Sejak hilangnya Clara pada peristiwa kecelakaan itu, separuh jiwa Adrian juga ikut menghilang. Clara seorang wanita yang telah mengubah dunia Adrian, dia dinyatakan tewas dan jenazah tidak ditemukan. Adrian begitu hancur, perasaan bersalah terus menghantuinya, apalagi sekarang Jose berada di tangan keluarga Bram. Dengan berjalannya waktu, akhirnya Adrian sadar bahwa hanya meratapi kesedihan adalah hal yang salah. Oleh karena itu Adrian memutuskan untuk mencari Clara, karena dalam lubuk hatinya, Clara masih hidup. Dan sejak satu bulan ini Adrian memutuskan setiap Sabtu malam ia berkunjung ke Rainbow Cokelat Cafe. Sebuah kafe yang terakhir di kunjungi bersama Clara. Satu kilo meter dari lokasi kecelakaan. Sebenarnya bukan hanya mencari Clara, tapi juga untuk melepaskan kerinduannya pada Clara. Kesukaan Clara pada cokelat membuat Adrian ingin mengingat setiap moment bersama Clara. Di kafe Rainbow, Andrian lampiaskan segala rindu melalui lagu-lagu yang ia nyanyikan. Kebetulan w
Mendengar ancaman, Adrian tidak sedikit pun membuat Bramastio gentar, ia tetap bersikukuh tidak mengizinkan Hanggoro dan Atik menemui Jose. Dan itu membuat Adrian marah, akhirnya ia tidak dapat mengendalikan dirinya, sebuah pukulan, menghantam wajah Bramastio. Bug!.. “Sial,” umpat Bram, kemudian membalas pukulan Adrian, Dag!.. keributan itu membuat Elin dan Thomas keluar rumah. “Apa-apaan ini, berhenti!” teriak Elin. Adrian dan Bramastio menghentikan pertengkaran mereka. Dan menoleh ke arah Elin. “Ma, mereka ingin menemui Jose,” seru Bram. “Sudah, berikan saja Jose, Mama nggak mau ada keributan lagi. Tapi ingat Hanggoro, kamu harus mengembalikan Jose sore nanti sebelum senja tiba!” perintah Elin. Hanggoro hanya mengangguk, lalu Elin masuk ke dalam, dan keluar membawa Jose. Dengan cepat Bi Atik meraih Jose dan memeluk bocah berusia dua tahun itu. Kemudian Hanggoro, Atik dan Adrian, segera menuju jeep dan masuk ke dalam, lalu jeep itupun bergerak pelan meninggalkan rumah Bramastio
Bagai di pucuk cinta ulam tiba, peri bahasa yang cocok untuk Adrian saat ini. Akhirnya Adrian mendapat jalan untuk mencari Clara dan mencari tahu tentang wanita yang bernama Jihan. Dengan adanya proyek Agro Wisata di Bandung, Adrian akan lebih banyak waktu berada di Bandung. Adrian segera memasuki ruangannya dan memanggil Mery. “Mery, kita akan ke Bandung untuk menghadiri rapat dengan Agro Darma Group. Siapkan berkas-berkasnya. Dan buat kesepakatan tempat dan jam rapat. Aku akan menunggumu besok di Bandung. Aku akan berangkat dulu hari ini!” Perintah Adrian pada Mery sekretaris yang usianya dua tahun di atas Adrian. Seharusnya di usia ini Mery sudah berumah tangga, tapi dia begitu ambisius pada kariernya. “Baik Pak Adrian,“ jawab wanita bertubuh sintal, dengan rambut sebahu, dan baju yang seksi. Adrian melajukan jeep menuju rumah, setelah mengemas beberapa pakaian ke dalam koper, ia kembali melajukan jeepnya menuju kota Bandung. Adrian sengaja pergi lebih awal supaya ia b
“Aku, mengalami amnesia sekitar tiga bulan yang lalu akibat kecelakaan di jalan tol Jakarta - Bandung,” jelas Jihan pelan, seraya memijat keningnya yang terasa berat. Adrian menghentikan laju jeep secara mendadak dan itu membuat Jihan terkejut. Tapi Adrian lebih terkejut dengan ucapan Jihan. “Apa, kamu amnesia?” tanya Adrian, sambil menatap Jihan. Adrian melihat Jihan semakin kuat memegang kepalanya. Berlahan Jihan menoleh ke arah Adrian dan mengangguk pelan. “Maaf aku keceplosan berbicara, jangan berbicara masalah ini dengan Ki Darma, kakek akan marah, jika mengetahui aku bercerita masalah ini pada orang lain,” ucap Jihan dengan terbata-bata dan menahan sakit. Adrian mencoba membuatnya tenang. “Jangan khawatir Bu Jihan, aku akan merahasiakan ini,” balas Adrian, memberanikan diri untuk meraih tangan Jihan. JIhan sedikit lebih tenang. Lalu Adrian mencoba menawarkan untuk pergi ke dokter. Adrian sangat mengkhawatirkan keadaan wanita di sampingnya yang mirip dengan Clara kek
Setelah sampai di Jakarta, Adrian menuju ke rumah Hanggoro, hari sudah malam, tapi Adrian tidak dapat menunda keinginannya untuk menanyakan beberapa hal pada Hanggoro, ayah Clara. Ia pun dengan cepat melajukan kendaraannya menuju kediaman Hanggoro, setelah sampai ia bergegas menemui Hanggoro. “Adrian, ada apa mukamu serius banget?” tanya Hanggoro begitu membukakan pintu, terlihat Adrian dengan wajah tegang. Tanpa menjawab, Adrian masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa diikuti Hanggoro, Bi Atik tampak keluar kamar, dan segera mengambilkan Adrian minum, begitu mengetahui Adrian datang, dan setelah itu mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu. Wajah Adrian begitu lelah dan tegang, setelah meneguk minuman yang ada di hadapannya, Adrian mengambil ponselnya dan memperlihatkan gambar Jihan dan Ki Darma pada Hanggoro. “Clara, Ki Darma,” ucap Hanggoro dengan raut wajah terkejut hal itu membuat Bi Atik penasaran dan ia pun mendekat dan melihat ke arah layar ponsel. “Clara bersama Ki Darma ka
Sesampainya di kantor, Jihan memikirkan ucapan kakeknya. Ia pun tersenyum sendiri, kemudian berubah menjadi sedih, bagaimanapun ia belum dapat mengingat apapun. Apakah di masa lalunya ada seorang pria yang mencintainya atau yang dicintainya? Semuanya itu masih teka-teki. Jihan mengingat kembali pertemuanya dengan Adrian di kantor kemarin. JIhan sangat terkejut pagi itu, ternyata CEO Baskoro Group adalah Adrian, seseorang yang ia kagumi, suara merdunya di Cafe Rainbow benar-benar menghinoptisnya. Saat Adrian masuk ruangan rapat, ia berdiri mematung seolah–olah Adrian terkejut melihat JIhan atau mungkin terpesona melihatnya, tapi entahlah tatapannya pada Jihan begitu aneh, seakan ada yang ingin ia ucapkan tapi di tahan, bisik Jihan dalam hati Terus terang Jihan sangat senang dipertemukan dengan Adrian seperti ini, setelah ia bersusah payah ingin berjumpa dengan Adrian di Cafe Rainbow, Jihan benar-benar tidak menyangka akhirnya ia bertemu Adrian di kantornya sendiri. Undan
Malam semakin larut, Jihan dan Adrian terbawa dalam suasana romantis kafe. Akhirnya mereka menyadari kalau waktu semakin malam dan tanpa mereka sadari ada sepasang mata memandang dengan sorot mata kecewa. Mala, yang sedari SMA menjadi pengagum Adrian juga ada di kafe itu, mengawasi Jihan dan Adrian dengan menahan rasa cemburu di dada sambil sesekali mengusap titik embun yang berada di sudut matanya. “Adrian, ayo kita pulang, sudah pukul sebelas lebih,” ajak Jihan sambil matanya melirik jam yang melingkar di tangannya, tak biasanya Jihan keluar rumah sampai selarut itu. “Yuk, sebentar aku ke kasir dulu,” Adrian melangkahkan kaki ke meja kasir dan kemudian membayar. Setelah itu mereka berdua ke luar kafe dan langsung tancap gas meninggalkan kafe. Mobil membelah sepinya jalanan kanan dan kiri jalan hanya ada jurang, Jihan nampak memejamkan matanya. Tiba-tiba dia berteriak. “Awasss!” Nafasnya terengah-engah. Adrian menghentikan jeepnya, Adrian tahu betul apa yang dirasakan Jihan, ja
Hubungan Adrian dan Jihan sudah tersebar di kalangan karyawan perkebunan, hubungan mereka semakin dekat, setiap weekend Jihan dan Adrian menghabiskan waktu bersama. Dan Adrian mempunyai kesempatan untuk mengajak Jihan ke Jakarta. Sedikit demi sedikit Adrian berusaha mengajak Jihan ke tempat–tempat yang biasa mereka kunjungi. Supaya Jihan dapat sembuh dari amnesia. Dan minggu pagi, Adrian mengajak Jihan ke food court. Di sana sudah ada Hanggoro dan Bi Atik yang menunggu. “Bang Hanggo, apa benar Adrian akan mengajak Clara ke sini menemui kita?” tanya Atik dengan gelisah. “Iya, Adrian janji akan membawa Clara, kamu harus kendalikan dirimu, saat ini Clara adalah Jihan. Berpura-puralah tidak mengenalnya, biar dia mengingat sendiri setiap kejadian di masa lalu,” jelas Hanggoro. Atik mengangguk tanda mengerti penjelasan Hanggoro. Tak lama kemudian sebuah jeep berhenti di area parkir. Adrian dan Jihan turun dari mobil. Adrian menggandeng tangan Jihan mesra mereka menuju food court, terilh