tidak mau kembali pada Bramastio, Jose adalah anakku, ” jawab Clara dengan bibir bergetar. “Tapi Clara, Jose membutuhkan seorang ayah,” desak Fandi. “Iya, Jose sudah mempunyai seorang Ayah, yaitu Adrian, jadi aku mohon, jangan usik kehidupanku lagi, pergilah, aku dan keluargaku sudah memaafkanmu,” ujur Clara, seraya bangkit dan meninggalkan Fandi. Fandi hanya menatap pilu dan menahan rasa kecewa dan bersalah. Lalu beranjak pergi. Siang itu Adrian menemui Clara, dengan memakai celana jeans dan kaos warna merah dan jaket kulit warna hitam, membuat Clara terpesona hingga netranya tak mau lepas memandang wajah tampan dan keren Adrian. “Clara, ayo ikut aku ke Bandung, kita akan survey loka
Ki Darma, pemilik sebuah perkebunan seluas 100 hektar, hasil perkebunan buah sudah merambahi seluruh supermarket di seluruh wilayah Jakarta dan sekitarnya, pekerjanya sekitar 500 karyawan dan sebagian besar adalah penduduk sekitar perkebunan, sedangkan rumah mewah bernuansa alam berdiri dengan elok seratus meter dari perkebunan. Selain kaya raya Ki Darma juga di segani dan berkuasa. Pagi itu Ki Darma memanggil, Anah, Tarjo dan Doni di ruang kerjanya, dengan wajah tegang ketiga pegawai setianya menunggu Ki Darma, mereka bertiga duduk di sofa yang menghadap meja kerja Ki Darma suasana sunyi, hanya detak jam dinding yang berbunyi, pekerja yang lainnya belum datang. Dengan perasaan was-was mereka menunggu Ki Darma, selang beberapa menit akhirnya yang di tunggu datang. Ki Darma memasuki ruangan kemudian menutup rapat pintu. Ki Darma duduk di kursi kebesarannya sementara ketiga pegawainya duduk di sofa dengan kepala menunduk. Beberapa menit kemudian, Ki Darma berucap dengan suara yang t
Satu minggu setelah kecelakaan, polisi dan tim SAR menghentikan pencarian Clara. Dan Clara dinyatakan tewas jenazahnya dan hilang terbawa arus sungai. Sementara itu Bram masih gelisah, belum lagi mendapatkan kepastian bahwa Clara melahirkan anaknya kini malah Clara hilang dan dinyatakan tewas. Tapi Bram tidak menyerah dengan segala upaya ia mencari keberadaan Hanggoro dan Atik. Dan itu menyebabkan Elin marah. “Bram, lupakan Clara, dia sudah meninggal, Mama ingin mencarikan calon istri buat kamu.” “Mah, Clara kemungkinan melahirkan anakku, aku harus menemukan anak itu.” “Mama tidak ingin cucu dari Clara, kalau Mama menginginkannya sudah dari dulu Mama mengambilnya.’ Thomas dan Bram terkejut dengan ucapan Elin. Sementara Elin menutup mulutnya dengan tangannya, Dia tak menyangka akan keceplosan. Thomas yang mendengar hal itu berdiri dan menarik lengan Elin dengan kasar. Demikian juga dengan Bram ia sangat terkejut. “Jadi benar Clara hamil dan melahirkan anak Bram?” tanya Thomas. “
Hampir satu minggu Clara terbaring di tempat tidur, badannya masih terasa sakit dan kepalanya pusing, beberapa obat masih ia minum tiap hari. Sebenarnya rasa sakit di tubuhnya bukanlah yang ia pikirkan. Tetapi amnesianya yang ia pikirkan. Bagaimana bisa Clara menjalani hari-hari tanpa tahu masa lalunya. Pagi ini Clara mencoba bangun dari tempat tidur berjalan menuju jendela. Ini pertama kalinya ia membuka jendela kamar sendiri, sebelumnya Bi Anah membukan jendela kamar untuknya. Dengan berlahan Clara membuka jendela, matanya langsung di manjakan dengan pemandangan yang luar biasa, halaman rumah yang luas dengan rerumputan hijau dan di kelilingi bunga-bunga yang bermekaran serta pepohonan besar ada di setiap sudut halaman, hampir ia tak percaya, jika ia tinggal di rumah yang seindah ini. Belum lagi Clara puas menikmati pemandangan, ia di kejutkan oleh ketukan pintu kamar. Tok Tok.. “Permisi Non,” suara Bi Anah dari balik pintu. “Masuklah Bi.” Ceklek!... suara pintu dibuka dan terli
Dua bulan sudah Clara amnesia dan Ki Darma mengubah namanya menjadi Jihan. Tugas sebagai CEO Agro Darma Group sudah menanti. Jihan {Clara} mulai melakukan kegiatan di kantor, pertemuan dan rapat penting dengan klien pun dilakukan dengan bimbingan para senior, Pak Iwan dan tentunya Ki Darma sendiri, dan tak butuh waktu lama Jihan menguasai setiap pekerjaan yang di tugaskan pada dirinya. Sore itu sepulang dari kantor Jihan diberi kejutan oleh kakeknya Ki Darma. “Jihan, kemarilah Kakek mau bicara,” titah Ki Darma yang sudah menunggu kedatangan Jihan. “Ada apa Kek,” balas Jihan sambil duduk di samping Ki Darma di sebuah sofa panjang di ruang tengah. “Ini hadiah buat kamu,” Ki Darma menyerahkan sebuah kunci mobil ke tangan Jihan. “Karena kamu dua bulan ini sudah berhasil menjadi CEO seperti yang kakek harapkan.” Lanjut Ki Darma. Jihan sejenak terdiam, rasa bahagia menyelimuti dirinya dengan haru ia berucap,” terima kasih Kek, Jihan sangat beruntung mempunyai kakek yang baik hati.” Jih
Hari-hari berlalu cepat, sudah dua minggu ini Jihan tidak berkunjung ke Rainbow Coklat Cafe, karena banyak sekali pekerjaan, hatinya semakin galau dan gelisah seperti menahan rindu pada seseorang. Benarkah Jihan rindu pada sosok vokalis yang bernama Adrian?. Rasanya tidak mungkin Ia merindukan orang yang tidak ia kenal sama sekali, itulah yang terpikirkan Jihan. Siang itu Jihan merasa ingin melakukan sesuatu untuk para pekerja perkebunan, Ia ingin memberi nasi kotak kepada seluruh karyawan, segera Jihan melangkahkan kakinya menuju kantin dan memesan 200 nasi kotak, lalu Jihan menyuruh Mala untuk membagikannya. “Mala, tolong bagikan nasi kotak ini untuk para pegawai perkebunan!” peritah Jihan, pada Mala. “Baik Bu Jihan, segera saya lakukan perintah Bu Jihan,” jawab Mala, lalu bergegas keluar ruangan. Sekitar satu jam, Mala kembali, masuk ke ruangan Jihan. “Bu Jihan, para pekerja menyampaikan terimakasih kepada Ibu, kata mereka baru kali ini CEO Agro Darma Group peduli pada para p