"Rumah sakit?" Adrian mengangkat alisnya, menunjukkan gurat heran. Dalam hati, dia makin tertarik dengan wanita yang bernama Briella.Dia makin penasaran, wanita seperti apa yang bisa membuat Valerio mempertahankannya selama lima tahun. Sekarang, setelah melihat raut wajah Valerio, ternyata kemampuan wanita itu cukup mengesankan!Adrian menyandarkan lengannya di jendela mobil, menunjukkan senyum tipis di wajahnya yang sedikit tidak sesuai dengan profesinya sebagai seorang dokter."Aku tanya, kapan kamu menghamili wanita itu?"Valerio terdiam, garis rahangnya yang tajam masih menunjukkan kesan dingin, bahkan tubuhnya pun sama. Valerio yang seperti ini layaknya gunung es. Adrian yang duduk di sampingnya saja bisa merasakan hawa dingin yang menusuk di sekitar tubuhnya.Dia menaikkan kerah kaus polo yang dia kenakan, lalu melihat keluar jendela dan bersiul. Salah satu alisnya terangkat ke atas.Namun, dalam hati dia tidak bisa menahan senyumannya. Valerio berada di antara tunangan dan sekr
"Ya, tapi jangan khawatir. Kamu sudah kasih waktu satu minggu, jadi aku akan menyelesaikannya dalam kurun waktu itu."Nathan menggertakkan gigi karena marah, "Gimana caramu menyelesaikannya? Kamu menyelesaikannya dengan menanggung rasa sakitnya sendiri! Briella, apa hatimu terbuat dari besi? Kenapa kamu nggak membicarakan ini denganku?"Briella tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia awalnya sangat tenang, tetapi saat mendengar apa yang dikatakan Nathan, air matanya tidak bisa berhenti mengalir.Ya. Dia sudah terbiasa menanggung semuanya sendiri. Itu karena dia sangat memahami kalau tidak ada yang bisa dia andalkan selain dirinya sendiri.Dia menarik ingusnya dan menahan air mata yang sempat pecah. Setelah itu, nada bicaranya kembali tenang."Aku sudah memikirkan ini baik-baik. Ini masalah pribadiku, jadi aku akan bertanggung jawab dan menyelesaikannya sendiri.""Tapi sekarang aku pacarmu. Apa kamu nggak tahu gunanya pacar untuk apa?"Nathan meninju setir mobil dan sangat kesal deng
"Nggak perlu nunggu. Aku ingin kamu mengiakan sekarang juga."Tangan Nathan bertumpu pada kemudi, jari-jarinya yang panjang dan ramping mengetuk kemudi dengan seirama. Dia mengatakan itu dengan santai."Kamu benar-benar nggak masuk akal." Briella mengerutkan bibir dan masih menunjukkan sikap tegas, "Aku punya hak mutlak buat memutuskan apakah akan mempertahankan atau menggugurkan anak ini. Dia juga bukan anakmu, jadi kenapa aku harus mendengarkan perintahmu?"Nathan menyeringai dan menatap wanita di sampingnya. Dia bisa melihat sikap keras kepala dan angkuh dalam diri Briella. Jelas-jelas Briella mengatakan hal yang menentangnya, tetapi Nathan tiba-tiba merasa kalau sikap keras kepala yang ditunjukkan Briella sangat menarik.Entah kenapa, semakin Briella seperti ini, semakin Nathan tertarik kepadanya. Bahkan keinginan untuk bisa memiliki Briella semakin menguat.Sebenarnya apa saja yang sudah dialami Briella selama ini? Kenapa dia bersedia menjadi sekretaris Valerio selama lima tahun?
Ketiga orang ini hanya tetap berada di tempat masing-masing dan terdiam, seakan waktu berhenti berputar.Mobil Bentley diparkir tidak jauh dari mobil Nathan. Adrian menyaksikan dengan tangan bersedekap. Dia melipat kakinya dengan santai, terlihat seperti tuan muda yang menjalani hidupnya dengan santai. Dia seperti tengah menyaksikan drama dan duduk dengan tenang menanti adegan apa yang akan terjadi selanjutnya.Malam ini pasti akan ada kejadian menarik ....Nathan adalah orang pertama yang bereaksi. Dia turun dari mobil dan berjalan menghampiri Valerio.Dua pasang mata yang saling bertatapan seperti menyalurkan listrik, membuat suasana di sekitar terasa penuh permusuhan. Rasanya tempat ini berubah menjadi medan perang yang mencekam.Valerio melangkah maju, berniat melewati Nathan untuk membuka pintu mobil dan menarik Briella keluar.Nathan menghadang pintu dengan tenang. Tubuh jenjangnya menghalangi mobil tanpa menyisakan celah sedikit pun.Valerio menyipitkan matanya. Mata hitamnya me
Sebuah tinju menghantam wajah Valerio, meninggalkan lebam di wajah dingin pria itu.Seketika, aura dingin yang menusuk menyeruak dari dalam diri Valerio, membuat bulu kuduk merinding.Wajah kaku pria itu tetap tidak berubah. Dia mencekik leher Nathan dan mengayunkan tinjunya yang terkepal ke wajah Nathan. Dalam sekejap, wajah Nathan yang penuh kemarahan pun membengkak.Bagi Valerio, ini merupakan sebuah serangan balik yang cantik.Kedua pria itu saling bertarung dan keadaan jadi kacau.Baru setelah Nathan mengeluarkan belati tajam entah dari mana dan menikamkannya langsung ke jantung Valerio, Adrian yang menyaksikan ini pun menyadari kesalahan situasi ini. Dia menyingkirkan rasa tertariknya terhadap drama ini dan ekspresi santai yang dia tunjukkan pun berubah kaku. Dia berlari menghampiri mereka, tetapi tiba-tiba mendengar suara yang memekakkan telinga.Dor!Itu adalah suara tembakan.Valerio mengeluarkan pistol dari pinggangnya dan menekan pelatuknya ke arah langit."Valerio, kamu gil
Setelah memikirkannya, Adrian mencoba berbicara dengan mengedepankan akal sehat."Hubungan Rio dan Davira nggak sedalam yang terlihat di luar. Davira menyelamatkan nyawa Rio dan Rio adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Dia nggak mungkin bisa melupakan bantuan itu. Tapi kamu berbeda karena bisa menjadi sekretarisnya. Aku belum pernah melihat Rio mempertahankan seorang wanita selama lima tahun."Adrian mengatakan itu sambil melirik ekspresi Briella. Wanita itu tidak menunjukkan reaksi apa pun, mungkin hanya menganggap perkataan Adrian angin lalu saja."Bagaimanapun, anak dalam kandunganmu adalah anak Rio. Pikirkan seberapa menyakitkannya kalau kamu benar-benar menggugurkan anak itu. Rio orang yang punya status dan pengaruh, berapa banyak wanita yang memikirkan cara untuk bisa mengandung anaknya? Kamu sudah lama berada di sisinya, bukankah kamu juga menginginkan uangnya? Kamu akan dapat uang banyak dengan adanya anak dalam kandunganmu. Apa kamu bodoh!"Adrian memandang Briella, yan
Valerio berjalan ke pintu samping kemudi. Dia mengetuk jarinya ke kaca mobil, memberi isyarat kepada wanita yang duduk di dalam untuk keluar dari mobil.Briella mengangkat pandangannya dan memalingkan wajahnya ke samping. Tatapan dinginnya bertemu dengan mata pria itu. Ketika keduanya saling bersitatap, Briella bisa melihat sedikit kelembutan dan binar cahaya di dalam tatapan dingin Valerio.Mereka sudah berkali-kali tidur bersama, tetapi Briella hanya melihat nafsu dan hasrat dalam diri Valerio. Dia tidak pernah melihat Valerio yang seperti ini, menatapnya dengan kasih sayang yang sangat lembut.Briella menunduk dan menggigit bibir bawahnya pelan.Dia pasti salah lihat. Mana mungkin pria berdarah dingin dan kejam seperti Valerio bisa memiliki perasaan seperti itu padanya?Briella tidak percaya. Pria yang berada di puncak piramida sepertinya, berapa banyak orang di luar sana yang ingin mendapatkannya?Bagi keduanya, perasaan hanyalah kelemahan yang tidak berguna.Valerio langsung membu
"Apa aku memperlakukanmu dengan buruk?" Emosi Valerio telah mencapai batasnya. Dia mencengkeram rahang Briella, lalu satu tangan lainnya menekan bagian belakang kepala Briella. Dahi mereka saling menempel satu sama lain, lalu Valerio melanjutkan, "Apa yang membuatnya lebih baik dariku? Apa dia menghidupi mu selama lima tahun atau dia bisa membuatmu merasa lebih baik saat di ranjang!"Tubuh kurus Briella bergidik, merasakan embusan napas pria itu mengenai wajah dan telinganya, memunculkan rasa geli yang menggelitik.Briella menunduk, menghindari sensasi yang sengaja diciptakan pria itu untuknya. "Pak Valerio, tolong jaga sikapmu."Sambil menunduk, tangan Briella meraba pintu mobil, mencoba membukanya dan melarikan diri.Dengan mata merah karena amarah, Valerio menarik Briella ke dalam pelukannya. Dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Briella.Briella meronta, mendorong bahu pria itu dengan kedua tangannya. Namun, upayanya tidak membuahkan hasil.Setelah hanya diam untuk beberapa s